Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Loni Novia Amelia
121724016
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan judul Efisiensi
Air Preheater Unit 2 di PLTU Banten 3 Lontar.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk mata kuliah
Kerja Praktik Program Studi Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik, Departemen Teknik
Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terkira
kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik penulis dengan doa
dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan berupa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Alvin Mizrawan Tarmizi, S.T. selaku Ahli Muda Efisiensi di PLTU Banten 3
Lontar yang telah membimbing di lapangan,
2. Bapak Tobat Martin Leonardo selaku Supervisor Senior Condition Based
Maintenance di PLTU Banten 3 Lontar yang telah membimbing selama
pelaksanaan kerja praktek,
3.
4. Bapak Budi Putranto selaku Supervisor Senior SDM yang telah membantu proses
perizinan Kerja Praktik,
5. Seluruh Engineer, staf dan karyawan PLTU Banten 3 Lontar khususnya bagian
Condition Based Maintenance yang telah berbagi ilmu dan pengalam selama
pelaksanaan kerja praktik,
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penyusunan laporan ini,
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna adanya, karena masih
banyak kekurangan baik dari segi ilmu maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata, semoga karya ini dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Bandung, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
I.1.
I.2.
I.3.
I.4.
I.5.
I.6.
I.7.
BAB II
PENDAHULUAN.................................................................................1
Latar Belakang Masalah........................................................................1
Perumusan Masalah...............................................................................1
Tujuan....................................................................................................1
Batasan Masalah....................................................................................2
Tempat dan Waktu Pelaksanaan............................................................2
Metoda Pengumpulan Data...................................................................2
Profil Singkat Perusahaan.....................................................................2
LANDASAN TEORI............................................................................9
AIR PREHEATER..............................................................................15
Pengenalan Air Preheater (APH).........................................................15
Fungsi dan Prinsip Kerja APH............................................................16
Komponen-komponen Air Preheater..................................................19
Kerugian-kerugian yang terjadi pada Air Preheater (Losses).............21
Diagram Alir APH...............................................................................23
Sistem Interlock dan Permissive.........................................................26
Instruksi Kerja Pengoperasian APH....................................................27
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN................................38
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Efisiensi thermal suatu pembangkit secara keseluruhan dapat ditingkatkan dengan
memanaskan udara pembakaran terlebih dahulu. Jika udara untuk proses pembakaran di
dalam furnace tidak dipanaskan terlebih dahulu, maka dibutuhkan energi yang lebih besar
untuk menaikkan temperatur pada saat proses pembakaran. Maka itu, akan dibutuhkan
lebih banyak bahan bakar solar untuk start up firingnya yang akan meningkatkan biaya
operasi dan menurunkan efisiensi pembangkit.
Pada umumnya, setiap Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang menggunakan boiler
berkapasitas besar selalu dilengkapi dengan Air Preheater (APH). Air Preheater
merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi sebagai alat untuk memanaskan
udara sebelum digunakan proses selanjutnya (contohnya untuk udara pembakaran di
boiler). Tujuannya adalah menaikkan menaikkan effisiensi termal dari suatu proses.
PLTU Banten 3 Lontar merupakan salah satu pembangkit yang menggunakan Air
Preheater. Tipe APH yang digunakan adalah Ljunstrom Trisector Airpreheater. APH
rentan mengalami penurunan kinerja seperti kebocoran (air leakage), dan menurunnya
kemampuan penyerapan panas akibat fouling dan plugging. Kinerja APH dapat diketahui
dengan menghitung Gas Side Efficiency pada APH. Dalam laporan kerja praktik ini
dibahas mengenai perhitungan efisiensi Air Preheater Unit 2 dari hasil Performance Test.
Sehingga
judul yang diangkat untuk laporan kerja praktik ini adalah Efisiensi Air
Tujuan
1.
2.
3.
4.
Batasan Masalah
Pembahasan dalam laporan Kerja Praktik ini dibatasi hanya untuk mengetahui
perhitungan Gas Side Efficiency pada Air Preheater di PLTU Lontar Unit 2 secara aktual.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus sampai dengan 11
September 2015 di PT Indonesia Power Unit Jasa Pembangkitan (UJP) Banten 3 Lontar
yang terletak di Desa Lontar Kecamatan Kemiri Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten.
Metoda Pengumpulan Data
Beberapa metode yang penulis gunakan dalam mendapatkan informasi pada
penyusunan laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap peralatan dan proses operasi yang dijadikan objek permasalahan.
2. Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung atau
diskusi kepada tenaga ahli yang terkait dengan bidang objek yang diamati.
3. Studi Literatur
Metode studi literatur dilakukan dengan membaca buku-buku manual
operasional, jurnal, laporan, dan buku-buku pendukung lainnya.
Visi
Menjadi Perusahaan Publik dengan Kinerja kelas Dunia dan bersahabat dengan
Lingkungan.
Misi
Melakukan
usaha
dalam
bidang
pembangkitan
tenaga
listrik,
serta
industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan
perusahaan dalam jangka panjang
I.1.2. Profil Singkat PLTU Banten 3 Lontar
PLTU Lontar saat ini merupakan bagian dari Unit Jasa Pembangkitan (UJP) yang
dikelola oleh PT Indonesia Power. Unit ini dikenal dengan nama PT Indonesia
Power UJP PLTU Banten 3 Lontar. PLTU Lontar memiliki 3 unit dengan masing
masing unit memiliki kapasitas 315 MW. PLTU ini terletak di jalan Ir Sutami Desa
Lontar Kecamatan Kemiri Kabupaten Tangerang provinsi Banten. Seperti PLTU
pada umumnya, PLTU Lontar ini memanfaatkan uap dari boiler yang kemudian
menggerakan turbin yang dikopel langsung ke generator dengan daya
pembangkitan maksimal 315 MW. PLTU Lontar memiliki komponen utama Boiler
dengan tipe vertical water tube, Tiga buah turbin yaitu High Pressure Turbine,
Intermediate Pressure Turbine, dan Low Pressure Turbine yang dihubungkan dalam
satu shaft, Kondensor dengan tipe Single Shell Double Pass Steam Surface. Bahan
bakar untuk membangkitkan uap di boiler menggunakan batu bara jenis Middle
Rank Coal dan Low Rank Coal. Sedangkan untuk pembangkitan listriknya
menggunakan generator dengan merek Dongfang Electric.tipe QFSN-300-2-20-B.
GENERAL
MANAGER
MANAGER OPERASI
MANAGER
PEMELIHARAAN
MANAGER
MANAGER
ENGINEERING DAN
ADMINISTRASI
MANGEMENT ASET
MANAJER
ADMINISTRASI
SUPERVISOR SENIOR
SUPERVISOR SENIOR
SUPERVISOR
SDM DAN
KEUANGAN
SENIOR LOGISTIK
PELAKSANA SENIOR
PELAKSANA SENIOR
PELAKSANA
PELAKSANA
ADMINISTRASI SDM
PAJAK DAN
SENIOR LOGISTIK
ADMINISTRASI
DAN DIKLAT
AKUNTANSI
DAN GUDANG
PENGADAAN
PELAKSANA
PELAKSANA SENIOR
KESEKRETARIATAN
ANGGARAN DAN
SEKRETARIAT
KEUANGAN
PELAKSANA
FASILITAS
PELAKSANA
KEAMANAN DAN
HUMAS
MANAJER
ENGINEERING DAN
MANAGEMEN ASET
AHLI MADYA
ENGINEERING
SUPERVISIOR
SUPERVISIOR
SENIOR
SENIOR CONDITION
RELIABILITY
BASED
AHLI MADYA
MAINTENANCE
ENGINEERING BOILER
AHLI MUDA
DAN AUXILIARY
AHLI MUDA
RELIABILITY DAN
KONTROL DAN
INSTRUMEN
CONDITION BASED
AHLI MADYA
MAINTENANCE
MANAGEMENT
ENGINEERING COAL
RESIKO
&ASH HANDLING
PELAKSANA
PELAKSANA SENIOR
SENIOR
CONDITION BASED
RELIABILITY
MAINTENANCE
AHLI MADYA
ENGINEERING
LISTRIK
MANAGEMENT
AHLI MADYA
RESIKO
ENGINEERING
KONTROL DAN
INSTRUMENT
AHLI MUDA
EFFICIENCY
AHLI MUDA
KONTRAK
MANAJER
PEMELIHARAAN
SUPERVISOR
SUPERVISOR SENIOR
SENIOR
SENIOR
PERANCANGAN DAN
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN
PENGENDALIAN
LISTRIK
DAN KONTROL
PEMELIHARAAN
SUPERVISOR
SUPERVISOR
SUPERVISOR
SENIOR
SENIOR
PEMELIHARAAN
MESIN
ASH HANDLING
INSTRUMEN
TEKNISI SENIOR
TEKNISI
TEKNISI SENIOR
TEKNISI SENIOR
AHLI MUDA
TURBIN
SENIOR
LISTRIK
KONTROL DAN
PERENCANAAN
INSTRUMEN
DAN EVALUASI
PEMELIHARAAN
AHLI MUDA
MEKANIS BOP
TEKNISI
TEKNISI
TEKNISI
TEKNISI
SENIOR
SENIOR
LISTRIK
KONTROL
OUTAGE
BOILER
MEKANIK
DAN
MANAGEMEN
INSTRUMEN
T
AHLI MUDA
TEKNISI
MESIN
TEKNISI
HANDLING
INVENTORI
MESIN
KONTROL
BAB I
LANDASAN TEORI
Air Preheater merupakan salah satu komponen pendukung dalam sistem PLTU.
Pembahasan yang akan dilakukan pada bagian ini meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Uap
secara umum, teori-teori yang relevan terhadap Air Preheater, dan standar yang digunakan
oleh industri untuk perhitungan efisiensi Air Preheater.
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PLTU adalah suatu pusat pembangkit thermal yang menggunakan uap sebagai
fluida kerjanya. Di dalam PLTU terjadi siklus tertutup yaitu fluida yang digunakan sama
dan berlangsung secara berulang-ulang. Siklus yang terjadi di dalam PLTU adalah sebagai
berikut :
Air pengisi boiler dipompa oleh boiler feed pump (BFP) melalui high pressure
heater (HPH) kemudian masuk ke water drum di boiler hingga memenuhi seluruh
permukaan panas di dalam boiler. Kemudian air dipanaskan oleh gas panas hasil
pembakaran antara bahan bakar (batubara) dengan udara pembakaran, sehingga dihasilkan
uap. Uap ini masih bersifat jenuh sehingga perlu dilakukan pemanasan lanjut hingga
menjadi uap kering. Proses pemanasan lanjut terjadi di primary superheater kemudian
dilanjutkan di secondary superheater.
Uap hasil produksi boiler dengan temperatur dan tekanan tertentu diarahkan untuk
memutar steam turbine sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran. Pada
pembangkit listrik dengan kapasitas besar, steam turbine dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
high pressure turbine (HP turbine), intermediet pressure turbine (IP turbine), dan low
pressure turbine (LP turbine). Uap panas dari boiler pertama kali digunakan untuk
memutar HP turbine. Setelah keluar dari HP turbine uap panas dipanaskan lagi di reheater
dan kemudian dialirkan ke IP turbine. Setelah dari IP turbine, uap panas langsung menuju
LP turbine. Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi
listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan.
Dari LP turbine, uap dikondensasikan di dalam kondensor memakai fluida air
pendingin yang berasal dari air laut. Setelah uap terkondensasi menjadi air kondensat, air
kondensat dialirkan menuju LP heater oleh condensate pump untuk dipanaskan, kemudian
masuk ke economizer lalu ke water drum. Demikian siklus ini dinamakan siklus tertutup.
II.1.1. Siklus Rankine
Siklus rankine digunakan pada pembangkit listrik yang menggunakan media uap air
sebagai fluida kerjanya. Air dipanaskan menjadi uap yang selanjutnya uap tersebut
meggerakkan turbin. Bahan bakar yang digunakan untuk membuat uap dapat
berupa gas alam, solar, residu, dan batu bara. Namun ada pula uap jadi yang berasal
dari pnas bumi dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin uap. Namun uap yang
dipanaskan olah bahan bakar mempunyai tekanan dan temperatur yang lebih tinggi
dibandingkan dengan uap yang dihasilkan dari panas bumi.
Siklus rankine banyak digunakan untuk pembangkit termal yang menggunakan uap
sebagai media penggerak turbin. Ada empat peralatan utama utama pada
pembangkit dengan sistem siklus rankine, yaitu :
a.
b.
c.
d.
Boiler
Turbine
Condenser
Boiler Feed Pump
Boiler merupakan alat untuk memanaskan air hingga menjadi uap dengan suhu dan
tekanan yang tinggi sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selanjutnya uap yang siap
tersebut masuk ke turbin untuk menggerakan generator. Uap yang keluar dari turbin
akan memiliki energi yang sudah jauh berkurang dibanding saat masuk turbin. Uap
8
karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang
cukup besar.
Gambar 2.1. Perpindahan panas konduksi pada dinding (J.P. Holman,hal: 33)
Persamaan dasar untuk konduksi satu-dimensi dalam keadaan stedi dapat ditulis :
T
q k =k A
......................................................................................(2.1)
x
di mana : qk
cara
menggerakkan
alirannya,
perpindahan
panas
konveksi
diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi
paksa (forced convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan
kerapatan karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai
konveksi bebas (free / natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh
gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang
menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka
perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).
Persamaan (2.4) mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien
pindah panas permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan
besarnya laju pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu.
11
: luas permukaan, m2
T1
T2
: Temperatur Benda hitam yang mengelilinginya, K
Khusus untuk benda hitam sempurna menurut Hukum Steven Bolzman persamaan
seperti berikut :
4
q r= A T .............................................................................................(2.4)
12
BAB II
AIR PREHEATER
Pengenalan Air Preheater (APH)
Air Preheater (APH) merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi
sebagai pemanas awal udara baik udara primer (Primary air) maupun sekunder (Secondary
air), sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat terjadi pembakaran optimal
dalam boiler. Dalam prosesnya, Air Preheater ini menggunakan gas buang (flue gas) hasil
pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya, kemudian mentransfer panas tersebut ke
aliran udara melalui elemen pemanas berputar (rotating heat exchanger).
Air Preheater (APH) secara umum didefisikan sebagai alat untuk memanaskan
udara sebelum digunakan proses selanjutnya (contohnya untuk udara pembakaran di
boiler). Tujuan utama dari air preheater adalah menaikkan effisiensi termal dari suatu
proses.
Pada PLTU batubara menggunakan air preheater untuk memanaskan udara primer
dan udara sekunder dengan pemanas dari udara gas buang melalui elemen sector plate.
PLTU Lontar menggunakan APH tipe Ljunstrom Trisector Airpreheater. APH tipe ini
terdiri dari 3 partisi sector plate yang terdiri dari primary air (dingin), secondary air
(dingin) dan gas buang (panas). Pada tipe APH ini pembagian gas buang 50%, secondary
air 35% dan primary air 15%. 1 unit APH terdiri dari 2 set motor penggerak, motor utama
dan aux. Motor dikontrol menggunakan frequently converter.
13
udara secondary dan primary yang masuk ke dalam APH dengan cara memutar elemen
plate secara kontinyu (continuously rotating heat transfer elements)
Pada satu unit APH terdiri dari 1 set pilot bearing (direct bearing) dan thrust
bearing (block bearing) dengan sistem pelumasan menggunakan pompa hidrolik sistem
sirkulasi. Untuk membersihkan jelaga pada sector elemen APH dan untuk mencegah korosi
akibat kandungan sulfur batubara digunakan sootblower. Tipe sootblower yang digunakan
adalah tipe long, tiap APH terdiri dari 1 buah sootblower. Pada APH juga dilengkapi
dengan fire detector menggunakan infrared. Jika terjadi kebakaran atau timbul api di dalam
APH maka akan dideteksi oleh infrared dan dipadamkan menggunakan sootblower. Pada
APH juga dilengkapi dengan Ash Hopper yang digunakan untuk menampung abu sisa gas
buang yang jatuh dari sector plate. Secara umum air preheater diklasifikasikan menjadi
dua tipe, yaitu : Tubular Air Preheater dan Regenerative Air Preheater.
III.1.1. Tubular Air Preheater
Air preheater jenis ini biasanya terdiri dari sejumlah tube steel dengan
diameter 40 sampai 65 mm dengan cara las dalam penyambungannya atau di
sambung pada tube plate di ujungnya. Baik gas ataupun udara dapat mengalir
melalui tube. Tubular Preheaters terdiri dari tabung-tabung yang di susun sejajar
(Straight tube bundles) melewati saluran outlet dari boiler dan terbuka pada setiap
sisi akhir saluran (ducting).
Ducting atau saluran gas buang yang berasal dari furnace melewati seluruh
preheaters tubes, transfer panas yang terjadi dari gas buang untuk udara bakar di
dalam preheater. Udara ambien di paksa oleh fan untuk melewati di salah satu
ujung pada saluran dari tubular air preheater dan udara yang dipanasi pada ujung
lainnya dari dalam sudah berupa udara panas yang mengalir ke dalam boiler dan
digunakan untuk udara pembakaran guna menaikkan efisiensi thermal boiler.
14
sumber : http://en.citizendium.org/wiki/Air_preheater
Gambar 3.2 Tubular Air Preheater
15
Gambar 3.3 Air Preheater Tipe Tri-sector, Tipe Quart-Sector, dan Concentric-Sector.
Tri-sector adalah jenis yang paling banyak digunakan pada pembangkit
modern saat ini (Gb 3.2). Dalam desain tri-sector, sektor terbesar (biasanya
mencangkup sekitar setengah dari penampang casing) dihubungkan dengan outlet
boiler (economizer) berupa gas buang yang masih memiliki temperatur tinggi. Gas
buang mengalir diatas permukaan elemen, dan kemudian mengalir menuju ke dust
collectors untuk menangkap debu-debu yang terbawa oleh gas buang sebelum di
buang menjadi tumpukan gas buang. Sektor kedua, yang lebih kecil dihembuskan
udara ambien oleh fan yang selanjutnya melewati elemen pemanas yang berputar
dan udara mengambil panas darinya sebelum masuk ke dalam ruang bakar untuk
pembakaran. Sektor ketiga, yang terkecil digunakan untuk pemanas udara ambien
yang nantinya akan diarahkan ke pulverizer membawa campuran batubara dengan
udara ke boiler untuk pembakaran.
16
Radial Seal
Seal radial terpasang sesuai dengan posisi rotor yang posisinya terhadap
plate rotor dapat di setting dan mempunyai standar sesuai dengan desain
manufaktur. Dalam mensetting juga memperhatikan expansi rotor akibat
17
Axial Seal
Axial seal dipasang pada sisi luar dari rotor memanjang dari sisi hot end
sampai dengan cold end. Seal bekerja sama dengan radial seal untuk
meminimalkan gap antara rotor dengan seal.
III.3.3.3
Circumferential seal
19
0,0005
0,001
Udara industry
0,002
0,001
0,005
1
2
21
3
4
Keterangan :
1. APH A (Main Motor)
3. APH B (Aux.Motor)
2. APH A (Aux. Motor)
4. APH B (Main Motor)
Gambar 3.4 DCS PID of Flue Gas and Air System
22
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6 kV Section 1B
6 kV Section 1A
380 V Section 1B
380 V Section 1A
Bus Power Supply
APH
4
Gambar 6. DCS PID of APH Electrical
23
5
Gambar 3.8 DCS PID of APH Electrical
Sistem Interlock dan Permissive
Ada beberapa Permits yang harus dipenuhi agar peralatan di APH dapat
dioperasikan:
Gambar 3.9 Boiler APH (Flue Gas and Air System Display)
24
Keterangan :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Keterangan
APH A main converter
APH A aux. converter
APH A main converter interlock button
APH A aux converter interlock button
APH A main / aux converter selector button
APH A main converter first out
APH A main converter start permit
APH A main converter first out
APH A main converter start permit
APH B main converter
APH B aux. converter
Penunjukan arus APH B main converter
Penunjukan arus APH B aux. converter
APH B gap control
APH Fire Alarm
APH A gap control
APH A inlet flue gas damper
APH A outlet primary air damper
APH A secondary air damper
Differential press inlet / outlet APH
Diffenrential temperatur inlet /outlet APH
Differential temperatur inlet / outlet secondary air
25
Keterangan :
NO
1
2
Keterangan
APH Block / Support bearing oil pump
APH Radial / Direct / Guide bearing oil pump
III.1.9.Persiapan Start
No
C/L
C/L
C/L
C/L
C/L
Kegiatan
checklist
26
LL
C/L
27
10
11
12
Periksa cooling water system lube oil, manual valve inlet &
return valve open.
28
bearing
Periksa udara instrument emergency converter dalam kondisi
open (standby).
13
14
C/L
15
Periksa dan siapkan panel lokal APH, Power ON, Reset Semua
29
16
17
C/L
30
III.1.10.
NO
1
C/L
CC
Start
Kegiatan
Pastikan start permit main converter APH telah terpenuhi :
checklist
CC
CC
CC
selector B )
Pastikan semua parameter pressure dan temperatur inlet
outlet APH (flue gas, primary air, secondary air dalam
CC
kondisi normal )
(Button 20, 21, 22, 23 menunjuk angka)
Pastikan bearing lube oil APH telah siap dioperasikan.
Lube oil bearing APH terdiri dari 2 unit pompa direct
bearing / guide bearing dan 1 unit pompa block bearing
CC
C/L
dan reset
Untuk pertama kali start pompa direct bearing (gambar2 no
1) dan block bearing (gambar2 no 2) akan menunjukkan
kondisi fault/standby (indikasi pompa berwarna kuning
berkedip). Pompa akan otomatis start (indikasi pompa
berwarna merah) pada saat temperatur lube oil mencapai
55C dan secara otomatis akan stop / kondisi standby pada
C/L
31
5
6
Nilai Normal 9 mm
3 Tombol force up jika nilai gap tidak sesuai < 9 mm
4 Selector switch manual / auto
5 Lampu indikator fault seal gap A1, A2, A3, B1, B2, B3
6 Tombol reset alarm seal gap
Jika sudah siap antara lokal dan CCR maka APH di start
dengan menekan gambar 1 (Main Converter) ---> START
--- > ACK. Arus motor akan stabil saat frekuensi motor
10
C/L
III.1.11.
NO
1
C/L
C
Monitoring
Kegiatan
Perhatikan APH yang sudah beroperasi akan berwarna
checklist
32
13 A 15 A
Perhatikan
33
44
C/L
sector
Ukuran seal gap antar sector (Primary secondary),
(Primary flue gas), (secondary flue gas) normal 9-
10 mm
Perhatikan level lube oil motor gear box, guide
III.1.12.
NO
C/L
Stop
Kegiatan
Stop Normal : Pastikan temperatur inlet fluegas APH <120
checklist
C/L
X0HNA20AA001b)
- Lepas interlock standby Aux. Converter APH
- Stop APH dari emergency push button
Lepas interlock standby Aux. Converter APH
Jika telah siap antara operator CCR dan Lokal, maka
III.1.13.
NO
1.
C/L
C
Kegiatan
Close damper damper yang berhubungan langsung dengan
checklist
33
peralatan
Hubungi pemeliharaan kontrol instrumen jika ada kesalahan
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan efisiensi Air Preheater PLTU Unit
2 Lontar secara aktual berdasarkan ASME PTC 4.3 beserta pembahasan dan analisanya.
Data Parameter
Parameter
Symbo
l
Unit
Value
He
Hf
kcal/kgf
kJ/kg-f
4.636,00
19.410,00
Ultimate analysis
Carbon
MpCF
wt%
Hydrogen
MpHF
wt%
Nitrogen
MpNF
wt%
Oxygen
MpO
2F
Sulphur
Ash
Moisture
Total
MpSF
MpAs
F
MpM
F
wt%
wt%
wt%
wt%
wt%
48,12
3,56
0,78
13,29
0,33
5,22
28,70
100,00
35
Ash Analysis
Unburned Carbon in Bottom Ash
[Mass % of dry refuse)
Unburned Carbon in Economizer
Hopper [Mass % of dry refuse)
Unburned Carbon in Flyash [Mass
% of dry refuse)
UCb
wt%
2,66
UCe
wt%
UCf
wt%
0,17
xUCb
wt%
0,10
xUCe
wt%
xUCf
wt%
Ash Split
Bottom Ash [% of total refuse)
Economizer Hopper [% of total
refuse)
Flyash [% of total refuse)
0,90
Combustibles in Ash
MpC
48,12
Economizer Outlet
O2 (% vol dry)
DVpO2
14
2,00
36
O2 (% vol dry)
DVpO2
15
3,88
TFDf
out
30,01
TPAf out
41,11
XpFrA2
100,00
332,48
337,45
XpFrA1
h
TAH2ou
t
TAH1ho
ut
Taen
41,11
TFgEn
360,02
TFgLvCr
185,36
MpUbC =
MpCRs x MFrRs
= 0,42 x 0,05
= 0,02 %
5,22
(1000,42)
= 0,05 kg /kg
Carbon burned
MpCb
= MpCFMpUBC
= 48,120,02
= 48,10 wt
Theorithical Air
MFrThACr
[
[
[
[
][
]
][
]
][
11,51 x MpCb
4,31 x MpSF
34,3 x MpH 2 F
+
+
100
100
100
4,32 x MpO 2 F
100
][
11,51 x 48,10
4,31 x 0,33
34,3 x 3,56
+
+
100
100
100
4,32 x 13,29
100
6,04
kg
fuel
kg
6,04
28,963
38
mol
fuel
kg
0,21
[ ][ ][ ]
[ ][ ][ ]
48,10
0,33
0,78
100
100
100
+
+
12,011
32,066
28,013
0,04
mol
fuel
kg
= 10,32 %
CO2
DVpC0214
MpCb
12,01
MoDFg
48,10
12,01
0,23
= 17,76
=
=
=
Xpa
)
100
10,32
)
100
kg
fuel
kg
N2
DVpN2f14
MpN 2 F
28,013
MoDFg
39
0,78
28,013
0,23
= 0,12
Atmospheric Hydrogen
DVpN2a14
= 100DVp 02DVpC 02DVpN 2 f
= 100217,760,12
= 80,12
Excess Air
[ MoThACr ] x
100 x [ DVpO2] x
= 22,27 %
[ MpCb ]
DVpC0215
12,01
MoDFg
48,10
12,01
0,25
= 15,99 %
Moles of Dry Gas
MoDFg15
N2 (% vol dry)
DVpNf215
= [MpN2F]/28,013/[ModFg]
40
0,78
=0,11
29,013
0,25
Atmospheric nitrogen
DVpN2a15
= 100 [DVpO2]-[DVpCO]-[DVpN2f]
= 100 [ 3,88 ] [ 0 ] [ 0,11 ]
= 80,02
WG15
=
41
TG FgenTFGLvCr
TG FgenTaen
AH
360,02185,36
360,0241,11 = 54,77 %
770,86698,84
x 100=10,31
698,84
Pembahasan
Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja suatu Air Preheater adalah
temperatur inlet dan outlet gas buang pada Air Preheater dan komposisi dari gas buang.
Paramater ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengukuran temperatur udara dan gas
buang dapat mewakili rata-rata temperatur yang terdapat pada saluran tersebut. Berikut
merupakan tabel parameter kinerja APH di PLTU Lontar :
Unit 2
Flue Gas
APH
Load
(MW)
In (C)
A
B
290,13
290,13
357,16
362,88
Out
(C)
185,33
158,30
In
T
Press
171,8
(pa)
-
3
204,5
825,32
-
911,62
Gas
Air
Eff.
Leakag
(%)
e (%)
OutPress
(pa)
-3041,03
-3157,53
54,7
7
10,31
42
Sebagai salah satu komponen yang memanfaatkan panas hasil gas buang dari
boiler untuk mengurangi heat loss Air Preheater tidak dapat 100% menyuplai udara
pembakaran ke boiler, karena terdapat heat loss pada APH akibat kebocoran (air leakage),
dan menurunnya kemampuan penyerapan panas akibat fouling dan plugging. Kinerja APH
dapat diketahui dengan menghitung Gas Side Efficiency seperti yang telah dijabarkan pada
perhitungan diatas.
Lontar adalah sebesar 54,77 %. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa temperatur
outlet gas buang pada APH sisi A dan B mengalami perbedaan yang cukup jauh dari
standarnya yaitu sekitar 150 C. Tingginya temperatur outlet pada gas buang ini
disebabkan oleh pertukaran panas yang terjadi pada elemen di APH sudah mulai tidak
optimum. Untuk itu diperlukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar penurunan
kinerja APH mulai dari awal operasi hingga saat ini.
Untuk Air Leakage sendiri didapatkan hasil sebesar 10,31%. Air leakage
merupakan sejumlah udara yang mengalir dari sisi udara menuju sisi gas. Air Leakage bisa
disebut juga sebagai indikator dari kondisi Air Preheater Seal. Dari nilai tersebut dapat kita
ketahui apakah kondisi seal pada APH masih bagus atau tidak.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1.
Kesimpulan
3. Kinerja suatu Air Preheater dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu temperatur
inlet dan outlet gas buang pada Air Preheater dan komposisi dari gas buang
(O2,CO2,CO),
1.
2.
3.
4.
V.2.
Saran
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi Air Preheater :
Melakukan optimasi Shootblower pada APH
Melakukan Boiler/Combustion Fine Tuning
Melakukan boiler cleaning saat inspeksi
Set up pada seal gap APH.
44
DAFTAR PUSTAKA
Air Heaters-Supplement to Performance Test Code for Steam Generating Units, PlC 4.1; ASME/ANSI PTC 4.3 - 1974; Reaffirmed 1991,The American Society of
Mechanical Engineers, New York, 1968.
45