Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
ANISAH
DYAH AYU ANGGRAINI
EGA ROFINA
EMA AMERINA
FIFIT RIANI
GENTA AFRANITA
LINDA LISMAWATI
MAFTUHIN
MARTIN FRANKLIN JILIUS
RISKA FITRIANI
SITI MAYSAROH
SRI RAHMAWATI
SUSANTO
SYAMSUL RIZAL
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
Kimia Koordinasi
Page 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
kami
dapat
bimbingan
dan
pengajaran
kepada
kami
dalam
menyadari
bahwa
makalah
ini
masih
banyak
Kimia Koordinasi
Page 2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
..
2
DAFTAR
ISI
..
. 3
BAB
PENDAHULUAN
..
4
BAB II ISI
2.1
Teori
Jorgensen
..
5
2.2
Teori
alferd
Werner
...
6
2.3
Teori
Langmuir
...
7
2.4
Teori
Modern
..
... 7
2.5
Teori
Medan
Ligan
8
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
.. 19
Kimia Koordinasi
Page 3
3.2
Saran
... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awal perkembangannya, senyawa kompleks banyak
mengundang pertanyaan bagi para ilmuwan disaat itu akan sifatnya
yang stabil. Kestabilan dari senyawa tersebut tidak dapat dijelaskan
dengan menggunakan teori-teori mengenai struktur dan valensi
atom yang dikenal saat itu. Misalnya saja, bagaimana CoCl3 yang
merupakan suatu garam yang stabil dapat bereaksi dengan
sejumlah senyawa seperti NH3 dan menghasilkan sejumlah senyawa
baru : CoCl3.6NH3; CoCl3.5NH3 dan CoCl3.4NH3 ? Struktur semacam
apa yang dimiliki oleh senyawaan tersebut? Bagaimana ikatan yang
terbentuk antar atom dalam senyawaan itu?
Untuk meneliti sifat dan struktur dari senyawa semacam itu,
para ilmuwan membuat berbagai macam senyawa dengan reaksi
Kimia Koordinasi
Page 4
BAB II
ISI
2.1 Teori Jorgensen
Teori Rantai yang dikemukakan oleh seorang kimiawan Denmark,
S.M. Jorgensen sekitar tahun 1875, merupakan salah satu usaha
utama untuk menjelaskan ikatan yang terbentuk dalam senyawa
kompleks.
Jorgensen
mengajukan
teorinya
berdasarkan
reaksi
(excess)
3 AgCl
CoCl3.5NH3 (pink)
+ AgCl
(excess)
2 AgCl
CoCl3.4NH3
+ AgCl
(excess)
1 AgCl
Kimia Koordinasi
Page 5
(excess)
Co
NH3
Cl
NH3
NH3
NH3
Cl
NH3
NH3
Cl
CoCl3.6NH3
Cl
Co
NH3
NH3
NH3
Cl
NH3
NH3
Cl
CoCl3.5NH3
Cl
Co
NH3
NH3
NH3
NH3
Cl
Cl
CoCl3.4NH3
Kimia Koordinasi
Page 6
yang
diajukan.
Akan
tetapi
teori
Jorgensen
ini
tidak
dapat
Teori Langmuir
Kimia Koordinasi
Page 7
gas
mulia.
Inilah
aturan
oktet,
dan
ia
membantu
NH3
Co
Cl
NH3
Kimia Koordinasi
Cl
NH3
NH3
NH3
NH3
Cl
Page 8
) dan
ketiganya diisi oleh Cl. Karena Cl terikat pada valensi primer, maka
Cl dapat terionkan dan diendapkan menjadi AgCl dengan larutan
perak nitrat.
Untuk senyawa CoCl3.3NH3, Werner mengajukan struktur sebagai
berikut:
Cl
NH3
Cl
Co
NH3
Cl
NH3
perak nitrat.
Dalam teori modern, maka valensi primer pada Teori Werner
menunjukkan bilangan oksidasi dari logam pusat, sementara valensi
sekunder adalah bilangan koordinasi yang menunjukkan banyaknya
ligan yang dapat diikat oleh logam pusat.
2.5 Teori Medan Ligan
Teori medan ligan (Ligand Field Theory), disingkat LFT, adalah
sebuah teori yang menjelaskan ikatan pada senyawa kompleks
koordinasi. Ia
kompleks
merupakan
logam
transisi.
aplikasi teori
Ion
orbital
logam
transisi
molekul pada
mempunyai
kompleks.
Kimia Koordinasi
Walaupun
begitu,
untuk
tujuan
tertentu,
Page 9
pada
yang
lemah
dengan
juga
istilah simetri
molekul,
enam
orbital
pasangan
sebagai
orbital
kelompok
ligan
(ligand
group
Page 10
digunakan
untuk
ikatan
sehingga
interaksi terjadi via orbital d, yakni dxy, dxz dan dyz. Orbitalorbital ini adalah orbital yang tidak berikatan apabila hanya
terjadi ikatan .
Satu ikatan pada kompleks koordinasi yang penting adalah
ikatan logam ke ligan, juga dikenal sebagai ikatan balik . Ia
terjadi ketika LUMO ligannya adalah orbital * anti-ikatan. Orbitalorbital
ini
berenergi
sangat
dekat
sehingga
dengan
orbital-
mereka
dapat
ligan
terisi.
Ia
dan
bergabung
mendonasikan
dengan
elektron-
Page 11
elektron
yang
berasal
dari
orbital d logam
dan
yang
dihasilkan
oleh
ikatan
logam
ke
ligan
tersuainya
representasi
mempunyai
taktereduksi,
salah
empat
degenerat
satunya
triplet
bersimetri t2g.
Orbital dxy, dxz dan dyz pada logam juga mempunyai simetri ini,
sehingga ikatan yang terbentuk antara logam pusat dengan
enam ligan juga mempunyai simetri tersebut.
Kimia Koordinasi
Page 12
sistem
dan
sedikit
banyak
mengkompensasi
Page 13
t2gxegy
yang
berkaitan
dengan
masing-masing
ion
Kimia Koordinasi
Page 14
Kimia Koordinasi
Page 15
t2g5, t2g6, t2g6 eg1 sementara dalam medan lemah akan lebih
stabil bila konfigurasinya t2g3 eg2 , t2g4 eg2 , t2g5eg2.
Parameter pemisahanmedan ligan o ditentukan oleh ligan
dan logam, sementara energi pemasangan, P,hamper konstan dan
menunjukkan sedikit ketergantungan pada identitas logam.
Kompleks bujur sangkar
Kompleks
dengan
empat
ligan
dalam
bidang
yang
Kimia Koordinasi
Page 16
tetrahedral
memiliki
empat
ligan
di
sudut
adalah
contoh-contoh
komplkes
berbilangan
oksidasi
jumlah
ligan
dalam
kompleks
oktahedral,
dan
Page 17
Efek Jahn-Teller
Bila
orbital
molekul
poliatomik
nonlinear
terdegenerasi,
adalah
distorsi
tetragonal
dari
kompleks
oktahedral
Kimia Koordinasi
Page 18
dari
orbital
dapat
bergabung
dengan
orbital
atom
ligan
jika
transisi
pertama,
orbital
yang
dapat
membentuk
dan
4 p z.
Orbital-orbital
Page 19
k a re n a o r i e n t a s i a r a h n y a y a n g b e r a d a d i a n t a r a s u m b u
x, y dan z.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. ligan dianggap sebagai suatu titik muatanb.tidak ada
interaksi antara orbital logam dengan orbital lig an.
2. orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan
memiliki energiyang sama, akan tetapi, jika terbentuk
Kimia Koordinasi
Page 20
DAFTAR PRSTAKA
Anonim.2010.Teori Medan Ligan Wikipedia Bahasa Indonesia ,
eksiklopedia bebas.html.
Ardha.2010. Teori Medan Kristal. Just Chemistry ITS
Teori Medan
Kristal by ardha.html
Miessler,G,L.Tarr,D.A. Inorganic Chemistry Third Edition. St.Olaf
Collage Northfiled, Minnesota.
Kimia Koordinasi
Page 21
Oktaviar,D.2011.
Teori
Medan
Ligan.
http://education
inscience.blogspot.com/2011/10/teori-medan-ligan.html.
Oxtoby,D,W.2003.Prinsip-2
Kimia
Modern
Ed.
Kimia Koordinasi
Page 22