You are on page 1of 46

LAPORAN KASUS

FRAKTUR RADIUS ULNA

Penyusun :
Muhammad Isa Ahsani (201510401011068)

Pembimbing:
dr. Abdurrahman Yusuf Habibie, Sp.OT

SMF BEDAH ORTHOPEDI RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta
salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
FRAKTUR RADIUS ULNA.
Dalam penyelesaian referat ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. dr. Abdurrahman Yusuf Habibie, Sp. OT
2. Seluruh tenaga medis maupun non-medis RS Muhammadiyah
Lamongan khususnya bagian instalasi bedah.
3. Seluruh teman-teman dokter muda di RS Muhammadiyah Lamongan,
atas dukungan serta doanya.
Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Lamongan,

September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS.....................................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
10
2.1 Anatomi
dan
Fisiologi
Tulang
..................................................................................................................
10
2.2 Definisi
Fraktur
..................................................................................................................
17
2.3

Klasifikasi
Fraktur
..................................................................................................................
18

2.4

Epidemiologi
..................................................................................................................

27
2.5 Etiologi
..................................................................................................................
27
2.6 Penegakan
Diagnosis
..................................................................................................................
28
2.7 Penatalaksanaan

..................................................................................................................
33
2.8 Komplikasi
..................................................................................................................
36
2.9 Prognosis
..................................................................................................................
39
BAB 4 PEMBAHASAN...........................................................................................
40
BAB 5 KESIMPULAN ...........................................................................................
42
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di


pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan
dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur
terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain
menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta
orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau
dewasa muda.1
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur sebagian besar
diakibatkan oleh dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis.2
Penegakan diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, yang ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis
diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur dan mengevaluasi
komplikasi yang terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi
pada pasien.

BAB 2
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama/suku
Nama orang tua
Alamat
MRS

: Ny. Janatun
: 20 tahun 7 bulan 22 hari
: Perempuan
: Islam/Jawa
: Ny. Sumarti/Tn. Kasuwan
: Tuyuh RT3 RW3 Pangkatrejo Lamongan
: 23 Agustus 2016 pukul 15.05

Keluhan utama
Nyeri lengan kiri post KLL
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri lengan kiri post KLL kurang lebih 1
jam smrs. Nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal, pingsan disangkal.
Mechanism of Injury
Pasien mengendarai motor dengan kecepatan sedang (50 km/jam) tiba-tiba
menghindari anak kecil yang menyeberang sehingga jatuh ke sebelah kiri. Pasien
jatuh di jalan beraspal dengan tangan kiri tertindih badan pasien. Pasien
menggunakan helm.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat DM dan HT disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga (-)
Riwayat Penyakit Sosial (-)

Primary Survey
A : Clear, gargling (-), snoring (-), potensial obstruksi (-), dapat berbicara (+)
B : Spontan, RR 20x/menit, ves/ves, rh -/-, wh -/-, SaO2 100 % tanpa O2 support
C : Akral HKM, CRT <2, Nadi 91x/menit, TD 113/76 mmHg
D : GCS 456, lateralisasi -, PBI 3mm/3mm, RC +/+
E : Deformitas antebrachii 1/3 distal sinistra

Secondary Survey
- Kepala/Leher
Inspeksi :anemia -, ictus -, sianosis -, dispsneu -, mata cowong -, KGB -,JVP -,
vulnus ekskoriatum et labium oris lateral sinistra inferior.

- Thorax
Paru : Inspeksi

: Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,

retraksi Palpasi

: Thrill -, fremissment -, krepitasi -

Perkusi

: Sonor/sonor

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler/vesikuler


Rh -/-, Wh -/-

Jantung :

Inspeksi

: Ictus cordis -, voussure cardiac -

Palpasi

:-

Perkusi

: Batas jantung normal

Auskultasi

: S1S2 Tunggal, Murmur -, gallop

- Abdomen : Inspeksi

: Flat

Palpasi

: Soepel, nyeri tekan(-), hepar lien tidak teraba

Perkusi

: Thympani

Auskultasi

: BU + N

- Ekstremitas :
Status Lokalis regio antebrachii sinistra :
Look

: swelling +, angulasi +, luka terbuka -, active bleeding -, vulnus


ekskoriatum +

Feel

: tenderness +, false movement +, pulsasi distal +, krepitasi +

Move

: ROM elbow joint fleksi dan ekstensi terbatas nyeri +, ROM wrist
joint fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi terbatas nyeri +

Status Lokalis regio dorsum pedis sinistra :


Look

: swelling -, deformitas -, active bleeding -, vulnus ekskoriatum +

Feel

: tenderness -, false movement -, pulsasi distal +, krepitasi -

Move

: ROM terbatas nyeri -

Pemeriksaan Laboratorium :
Eritrosit

5.48 (3.80-5.30)

Limposit

25.2 (25.0-33.0)

Basofil

1.2 (0.0-1.0)

Eosinofil

4.2 (1.0-2.0)

Hematokrit

42.4 (L 40-54%, P 35-47%)

PT

11.00 (10.30-16.30)

aPTT

26.90 (24.20-38.20)

Monosit

3.4 (3.0-7.0)

MPV

5 (5-10)

Hemoglobin

13.8 (P 13,0-18,0 ; L 14,0-18,0)

LED

41 / 59 (L 0-5/jam; P 0-7/jam)

Lekosit

8.7 (4.000-11.000)

Trombosit

262.000 (150.000-450.000)

MCH

25.20 (28.00-36.00)

HbsAg

Negatif

Gula darah acak

76

Metode 1

Non reaktif

Pemeriksaan Thorax :

Hasil Pemeriksaan :
Cor : Ukuran dan bentuk jantung tampak normal
Pulmo : Tidak tampak adanya fibroinfiltrat.
Bone and soft tissue : Kedua sudut costophrenicus paru tajam
Kesimpulan : Foto thorax tampak normal

Pemeriksaan X-Ray Antebrachii sinistra :

Hasil Radiologi :
Rontgen antebrachii sinistra posisi AP didapatkan : Soft tissue swelling,
Fracture os radius 1/3 distal complete, minimal displace, oblique, dengan
angulasi ke medial. Fracture os ulna 1/3 distal, minimal displace, oblique.
Rontgen antebrachii sinistra posisi Lateral didapatkan : Soft tissue
swelling, Fracture os radius 1/3 distal complete, minimal displace, oblique,
dengan angulasi ke medial. Fracture os ulna 1/3 distal, minimal displace,
oblique.

Diagnosis :
Close fracture os radius sinistra 1/3 distal complete, minimal displace, oblique,
dengan angulasi ke medial. Close fracture os ulna sinistra 1/3 distal, minimal
displace, oblique.
Terapi :
Inf. PZ 1500cc/24 jam
Pasang bidai
Inj. Ranitidine 2 x 50 mg iv
Inj. Na. Metamizole 3 x 1 gr iv

Inj. Ceftriaxon 2x1 gr iv


Konsultasi spesialis orthopaedi untuk dilakukan ORIF

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang


Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:
1.Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, ulna dan humerus,
dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis
efifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangatsering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah inimerupakan
daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluhdarah. Kerusakan

atau kelainan berkembang pada daerah lempeng efifisisakan menyebabkan


kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang
karpal.
3.Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scavula dan
tulang pelvis.7
Secara makroskop terdiri dari : (1) substantia compacta dan (2)
substantiaspongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di bagian
tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang
terdapat substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang
membentuk cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum
dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut
corpus, ujungtulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk
persendiaan dengan tulang lainnya.
Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung
tulang disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara
keduanyadisebut metaphysis, tempat peartumbuhan memanjang dari tulang
(peralihanantara cartilago menjadi osseum).8
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang
disebutkorteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula
dandiluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang

10

dewasa,yang ,memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat


dibandingkan orang dewasa.7

Gambar 1. Contoh tulang panjang, pendek, dan pipih pada ekstremitas atas
Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk
foveaarticularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput
radiidikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis
danberhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus
radiioleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt
tuberositasradii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo
interossea(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo
posterior. Ujungdistal radius melebar ke arah lateral membentuk processus
11

styloideus radii, dibagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies
dorsalis terdapatsulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal
radiusmembentuk facies articularis carpi.8

Gambar 2. Anatomi tulang radius


Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal
yangsebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat
incisuratrochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral,
membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut
olecranon.Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus,
dan disebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan
m.brachialis. dibagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis,
yang berhadapandengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat
crista musculisupinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies

12

posterior, faciesmedialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior.


Ujung distalulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk
circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus
sertasilcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan
cartilagotriangularis dan dengan radius.8

Gambar 3. Anatomi ulna


Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar
yangdiperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan
didistal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar,
yangmengandung

fibrokartilago

triangularis.

Membranes

interosea

memperkuathubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang
kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi

13

atau bilapatahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi
sendiradioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu
ototsupinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan
pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada
radius danulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi
angulasi danrotasi, terutama pada radius.1

Gambar 4. Anatomi radius ulna


Fisiologi
Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga
jenissel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang
denganmembentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau
jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif

14

menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah besar


fosfatasealkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfatke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki
alirandarah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat
menjadiindikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patahtulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.10
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yang
sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel,
osteoblasdapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana
klasifikasiterjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium
disebut osteoid dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut
tulang. Sesaat setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler,
disebut osteosit dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.
Sel

yang

bersifat

multinukleus,

tidak

ditutupi

oleh

permukaan

tulangdengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut
osteoklas.Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas
osteoklasinyang menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan
dan disebut deosifikasi.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periodepertumbuhan
tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalambentuk
perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatuorgan
biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:

Substansi organic : 35%


Substansi Inorganic : 45%

15

Air : 20%

Substansi

organik

terdiri

atas

sel-sel

tulang

serta

substansi

organicintraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari


matriks(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur.
Substansiin organic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh
magnesium,sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali
fosfatase yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai
perananyang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi
kalsifikasi.7
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketika
terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian
yangberlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan
membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk
mencegahterjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung
kekuatanmekanis

yang

semakin

meningkat.

Perubahan

tersebut

juga

membantumempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks


organik yangsudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative
menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks
organik baru,sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.10

2.2 Definisi Fraktur

16

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang


dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.2
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan
arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut
patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.2
2.3 Klasifikasi Fraktur
Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan
dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur
tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit
diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. 4 Patah tulang terbuka dibagi
menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berta
ringannya patah tulang.

Derajat
I

Luka

Fraktur

Laserasi <2 cm

Sederhana,

dislokasi fragmen

minimal
II

Laserasi >2 cm, kontusi otot disekitarnya

III

Luka lebar, rusak hebat, atau hilangnya Kominutif, segmental, fragmen


jaringan di sekitarnya

Dislokasi fragmen jelas


tulang ada yang hilang

17

Tabel 1. Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson (1976).

Tipe
Tipe
IIIA

Batasan
Batasan
Periosteum masih membungkus
fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan
lunak yang
Robekan
kulitluas
dengan kerusakan kulit otot, luka bersih, kurang dari

I
IIIB
II
IIIC
III

1 cm panjangnya
Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal
Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat.
striping atau terjadi bone expose
Seperti grade I namun disertai memar kulit dan otot, luka lebih luas
Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat
tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
kerusakan jaringan lunak.
Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental
terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,
fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan
fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.

Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976)
Gustillo, Mendoza dan Williams (1984):2
Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, trauma yang
ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri sudah terkena
penyakit tertentu. Oleh karena itu dikenal juga berbagai jenis fraktur5 :
1. Fraktur disebabkan trauma yang berat

18

2. Fraktur patologik : Fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya


telah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau
sekunder, mieloma multipel, kista tulang, dan osteomielitis sehingga
trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.
3. Fraktur stress : Fraktur ringan yang terus menerus, misalnya fraktur
march pada metatarsal, fraktur tibia pada penari balet, dan fraktur fibula
pada pelari jarak jauh.
Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplet atau
inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral,
kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi (termasuk
impresi dan inklavasi.

19

Gambar 5. Mekanisme Patah Tulang. (a) Spiral (berputar); (b)Oblik/serong


(kompresi); (c) Triangular butterfly fragment/kupu-kupu (membengkok);
(d) Transversal/lintang (mengencang)4

Gambar 6. Jenis Patah tulang. Fraktur komplet : (a) Transversal; (b) Segmental;
(c) Spiral. Fraktur inkomplete : (d) Buckle/torus/melengkung; (e,f) greenstick.4

Location Menjelaskan mengenai lokasi tulang dimana terjadinya fraktur

20

Displacement
Translation
Angulation
Gambar 7. Macam Displacement

Shortening

American Orthopedic classification

Gambar 8. Klasifikasi menurut American ortopaedic

Type A fracture are extra-artucular 6

21

1 - Avulsion fracture
2 - Complete fracture
3 - Comminuted fracture
Type B fracture
intra-articuler
singleartikuler
condyle fractures 6
Gambarare
9. Tipe
A fraktur intra
1 - Simple
2 - Crush/depression
3 - Comminuted - split depression

Gambar 10. Tipe B fraktur intra artikuler

Type C fractures are intra-artucular both condyle fractures 6

22

1 - Simple
2 - Crush/depression
3 - Comminuted - split depression

Fraktur diklasifikasikan menjadi :4


1. Berdasarkan garis patah tulang
a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.

Gambar 11. Tipe C Fraktur intra articuler

b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.


c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang.
d. Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi
tulang
2. Berdasarkan bentuk patah tulang
a. Complete, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan
fragmen tulang biasanya tergeser.
b. Incomplete, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.

23

c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan


tulang lain.
d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen.
e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa
bagian.
f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.
g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari
tempat yang patah.
h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang
normal.
i. Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
Berpindahnya

fragmen

tulang

dari

tempatnya

semula

disebut

displacement. Displacement ini dibagi menjadi 4, yaitu : 4


1. Aposisi
Aposisi merupakan suatu keadaan dimana fragmen tulang mengalami
perubahan letak sehingga terjadi perubahan dalam kontak antara fragmen tulang
proksimal dan distal. Pada pemeriksaan radiologik, aposisi dinyatakan dalam
persentase kontak antara fragmen proksimal dan distal. Jadi, misalnya dari hasil
pemeriksaan rontgen terlihat bahwa tidak ada kontak sama sekali antara
permukaan fragmen proksimal dengan distal maka dinyatakan aposisi 0%, disebut
juga aposisi komplet. Kalau kontak masih terjadi disebut aposisi parsial, misalnya

24

aposisi 80%, berarti 80% permukaan fragmen proksimal masih kontak dengan
fragmen distal.
2. Alignment
Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang
sehingga arah aksis longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal
fragmen proksimal dan distal membentuk sudut maka disebut angulasi. Pada
pemeriksaan radiologi, angulasi ini dinyatakan dalam derajat.
3. Rotasi
Rotasi adalah berputarnya fragmen tulang pada aksis longitudinalnya,
misalnya fragmen distal mengalami perputaran terhadap fragmen proksimal.
4. Length (panjang)
Length dapat dibagi menjadi 2, yaitu overlapping (tumpang tindihnya
tulang) yang menyebabkan pemendekan (shortening) tulang serta distraksi yang
menyebabkan tulang memanjang.

2.4 Epidemiologi
Fraktur antebrachii yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun
anak-

anak,Fraktur

yang

mengenai

lengan

bawah

anak

Gambar 13. Berpindahnya fragmen tulang

25

pada

sekitar 82%

pada daerah metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada
daerahdiafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-stick. Fraktur tulang
radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal. 1
2.5 Etiologi
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi
terjadinya fraktur :9

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,

arah dan kekuatan trauma.


Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,
kekuatan, dan densitas tulang.

Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal


dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan
penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan
kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.
Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma
dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan,
penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang
disebabkan oleh karena trauma yang berulang.

Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti tumor atau pada
penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.
Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.9

26

2.6 Penegakan Diagnosis


Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama
pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi.11
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan
kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun
beberapa diantaranya sangat rentan.
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :

Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang


atau menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada

fraktur minor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada
korteks.5

Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan


lateralview. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak
bersilangan, serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi
anatomi). Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior)12
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk
menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP
bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral
bertujuanuntuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal
volar (posisi anatomis).3

27

Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur
radius dan ulna :

Fraktur Kaput Radius


Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hamper

tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri
saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi
petunjuk untuk mendiagnosisnya.

Fraktur Leher Radius


Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgusdan

mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radiusdapat
retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkinmengalami
fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri padasiku. Pada
fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dannyeri bila
lengan berotasi.

Fraktur Diafisis Radius


Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X

Fraktur Distal Radius


Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
1) Fraktur Galeazzi

28

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi kearah
dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur iniakibat
terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaanpronasi, atau
terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagiandorsolateral.
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung
bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yangmencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang seringterjadi.1,4,5

Gambar 14 Fraktur galeazzi

2) Fraktur Colles

29

Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi
di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal
bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas
garpu-makan malam (dinner-fork ). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur
pada prosesus styloideus ulna.4
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal)
denganangulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal
keradial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid
ulna.Fraktur

collees

dapat

terjadi

setelah

terjatuh,

sehingga

dapat

menyebabkanfraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior dari


fragmendistal.1,6
3)Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras
secaralangsung

pada

punggung

tangan.

Pasien

mengalami

cedera

pergelangantangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal


dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan deviasi
radius

tangan

yang

memberikan

gambaran

(gardenspade).1,6

30

deformitas

sekop

kebun

Gambar 15 Fraktur Colles dan smith


Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan
saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal
dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.4

Gambar 16 Fraktur Monteggia

2.7 Penatalaksanaan

31

Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering
terjadi.Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak
stabilsehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai
perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna
dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal
radiusumumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada
kebanyakan kasus.3
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi
/reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa
yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmenfragmenfraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula
atau keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau
menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.2

Proses penyembuhan fraktur


Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa
tahap sebagai berikut :
1.Fase hematoma

32

Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan


lunak, kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam
daerah radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai
putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar
fraktur.Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter
darigaris patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur
tersebut.
2.Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah
proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma
terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan
aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis
medularisdari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen.
Prosesdari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen
bertemu dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan
keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama
lain. Padasaat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang
mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam
penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
3.Fase pembentukan callus
Pada

fase

ini

terbentuk

fibrous

callus

dan

disini

tulang

menjadiosteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel


osteoblasmengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan

33

polisakarida,yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk


tulang immature atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada
akhir stadium terdapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan
diluar disebut external callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut
olehaktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature)
denganpembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses
penyembuhansedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus
menjadi primary callus.Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah
tampak jaringan yang radioopaque.Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu,
namun pada umur-umurlebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary
bone callus diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip
dengan jaringan tulangyang normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium
yangbanyak

dan

tulang

sedah

terbentuk

dengan

baik,

serta

terjadi

pembentukankembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang


baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di
luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan
mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap

34

kembalidengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai


dengan aslinya.2

Gambar 17 Proses Penyembuhan Tulang


2.8 Komplikasi
A. Komplikasi Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab
perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang
mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi.
Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah
sehinggatekanan saluran dalam karpal berkurang. Distrofi refleks simpatetik
mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap
menjadi keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan
pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada
sekitar 5% kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat
tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar-X memperlihatkan osteoporosis dan
terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.1

35

Komplikasi

patah

tulang

dapat

dibagi

menjadi

komplikasi

segera,komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera


terjadipada saat patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi
dalambeberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama
setelahtulang patah. Pada ketiganya, dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan
lokal.8
B. Komplikasi lanjut

Malunion

Malunion

sering

ditemukan,

baik

karena

reduksi

tidak

lengkap

atau

karenapergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan


dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak
diperlukan.Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif muda, 2,5 cm bagian
bawahulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius
dikoreksidengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi
prosesusstiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan
tetapmengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada
bahu,karena

kelalaian,

adalah

komplikasi

yang

sering

ditemukan.

Kekakuanpergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.1

Osteomyelitis
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagaiosteomyelitis,

dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikandengan adanya awitan
demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalandengan cepat. Pada anak36

anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasidari infeksi pada tempattempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga(otitis media) dan kulit
(impetigo). Bakterinya (Staphylococcusaureus, Streptococcus, Haemophylus
influenzae) berpindah melalui alirandarah menuju metafisis tulang didekat
lempeng pertumbuhan dimana darahmengalir ke dalam sinusoid.
Akibat

perkembangbiakan

bakteri

dan

nekrosis

jaringan,

maka

tempatperadangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis

ini

sedini

mungkin,

terutama

pada

anak-anak,

sehingga

pengobatandengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang


sesuai dapatdilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang masih
terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami
kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah pada
anak-anak yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan
dalammemberikan pengobatan yang memadai.
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri
dalamaliran darah, Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera
atauoperasi. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akutyang tidak
di tangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkansebelumnya, osteomyelitis
sangan resisten terhadap pengobatan denganantibiotika. Infeksi tulang sangat sulit
untuk ditangani, bahkan tindakan drainasedan debridement, serta pemberian
antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.3

37

2.9 Prognosis
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter
pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar
patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulangdan
periost yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase
jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.8
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat
bergantung pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan
fraktur:

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6


minggu),lansia (> 8 minggu).Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari
1.302 kasus di Kanada padatahun 1997.
Tingkat kematian dari fraktur:

Kematian : 11.696
Insiden : 1.499.999
0,78% rasio dari kematian per insiden9

38

BAB 4
PEMBAHASAN
Ny. J datang ke IGD pada tgl 23 Agustus 2016 pada pukul 15.05, dengan
keluhan nyeri lengan kiri post KLL 1 jam smrs. Pasien mengendarai motor dengan
kecepatan sedang (50 km/jam) tiba-tiba menghindari anak kecil yang
menyeberang sehingga jatuh ke sebelah kiri. Pasien jatuh di jalan beraspal dengan
tangan kiri tertindih badan pasien.
Pada primary survey didapatkan airway clear; breathing spontan, RR
20x/menit, suara nafas ves/ves; circulation CRT <2, Nadi 91x/menit, TD 113/76
mmHg; disability GCS 456; exposure deformitas antebrachii 1/3 distal sinistra.
Pada secondary survey, didapatkan vulnus ekskoriatum pada labium oris lateral
sinistra inferior dan dorsum pedis sinistra. Hasil pemeriksaan fisik pada regio
antebrachii sinistra didapatkan dari look : swelling +, angulasi +, luka terbuka -,
active bleeding -, vulnus ekskoriatum +; feel : tenderness +, false movement +,
pulsasi distal +, krepitasi +; move: ROM elbow joint fleksi dan ekstensi terbatas
nyeri +, ROM wrist joint fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi terbatas nyeri +.
Pada pemeriksaan radiologis didapatkan : Soft tissue swelling, Fracture os radius
1/3 distal complete, minimal displace, oblique, dengan angulasi ke medial.
Fracture os ulna 1/3 distal, minimal displace, oblique.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, maka Ny. J
dapat didiagnosis Close fracture os radius sinistra 1/3 distal complete, minimal
displace, oblique, dengan angulasi ke medial dan close fracture os ulna sinistra 1/3
distal, minimal displace, oblique. Fraktur adalah terputusnya hubungan/

39

kontinuitas struktur tulang. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah
tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal
patah. Pada kasus ini pasien terkena trauma langsung karena tangan kiri pasien
tertindih saat terjatuh.
Penatalaksanaan fraktur pada pasien ini menggunakan konsep empat R
yaitu : rekognisi, reduksi /reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi. Rekognisi
dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Reduksi
dilakukan dengan cara pembedahan dengan teknik open reduction. Retensi atau
fiksasi dilakukan dengan cara internal fixation menggunakan plate and screw
kemudian diberi external fiksasi dengan menggunakan gips. Rehabilitasi pada
pasien ini dilakukan intervensi fisioterapi berupa gerakan pasif dan gerakan aktif
dengan tujuan fungsi ekstremitas dapat kembali normal.

40

BAB 5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur sebagian besar
diakibatkan oleh dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis.2
Penegakan diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, yang ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis
diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur dan mengevaluasi
komplikasi yang terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi
pada pasien.
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi/
reposisi, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi. Proses penyembuhan patah tulang adalah
proses biologis alami yang akanterjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa
yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan
terjadi perdarahan di sekitarpatahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya
pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,
kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada
akhirnya fase konsolidasi.8

41

DAFTAR PUSTAKA
1. Richard, Buckley. (2012). General Principles of Fracture Care. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1270717-overview
2. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone. 2007
4. Apley, A.Graham. (2010). Apleys System of Orthopaedics and Fractures Ed 9.
UK : Hodder Arnold.
5. Ekayuda, Iwan. (2011). Trauma Skelet. Radiologi Diagnostik. Jakarta : FK UI.
31-61
6. American

Orthopedic

classification. (2010). Diakses

dari

http://www.aona.com
7. Benvie. (2009). Fraktur. Diakses dari http://doctorology.net
8. Mansjoer A et al (editor) 2001., Kapita Selekta Kedokteran., Jilid 1, Edisi III.,
Media Esculapius., FKUI., Jakarta
9. Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Editor:
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001 diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395207.bab-r.pdf

42

You might also like