You are on page 1of 21
BAB Il TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus berasal dari bahasa latin, yaitu diabetes yang berarti pancuran, dan mellitus yang berarti madu. Gambaran yang paling nyata dari seorang penderita Diabetes Mellitus adalah bahwa orang tersebut mengeluarkan sejumlah besar urin yang mengandung kadar gula yang melebihi nilai normal." Diabetes Mellitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula (glukosa) di dalam darah yang melebihi nilai normal Menurut WHO (1985) kadar glukosa normal darah kapiler pada waktu puasa tidak melebihi 120 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dI.° Peningkatan kadar gula (glukosa) di dalam darah disebabkan adanya faktor yang menghambat kerja insulin atau menurunnya jumlah insulin. Insulin adalah suatu zat yang dihasilkan oleh pankreas, sebuah organ yang terletak di belakang lambung. Insulin diperlukan agar gula (glukosa) dapat memasuki sel tubuh dimana gula tersebut kemudian dipergunakan sebagai sumber energi Gan Untuk memudahkan, insulin dapat dianggap sebagai anak kunci yang membuka pintu sel untuk masuknya gula (glukosa). Jika insulin tidak ada atau jumlahnya tidak memadai maka glukosa tidak dapat memasuki sel dan tetap berada di darah dalam jumlah besar.‘"?” 2.2, Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) Pada DMTTI sel Beta Pulau Langerhans Pankreas masih dapat memproduksi insulin, Tetapi terdapat dua kemungkinan, pertama jumlah insulin yang dihasilkan kurang mencukupi. Kedua, jumlah insulin yang dihasilkan cukup, namun reseptor insulin di dalam sel sudah tidak sensitif lagi sehingga tidak terjadi interaksi insulin dengan reseptornya (resistensi insulin). DMTTI biasanya tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun, penderita datang berobat karena menderita komplikasi diabetes atau hasil uji glukosa urin dan darah secara tidak sengaja tidak normal, “?) Menurut Feingold dkk (1991), DMTTI lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan DMTI dan 50-90% diantaranya mengalami obesitas. DMTTI biasanya merupakan kondisi yang diturunkan, artinya mereka yang menderita DM tipe ini memiliki riwayat adanya anggota keluarga Jain yang juga menderita DM."*"? Penderita DMTTI yang gemuk kebanyakan masih menghasilkan relatif cukup banyak insulin, tetapi masih tetap tidak mencukupi untuk mempertahankan kadar glukosa darahnya dalam batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus bekerja keras untuk memasukkan glukosa ke dalam sel-sel tubuh, kegemukan menyebabkan insulin tidak dapat bekerja dengan semestinya sehingga kadar glukosa darah tetap tinggi. Pada pasien DMTTI yang tidak gemuk, kadar glukosa dalam darahnya tinggi karena sel beta pankreas terlalu sedikit menghasilkan insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darah tetap dalam batas normal.“ DMTTI pada umumnya timbul setelah berumur 40 tahun, walaupun sebenarnya dapat timbul pada usia berapa saja. DMTTI meliputi lebih dari 90 % populasi DM. Menurut Woteki dan Tong (1992) timbulnya DMTTI dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan gaya hidup seseorang ©" Prevalensi DMTTI yang amat tinggi (mencapai 35% dari semua orang dewasa) terlihat pada masyarakat yang telah mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern, misalnya kelompok tertentu pribumi Amerika, Aborigin Australia, penduduk di kepulauan Pasifik dan migran Asia India." 2.3. Etiologi Diabetes Mellitus Etiologi Diabetes Mellitus sampai saat ini belum diketahui secara pasti Dengan kemajuan yang telah dicapai dalam bidang patologi, biokimia dan imunologi diketahui bahwa DM adalah penyakit yang mempunyai etiologi lebih dari satu (multifaktor).“? Pada penyakit Diabetes Mellitus yang muncul pada usia yang agak lanjut (usia pertengahan dan usia lanjut) faktor hereditas (keturunan) biasanya memegang peranan penting. Pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita DM dalam usia yang agak lanjut, kelebihan berat badan dapat merupakan faktor resiko yang menambah resiko untuk terjadinya penyakit DM. Pada pasien seperti di atas, diabetes dapat timbul setelah adanya suatu penyakit yang berat, kecelakaan atau setelah melewati keadaan yang sangat stress, namun sering juga DM dapat timbul tanpa ada gejala atau tanda apapun."?” Wanita yang mempunyai riwayat pernah melahirkan bayi yang besar, kemungkinan untuk menderita DM adalah lebih besar daripada wanita yang tidak ‘mempunyai riwayat tersebut.(? 2.4, Gambaran Klinik Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering atau berat badan yang menurun. Terkadang gambaran Klinisnya tidak jelas dan baru diketahui pada saat pemeriksaan penyaring untuk penyakit lain. Dapat juga gejala DM lebih nyata dan timbul mendadak.© Gejala klinis yang khas seperti poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan) merupakan petunjuk penting dalam mendiagnosa DM, dan disebut sebagai Trias P (3P)." Dari sudut pasien DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan didiagnosa sebagai DM ialah keluhan :© a. Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul b. Kelainan ginekologis : keputihan ¢. Kesemutan : rasa baal ; d. Kelemahan tubuh . Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh f. Infeksi saluran kemih Poliuria (banyak kencing) merupakan gejala yang paling utama (mencapai 64,3%) yang dirasakan oleh setiap pasien. Banyak kencing ini tidak hanya sering kencing tetapi jumlahnya pun banyak. Polidipsia (banyak minum) sebenarnya merupakan reaksi tubuh akan adanya poliuria yang menyebabkan berkurangnya cadangan air tubuh, Bila batas minimal terlampaui, maka signal-signal segera dikirim ke pusat dan diterima sebagai perasaan haus. Polifagia (banyak makan) kadang- kadang tidak menonjol. Dasar kejadian ini adalah habisnya cadangan gula di dalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi! Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun lipatan kulit lain seperti di daerah ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul dan luka yang lama dan tidak mau sembuh. Pada wanita, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering menyebabkan pasien datang ke dokter ahli kebidanan dan sesudah diperiksa temyata DM yang melatarbelakangi keluhan tersebut. Jamur, terutama Candida merupakan sebab tersering timbulnya keluhan keputihan.”) Kesemutan dan rasa baal akibat sudah terjadinya neuropati merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Keluhan lain yang mungkin mengakibatkan pasien datang berobat ke dokter adalah keluhan mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan reftaksi akibat perubahan- perubahan pada lensa oleh karena hiperglikemia,” Impotensi dapat terjadi pada penderita DM. Dari berbagai laporan penelitian diketahui bahwa penyakit DM dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keluhan impotensi 2-5 kali lebih besar pada pasien DM dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit DM."” 2.5. Diagnosa Diabetes Mellitus Diagnosa Diabetes Mellitus tidaklah sulit bila ditemukan beberapa gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia, berat badan menurun atau koma.“ il Untuk menetapkan diagnosa DM pada pasien dengan keluhan yang jelas hanya diperlukan tambahan hasil kadar glukosa plasma sewaktu 2 200 mg/dl atau glukosa darah puasa > 120 mg/di.” ‘Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu baru 1 kali saja abnormal belum cukup kuat untuk diagnosa klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang sama.) Untuk mendapatkan hasil TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) yang dapat dipercaya, maka diperlukan persiapan yang baik seperti tertera di bawah ini : 1. Selama 3 hari pasien harus mendapatkan beban karbohidrat paling sedikit 300 gram / hari 2. Tidak ada infeksi 3. Tetap melakukan kegiatan sehari-hari. 4, Tidak sedang memakan obat yang mempengaruhi kerja insulin. 5. Puasa semalam lebih dari 8 jam. Untuk kriteria diagnosa DM diperlukan hasil pemeriksaan kadar glukosa puasa dan 2 jam sesudah beban glukosa pada TTGO. Menurut ketentuan, beban glukosa yang diberikan adalah sebesar 75 gr untuk ‘rang dewasa. Suatu bentuk intoleransi dengan glukosa darah di atas nornasl dan di bawah batas DM disebut sebagai Toleransi Glukosa Terganggu.” Tabel 1. Batasan Kadar Glukosa darah Dalam mg/dl Diabetes Mellitus a. Puasa 2120 2120 2140 b._2 jam setelah makan > 180 = 200 2200 Toleransi Gula Terganggu ~ a. puasa < 120 < 120 <140 b._2 jam setelah makan > 120-< 180_| >120-<200 | >140-<200 Sumber : WHO, 1980. 2.6, Komplikasi Diabetes Mellitus Komplikasi Diabetes Mellitus dibedakan menjadi komplikasi yang bersifat akut dan kronis. Komplikasi akut yaitu yang memerlukan tindakan pertolongan yang cepat. Komplikasi yang bersifat menahun atau kronis timbul setelah penderita mengidap DM selama 5-10 tahun lebih.” 2.6.1. Komplikasi Akut Komplikasi akut berhubungan langsung dengan gangguan metabolisme glukosa yang biasanya diikuti gangguan kesadaran. Kelainan ini merupakan suatu keadaan gawat darurat yang terjadi pada perjalanan penyakit DM. Gangguan kesadaran ini masih menjadi masalah utama karena angka kematian masih tinggi.” 1. Keto Asidosis Diabetik (KAD) Keto Asidosis Diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM, yang sering terjadi pada penderita DMTI. Penyakit ini biasanya dipercepat oleh suatu penyakit akut, misalnya penyakit infeksi, trauma, gangguan kardiovaskuler, stres, emosi dan penghentian pemberian insulin, 2. Koma Non Ketosis Hiperosmolar (KNHK / Koma Hiperglikemia) KNHK merupakan sindrom yang ditandai dengan Hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai menurunnya kesadaran sampai koma. Terutama terjadi pada penderita DMTTI 3. Hipoglikemia Hipoglikemia terutama dijumpai pada penderita DMTI, terjadi akibat pemberian insulin yang berlebihan. Gejala Hipoglikemia ringan sering terjadi pada penderita yang terlambat makan atau penderita yang meningkatkan latihan (olah raga). Gejalanya seperti yang ditunjukkan pada orang-orang yang menderita kelaparan, misalnya : keringat dingin, gemetar, berdebar-debar, pusing atau sakit Kepala ringan. Bila tidak cepat diatasi penderita akan merasa berputar-putar dan dapat pingsan. 4. Infeksi Penderita DM yang tidak terpantau dengan baik lebih cenderung mengalami infeksi terhadap bakteri (terutama mikobakteri dan aerobik) dan jamur. TB paru , infeksi jamur pada kulit dan selaput lendir, infeksi saluran kemih serta infeksi-infeksi anaerobik jaringan dalam dapat mengancam kesehatan secara serius, terutama bila kebersihan lingkungan jelek. Bila tidak diobati dengan cepat dan efektif, infeksi yang semakin berat bisa membahayakan jiwa disamping menyebabkan terjadinya ketoasidosis."” 14 2.6.2, Komplikasi Kronis Sejak ditemukannya insulin oleh Banting dan Best pada tahun 1921 serta kemudian dikembangkan dan diterapkan pada pengelolaan pasien DM, gambaran komplikasi DM bergeser dari komplikasi akut ke arah komplikasi kronik.© 1. Retinopati Diabetik Pasien dengan Retinopati Diabetik akan dapat mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan. Manifestasinya terutama di retina tetapi bisa juga di konjungtiva. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan oleh retinopati Katarak pada pasien DM terjadi lebih dini dibanding pada populasi normal Sebaliknya adanya retinopati tidak selalu memberikan keluhan penglihatan kabur, bergantung pada letak dan derajat retinopatinya. Retinopati pada pasien DM dilaporkan terjadi pada sebanyak 10 % sampai 32,4 % pasien DM.) Di Wisconsin, Amerika Serikat pada tahun 1980-1982, sesudah 15 tahun menderita DM maka 21% penderita mengalami gangguan penglihatan dan 6% resmi diklasifikasikan buta. Di Denmark, kebutaan oleh karena DM mencapai 22,8% dari seluruh kebutaan. 2. Nefropati Diabetik Nefropati diabetik adalah gangguan ginjal yang diakibatkan karena penderita mengidap DM dalam waktu yang cukup lama. Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, muka pucat, sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan, Adanya gagal ginjal yang dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin / ureum serum ditemukan berkisar antara 2% sampai 7,1 % pasien DM.) Penderita DM cenderung mengalami penyakit ginjal 17 kali dibandingkan mereka yang tidak menderita DM, dan DM merupakan penyebab utama penyakit ginjal tingkat akhir di Amerika Serikat." 3. Neuropati Diabetik ‘Neuropati diabetik adalah gangguan sistem syaraf akibat komplikasi dari DM. Manifestasinya bisa terjadi pada sistem syaraf perifer maupun otonom. Neuropati diabetik terjadi pada 10 % sampai 60% pasien DM. Keluhan yang sering dijumpai berupa kesemutan, rasa lemah dan baal. Pada pasien dengan neuropati autonom diabetik mungkin dapat dijumpai gejala gastrointestinal yang umumnya berupa mual, rasa kembung, muntah dan diare terutama pada malam hari. ° Manifestasi neuropati autonom diabetik lainnya ialah adanya hipotensi ortostatik serta adanya keluhan gangguan pengeluaran keringat. Terkadang dapat pula terjadi inkontinensia fekal maupun urin. Impotensi merupakan keluhan dan gambaran lain DM yang sering pula membawa pasien laki-laki untuk berobat atau disuruh berobat.° Pada penyelidikan terakhir di Jakarta, ditemukan 135 orang dari 224 pasien DM menderita neuropati perifer. Penelitian pada penderita DM di Kolorado , Amerika Serikat, neuropati sensori terdapat pada 27 % orang kulit putih Hispanik dan 30% bukan Hispanik, 4. Penyakit Jantung Koroner (PIK) Kejadian infark miokard pada penderita DM baik DMTI maupun DMTTI paling kurang 2 kali sebanyak non-diabetes. Resiko ini jelas lebih besar pada penderita DM yang muda. Wanita penderita DM juga mempunyai resiko sekitar 2 kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung iskemik dibandingkan dengan wanita non-diabetes. Adanya kelainan koroner ditemukan pada 8,4 % sanpai 27,7 % pasien DM.°* Serangan jantung pada DM yang disebut sebagi “silent infark” terjadi tanpa diketahui, tidak nyeri, tiba-tiba sesak nafas, leas, rasa tidak enak di ulu hati, biasanya penderita datang terlambat dan telah masuk dalam keadaan gawat darurat Sebenarnya istilah silent infark ini juga dijumpai pada penderita non diabetik, akan tetapi perbedaan kejadiannya sangat menyolok, 100 penderita DM yang diselidiki 40% tanpa nyeri, sedangkan 100 penderita non-DM hanya 6 % yang tanpa nyeri.“ 5. Hipertensi Diabetes Mellitus yang disertai hipertensi akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler pada penderita DM. Menurut Ellenberg, hipertensi lebih banyak terdapat pada penderita DM dari pada bukan penderita DM pada golongan umur yang sama, Dari 163 penderita DM yang dirawat di bagian Penyakit Dalam RSUP Palembang terdapat 20 penderita (12,27%) dengan hipertensi dan dari 153 penderita yang berobat jalan di Poliklinik khusus DM RSUP Palembang terdapat 21 orang penderita DM (13,72%) dengan Hipertensi.°”” 6. Cerebrovaskuler Accident (CVA) CVA adalah penyakit yang sangat ditakuti oleh semua orang yang sudah berumur, terutama pada penderita Hipertensi dan DM, lebih-lebih lagi kalau ada hiperkolesterolemia. Resiko dari penderita DM untuk mendapatkan CVA 2 kali lebih besar daripada non-diabetes dalam hal trombosis, tromboemboli dan infark cerebri' Pasien dengan gangguan serebrovaskular dapat memberikan gambaran sisa berupa kelumpuhan. Angka persentase untuk gangguan serebrovaskular pada DM sangat jarang. Kebanyakan gangguan serebrovaskular dilaporkan sebagai penyebab kematian, bukan sebagai persentase komplikasi DM.) 7. Ulkus / Gangren Ulkus / gangren diabetik merupakan komplikasi menahun DM yang paling merugikan baik ditinjau dari segi hasil pengobatan, lamanya perawatan maupun biaya yang diperlukan untuk pengobatan. Pasien dengan ulkus / gengren diabetik ditemukan pada 2,4 % sampai 14 % pasien DM. Komplikasi ini pulalah yang merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak untuk DM. Data Epidemiologi di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa > 50% dari 120.000 kasus amputasi tungkai bawah bukan trauma berhubungan dengan DM dan resiko Keseluruhan amputasi penderita DM 15 kali lebih besar dari pada yang bukan penderita DM.“ Penderita DM mudah mendapatkan gangren di kakinya karena beberapa hal, yaitu : 1. Penderita DM mudah mendapatkan infeksi oleh karena a. Terjadinya penurunan reaksi sel-sel limfosit b. Kadar gula yang tinggi merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme. c. Gangguan pada sistem vaskuler 2. Adanya Atherosklerosis mengakibatkan aliran darah terutama pada tempat- tempat yang jauh dari jantung, misalnya ujung kaki menjadi terganggu. 3. Neuropati_mengakibatkan fungsi sensorik (alat perasa/peraba) menjadi menurun. Tabel 2. Komplikasi DM di RS. DR. Ciptomangunkusumo tahun 1967-1971 dan tahun 1988 Retinopati 10 271 Neuropati 50 68.2 Nefropati 25 316 Hipertensi 23 399 PIK : 297 cvD | : 23 Hiperkolesterolemia | : 26.9 Hipertrigliseridemia : 424 | Gangren / ulkus 14 3.9 TBC para 15 20.9 Infeksi saluran kemih . 15 20.5 Ketoasidosis 2.6 09 Sumber : Ilmu Penyakit Dalam Jilid I 2.7, Faktor-Faktor Resiko Timbulnya Diabetes Mellitus Faktor-faktor yang diduga dapat menimbulkan Diabetes Mellitus adalah : 2.7.1, Faktor Genetik Faktor genetik merupakan salah satu penyebab utama DM. Penyelidikan yang objektif telah dilakukan Pincus dan White, pada perbandingan keluarga DM dengan keluarga sehat, temyata angka kejadian pada keluarga DM mencapai 5,33-8,33%, sedangkan pada keluarga yang sehat angka kejadian DM hanya 0,61-1,96%. Laporan- laporan menyatakan pula bahwa 14 -19% pasien mempunyai riwayat keluarga DM dan pada pasien muda 57% berasal dari keluarga DM." 2.7.2. Kurang Gerak dan Olah Raga Bila tubuh bergerak, maka terjadi proses energi tinggi yang memerlukan sejumlah glukosa untuk pembakarannya, Pada proses tersebut, kebutuhan terhadap hormon insulin menjadi berkurang, Pada keadaan kurang gerak, glukosa tidak banyak dibakar, maka bahan makanan yang masuk akan disimpan dalam tubuh menjadi glikogen dan lemak. Hal ini memerlukan lebih banyak hormon insulin untuk mempertahankan glikogen dan lemak dalam tubuh. Kebutuhan yang berlebihan ini akan memacu sel beta pankreas untuk memproduksi insulin. Pada suatu saat sel beta pankreas dapat kepayahan.” 2.7.3. Makanan Berlebihan (Excesses Food) Bila masukan makanan lebih banyak dari kebutuhan kalori sehari maka makanan ini akan ditimbun dalam bentuk glikogen dan lemak. Apabila sel beta pankreas kurang sempurna pada suatu saat tidak berdaya lagi memproduksi insulin sesuai dengan makanan yang masuk, maka akan menyebabkan sel beta dekompensasi yang akhirnya menimbulkan DM.” 2.7.4, Kehamilan Setiap kehamilan memberikan beban kepada tubuh. Tugas utama adalah menimbun makanan dan memberikan makanan yang cukup kepada janin. Masukan makanan bertambah akhirnya menjadi gemuk. Pada suatu saat tubuh tidak mampu 20 lagi mengolah glukosa yang tersedia. Oleh karena itu kehamilan dapat menyebabkan munculnya DM." Dalam studi yang dilaporkan Pedersen, 1977 wanita yang melahirkan bayi dengan berat 4,5 kg atau lebih 20 tahun sebelumnya tanpa riwayat keluarga, mempunyai insiden DM sebesar 17 % _jika mereka mempunyai berat badan normal, dan insiden 46 % jika mereka gemuk. Wanita yang melahirkan bayi besar dan gemuk dan mempunyai riwayat keluarga yang positif mempunyai insiden Diabetes Mellitus sebesar 84%." 2.7.5. Infeksi Infeksi-infeksi virus dianggap sebagai faktor pencetus (irigged faktor) pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi terhadap Diabetes Mellitus. Beberapa infeksi yang khas dan infeksi yang jarang terjadi pada orang normal lebih sering dijumpai pada pasien DM. Infeksi-infeksi yang khas tersebut antara lain tuberkulosis, infeksi kulit dan selaput lendir serta infeksi saluran kemih.®"? 2.7.6, Stres Kehidupan yang penuh dengan stress akan berpengaruh terhadap fluktuasi kadar gula darah, hal tersebut diakibatkan terjadinya peningkatan hormon stress. Rangsangan yang dapat mengakibatkan stress misalnya menstruasi, infeksi berat, stress fisik dan emosional, pembedahan dan luka bakar. Keadaan ini sering kali menyebabkan penderita mengalami hiperglikemia, ketosis dan dehidrasi apabila kadar insulin tidak disesuaikan."” 21 2.7.7. Kekurangan hormon insulin disebabkan oleh : a. Pancreactomy : suatu pemotongan sebagian pankreas oleh sesuatu penyakit b. Pankreatitis : radang pankreas menyebabkan kerusakan beta sel." 2.7.8. Obat-Obatan a. Yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel beta pankreas, seperti alloxan, streptozocin,dan vacor rat poison, b. Yang mengurangi sekresi insulin seperti derivat tiazide, diphenylhidanton, phenothiozine."®) 2.8. Epidemiologi Diabetes Mellitus Menurut laporan WHO pada 7" AFES (Asean Federation of Endocrine Societes) Congress di Kuala Lumpur pada tanggal 25-30 November 1993, jumlah penderita DM di dunia pada tahun 1993 sudah melebihi 100 juta dengan prevalensi pada orang dewasa sebesar 6 %.""” Menurut perhitungan Mc Carty dan Tjokroprawiro diperkirakan pada tahun 2010 jumlah penderita DM di dunia mejadi 239,3 juta sedangkan di Indonesia sekitar 5 juta. Prevalensi DMTTI pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% pada orang dewasanya. Angka ini merupakan gold standart untuk membandingkan kejadian DM antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia, sehingga dapat dibandingkan prevalensi DM di suatu negara atau suatu kelompok etnik tertentu dengan kelompok etnik kulit putih pada umumnya.©) 22 Berdasarkan analisa dari pusat-pusat Diabetes di seluruh Indonesia, pada tahun 1993 diperkirakan minimal terdapat 2,5 juta penderita DM di Indonesia. Angka prevalensi DM di Indonesia adalah 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun,7) Statistik menunjukkan bahwa kurva kejadian DM mencapai puncaknya pada umur antar 40-60 tahun, Pada umur 40 tahun sampai 70 tahun DM lebih banyak ditemukan pada wanita, tetapi pada umur yang lebih muda DM lebih banyak ditemukan pada pria" Di Surabaya, dari 31541 anak sekolah dan dewasa yang diperiksa, didapatkan prevalensi 0,26 % untuk umur 6-20 tahun, 1,43 % untuk umur 20-40 tahun, sedangkan yanng berumur di atas 40 tahun prevalensinya 4 %. Tabel 3. Prevalensi DM Pada Beberapa Penelitian Di Indonesia a. Semarang 1975 b. Pekajangan 1979 c. Surabaya | 1980 d. U. Pandang | 1981 e. Jakarta 1982 f. Padang | 1984 g. Manado | 1986 h. Jakarta | 1993 Sumber : Timu Penyakit Dalam Jilid T ‘Melihat pola pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun. Bila asumsi prevalensi DM sebesar 2%, maka akan didapatkan 3,56 juta pasien DM. Angka tersebut akan cenderung meningkat seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk." 23 Jumlah penderita DM di Indonesia dikhawatirkan akan meningkat dengan pesat jika pola makan masyarakat Indonesia berubah menjadi seperti pola makan orang-orang kulit putih (kaukasian) di Eropa, Amerika dan Australia. Menurut Herawati, banyak bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik dan gizi memegang peranan penting dalam perjalanan penyakit DM.” Bila dilihat angka kejadian DM dewasa ini, temyata peradaban barat sangat mempengaruhi peningkatan kejangkitan DM. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat sayuran, ke pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Disamping itu cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau berolah raga. Pola hidup seperti inilah yang menyebabkan meningkatnya kekerapan penyakit degeneratif, termasuk Diabetes Melitus.® 2.9. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus®” Oleh Karena besarnya biaya pengobatan DM dan akibat-akibat yang dituimbulkannya, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat. Menurut WHO tahun 1994, ada 3 tingkat pencegahan DM, y a. Pencegahan Primer Pencegahan primer mencakup kegiatan yang dityjukan untuk mencegah agar diabetes tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan melalui modifikasi faktor- faktor resiko / determinan lingkungan dan perilaku, atau intervensi khusus terhadap orang yang rentan. Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka yang masih sehat sehingga cakupannya sangat luas, Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus mempropagandakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup beresiko. Yaitu dengan menganjurkan kepada ‘masyarakat agar mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari sayuran dan menghindari makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan sedikit mengandung serat. Kepada masyarakat dijelaskan bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik dari pada mengobati, Alternatif terbaik adalah kampanye makanan sehat dengan pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola makanan seimbang yang harus ditanamkan pada anak sejak taman kanak-kanak. Semboyan memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat sangat menunjang upaya pencegahan primer. b. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder mencakup kegiatan-kegiatan seperti penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif keadaan tersebut dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan atau menghentikan kemajuannya, 25 Penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat pelayanan keschatan. Selain itu diperlukan juga penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi DM. Usaha ini akan lebih berhasil bila cakupan pasien diabetesnya luas, artinya selain pasien yang selama ini sudah berobat, juga harus dapat mencakup pasien diabetes yang belum berobat atau terdiagnosa, misalnya kelompok resiko tinggi ¢. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier mencakup setiap upaya yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi akut atau kronis. Upaya ini meliputi : 1. Mencegah perkembangan komplikasi 2. Mencegah progresi (kemajuan) dari pada komplikasi agar tidak menjadi keganasan organ. 3. Mencegah kecacatan yang disebabkan kegagalan organ atau jaringan Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter yang terkait dengan komplikasinya, Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan DM. 2.10. Model Kerangka Konsep 26 Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah ada di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah PENDERITA DMTTI —=pP- Distribusi Frekuen: Penderita DMTTI Jumlah —menurut rincian tahun Sosiodemografi (| Umur, jenis kelamin, agama, suku, _pekerjaan, pendidikan, asal daerah) Keluhan utama “ Komplikasi Lamanya dirawat Keadaan sewaktu pulang *

You might also like