Professional Documents
Culture Documents
KELUARGA MISKIN
(The Role of Parents Stimulation on Development of Under-Five Years Old Children
in Poor Family)
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional bertujuan
meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia secara berkesinambungan
dan
berkelanjutan.
Kualitas
sumberdaya manusia ditentukan oleh
keberhasilan tumbuh kembang pada
masa kanak-kanak (Depkes RI 2000).
Investasi yang dimulai sejak dini (usia
anak-anak)
dianggap
paling
menguntungkan
di
dalam
pembangunan SDM.
Faktor utama
yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak diantaranya adalah faktor gizi,
kesehatan dan pengasuhan (caring)
yang terkait satu sama lain. Hasil studi
Zeitlin (2000) menunjukkan bahwa
anak yang diasuh dengan baik akan
memiliki tingkat perkembangan yang
baik. Demikian juga anak yang memiliki
status gizi baik akan memiliki tingkat
perkembangan yang baik (Grantham
Mc-Gregor 1995).
Persentase
tertinggi
(52.1%)
kategori pendapatan rumah tangga
contoh berada pada selang Rp
100.000-Rp 500.000 per bulan. Secara
keseluruhan
rata-rata
pendapatan
rumah tangga adalah Rp 550.746. Jika
dilihat berdasarkan
kelompok status
gizi maka pada kelompok status gizi
normal, persentase tertinggi (50.0%)
ibu memiliki kategori pendapatan
antara Rp 500.001-Rp 1.000.000,
dengan
rata-rata
pendapatan
keluarga/bulan adalah Rp 561.093.
Sedangkan pada kelompok status gizi
kurang, persentase tertinggi (56.4%)
responden
memiliki
pendapatan
keluarga antara Rp 100.000-Rp
500.000 dengan rata-rata pendapatan
rumah tangga/bulan adalah
Rp
542.256. Walaupun demikian hasil uji
statistik tidak menunjukkan perbedaan
yang
nyata
antara
pendapatan
keluarga/bulan pada kelompok status
gizi normal dengan status gizi kurang
( < 0.05).
Sebanyak 59.2 % contoh memiliki
jumlah rumah tangga kebanyakan
anggota keluarga inti dengan jumlah
lebih dari 4 orang dan sisanya (40.8%)
4 orang. Rata-rata jumlah anggota
rumah tangga adalah 5.1 orang. Jika
dilihat berdasarkan kelompok status,
maka kelompok status gizi kurang
memiliki lebih banyak (5.3 orang)
jumlah
anggota
rumah
tangga
dibandingkan kelompok status gizi
normal (4.75 orang). Walaupun secara
statistik tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata antara jumlah anggota
rumah tangga pada kelompok status
gizi normal dengan status gizi kurang
( < 0.05).
Sebagian besar ibu (77.5%)
memiliki jumlah balita
satu orang
(Tabel 7). Rata-rata jumlah balita pada
status gizi normal adalah 1.28 orang
dan pada kelompok status gizi kurang
1.18 orang. Hasil uji statistik tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata
antara pendapatan keluarga/bulan
pada kelompok status gizi normal
dengan status gizi kurang ( < 0.05).
Frequency
14
12
10
8
6
4
2
0
14.0
18.0
22.0
26.0
30.0
34.0
38.0
42.0
46.0
50.0
Gambar 1.
Status
Kesehata
n
Sakit
Tidak
Sakit
Total
Normal
(n=32)
n
%
1 56.2
8
1 43.8
4
3 100.
2 0
Kurang
(n=39)
n
%
2 74.4
9
1 25.6
0
3 100.
9 0
n
4
7
2
4
7
1
%
66.2
33.8
100.
0
Frekuensi
1 kali
2 kali
3 kali
Rata-rata
std
Sebaran
Contoh
Berdasarkan Lama Sakit
Status Gizi
Total
Normal
Kurang
(n=32)
(n=39)
n
%
n
%
n
%
3 16.7 5 17.2 8 17.0
8 44.4 9 31.0 17 36.2
2 11.1 2
6.9 4 8.5
0
0.0 0
0.0 0 0.0
1
5.6 0
0.0 1 2.1
4 22.2 9 31.0 13 27.7
0
0.0 4 13.8 4 8.5
2.25
2.45
4.46
5.47
3.46
4.49
Tabel 4.
Umur
0-30 hari
1-4 bulan
4-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
12-18
bulan
18-24
bulan
2-3 tahun
3-4 tahun
Berdasarkan Umur
Status Gizi
Status Gizi
Normal
Kurang
(n=32)
(n=39)
%
%
44.6
51.3
50.8
62.8
54.7
60.9
46.1
62.2
51.6
58.4
56.3
60.3
dan
Total
%
48.3
57.4
58.1
54.9
55.3
58.5
71.1
73.1
71.8
62.2
75.0
49.8
60.0
54.5
62.5
kurang.
Lebih dari 50% ibu pada
kelompok status gizi normal melakukan
stimulasi dalam bentuk melatih anak
melompat dengan satu kaki (56.3%),
melatih anak mengenal bentuk benda
dan warnanya (68.8%) dan melatih
anak tentang kebersihan diri (80.0%).
Sementara melatih anak menyusun
balok hanya dilakukan oleh 43.8%.
Lain halnya pada kelompok status gizi
kurang, proporsi ibu tertinggi tidak
melakukan
stimulasi.
pada
bayi
berumur 2-3 tahun dan bentuk stimulasi
yang diberikan hanya
melatih anak
mengenal bentuk benda dan warnanya
(66.7%) Proporsi anggota lainnya
cukup tinggi dalam memberikan
stimulasi terutama dalam melatih anak
menyusun balok. Jenis stimulasi ini
juga banyak dilakukan oleh ayah pada
anaknya.
Pada penelitian ini ditemukan satu
orang balita berumur 3-4 tahun
termasuk dalam status gizi normal.
Jenis stimulasi yang diberikan pada
bayi tersebut terdiri dari memberi
kesempatan anak melompat dengan
satu kaki, melatih memotong gambar
dan melatih sopan santun. Sedangkan
jenis stimulasi yang tidak dilakukan
adalah melatih mengancingkan baju.
Lain halnya dengan ibu yang termasuk
status gizi kurang, proporsi tertinggi
ibu (71.4%) melakukan stimulasi dalam
bentuk melatih memotong gambar dan
melatih
mengancingkan
baju.
Dominasi ibu dalam memberikan
stimulasi terlihat pada kelompok status
gizi normal.
Sedangkan pada
kelompok status gizi kurang, terlihat
adanya keterlibatan ayah dalam
melatih anak melompok dengan satu
kaki (50.0%) dan peran anggota
lainnya dalam hal melatih anak
memotong gambar.
Berdasarkan data-data diatas maka
dapat dikatakan bahwa pemberian
stimulasi cenderung lebih banyak di
lakukan oleh ibu pada kelompok status
gizi kurang dibandingkan dengan
kelompok status gizi normal. Jika dilihat
berdasarkan kategori stimulasi, maka
proporsi terbanyak berada pada
Kategori
Stimulasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rata-rata
std
Tabel 6.
Kategori
Perkembangan
Anak
Cepat
Normal
Lambat
Skor
Sebaran
Perkembangan
Gizi Anak
Status Gizi
dan
Tingkat
Status
Tabel 7.
Total
(n=71)
Kategori
Perkembang
an Anak
Lambat
Normal Kurang
n
%
n
%
n
%
0 0.0 4 10.3 4 5.6
25 78.1 27 69.2 52 73.2
7 21.9 8 20.5 15 21.1
26.34
27.26
26.85
3.05
4.36
3.05
UNICEF
(1998)
mengatakan
bahwa stimulasi yang diberikan oleh
orang tua dan pengasuh sangat
mendukung terhadap perkembangan
anak yang optimal. Sementara Monks,
dkk
(1992)
mengatakan
bahwa
stimulasi verbal sangat penting bagi
perkembangan bahasa dalam periode
tahun pertama. Bayi-bayi yang sering
diajak bicara oleh ibu-ibu mereka
memiliki tingkat perkembangan yang
lebih tinggi daripada bayi yang tidak
mengalami perlakuan tersebut.
Jika dilihat berdasarkan kategori
stimulasi
maka
pada
umumnya
perkembangan anak termasuk normal.
Kondisi tersebut terlihat pada kategori
stimulasi rendah, sedang maupun
tinggi (Tabel 7). Walaupun demikian
masih ditemukan perkembangan anak
yang lambat, terutama pada kategori
stimulasi rendah dan sedang. Pada
kategori
stimulasi
tinggi
tidak
ditemukan adanya perkembangan anak
yang lambat.
Hasil uji Spearman
menunjukkan terdapat hubungan positif
nyata
antara
stimulasi
dengan
perkembangan anak. Hal ini berarti
semakin banyak anak diberi stimulasi
maka perkembangannya semakin baik.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995)
semakin banyak anak menerima
stimulasi dari lingkungan semakin luas
pengetahuannya
sehingga
perkembangannya
akan
optimal.
Demikian juga Alisjahbana (2000)
mengatakan bahwa perkembangan
anak dapat didukung dan dirangsang
dari lingkungan.
Normal
Cepat
Total
Sebaran
Perkembangan
Kelamin Anak
Kategori
Perkembangan
Anak
Lambat
Normal
Cepat
Total
Kategori
dan Jenis
Jenis Kelamin
Laki-laki
n
%
10 25.6
26 66.7
3
7.7
39 100.0
Perempuan
n
%
5 15.6
26 81.3
1
3.1
32 100.0
12-24
bln
n
%
10 41.7
14 58.3
0 0
24 100
25-60
bln
n
%
5 10.6
38 80.9
4 8.5
47 100
(73%).
Kategori
lambat
diketemukan pada kelompok anak
gizi normal dan kurang (masingmasing 22% dan 21%). Pemberian
stimulasi berkorelasi dengan nilai
perkembangan anak.
Pada
kategori stimulasi tinggi tidak
dijumpai anak yang kategori
perkembangannya
lambat.
Meskipun skor perkembangan anak
gizi kurang sedikit lebih tinggi
dibandingkan gizi baik, tetapi
secara statistik tidak signifikan.
Diduga
metode
pengukuran
variabel
perkembangan
dan
pertumbuhan
dengan
time
references
yang
berbeda
mempengaruhi nilai skor tersebut.
4. Kesimpulan di atas menegaskan
kembali
perlunya
stimulasi
terhadap anak sejak usia dini.
Stimulasi dapat diberikan secara
internal oleh keluarga, institusi
kemasyarakatan, maupun melalui
program pemerintah. Karena masih
rendahnya stimulasi yang diberikan
oleh internal keluarga, maka
disarankan program pemerintah
terhadap early child development
seperti BKB dan PADU tetap terus
dikembangkan dan dilanjutkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih
kepada Tim Peneliti kerjasama PSKPG-IPB
dan
WFP
yang
telah
mengijinkan
penggunaan kerangka sampel untuk studi
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, A. 2000. Stimulasi PsikoSosial, Tumbuh Kembang, Pola Asuh
dan Hak Anak. Makalah Disampaikan
pada Pelatihan Bagi Media Massa:
Konvensi Hal-Hak Anak Serta Pangan
dan Gizi.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi, November 2000,
Bogor.
Aritonang, I.
1996.
Pemantauan
Pertumbuhan Balita. Jakarta: Kanisius.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 1994. Tren
Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.
Jakarta: BPS.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2000.
Penanggulangan
Anak-anak
yang
1
2