Professional Documents
Culture Documents
http://biosmagz.com/?p=973
NEWS
BioS Magazine
CATEGORY
Select Category
1,726 Views
Para pelanggan tidak menginginkan bongkahan batu bara, bahan baku dari kilowatt/jam, atau tong
berisi cairan hitam dan lengket. Daripada itu, mereka menginginkan jasa yang disediakan oleh energi:
shower air panas dan bir dingin, mobilitas dan kenyamanan, mikrocip energi, aroma roti bakar dan
aluminium. Jasa tersebut dapat tersedia dengan energi yang lebih rendah dari yang kita gunakan
sekarang.
Pendahuluan
Kalimat di atas adalah kutipan pernyataan dari Amory Bloch Lovins. Dia dan istrinya Hunter Lovins
mengabdikan hidup mereka pada bidang kebijakan energi (Energy Policy). Mereka mendukung
teknologi yang dinamakan Soft Energy Technologies yang bersumber dari energi terbarukan seperti
cahaya matahari, angin, biofuel, geotermal, dan sebagainya. Berdasarkan data IEA (International
Energy Agency), energi terbarukan menyumbang sekitar 13,2% dari sumber energi dunia di tahun
2010. Dari jumlah tersebut, energi yang bersumber dari biofuel cair dan biogas sampah menyumbang
sekitar tiga per empatnya.
Sampai saat ini, Amerika Serikat sebagai salah satu negara adidaya berusaha untuk meningkatkan
produksi bahan bakar alternatif dari energi yang terbarukan dan mengaturnya dalam undang-undang
yang dikenal dengan EISA (The Energy Independence and Security Act) pada tahun 2007. Undangundang ini memandatkan supayapada tahun 2022 bahan bakaryang beredar di US berupa bahan bakar
terbarukan sebanyak 164miliarliter. Instruksi serupa juga diberikan oleh Pemerintah Indonesia agar
produksi bahan bakar terbarukan pada tahun 2025 sekitar 17%, dengan lima persennya berasal dari
biofuel.Upaya ini dilakukan untuk antisipasi terjadinya krisis energipada masa yang akan datang karena
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Para ahli percaya bahwa biofuel merupakan sumber energi
masa depan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil.
1 of 5
10/19/2016 10:48 AM
http://biosmagz.com/?p=973
sumber untuk produksi biofuel yang sangat menjanjikan dalam bentuk biomasa ataupun materi
selulosa. Selain itu, produksi biofuel dari alga laut memiliki beberapa manfaat, yakni:
1. efisiensi dalam konversi energi dari cahaya matahari yang tinggi yakni sekitar 38% (tumbuhan
darat hanya 0,5%),
2. kemampuan fiksasi karbon dioksida yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan darat,
3. tersusun dari polimer yang mudah dipecahkan menjadi monomer-monomer.
4. daerah penanamannya adalah air laut, sehingga tidak membutuhkan air tawar dan tanah untuk
pertumbuhan.
Gambar 2. Tahapan pembuatan bioetanol dan biometana dari rumput laut (Wei, dkk., 2013 dengan modifikasi)
2 of 5
10/19/2016 10:48 AM
http://biosmagz.com/?p=973
Bahan baku rumput laut melepaskan polisakarida yang terkandung di dalamnya melalui proses
hidrolisis. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan asam, enzim hidrolisis, ataukombinasi
keduanya. Salah satu studi menemukan bahwa karbohidrat dari rumput laut (Rhodophyta, Chlorophyta,
dan Phaeophyta) dapat dihidrolisis secara efektif menjadi monosakarida dengan menambahkan
H2SO4hingga encer pada suhu tinggi. Studi lain juga menemukan bahwa kerja enzim hidrolisis lebih
efektif apabila bahan baku mengalami pretreatment dalam NaCl.
Setelah proses hidrolisis, langkah selanjutnya adalah fermentasi untuk menghasilkan etanol.
Mikroorganisme seperti khamir atau bakteri mengubah gula dari biomasa rumput laut menjadi biofuel
cair. Sampai saat ini, ada sembilan jenis mikroorganisme,baik yang merupakan strain alami maupun
strain yang telah mengalami rekayasa genetik,yang sering digunakan untuk proses menghasilkan
biofuel (Tabel 1). Etanol selanjutnya didistilasi dan didehidrasi untuk tujuan permurnian.
Tabel 1. Mikroorganisme yang mengkonversi biomasa rumput laut menjadi bioetanol (Wei dkk., 2013)
dengan modifikasi
Mikroorganisme
Strain alami
Saccharomyces cerevisiae
Zymobacter palmae
Pichia angophorae
Brettanomyces custersii
b.
Konversi rumput laut menjadi biofuel berupa gas merupakan teknologi yang lebih murah, karena proses
ekstraksi tidak dibutuhkan. Pada proses ini campuran bakteri langsung menghidrolisis dan merombak
karbohidrat, lipid dan protein rumput laut menjadi monomer-monomer secara anaerobik, kemudian
diubah menjadi biogas melalui proses fermentasi. Biogas ini mengandung sekitar 60% 70% gas
metan dan karbon dioksida sekitar 30% 40%. Gas lainnya seperti nitrogen, oksigen, hidrogen sulfida,
dan amoniak memiliki kandungan tidak lebih dari 1%. Biogas ini selanjutnya dimurnikanmelalui proses
penyulingansebelum didistribusikan dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Kesimpulan
Rumput laut mengandung 83% karbohidrat yang dapat dimanfaatkan untuk produksi biofuel cair
(bioetanol) dan biogas (biometan). Untuk meningkatkan produksi biofuel dari rumput laut, tahapan
produksi biofuel yang dikembangkan adalah tahapan penanaman, pemanenan, dan fermentasi.
Tahapan penanaman, khususnya area penanaman, mulai dikembangkan untuk penanaman rumput laut
di lepas pantai,walaupunmetode ini tergolong agak mahal. Tahapan pemanenan telah dilakukan secara
3 of 5
10/19/2016 10:48 AM
http://biosmagz.com/?p=973
mekanis dan terus ditingkatkan, namun pemanenan secara manual masih digunakan. Tahapan
fermentasi, mulai digunakan mikroorganisme hasil rekayasa untuk proses fermentasi. Meskipun
demikian, tantangan peningkatan produksi rumput laut dalam skala besar untuk biofuel adalah biaya
produksi yang sangat tinggi dan dampak negatif terhadap ekosistem laut.
Bibliografi
Huesemann, M., Roesjadi, G., Benemann, J., dan Metting, F. B. 2010. Biofuels from Microalgae and
Seaweeds. Dalam: A.A. Verts, N. Qureshi, H.P. Blaschek, and H. Yukawa (eds). Biomass to Biofuels:
Strategies for Global Industries. London: John Wiley & Sons Ltd, Hal. 165 184.
Hughes, A. D., Kelly, M. S., Black, K. D., dan Stanley, M. S. 2012. Biogas from Macroalgae: Is It Time to
Revisit the Idea?. Biotechnology for biofuels 5 (1): 86 92.
Lovin, A. B. 1990. The Negawatt Revolution. Across The Board XXVII (9): 18 23.
McHugh, D. J. 2003. A Guide to the Seaweed Industry. Roma: Food and Agricultural Organization of the
United Nations.
Wei, N., Quarterman, J., dan Jin, Y. S. 2013. Marine Macroalgae: An Untapped Resource for Producing
Fuels and Chemicals. Trends in biotechnology 31 (2): 70 77.
Hermanus Nawaly, AB Susanto, dan Jacob L.A. Uktolseja
Tweet
Like
Share
Previous:
Next:
ABOUT DHANANG
Membuat ilmu kehidupan menjadi hidup lebih hidup
RELATED ARTICLES
Biofuel dari Alga Mikro
August 28, 2015
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
4 of 5
10/19/2016 10:48 AM
http://biosmagz.com/?p=973
Post Comment
Copyright 2013, All Rights Reserved. | Powered by WordPress | Designed by Tielabs | Edited by @slamsr
5 of 5
10/19/2016 10:48 AM