You are on page 1of 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI TENTANG

PENGGUNAAN APD (HANDSCOON DAN MASKER) DALAM PENCEGAHAN


PENULARAN INFEKSI PADA PERAWAT DI PUSKESMAS GONDANGLEGI
KECAMATAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG
Putri Mayasari Fauzie, Tri Nurhudi Sasono, Inu Martina
STIKes Kepanjen Jl. Trunojoyo No.16 Panggungrejo Kepanjen Malang
ABSTRACT : Relationships level of knowledge on the motivation of the nurses on the
use of PPE (Handscoon and Masks) in the prevention of transmission of infection to the
nurse at the health center Gondanglegi Gondanglegi District Malang Regency.
Nosocomial infections are a major problem in some developing countries, particularly in
almost all health facilities. One way to reduce the transmission of infection is to use personal
protection equipment (PPE). In general the use of personal protection equipment (PPE) used
for years to protect health workers, especially nurses from microorganisms that cause
infection transmission. This study aims to determine the relationship of the level of
knowledge on the motivation of the use of PPE (Handscoon and Masks) in the prevention of
transmission of infection to the nurse at the health center Gondanglegi Gondanglegi District
Malang Regency. The study design was koresional using cross sectional with a total
population of 15 respondents and a sample of 15 respondents using total sampling, research
instrument was questionnaire. The data were analyzed using the Spearman rank test with the
help of SPSS version 16 for windows 0.05 level of significance. Analysis results obtained
significancy P values obtained in the amount of 0.01 can be concluded that H1 is accepted.
The technique used to determine the relationship anatar two variables with ordinal scale data
variables. It can be concluded that there is a correlation level of knowledge on the motivation
of the nurses on the use of PPE (Handscoon and Masks) in precaution transmission of
infection to the nurse at the health center Gondanglegi Gondanglegi District Malang
Regency. Saran, the motivation for using PPE (Handscoon and Masks) properly the duty
nurse contacts directly to the patient is very important. Keywords: knowledge, motivation,
PPE (Handscoon and Masks), nosocomial infections, nurse.
ABSTRAK : Hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi tentang penggunaan
APD (Handscoon dan Masker) dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat di
Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang. Infeksi nosokomial merupakan masalah
utama di sebagian negara berkembang ,terutama dihampir semua fasilitas kesehatan. Salah
satu cara untuk mengurangi penularan infeksi adalah dengan menggunakan Alat Perlindungan
Diri (APD). Secara umum penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) digunakan secara
bertahun-tahun untuk melindungi tenaga kesehatan khususnya perawat dari mikroorganisme
yang menyebabkan penularan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan terhadap motivasi tentang penggunaan APD ( Handscoon dan Masker)
dalam pencegahan penularan infeksi pada perawat di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang. Desain penelitian adalah koresional menggunakan
pendekatan cross sectionaldengan jumlah populasi sebanyak 15 responden dan sampel 15
responden dengan menggunakan total sampling, instrument penelitian adalah lembar
kuesioner. Analisa data dilakukan dengan menggunakan spearman rank dengan bantuan uji
1

statistik SPSS versi 16 for windows taraf signifikasi 0,05. Diperoleh hasil analisa didapatkan
nilai significancy P yang besarnya 0,01, dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Teknik
tersebut digunakan untuk menentukan adanya hubungan anatar dua variabel dengan skala
variabel data ordinal. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap
motivasi perawat tentang penggunaan APD (Handscoon dan Masker) dalam penncegahan
penularan infeksi pada perawat di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang. Saran, motivasi untuk menggunakan APD (Handscoon dan Masker)
dengan baik dan benar terhadap perawat yang bertugas kontak secara langsung kepada pasien
sangatlah penting. Kata kunci : pengetahuan , motivasi , APD (Handscoon dan Masker) ,
infeksi nosocomial, perawat .

LATAR BELAKANG
Belakangan ini pencegahan penularan
infeksi
menjadi
perhatian
public
mengingat infeksi nosocomial merupakan
masalah utama di sebagian negara
berkembang ,terutama dihampir semua
fasilitas kesehatan. Salah satu cara untuk
mengurangi penularan infeksi adalah
dengan menggunakan Alat Perlindungan
Diri (APD). Secara umum penggunaan
Alat Perlindungan Diri (APD) digunakan
secara bertahun-tahun untuk melindungi
tenaga kesehatan khususnya perawat dari
mikroorganisme
yang
menyebabkan
penularan infeksi. Penularan infeksi tidak
hanya beresiko terjadi pada orang yang
sakit atau pasien yang sedang dirawat
dirumah sakit saja namun juga tenaga
kesehatan seperti perawat. Untuk itu perlu
adanya upaya pencegahan penularan
infeksi agar baik resiko maupun kasus
terjadinya penularan infeksi khususnya
infeksi nosocomil dapat dikontrol. Angka
kejadian infeksi nosocomial dapat
menurunkan citra dan mutu pelayanan
karena program pengendalian infeksi
nosocomial merupakan salah satu tolak
ukur kendali mutu pelayanan. Oleh karena
itu sebuah fasilitas kesehatan harus
menerapkan
standart
pencegahan
penularan infeksi agar bisa mengontrol

terjadinya penularan infeksi baik dengan


sarana yang memadai dan juga tenaga
kesehatan yang berkompeten (Burke J.
2003).
Tenaga kesehatan yang berada di
dalam area seperti ruang operasi, instalasi
gawat darurat dan laboratorium sangat
rentan dan memiliki resiko tinggi untuk
terekspose pada penularan penyakit akibat
infeksi virus atau bakteri. Penyebaran dan
penularan penyakit terhadap tenaga
kesehatan sebenarnya dapat dicegah dan
strategi untuk melindungi para tenaga
kesehatan dari paparan virus berbahaya
adalah meliputi implementasi mengenai
tindakan
kewaspadaan
universal,
pemberian vaksin Hepatitis B dan
kemampuan serta kesadaran diri sendiri
untuk melindungi diri dari paparan infeksi
virus (WHO, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala Unit Gawat Darurat (UGD)
Puskesmas Gondanglegi ,diantara 2
perawat yang jaga pada shif pagi rata-rata
memiliki motivasi untuk melakukan
pencegahan penularan infeksi namun tidak
menggunakannya dalam setiap tindakan
keperawatan. Disamping itu juga mereka
masih menganggap bahwa hal itu sangat
membutuhkan waktu karena untuk
2

melakukan pencegahan infeksi mereka


perlu
menggunaan
APD
(Alat
Perlindungan Diri). Kemudian standart
ruangan dan juga alat yang tersedia untuk
melakukan tindakan masih sangat kurang,
hanya terdapat dua sekat pembatas dan 2
tempat
tidur
untuk
melakukan
pemeriksaan.
Pengetahuan
merupakan
pembentuk
tindakan
seseorang.
Pengetahuan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pencegahan infeki
nosocomial. Motivasi atau dorongan dalam
melakukan suatu pekerjaan memiliki
kontribusi terhadap kinerja perawat.
Dukungan dan supervisi kepala ruangan
terhadap kinerja perawat pelaksana sangat
dibutuhkan dalam upaya pencegahan
infeksi nosocomial. Supervisi dilakukan
untuk
mengetahui
sejauh
mana
kemampuan perawat pelaksana dalam
melakukan tindakan pencegahan infeksi
nosocomial (Notoatmodjo , 2010).
Namun pada kenyataan di lapangan
sendiri masih banyak pemahaman terhadap
pencegahan infeksi pada sebagian besar
tenaga kesehatan kurang diperhatikan, ini
disebabkan oleh banyak faktor. Dari
beberapa hasil studi pendahuluan yang
penulis lakukan sebelumnya terhadap
perawat yang bekerja di Rumah Sakit
khususnya di Ruang bedah didapatkan
hasil wawancara dengan 5 orang perawat
mengungkapkan bahwa mereka tidak
memperhatikan kewaspadaan universal
karena kurangnya motivasi perawat dalam
melaksanakan
universal
precaution.
Kurangnya motivasi tersebut disebabkan
karena kurangnya pemahaman perawat
mengenai universal precaution, menurut
pemahaman perawat universal precaution
hanya memakan banyak waktu, meski

mengetahui universal precaution penting


agar tidak terkontaminasi oleh penyakit.
Sedangkan 3 orang perawat lainnya
mengatakan belum melakukan universal
precaution secara benar karena sarana dan
prasarana yang tersedia di rumah sakit
tidak tersedia.
Tenaga kesehatan harus selalu
mendapatkan perlindungan dari resiko
tertular penyakit, untuk dapat bekerja
secara maksimal. Pimpinan rumah sakit
berkewajiban
menyusun
kebijakan
mengenai kewaspadaan umum, memantau
dan memastikan dengan baik. Pimpinan
juga bertanggung jawab atas perencanaan
anggaran dan ketersediaan sarana untuk
menunjang
kelancaran
pelaksanaan
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan dirinya dan orang lain serta
bertanggung jawab sebagai pelaksana
kebijakan yang ditetapkan rumah sakit.
Tenaga kesehatan juga bertanggung jawab
dalam
menggunakan
sarana
yang
disediakan dengan baik dan benar serta
memelihara sarana agar selalu siap dipakai
dan dapat dipakai selama mungkin.
Pelaksanaan pencegahan infeksi disuatu
unit pelayanan kesehatan akan tergantung
pada sikap petugas kesehatan, tersedianya
alat dan sarana yang dibutuhkan untuk
menerapkan pencegahan infeksi, serta
pembinaan dan pengawasan untuk
melakukan
kewaspadaan.
Tenaga
kesehatan harus mempunyai motivasi
dalam segala macam tindakannya, untuk
melakukan kewaspadaan universal. Tenaga
kesehatan memiliki motivasi yang besar
agar tidak terkena infeksi atau tertular
infeksi dari berbagai macam penyakit.
Disamping motivasi yang tinggi tentunya
setiap tenaga kesehatan juga harus
memilik
ilmu
pengetahuan
dan
keterampilan agar apapun setiap tindakan
3

yang mereka lakukan selalu mempunyai


dan mengikuti standart yang telah
ditentukan oleh setiap rumah sakit
(Depkes, 2003).
Dari uraian diatas peneliti ingin
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

terhadap motivasi penggunaan APD


(Handscoon
dan
Masker)
dalam
pencegahan penularan infeksi
pada
perawat di Puskesmas Gondanglegi
Kabupaten Malang.
Karakteristik responden penelitian
ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir
seluruh (74 %),
lulusan Diploma
Keperawatan dibuktikan dengan data yang
menunjukan perawat lulusan Diploma
Keperawatan berjumlah 11 responden,
sedangkan sebagian kecil(13%) perawat
tingkat pendidikan S1 Keperawatan
berjumlah 2 responden dan perawat tingkat
pendidikan SPK berjumlah 2 responden.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan
di Puskesmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang. Pada
tanggal 23 24 Mei 2016 selama 4 hari.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat yang bekerja di
Puskessmas Gondanglegi Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang sebanyak
15 responden.

DATA KHUSUS
1. Tingkat pengetahuan tentang
penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan
infeksi berdasarkan tingkat pendidikan.

Tehnik pengambilan sampel dalam


penelitian ini adalah total sampling.

HASIL
Karakteristik
Responden

Tabel 1 Distribusi

Frekuensi tingkat

HASIL
DAN
PEMBAHASAN

pengetahuan tentang
N
o

Tingkat
Pendidika
n

APD (Handscoon
dan Masker)

Prosentas

berdasarkan tingkat

e%

pendidkan
Bai Cuku Kuran

Karakteristik
responden
k
1
SPK
0
penelitian
2
D3
0
ditinjau
dari
3
S1
13
tingkat
usia
Jumlah
adalah
hampir
seluruh (60%) berusia 20-30 tahun
berjumlah 9 responden, kemudian hampir
setengah (27%) berusia 31-40 tahun
berjumlah 4 responden dan sebagian kecil
(13%) berusia > 40 tahun berjumlah 2
responden.

p
1
1
15

g
0
0

7%
7%
87%
100%

frekuensi tingkat pengetahuan


tentang APD (Handscoon dan
Masker) berdasarkan tingkat
pendidikan
(Sumber Data : Penelitian,2016)

Berdasarkan table 4.4 diketahui


bahwa
hasil
penelitian
tentang
pengetahuan perawat terhadap penggunaan
APD (Handscoon dan Masker ) dalam
pencegahan penularan infeksi, dari hasil
pengumpulan data yang didapatkan
kebanyakan pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dikatakan sebagian besar (87%)
berpengetahuan
baik
berjulah
13
responden yakni berpendidikan S1.
2. Tingkat pengetahuan tentang
penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan
infeksi pada perawat
Table

No
1
2
3

N
o

Tingkat
Pendidik
an

3. Tingkat motivasi Perawat tentang


Penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan
infeksi pada perawat berdasarkan
tingkat pendidikan

Frekuensi tingkat
motivasi tentang APD
(Handscoon dan
Masker) berdasarkan
tingkat pendidkan

Baik Cukup
Pengetahua Frekuensi Prosentase
n
%0
1
SPK
2
Baik
13
87%
2
D3
0
1
Cukup
13%
3 2 S1
12
0
Kurang
0
0
Jumlah
15
Jumlah
15
100%
Distribusi
frekuensi
pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD (Handscoon
dan Masker) di Puskesmas
Gondanglegi Kabupaten Malang
(Sumber Data : Penelitian,2016)

Berdasarkan table 2 diketahui


bahwa
hasil
penelitian
tentang
pengetahuan perawat terhadap penggunaan
APD (Handscoon dan Masker ) dalam
pencegahan penularan infeksi. Dari hasil
pengumpulan data yang didapatkan
kebanyakan pengetahuan perawat sebagian
besar (87%) memiliki pengetahuan baik
sebanyak 13 responden.

Prose
ntase
%

Tabel 3 Distribusi

Kuran
g
0
0
0

13%
7%
80%
100%
frekuensi hubungan tingkat
motivasi
tentang
APD
(Handscoon
dan
Masker)
berdasarkan tingkat pendidikan

(Sumber : Data Penelitian, 2016)

Berdasarkan table 3 diketahui


bahwa hasil penelitian tentang motivasi
perawat terhadap penggunaan APD
(Handscoon dan Masker ) dalam
pencegahan penularan infeksi, dari hasil
pengumpulan data yang didapatkan
kebanyakan pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dikatakan sebagian besar (80a%)
berpengetahuan
baik
berjulah
13
responden yakni berpendidikan S1.
5

dan Masker) dalam pencegahan


penularan infeksi di Puskesmas
Gondanglegi
Kecamatan
Gondanglegi
Kabupaten
Malang.

4. Tingkat motivasi Perawat tentang


Penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan
infeksi pada perawat .
Table 4 Distribusi frekuensi motivasi
perawat terhadap penggunaan
APD (Handscoon dan Masker)
dalam pencegahan penularan
infeksi
di
Puskesmas
Gondanglegi
Kabupaten
Malang.
No

Motivasi

Frekuensi

Prosentase
%
1
Tinggi
12
80%
2
Sedang
3
20%
3
Rendah
0
0
Jumlah
15
100%
(Sumber : Data Penelitian, 2016)

Berdasarakan table 4 diketahui


bahwa hasil penelitian tentang motivasi
perawat terhadap penggunaan APD
(Handscoon
dan
Masker)
dalam
pencegahan penularan infeksi. Dari hasil
pengumpulan data yang didapatkan
sebagian besar (80%) memiliki motivasi
baik sebanyak 12 responden.
5. Hubungan pengetahuan terhadap
motivasi tentang penggunaan APD
(Handscoon dan Masker) dalam
pencegahan penulran infeksi
Table 5 Hubungan tingkat pengetahuan
terhadap
motivasi
tentang
penggunaan APD (Handscoon

(Sunber : Data Penelitian, 2016)


Berdasarkan table 5 diketahui hasil
analisa data yang dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Spearrman Rho
dengan taraf signifikasi 0.05. Diperoleh
hasil signifikasi (p) yang besarnya
0.011 ,maka P < 0,05, sehingga H1
diterima artinya ada hubungan tinkat
pengetahuan perawat terhadap motivasi
tentang penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan
infeksi. Apabila nilai penguji dalam
kriteria signifikan, maka pada coefficient
Hubungan
tingkat
motivasi
Hubungan
tingkat
pengetahuan

840*

P
N

0,01
15

correlation akan terdapat tanda 0,840


seperti hasil di atas dengan hasil di atas
dengan hasil yang menunjukkan bahwa
arah korelasi positif dengan kekuatan
korelai yang kuat.
PEMBAHASAN
Dari hasil analisa data yang
dilakukan dengan menggunakan uji
statistik Spearrman Rho dengan taraf
signifikasi
0.05. Diperoleh
hasil
signifikasi (p) yang besarnya 0.011
,maka P < 0,05, sehingga H1 diterima
6

artinya ada hubungan tinkat pengetahuan


perawat terhadap motivasi tentang
penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam pencegahan penularan
infeksi. Apabila nilai penguji dalam
kriteria signifikan, maka pada coefficient
correlation akan terdapat tanda 0,840
seperti hasil di atas dengan hasil di atas
dengan hasil yang menunjukkan bahwa
arah korelasi positif dengan kekuatan
korelai yang kuat.

Notoatmodjo S, (2010). Metodologi


Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Salemba Medika
Notoatmodjo S,(2010).Pendidikan Dan
Perilaku
Kesehatan.
Jakarta:
Salemba Medika
Aziz,Alimul,(2012).Kebutuhan
Dasar
Manusia Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika
Aziz,Alimul,(2012).Kebutuhan
Dasar
Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika

KESIMPULAN
Terdapat
hubungan
tingkat
pengetahuan terhadap motivasi tentang
penggunaan APD (Handscoon dan
Masker) dalam penularan pencegahan
penularan infeksi pada perawat.

Depkes,
(2001).
Prinsip
dari
Kewaspadaan
Universal
Precaution.
Dinas
Kesehatan
tanggal 20 Oktober 2013 dari
hhtp://www.depkes.go.id
Potter dan Perry. 2010. Fundamental of
Nursing. Indonesia : Elsevier.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan,(2012). Statistik untuk kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat,A., (2004). Pengantar Konsep
Dasar
Keperawatan.
Jakarta:SalembaMedika
Tietjen Linda dkk, (2004),
Pencegahan Infeksi Untuk
Pelayanan
Kesehatan
Sumber Daya Terbatas.
Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo.

Panduan
Fasilitas
Dengan
Jakarta:
Sarwono

You might also like