You are on page 1of 9

PERSOALAN PANGAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

A. Permasalahan Pangan Di Indonesia


Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian, ada pula
beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain:
masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik, kesulitan untuk meningkatkan
sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem cadangan dan distribusi serta rantai
pasokan dan logistik nasional yang belum efisien, mahalnya ongkos transportasi,
sering ditemuinya kasus kekurangan produksi di sejumlah daerah, dan masalah
stabilitas harga. Pada dasarnya masalah ketahanan pangan ini merupakan masalah
nasional yang perlu diperhatikan secara menyeluruh.
Masalah pangan di Indonesia sebenarnya tidak akan terjadi jika tidak terjadi
kelangkaan pangan. Seperti yang diketahui masalah komoditi pangan utama
masyarakat Indonesia adalah karena kelangkaan beras atau nasi. Sebenarnya dulu
kelangkaan ini tidak terjadi karena tiap semua daerah di Indonesia tidak
mengonsumsi beras.
Yang terjadi selanjutnya adalah muncul lonjakan konsumsi/kebutuhan beras nasional
sampai sekarang sehingga memaksa pemerintah untuk impor beras. Masalah pangan
ini harus segera diatasi karena menyangkut dengan kebutuhan semua orang terutama
di Indonesia. Selain itu masalah-masalah lain yang terkait dengan pangan ini juga
diperlukan solusi agar nantinya dapat menunjang kelancaran .
Pembangunan pertanian itu pada dasarnya adalah pembangunan manusianya, kondisi
sekarang pembangunan pertanian khususnya pangan di Indonesia saat ini terkendala
pada kondisi sumber daya manusia yang mau bergerak dan mencintai pertanian lagi,
dari kondisi yang ada saat ini maka kegiatan-kegiatan pengembangan pertanian harus

kita dukung dengan upaya-upaya yang sangat signifikan bisa mengungkit produksi,
salah satunya bahwa Pak Menteri menyatakan bahwa kita harus swasembada pangan
dalam 3 tahun ke depan (Padi, Jagung , Kedelai) kemudian ditambah lagi beberapa
komoditas cabai, bawang, dan holtikultura lainnya serta termasuk juga daging dan
tepung. Kondisi ini tentunya membutuhkan perhatian kita semua salah satu yang
dihadapi saat ini adalah terbatasnya tenaga kerja, yang kedua semakin berkurangnya
minat generasi muda untuk turun kedunia pertanian. Solusi dari Kementrian Pertanian
yang pertama adalah bagaimana menumbuhkan minat generasi muda kembali kepada
dunia pertanian, tentunya pertanian juga harus bisa mengikuti trend atau
perkembangan dunia pertanian di negara-negara maju.

Alternative Pemecahan Masalah Pangan di Indonesia


1.

Menanam tanaman dengan cara Hidroponik dan Vertical sehingga tidak

memerlukan lahan yang luas


2. Menekan semaksimal mungkin pembangunan di Indonesia, sehingga lahan untuk
pertanian tidak semakin menyempit
3. Meningkatan ketahanan pangan baik dalam ketersediaan, stabilitas, aksesabilitas,
konsumsi sehingga dapat dilihat kemajuan pertumbuhan ekonomi dan suatu individu
dapat memiliki daya saing individu dan bangsa.
4.

Kualitas para petani perlu juga perhatian untuk mengolah sumber daya alam

yang ada. Para petani tersebut perlu diberikan pengetahuan agar mampu memajukan
jumlah komoditi pertanian. Seperti contohnya diberikan pelatihan bagi para petani
agar mereka dapat memberi perlindungan lebih aman dan efektif tanaman mereka
dari serangan hama, penyakit, dan lainnya.

5.

Seharusnya masyarakat suatu daerah dibiarkan mengkomsumsi bahan makanan

yang bisa dikonsumsi secara turun temurun. Semua itu bisa terlaksana asalkan ada
Goodwill dari masyarakat Indonesia ini mulai dari presiden, menteri dan seluruh
rakyat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki. Atau dengan mengganti beras
dengan bahan makanan berkomposisi sama atau lebih bergizi seperti sayur-sayuran
dan umbi-umbian. Dengan mengembangkan keunggulan komoditi pertanian yang
dimiliki oleh daerah, Indonesia tidak perlu ekspor apalagi impor.

B. Kemiskinan Di Indonesia
Kemiskinan adalah gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan di
Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan
Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami
tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan
kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada
awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan
pendapatan nasional melebar yang mencakup antar sektor, antar kelompok, dan
ketidakmerataan antar wilayah.

berdasarkan data Bank Dunia jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002
bukanlah 10 sampai 20% tetapi telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia
yang berjumlah 215 juta jiwa. Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses
sumber-sumber permodalan, juga karena infrastruktur yang juga belum mendukung
untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki kehidupannya, selain itu juga karna
SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin. Kemiskinan harus
diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia
sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk
mengurus persoalan kemiskinan.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya
investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan,
kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus
perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang lebih
parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang
dan papan secara terbatas.
Kemiskinan seakan menjadi sebuah fenomena atau sebuah persoalan yang tak ada
habis-habisnya, pemerintah terkesan tidak serius dalam menangani persoalan
kemiskinan, pemerintah lebih membiarkan mereka mengemis dan mencuri ketimbang
memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan dan
membebaskan Negara dari para pengemis jalanan karna kemiskinan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.


Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya yang
menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah

kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:2829) yaitu :
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan
atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan
seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat
itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi
masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru
sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat
miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.

5). Keterbatasan Modal

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat
maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan
suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan
usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin
banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup
yang harus dipenuhi.

Ada beberapa yang menjadi fokus perhatian bagi upaya penanggulangan kemiskinan,
yakni sebagai berikut:
1. Upaya penanggulangan kemiskinan harus bersifat local specific, maksudnya
penanggulangan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat local
sesuai dengan kondisi di daerah tersebut.
2. Upaya penanggulangan kemiskinan dalam era otonomi daerah harus diikuti
dengan perbaikan faktor produksi.
3. Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan dengan pendekatan
pembangunan ekonomi rumah tangga.
4. Program penanggulangan kemiskinan harus merupakan program
pembangunan yang produktif.
5. Agenda penanggulangan kemiskinan harus menjadi agenda nasional
6. Penanggulangan kemiskinan merupakan gerakan masyarakat yang dilakukan
sendiri oleh masyarakat itu sendiri.
7. Operasional strategi penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan dengan
menerapkan koordinasi, katalisasi, mediasi, dan fasilitasi.

C.Distribusi Pendapatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketimpangan merupakan hal yang tidak
sebagaimana mestinya seperti tidak adil, tidak beres. Sedangkan, pendapatan adalah
seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang
terhitung dalam jangka waktu tertentu (Astuti, 2015). Ketimpangan harus mendapat
perhatian karena ketimpangan wilayah yang ekstrim menyebabkan inefisiensi
ekonomi, alokasi aset yang tidak efisien dan menambah jumlah kemiskinan,
inefisiensi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas dan memperkuat kekuatan
politis golongan kaya sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat (Todaro,
2006).
Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu; distribusi ukuran,
adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang
dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi , yaitu
pendapatan karena hasil kerja yang berupa upah atau gaji dan besarnya tergantung
tingkat produktifitas dan pendapatan dari sumber lain seperti sewa, laba, bunga,
hadiah atau warisan.
Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan 8 faktor yang
menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara sedang
berkembang, yaitu:

Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya


pendapatan per kapita

Inflasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara


proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang

Ketidakmerataan pembangunan antar daerah

Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital
intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan harta lebih
besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja,
sehingga pengangguran bertambah

Rendahnya mobilitas sosial

Pelaksanaan kebijak-sanaan industri substitusi impor yang meng-akibatkan


kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golongan kapitalis

Memburuknya nilai tukar ( term of trade) bagi negara-negara sedang


berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat
ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang ekspor negaranegara sedang berkembang

Hancurnya industri-industri kerjainan rakyat seperti pertukangan, industri


rumah tangga, dan lain-lain.

Cara mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan?


Pertama, harus ada kebijakan untuk meredistribusi asset agar golongan tidak mampu
bisa memperoleh asset sebagai modalnya untuk berusaha. Cara lain adalah dengan
membentuk pertanian kolektif seperti di China, dimana lahan-lahan pertanian yang
sempit dijadikan satu (dikonsolidasikan) lalu dikerjakan secara bersama dan hasilnya

dibagi bersama. Pada sektor yang lain, Pemerintah membentuk Badan Asuransi
Kredit bagi UMKM. Dengan adanya badan tersebut maka akan meningkatkan akses
UMKM terhadap kredit usaha yang diberikan oleh bank.
Kedua, meminimalkan bertambahnya pekerja di sektor informal. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mendorong pertumbuhan sektor produksi (pertanian dan industri)
sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja. Untuk sektor pertanian misalnya
dengan mendorong petani beralih ke tanaman yang nilai ekonomisnya lebih tinggi
misalnya ke tanaman hortikultura. Pembatasan atau penghapusan sistem alih daya
(outsourcing) bisa pula dipertimbangkan agar tidak mudah terjadi PHK yang
kemudian mendorong orang bekerja di sektor informal.
Ketiga, penghapusan subsidi BBM dan listrik dan diganti dengan program lain yang
lebih tepat sasaran bagi rakyat miskin perlu dilakukan.

You might also like