You are on page 1of 47

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................. ii

BAB 1 Penyimpanan Database dan Import Data


1.

Penyimpanan Database.................................................................................... 1

2.

Import Data ...................................................................................................... 3

BAB 2 Analisa Zona Target dan Crossplot


1.

Analisa Zona Target ....................................................................................... 20

2.

Analisa Crossplot ........................................................................................... 21

BAB 3 Ekstraksi Wavelet dan Well Seismic Tie


1. Ekstraksi Wavelet............................................................................................ 27
2. Well Seismic Tie ............................................................................................. 30

BAB 4

Seismik Inversi

1. Analisa Seismik Inversi................................................................................... 33

ii

BAB I
Penyimpanan Database dan Import Data
1.

Penyimpanan Database
Database Well
Open Geoview pada software Hampson-Russel (HRS), kemudian pilih New
lalu OK.

NB : Apabila pada kolom Show the Well Explorer after loading the
database diberi tanda ( ) maka akan muncul Well Explorer secara
otomatis setelah selesai membuat folder penyimpanan database.

Kemudian akan muncul window Geoview dan penyimpanan Well Log


database. Penyimpanan Well log database digunakan untuk menyimpan
data log (RHOB, NPHI, GR, P-Wave, dll), marker, dan check shot.

Sebagai contoh, membuat folder pada E:/LATIHAN/PROJECT 2015/Well/


dengan nama Well tanpa menggunakan Extension dan database nantinya
akan tersimpan pada folder Well.wdb, kemudian pilih OK.
Lalu akan muncul window Well Explorer :

Database Seismik

Dari window Geoview, pilih menu SeisLoader. Lalu muncul window


Project Selection Mode untuk membuat project / folder penyimpanan data
seismik. Pilih Start New Project, kemudian OK.

Kemudian akan muncul window penyimpanan project / folder data seismik.


Sebagai

contoh,

membuat

folder

pada

E:/LATIHAN/PROJECT

2015/Seismik/ dengan nama Seismik tanpa menggunakan Extension dan


database nantinya akan tersimpan pada folder Seismik.prj, kemudian pilih
OK.

2.

Import Data
Data Logs
-Data Log (RHOB, NPHI, GR, P-Wave, dll)
Kemudian pilih Import Data Logs, Check Shot, Tops, Deviated
Geometry from File..... untuk memasukkan data log (RHOB, NPHI,
GR, P-Wave, dll), check shot, top (marker), dan data deviasi sumur.

Kemudian akan muncul window File Import. Perhatikan, bagian atas


(oval merah) untuk mengatur pencarian atau letak database dan bagian
kanan atas (oval biru) untuk mengatur format / extension database dalam
pencarian. Setelah file data ditemukan, pilih Add dan sesuaikan format
file input yang diatur pada Log File Format (kiri bawah), lalu Next >.

Lalu akan muncul window Destination Well Settings.

Pada kolom Destination Well Name dapat diganti sesuai dengan sumur
yang akan ditampilkan, misalnya Well 1. Kemudian pilih Next>. Pada
window Well Data Settings digunakan untuk memasukkan informasi
data koordinat sumur, KB Elevation, dan Surface Elevation dengan
satuan unit yang sesuai berdasarkan data sumur yang digunakan.
Informasi data tersebut dapat dilihat pada View File Contents. Apabila
informasi koordinat sumur berupa latitude dan longitude perlu
dikonversi terlebih dahulu menjadi UTM. Kemudian pilih Next>.

2
1

Lalu akan muncul window Log File Details, di dalamnya terdapat


informasi jenis-jenis data log yang akan disertakan dan disesuaikan
dengan informasi data log yang digunakan (View File Contents).
Biasanya informasi log yang akan disertakan (Log Description, Log
Type, Unique Log Name, Amp. Units, dan Samp. Units) sudah
menyesuaikan dengan informasi data yang ada. Pada kolom Import Log
diberikan tanda () untuk menyertakan log yang akan digunakan dalam
proses. Kemudian pilih OK.

Lalu akan muncul Message di bawah ini apabila proses Import Log
sukses.

Kemudian klik OK, lalu akan muncul Measurement Sytem ?, pilih


Metric dan klik OK. Hal ini tidak mempengaruhi data log yang
diinputkan / import.

Kemudian pada Well Explorer akan muncul sumur Well 1 yang sudah
diinput.

Apabila sumur yang diinput / import merupakan sumur deviasi,


masukkan nilai deviasi geometrinya (koordinat X & Y) dan nilai MD.
Pilih Deviated Geometry (1) pada Well Explorer, lalu akan muncul
seperti di bawah. Pada bagian Depth Value are, Depths are measured
7

from, Sampling Units, dan Deviated Geometry Units (2) disesuaikan


informasi log yang digunakan, lalu klik Update (3). Untuk lebih
mudahnya, data deviasi yang ada dapat diimport seperti import data
sumur, hanya saja berbeda pada Log File Format yaitu General ASCII
(4) dan Type of Data, pilih Deviated Geometry (5).

- Data Marker
Untuk memasukkan data marker, pilih Tops pada Table View dan
akan muncul seperti di bawah ini. Masukkan nama marker dan nilai MD
(Measured Depth) pada kolom Top Name dan Start Measured Depth,
untuk kolom End Measured Depth dapat dicopy dari nilai Start
Measureed Depth dengan menggunakan Copy start to end (1).
Perhatikan kolom Measured From (2), disesuaikan dengan informasi
data log yang digunakan, misalnya Kelly Bushing, lalu klik Update (3)
(NB : Nilai Start MD dan End MD sama).

Import data marker ini juga bisa dilakukan seperti langkah import data
log, hanya saja berbeda untuk Log File Format yaitu General ASCII
(4) dan Type of Data pilih Tops (5).

- Data Check Shot

Untuk memasukkan data check shot, pilih Import Data Logs,


Check Shot, Tops, Deviated Geometry from File.....

Kemudian akan muncul window File Import. Perhatikan, bagian atas


(oval merah) untuk mengatur pencarian atau letak database dan bagian
kanan atas (oval biru) untuk mengatur format / extension database dalam

10

pencarian. Setelah file data ditemukan, pilih Add dan sesuaikan format
file input yang diatur pada Log File Format (kiri bawah) yaitu General
ASCII dan Type of Data yaitu Logs , lalu Next >.

Kemudian mengatur Number of header lines to skip (1) yaitu dengan


melihat penyajian data pada file yang dihitung berdasarkan lines sebelum
data dan The depths are in column (2) yaitu dengan melihat kolom data
Depth pada file yang diinput. Keduanya dapat dilihat dengan memilih
View File atau View File Contents. Lalu klik Next>.

11

Kemudian file check shot disesuaikan dengan well yang diinput dengan
mengatur di kolom Destination Well Name pada window Destination
Well Settings, lalu klik Next>.

Pada Well Data Settings disesuaikan dengan data input sumur yang
diinput pada tahap sebelumnya, kemudian klik Next>.

Pada window Log File Details, kolom Log Type (1) dan Amp. Units (2)
disesuaikan dengan data yang diinput serta kolom Import Log (3) diberi
tanda () untuk menginput data check shot, misalnya pada kolom Log

12

Type pilih Check Shot dan Amp. Units pilih ms (Two Way Time).
Pada Checkshot depths are measured from dan Checkshot depth
value are (4) disesuaikan dengan file yang diinput (Lihat pada View File
Contents), lalu klik OK.

Data check shot telah terinput sesuai dengan sumur yang disertakan.
Untuk mengecek, klik tanda panah pada sumur.

13

- Data Seismik
Pada window GEOVIEW, klik STRATA lalu pilih Open Existing
Project OK (karena sudah membuat database seismik sebelumnya).
Kemudian pilih Seismik.prj pada directory, misalnya
E:\LATIHAN\PROJECT 2015\Seismik\ OK.

Kemudian pada window Strata pilih sub menu Data Manager


Import Data Open Seismic From SEG-Y File.

14

Lalu pada File Selection Page, memilih file seismik (.sgy*) pada
directory,

misalnya

E:\Latihan

Inversi\1.Data\Data

Latihan

Inversi\Data Seismik\ (1). Setelah itu klik Add >> (2), kemudian klik
Next >> (3).

15

Pada window Geometry Type Page, pilih 3D atau 2D Line. Hal ini
menyesuaikan dengan jenis data seismik yang diinput, misalnya 3D.
Kemudian klik Next >>.

Pada window General Parameter Page for Singel File, atur parameter
data seimik sesuai dengan informasi data yang digunakan (dapat dilihat
pada Header Dump*).

1
2
3
4
5

*
6

16

Berikut contoh parameter dalam input data seismik yaitu :

Selanjutnya untuk parameter seismik pada window SEG-Y Format and


Header Page disesuaikan pada Detail Specification & Header Dump
(1). Misalnya untuk Data sample Format berupa IBM (2), parameter (3),
(4), dan (5) disesuaikan dengan informasi data sample (pada Detail
Specification & Header Dump), lalu klik Next >> (6).

2
3

1
4

17

Kemudian akan muncul strapro, pilih Yes untuk melanjutkan proses.

Selanjutnya pada window Geometry Grid Page, yang perlu diperhatikan


adalah Number of Inline & Cross-lines (1) harus disesuaikan dengan
jumlah data Inlines & Cross-lines yang diinput, sedangkan untuk
koordinatnya disesuaikan dengan poligon geometry seismiknya (2 & 3),
misalnya koordinat P1 yaitu X: 0.00 dan Y: 0.00 (UTM), dst. Lalu klik
Ok.

Selanjutnya akan muncul Seismic Window Data Menu, pilih Show


untuk menampilkan penampang seismikyang diinput dan untuk window
Well To Seismic Map Menu beri tanda () pada kolom Plot untuk
menampilkan sumur pada penampang seismik dengan posisi sumur yang
sesuai, lalu klik Ok.

18

Berikut contoh display atau tampilan penampang seismik beserta sumur


Well 1.

Well 1

19

BAB 2
Analisis Zona Target dan Crossplot
1.

Analisis Zona Target


Analisis

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

indikasi

potensi

zona

prospek,dalam kasus ini reservoar yang diperlihatkan dari data log. Secara
umum data log yang digunakan untuk analisis zona target yaitu log GammaRay, NPHI, RHOB, dan P-Wave. Adapun langkah-langkah untuk
menampilkan log yang digunakan untuk analisis zona target yaitu :

Pada window GEOVIEW, pilih menu eLog Open Previous


Project (menggunakan database seismik / Seismik.prj) Ok.

Kemudian akan muncul window eLog seperti gambar di bawah ini.


Pilih Well 1 Open.

Selanjutnya akan muncul display log beserta marker dan penampang


seismik pada posisi Well 1 yang ditampilkan di window eLog.

20

Sebagai contoh, pada tampilan ini log yang digunakan yaitu


Gamma-Ray, RHOB (Density), Resistivity, dan P-Wave serta untuk
zona target reservoar berada diantara marker TOP dan Base Gas atau
pada kedalaman 630 - 640 m, dimana log Gamma-Ray dan Density
menunjukkan lithologi sand reservoar, untuk log Resistivity
menunjukkan nilai resistivity yang cenderung tinggi dari kondisi
normal serta log P-wave menunjukkan nilai kecepatan yang relative
menurun yang dimungkinkan kehadiran gas.

Untuk mengatur tampilan log dan seismik menggunakan menu bar


(

2.

). Lebih jelasnya akan dijelaskan pada saat praktek (kursus).

Analisis Crossplot
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas zona target, yang
berhubungan dengan justifikasi proses inversi. Sensitivitas zona target untuk
memisahkan antara sand reservoar dengan clay atau shale rock, tergantung
dengan lithologi target. Adapun langkah-langkah untuk melakukan crossplot
yaitu :

Pilih menu Crossplot General.

21

Selanjutnya pada Well Log Crossplot Menu, pilih (Add >>) jenis
log misalnya log AI (P-Impedance), density, dan gamma-ray.
Kemudian pilih processing domain type sesuai dengan informasi
data yang diinput, misalnya Vertical Depth Domain, lalu klik Next
>>.

Kemudian sertakan (Add >>) sumur yang akan dianalisis, misalnya


Well 1, lalu klik Next >>.

22

Selanjutnya mengatur Initial X-Axis dan Y-Axis terkait tampilan


crossplot, misalnya untuk X-Axis yaitu P-Impedance dan Y-Axis
yaitu Gamma-Ray. Parameter Sample Rate menunjukkan parameter
resample data logs pada true vertical depth-nya, disesuaikan dengan
kondisi lapangan yang digunakan misalnya 0.20 in m (use default
value). Plot Name dan Plot Title disesuaikan dengan informasi data
terkait, lalu klik Next >>.

23

Kemudian sesuaikan masing-masing jenis log dan unit satuannya


yang akan disertakan pada analisis crossplot, lalu klik Next >>.

Selanjutnya mengatur zona target crossplot berdasarkan kedalaman


marker pada kolom Start & End Top, misalnya Start Tops yaitu
Top_Gas dan End Tops yaitu Base_Gas, lalu kolom Start & End
Vertical Depth akan menyesuaikan nilai kedalamannya dengan
domain range berdasarkan Vertical Depth dan unit satuannya
meter (m), kemudian klik Next >> & Ok.

24

Berikut contoh tampilan analisis sensitivitas crossplot P-Impedance


vs Gamma-Ray yang dapat memisahkan shale dan sand dengan
nilai P-Impedance antara 4750 - 5250 (m/s)*(gr/cc) dan nilai cut off
Gamma-Ray 69 (API).

Shale

Sand
69

Adapun langkah-langkah untuk membuat zonasi crossplot yaitu


memilih sub menu Zones Add pada tampilan crossplot. Lalu
menambahkan zona yang dikelompokkan dengan bentuk dan warna
serta disesuaikan berdasarkan persebaran data dan jenis lithologinya
(simbol warna batuan) pada window Add/Edit Zone Filter seperti
gambar di bawah, misalnya sand dan shale, selanjutnya klik Ok.

25

Kemudian langkah untuk menampilkan cross-section antara sand


dengan shale berdasarkan nilai Gamma-Ray dan P-Impedance
dengan memilih sub menu Cross-Section pada tampilan crossplot,
lalu akan muncul tampilan cross-section yang diatur menggunakan
menu bar View dan Options.

26

BAB 3
Ekstraksi Wavelet dan Well Seismic Tie

1.

Ekstraksi Wavelet
Proses ini bertujuan untuk membuat seismogram sintetik (data seismik
tiruan) berdasarkan karakteristik dari data seismik yaitu dengan parameter
frekuensi, fasa, dan amplitudo seismik. Ada tiga cara untuk membuat
wavelet yaitu dengan statistikal, ricker, dan bandpass. Masing-masing cara
memiliki perbedaan pada parameter wavelet yang digunakan sehingga
hasilnya pun juga berbeda, tergantung dengan karakter data seismik yang
digunakan. Sebagai contoh, berikut langkah untuk membuat wavelet
menggunakan statistikal yaitu :
Menentukan frekuensi dominan pada data seismik dengan cara
analisis spektrum amplitudo. Adapun langkah-langkahnya yaitu
pada tampilan seismik, pilih menu bar Process Utility
Amplitude Spectrum. Selanjutnya mengatur parameter seismik
pada menu spektrum amplitudo berdasarkan time dan offset,
misalnya time dan offset, yang dibatasi Inline maupun Xline
menggunakan default, lalu klik Next >> dan OK. Berikut tampilan
spektrum amplitudo seismik dengan frekuensi sebesar 28 Hz.

27

28

Memilih sub menu Wavelet Extract Wavelet Statistical


pada window eLog. Selanjutnya mengatur parameter seismik pada
menu ekstraksi yang akan digunakan sebagai acuan membuat
wavelet (seismogram sintetik) berdasarkan time dan offset,
misalnya time dan offset, yang dibatasi Inline maupun Xline
menggunakan default, lalu klik Next >>.

28

Selanjutnya mengatur parameter window ekstraksinya berdasarkan


seismic time atau bisa juga menggunakan pickingan horizon zona
target dengan domain time, misalnya menggunakan time window
dari data seismik yang digunakan, lalu klik Next >>.

Kemudian mengatur parameter wavelet dengan mengacu nilai


frekuensi pada analisis spektrum amplitudo seismik dan kecepatan
(P-wave) pada zona target untuk mengestimasi panjang dan bentuk
wavelet, yaitu Wavelet Length dan Taper Length, misalnya
menggunakan Wavelet Length sebesar 80 ms dan Taper Length
sebesar 25 ms serta Phase Rotation sebesar 0dengan tipe
Constant Phase, lalu klik Next >> dan OK.

29

Berikut tampilan hasil ekstraksi wavelet (wave1) dengan


parameter time (ms) dan frekuensi (Hz).

2.

Well Seismic Tie


Proses ini bertujuan untuk mengintegrasikan data seismik dengan domain
waktu dan data log dengan domain kedalaman sehingga dapat digunakan
sebagai acuan picking horizon. Well seismic tie dapat dilakukan
menggunakan data checkshot dan sintetik seismogram. Adapun tahapan well
seismic tie yaitu :

Dari window eLog, pilih sub menu Check Shot, hal ini bertujuan
untuk mengaktifkan data check shot terhadap data log P-wave
sehingga log P-wave akan terintegrasi dengan data check shot.

30

Gambar di atas merupakan analisis check shot dan parameternya.


Pemilihan parameter check shot bersifat optional sehingga
menyesuaikan dengan data sumur yang digunakan, baik log Pwave maupun check shot. Misalnya jenis interpolasi data check
shot bersifat Linear. Kemudian memberikan tanda () pada Apply
a Smoother of Length yang bersifat optional. Hal ini digunakan
untuk parameter interpolasi yang mengintegrasikan data check
shot dengan log P-wave, dengan validasi jarak tertentu (optional).
Selanjutnya klik Ok.

Setelah log sonic/P-wave terintegrasi dengan data check shot, lalu


klik sub menu Correlate Ok pada window eLog. Extract
Composite Trace digunakan untuk mengekstrak single seismic
trace (seismogram sintetik) dari satu atau lebih SEG-Y volume
pada

posisi

sumur

yang

lain,

sehingga

tidak

menutup

kemungkinan tidak semua sumur disertakan dalam proses ini,


dengan mempertimbangkan ketersediaan data log pada masingmasing sumur. Single trace tersebut merupakan hasil rata-rata dari
beberapa trace di sekitar posisi sumur (lubang bor). Sebagai
contoh, menggunakan konsep Neighbours dengan radius 1.
Konsep neighbours direkomendasikan untuk vertical well dan
berlaku untuk trace disekitar lokasi sumur, baik inline maupun
xline.

31

Berikut tampilan proses well seismic tie pada window eLog.


Tahapan ini bertujuan untuk memposisikan trace yang dibuat dari
ekstraksi wavelet/data sumuran tehadap posisi trace seismik yang
mengacu pada kedalaman zona target berdasarkan interval waktu
pada penampang seismik. Pada tahapan ini, yang perlu
diperhatikan adalah mendapatkan nilai korelasi yang baik ( 1)
dan time shift yang baik ( 0), sehingga tujuan dari tahapan ini
untuk mendapatkan data depth-time terkoreksi (check shot
terkoreksi) yang digunakan sebagai acuan tahapan picking horizon
dan wavelet yang digunakan (wave1) akan menjadi salah satu data
input dalam tahapan inversi. Sebagai contoh, nilai korelasi (Corr)
yaitu 0.950 dengan time shift 0 ms. Nilai korelasi dan time shift ini
didapatkan melalui pengaturan Parameters (interval time) pada
zona target dan klik Stretch pada trace seismogram sintetik (biru)
dengan trace data seismik (merah), lalu klik Ok.

Kemudian simpan data P-wave_corr, klik Ok.

32

BAB 4
Seismik Inversi

Analisis Seismik Inversi


Seismik inversi adalah proses pemodelan kondisi bawah permukaan yang
sebenarnya, berdasarkan data log sebagai kontrolnya dan data seismik
sebagai media persebaran horizontal. Metode seismik inversi dapat dibagi
menjadi 2 jenis berdasarkan data seismik yang digunakan yaitu post-stack
seismic inversion dan pre-stack seismic inversion. Data seismik post-stack
adalah data seismik yang mengasumsikan amplitudo seismik hanya
dihasilkan oleh R(0), sehingga post-stack seismic inversion hanya dapat
digunakan untuk menghasilkan tampilan model AI (Acoustic Impedance)
saja. Sementara data seismik pre-stack masih mengandung informasi sudut
(R()), sehingga pre-stack seismic inversion dapat digunakan untuk
menghasilkan parameter-parameter selain AI, misalnya seperti EI, Vp/Vs,
serta lambda-rho dan mu-rho.
Inversi AI merupakan proses pembalikan nilai koefisien refleksi (Rc)
menjadi nilai AI, dengan data log sebagai kontrolnya dan seismik post-stack
sebagai media persebaran secara horizontalnya. Metode inversi AI dibagi
menjadi tiga yaitu model based, sparse-spike dan recursive. Pembahasan
kali ini menggunakan jenis data seismik post-stack dan metode inversi AI
model based. Metode inversi AI model based dilakukan dengan cara
membandingkan data seismogram sintetik yang telah dibuat dari hasil
konvolusi reflektifitas (RC) dengan wavelet tertentu dengan data seismik
(SEG-Y). Metode ini bersifat iteratif untuk meminimalisir kehadiran noise.
Adapun tahapan proses inversi AI model based yaitu membuat model awal,
analisis Pra-Inversi, dan Inversi AI Model Based.
a) Membuat Model Awal

Membuat model awal dengan cara, klik sub menu Model


Build/Rebuild a Model pada tampilan seismik.

33

Pilih Create a blank new model, memberikan nama model yang


akan dibuat, dan memilih metode inversi yang digunakan,
misalnya Typical setup for Acoustic Impedance Inversion, lalu
klik Next >>.

34

Pilih Use Well Logs from Database, lalu klik Next >>.

Kemudian sertakan sumur/well (well yang sudah di well seismic


tie) yang akan digunakan untuk proses inversi dengan klik sumur
(Add >>), lalu klik Next >>.

35

Selanjutnya mengaktifkan log yang akan digunakan, misalnya log


P-wave menggunakan P-wave yang sudah di well seismic tie, klik
Active Log Selection OK Next >>.

Kemudian apabila hasil dari picking horizon ingin disertakan pada


model awal, maka pilih horizon dengan klik Add >> Next >>.
Sebagai contoh, BASE_GAS_time dan TOP_GAS_time.

36

Lalu memilih pilihan filter terkait trace model, misalnya Apply a


smoother on.... dengan parameter filter default, misalnya
menggunakan Highcut frequency 10/15 Hz, selanjutnya klik OK.

Berikut merupakan tampilan model awal.

b) Analisis Pra-Inversi

Dari tampilan model awal, pilih sub menu Analysis Post-stack


Analysis Model Based. Pilih volume seismik yang akan
digunakan, klik Add > Next >.

37

Selanjutnya memilih satu wavelet yang digunakan pada saat well


seismic tie (Set Current Wavelet), lalu klik Next >.

Lalu menyertakan sumur sesuai dengan sumur yang disertakan


saat membuat model awal, selanjutnya klik Next >.

38

Pastikan posisi sumur yang digunakan, baik inline maupun xline


adalah benar, lalu klik Next >.

Selanjutnya parameter yang digunakan pada metode ekstraksi


trace disesuaikan dengan jenis sumur yang digunakan (deviasi
atau vertikal), misalnya menggunakan konsep Neighbours dan
Offset Range (default value), lalu klik OK.

39

Berikut parameter yang digunakan dalam analisis pra-inversi,


memilih zona target menggunakan horizon dan diluar zona target
diisi dengan trace hasil dari model awal, lalu klik Apply dan Next
>>.

Kemudian pada parameter inversi, misalnya menggunakan Hard


Constraint dengan Single Value, baik Lower maupun Upper
sebesar 100% (default/optional). Lalu parameter yang lain seperti
Average Block Size, Prewhitening, dan Iterations bersifat optional

40

dan trial and error, menyesuaikan dengan hasil pra-inversinya,


klik Apply dan Next >>.

Lalu memilih Apply previously calculated.... dengan parameter


nilai menyesuaikan (default) dan Scaler Adjustment Factor yaitu
1.00 (default), selanjutnya klik Apply dan Next >>.

41

Kemudian menggunakan Maximum Taper Length sebesar 25


samples dan Minimum Window Length sebesar 10 samples,
selanjutnya klik Apply dan Close.

Berikut hasil dari analisis pra-inversi dengan nilai korelasi 0.7 dan
error 0.8.

42

c) Inversi AI Model Based

Selanjutnya tahapan inversi model based, klik sub menu Inversion


Post-stack Inversion Model Based Inversion pada
tampilan model awal. Parameter inversi yang digunakan hampir
sama dengan parameter pra-inversi hanya saja data diluar dari zona
target, nilai amplitudonya konstan (0.0), lalu klik Next >>.

Format output dari inversi berupa IBM, lalu klik Next >> dan OK.

43

Berikut hasil inversi model based dengan range nilai AI (PImpedance) pada zona target 5600-5900 (m/s)*(gr/cc).

Selanjutnya melakukan quality control terhadap hasil dari inversi


yaitu pilih menu bar Process QC of Inverted Results
Inverted Post-stack Data. Pilih volume yang akan di QC,
misalnya inverted (Add >), lalu Next >.

44

Kemudian sertakan sumur yang digunakan pada saat inversi, lalu


Next >.

Selanjutnya parameter yang digunakan pada metode ekstraksi


trace disesuaikan dengan jenis sumur yang digunakan (deviasi
atau vertikal), misalnya menggunakan konsep Neighbours dan
Offset Range (default value), lalu klik OK.

45

Berikut tampilan QC hasil inversi beserta analisis crossplot inversi


antara log AI hasil inversi (Y-Axis) dengan log AI sumuran (XAxis).

46

You might also like