Professional Documents
Culture Documents
Penyusun :
Muhammad Isa Ahsani (201510401011068)
Pembimbing:
dr. Abdurrahman Yusuf Habibie, Sp.OT
KATA PENGANTAR
Lamongan,
September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS.....................................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
10
2.1 Anatomi
dan
Fisiologi
Tulang
..................................................................................................................
10
2.2 Definisi
Fraktur
..................................................................................................................
17
2.3
Klasifikasi
Fraktur
..................................................................................................................
18
2.4
Epidemiologi
..................................................................................................................
27
2.5 Etiologi
..................................................................................................................
27
2.6 Penegakan
Diagnosis
..................................................................................................................
28
2.7 Penatalaksanaan
..................................................................................................................
33
2.8 Komplikasi
..................................................................................................................
36
2.9 Prognosis
..................................................................................................................
39
BAB 4 PEMBAHASAN...........................................................................................
40
BAB 5 KESIMPULAN ...........................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama/suku
Nama orang tua
Alamat
MRS
: Ny. Janatun
: 20 tahun 7 bulan 22 hari
: Perempuan
: Islam/Jawa
: Ny. Sumarti/Tn. Kasuwan
: Tuyuh RT3 RW3 Pangkatrejo Lamongan
: 23 Agustus 2016 pukul 15.05
Keluhan utama
Nyeri lengan kiri post KLL
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri lengan kiri post KLL kurang lebih 1
jam smrs. Nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal, pingsan disangkal.
Mechanism of Injury
Pasien mengendarai motor dengan kecepatan sedang (50 km/jam) tiba-tiba
menghindari anak kecil yang menyeberang sehingga jatuh ke sebelah kiri. Pasien
jatuh di jalan beraspal dengan tangan kiri tertindih badan pasien. Pasien
menggunakan helm.
Primary Survey
A : Clear, gargling (-), snoring (-), potensial obstruksi (-), dapat berbicara (+)
B : Spontan, RR 20x/menit, ves/ves, rh -/-, wh -/-, SaO2 100 % tanpa O2 support
C : Akral HKM, CRT <2, Nadi 91x/menit, TD 113/76 mmHg
D : GCS 456, lateralisasi -, PBI 3mm/3mm, RC +/+
E : Deformitas antebrachii 1/3 distal sinistra
Secondary Survey
- Kepala/Leher
Inspeksi :anemia -, ictus -, sianosis -, dispsneu -, mata cowong -, KGB -,JVP -,
vulnus ekskoriatum et labium oris lateral sinistra inferior.
- Thorax
Paru : Inspeksi
retraksi Palpasi
Perkusi
: Sonor/sonor
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
:-
Perkusi
Auskultasi
- Abdomen : Inspeksi
: Flat
Palpasi
Perkusi
: Thympani
Auskultasi
: BU + N
- Ekstremitas :
Status Lokalis regio antebrachii sinistra :
Look
Feel
Move
: ROM elbow joint fleksi dan ekstensi terbatas nyeri +, ROM wrist
joint fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi terbatas nyeri +
Feel
Move
Pemeriksaan Laboratorium :
Eritrosit
5.48 (3.80-5.30)
Limposit
25.2 (25.0-33.0)
Basofil
1.2 (0.0-1.0)
Eosinofil
4.2 (1.0-2.0)
Hematokrit
PT
11.00 (10.30-16.30)
aPTT
26.90 (24.20-38.20)
Monosit
3.4 (3.0-7.0)
MPV
5 (5-10)
Hemoglobin
LED
41 / 59 (L 0-5/jam; P 0-7/jam)
Lekosit
8.7 (4.000-11.000)
Trombosit
262.000 (150.000-450.000)
MCH
25.20 (28.00-36.00)
HbsAg
Negatif
76
Metode 1
Non reaktif
Pemeriksaan Thorax :
Hasil Pemeriksaan :
Cor : Ukuran dan bentuk jantung tampak normal
Pulmo : Tidak tampak adanya fibroinfiltrat.
Bone and soft tissue : Kedua sudut costophrenicus paru tajam
Kesimpulan : Foto thorax tampak normal
Hasil Radiologi :
Rontgen antebrachii sinistra posisi AP didapatkan : Soft tissue swelling,
Fracture os radius 1/3 distal complete, minimal displace, oblique, dengan
angulasi ke medial. Fracture os ulna 1/3 distal, minimal displace, oblique.
Rontgen antebrachii sinistra posisi Lateral didapatkan : Soft tissue
swelling, Fracture os radius 1/3 distal complete, minimal displace, oblique,
dengan angulasi ke medial. Fracture os ulna 1/3 distal, minimal displace,
oblique.
Diagnosis :
Close fracture os radius sinistra 1/3 distal complete, minimal displace, oblique,
dengan angulasi ke medial. Close fracture os ulna sinistra 1/3 distal, minimal
displace, oblique.
Terapi :
Inf. PZ 1500cc/24 jam
Pasang bidai
Inj. Ranitidine 2 x 50 mg iv
Inj. Na. Metamizole 3 x 1 gr iv
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
Gambar 1. Contoh tulang panjang, pendek, dan pipih pada ekstremitas atas
Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk
foveaarticularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput
radiidikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis
danberhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus
radiioleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt
tuberositasradii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo
interossea(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo
posterior. Ujungdistal radius melebar ke arah lateral membentuk processus
11
styloideus radii, dibagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies
dorsalis terdapatsulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal
radiusmembentuk facies articularis carpi.8
12
fibrokartilago
triangularis.
Membranes
interosea
memperkuathubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang
kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi
13
atau bilapatahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi
sendiradioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu
ototsupinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan
pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada
radius danulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi
angulasi danrotasi, terutama pada radius.1
14
yang
bersifat
multinukleus,
tidak
ditutupi
oleh
permukaan
tulangdengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut
osteoklas.Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas
osteoklasinyang menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan
dan disebut deosifikasi.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periodepertumbuhan
tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalambentuk
perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatuorgan
biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
15
Air : 20%
Substansi
organik
terdiri
atas
sel-sel
tulang
serta
substansi
yang
semakin
meningkat.
Perubahan
tersebut
juga
16
Derajat
I
Luka
Fraktur
Laserasi <2 cm
Sederhana,
dislokasi fragmen
minimal
II
III
17
Tipe
Tipe
IIIA
Batasan
Batasan
Periosteum masih membungkus
fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan
lunak yang
Robekan
kulitluas
dengan kerusakan kulit otot, luka bersih, kurang dari
I
IIIB
II
IIIC
III
1 cm panjangnya
Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal
Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat.
striping atau terjadi bone expose
Seperti grade I namun disertai memar kulit dan otot, luka lebih luas
Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat
tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
kerusakan jaringan lunak.
Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental
terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,
fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan
fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.
Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976)
Gustillo, Mendoza dan Williams (1984):2
Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, trauma yang
ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri sudah terkena
penyakit tertentu. Oleh karena itu dikenal juga berbagai jenis fraktur5 :
1. Fraktur disebabkan trauma yang berat
18
19
Gambar 6. Jenis Patah tulang. Fraktur komplet : (a) Transversal; (b) Segmental;
(c) Spiral. Fraktur inkomplete : (d) Buckle/torus/melengkung; (e,f) greenstick.4
20
Displacement
Translation
Angulation
Gambar 7. Macam Displacement
Shortening
21
1 - Avulsion fracture
2 - Complete fracture
3 - Comminuted fracture
Type B fracture
intra-articuler
singleartikuler
condyle fractures 6
Gambarare
9. Tipe
A fraktur intra
1 - Simple
2 - Crush/depression
3 - Comminuted - split depression
22
1 - Simple
2 - Crush/depression
3 - Comminuted - split depression
23
fragmen
tulang
dari
tempatnya
semula
disebut
24
aposisi 80%, berarti 80% permukaan fragmen proksimal masih kontak dengan
fragmen distal.
2. Alignment
Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang
sehingga arah aksis longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal
fragmen proksimal dan distal membentuk sudut maka disebut angulasi. Pada
pemeriksaan radiologi, angulasi ini dinyatakan dalam derajat.
3. Rotasi
Rotasi adalah berputarnya fragmen tulang pada aksis longitudinalnya,
misalnya fragmen distal mengalami perputaran terhadap fragmen proksimal.
4. Length (panjang)
Length dapat dibagi menjadi 2, yaitu overlapping (tumpang tindihnya
tulang) yang menyebabkan pemendekan (shortening) tulang serta distraksi yang
menyebabkan tulang memanjang.
2.4 Epidemiologi
Fraktur antebrachii yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun
anak-
anak,Fraktur
yang
mengenai
lengan
bawah
anak
25
pada
sekitar 82%
pada daerah metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada
daerahdiafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-stick. Fraktur tulang
radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal. 1
2.5 Etiologi
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi
terjadinya fraktur :9
Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti tumor atau pada
penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.
Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.9
26
fraktur minor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada
korteks.5
27
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur
radius dan ulna :
tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri
saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi
petunjuk untuk mendiagnosisnya.
mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radiusdapat
retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkinmengalami
fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri padasiku. Pada
fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dannyeri bila
lengan berotasi.
28
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi kearah
dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur iniakibat
terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaanpronasi, atau
terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagiandorsolateral.
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung
bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yangmencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang seringterjadi.1,4,5
2) Fraktur Colles
29
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal
bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas
garpu-makan malam (dinner-fork ). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur
pada prosesus styloideus ulna.4
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal)
denganangulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal
keradial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid
ulna.Fraktur
collees
dapat
terjadi
setelah
terjatuh,
sehingga
dapat
pada
punggung
tangan.
Pasien
mengalami
cedera
tangan
yang
memberikan
gambaran
(gardenspade).1,6
30
deformitas
sekop
kebun
2.7 Penatalaksanaan
31
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering
terjadi.Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak
stabilsehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai
perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna
dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal
radiusumumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada
kebanyakan kasus.3
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi
/reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa
yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmenfragmenfraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula
atau keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.2
32
fase
ini
terbentuk
fibrous
callus
dan
disini
tulang
33
dan
tulang
sedah
terbentuk
dengan
baik,
serta
terjadi
34
35
Komplikasi
patah
tulang
dapat
dibagi
menjadi
komplikasi
Malunion
Malunion
sering
ditemukan,
baik
karena
reduksi
tidak
lengkap
atau
kelalaian,
adalah
komplikasi
yang
sering
ditemukan.
Osteomyelitis
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagaiosteomyelitis,
dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikandengan adanya awitan
demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalandengan cepat. Pada anak36
anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasidari infeksi pada tempattempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga(otitis media) dan kulit
(impetigo). Bakterinya (Staphylococcusaureus, Streptococcus, Haemophylus
influenzae) berpindah melalui alirandarah menuju metafisis tulang didekat
lempeng pertumbuhan dimana darahmengalir ke dalam sinusoid.
Akibat
perkembangbiakan
bakteri
dan
nekrosis
jaringan,
maka
tempatperadangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis
ini
sedini
mungkin,
terutama
pada
anak-anak,
sehingga
37
2.9 Prognosis
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter
pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar
patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulangdan
periost yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase
jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.8
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat
bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan
fraktur:
Kematian : 11.696
Insiden : 1.499.999
0,78% rasio dari kematian per insiden9
38
BAB 4
PEMBAHASAN
Ny. J datang ke IGD pada tgl 23 Agustus 2016 pada pukul 15.05, dengan
keluhan nyeri lengan kiri post KLL 1 jam smrs. Pasien mengendarai motor dengan
kecepatan sedang (50 km/jam) tiba-tiba menghindari anak kecil yang
menyeberang sehingga jatuh ke sebelah kiri. Pasien jatuh di jalan beraspal dengan
tangan kiri tertindih badan pasien.
Pada primary survey didapatkan airway clear; breathing spontan, RR
20x/menit, suara nafas ves/ves; circulation CRT <2, Nadi 91x/menit, TD 113/76
mmHg; disability GCS 456; exposure deformitas antebrachii 1/3 distal sinistra.
Pada secondary survey, didapatkan vulnus ekskoriatum pada labium oris lateral
sinistra inferior dan dorsum pedis sinistra. Hasil pemeriksaan fisik pada regio
antebrachii sinistra didapatkan dari look : swelling +, angulasi +, luka terbuka -,
active bleeding -, vulnus ekskoriatum +; feel : tenderness +, false movement +,
pulsasi distal +, krepitasi +; move: ROM elbow joint fleksi dan ekstensi terbatas
nyeri +, ROM wrist joint fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi terbatas nyeri +.
Pada pemeriksaan radiologis didapatkan : Soft tissue swelling, Fracture os radius
1/3 distal complete, minimal displace, oblique, dengan angulasi ke medial.
Fracture os ulna 1/3 distal, minimal displace, oblique.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, maka Ny. J
dapat didiagnosis Close fracture os radius sinistra 1/3 distal complete, minimal
displace, oblique, dengan angulasi ke medial dan close fracture os ulna sinistra 1/3
distal, minimal displace, oblique. Fraktur adalah terputusnya hubungan/
39
kontinuitas struktur tulang. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah
tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal
patah. Pada kasus ini pasien terkena trauma langsung karena tangan kiri pasien
tertindih saat terjatuh.
Penatalaksanaan fraktur pada pasien ini menggunakan konsep empat R
yaitu : rekognisi, reduksi /reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi. Rekognisi
dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Reduksi
dilakukan dengan cara pembedahan dengan teknik open reduction. Retensi atau
fiksasi dilakukan dengan cara internal fixation menggunakan plate and screw
kemudian diberi external fiksasi dengan menggunakan gips. Rehabilitasi pada
pasien ini dilakukan intervensi fisioterapi berupa gerakan pasif dan gerakan aktif
dengan tujuan fungsi ekstremitas dapat kembali normal.
40
BAB 5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur sebagian besar
diakibatkan oleh dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis.2
Penegakan diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, yang ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis
diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur dan mengevaluasi
komplikasi yang terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi
pada pasien.
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi/
reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi. Proses penyembuhan patah tulang adalah
proses biologis alami yang akanterjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa
yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan
terjadi perdarahan di sekitarpatahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya
pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,
kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada
akhirnya fase konsolidasi.8
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard, Buckley. (2012). General Principles of Fracture Care. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1270717-overview
2. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone. 2007
4. Apley, A.Graham. (2010). Apleys System of Orthopaedics and Fractures Ed 9.
UK : Hodder Arnold.
5. Ekayuda, Iwan. (2011). Trauma Skelet. Radiologi Diagnostik. Jakarta : FK UI.
31-61
6. American
Orthopedic
dari
http://www.aona.com
7. Benvie. (2009). Fraktur. Diakses dari http://doctorology.net
8. Mansjoer A et al (editor) 2001., Kapita Selekta Kedokteran., Jilid 1, Edisi III.,
Media Esculapius., FKUI., Jakarta
9. Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Editor:
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001 diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395207.bab-r.pdf
42