You are on page 1of 46

KUALITAS SUSU SAPI PERAH PADA PEMBERIAN PAKAN

TEPUNG DAUN MURBEI (Morus alba L)

SKRIPSI

MUHAMMAD IRFAN
I 411 07 008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK


JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

ABSTRAK
Muhammad Irfan (I41107008). Kualitas Susu Sapi Perah Pada Pemberian
Pakan Tepung Daun Murbei (Morus Alba L). Dibawah bimbingan Prof. Dr. drh.
Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan Prof. Dr. Ir. Ambo Ako,
M.Sc selaku Pembimbing Anggota.
Pengembangan peternakan sapi perah telah mengalami kemajuan dari tahun ke tahun.
Hal ini tidak luput dari dukungan pemerintah di setiap daerah dan juga pengetahuan
peternak tentang sapi perah telah meluas. Untuk menghasilkan susu yang berkualitas
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ternak
sapi perah tersebut salah satunya adalah faktor pakan. Pakan yang diberikan harus
memiliki kandungan gizi yang tinggi untuk digunakan ternak tersebut untuk
berproduksi dalam hal ini menghasilkan susu. Salah satu pakan yang dapat diberikan
adalah tepung murbei (Morus alba L). Penambahan tepung daun murbei (Morus alba
L) pada ransum ternak sapi perah diharapkan akan memperbaiki kualitas air susu
pada sapi perah, sehinnga penelitian ini ditujukan untuk menentukan level
penambahan tepung daun murbei yang baik terhadap peningkatan kualitas susu.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011, bertempat di bertempat di
Jl. Telaga Biru Juppandang, Kabupaten Enrekang.Peralatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah kandang, milk can, kantong plastik, liter susu, timbangan,
laktodensimeter, pengukur lemak (butirometer), tabung reaksi, pH meter, gelas piala,
pipet tetes, alat titrasi.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor
induk sapi perah Friesh Holland yaitu 2-3 kali laktasi dengan masa laktasi ke 5-6,
tepung daun murbei (Morus alba L), NaOH 1%, PP indicator (fenoptalin). Konsentrat
yang diberikan berupa ampas tahu, pemberian konsentrat diberikan pada pagi hari.
Hijauan diberikan secara ad libitum berupa rumput gajah. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), 3 perlakuan dengan 4 kali
ulangan dengan faktor pertama P0 : Tanpa Penambahan tepung daun murbei, P1 :
Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei, P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun
murbei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pemberian tepung

daun murbei pada pakan ternak sapi perah dapat meningkatkan kualitas kadar lemak,
berat jenis, dan kadar persentase asam laktat pada susu, namun tidak nyata meningkat
antara perlakuan P1 dan P2, sedangkan nilai pH tidak berpengaruh nyata antar
perlakuan.
Kata Kunci : Sapi Perah, Kualiatas Susu, Tanaman Murbei.

ABSTRACT
Muhammad Irfan (I41107008). Quality Milk Dairy Cattle On Feed Wheat Granting
Leaves Mulberry (Morus alba L). Under the guidance of Prof. Dr. drh. Ratmawati
Malaka, M. Sc, and Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M. Sc as Supervising Member.

Development of dairy farming has progressed from year to year. It is not lost
on government support in each region and also knowledge about the dairy farmers
have been widespread. To produce high quality milk there are several factors that
must be considered in the management of dairy cattle raising is one of them is a
factor of feed. Feed given should have a high nutrient content to be used to produce
cattle that produce milk in this case. One of feed that can be given is the flour
mulberry (Morus alba L). The addition of flour mulberry leaves (Morus alba L.) in
dairy cattle rations is expected to improve the quality of milk in dairy cattle, sehinnga
this study aimed to determine the level of addition of mulberry leaf powder is good to
increase the quality of milk. The research was conducted in July-August 2011,
located at located at Jl. Juppandang Blue Lake, District Enrekang.Peralatan used in
this study are stable, milk cans, plastic bags, quart milk, scales, laktodensimeter,
measuring fat (butirometer), test tubes, pH meters, glass cup, dropper drops,
appliance titration. Materials used in this study were 12 breeding cows Friesh Holland
is 2-3 times with the lactation lactation 5-6, flour mulberry leaves (Morus alba L),
NaOH 1%, PP indicator (fenoptalin). The concentrate is given in the form of pulp,
giving concentrates are given in the morning. Forage is given ad libitum in the form
of elephant grass. Experimental design used was Randomized Complete Design
(CRD), 3 treatments with 4 replications with the first factor P0: Without the addition
of mulberry leaf powder, P1: Provision of 25% (250 grams) flour mulberry leaves,
P2: Delivery of 50% (500 gr ) flour mulberry leaves. The results showed that with
increasing of mulberry leaf meal in cattle feed dairy cows can improve the quality of
fat content, specific gravity, and percentage levels of lactic acid in milk, but no
treatment was significantly increased between P1 and P2, whereas no significant
effect of pH values between treatment.

Keywords: Dairy Cattle, Dairy kualiatas, Mulberry Plantation.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wataala, atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah seminar usulan penelitian dengan baik. Tak lupa pula kita kirimkan salawat
dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai Nabi penutup zaman
dan sang revolusioner sejati yang tidak terkalahkan hingga saat ini.
Suatu kebahagian yang selayaknya penulis syukuri, mengingat perjuangan dan
pengorbanan (canda tawa dan calla) selama penyelesain makalah usulan penelitian.
Saya haturkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada dosen pembimbing
Prof.Dr.Drh.Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ambo Ako. M.Sc
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis . Kepada Ayahanda
Makkateru dan Ibunda tercinta Indo Tase yang telah mendidik penulis. Serta
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Saudara(i) Tercinta Nur Amaliah dan
Putri Fatimah yang senantiasa memberikan motivasi saran selama penulis
menyelesaikan makalah . Tak lupa juga teman-teman HIMAPROTEK yang selalu
memberikan semangat.
Penulis sangat menyadari bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya pada
dia. Oleh karena itu penulis menerima saran dari para pembaca yang sifatnya
mendukung kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini,
penulis menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................

iii

DAFTAR ISI...................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

PENDAHULUAN..........................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Susu Secara Umum.........................................................................


Komposisi Susu..............................................................................
Tinjauan Umum Murbei (Morus alba L)........................................
Komposisi Nutrisi Murbei (Morus alba L).....................................

4
5
12
13

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ................................................................................
Materi Penelitian...................................................................................
Metode Penelitian.................................................................................
Analisa Data .........................................................................................

19
19
19
22

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Lemak Susu...............................................................................
Berat Jenis (BJ) Susu...........................................................................
Potensial Hidrogen (pH) Susu.............................................................
Asam Laktat Susu................................................................................

24
26
28
30

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan.........................................................................................
Saran...................................................................................................

33
33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

34

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman
Teks

1. Tanaman Murbei (Morus alba L)..........................................................

12

DAFTAR TABEL
No.

Halaman
Teks

1.
2.
3.
4.
5.

Komposisi Susu Sapi, Kambing, dan Kerbau........................................


Komposisi Nutrien Tanaman Murbei (Morus alba L)...........................
Komposisi 15 Asam Amino Daun Murbei (Morus alba L)....................
Kandungan Vitamin dan Mineral Murbei (Morus alba L)....................
Pemberian Konsentrat dan Tepung daun murbei berdasarkan
Perlakuan.................................................................................................
6. Kandungan Kadar Lemak Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan
Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei................................................

6
15
16
16

24

7. Kandungan Berat Jenis Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan


Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei................................................

26

8. Kandungan Berat Jenis Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan


Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei...............................................

29

9. Kandungan Asam Laktat Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan


Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei...............................................

31

20

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

Teks
1. Hasil Pengamatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah yang diberi
Pakan Tepung Daun Murbei (Morus alba L).......................................

36

2. Hasil Pengamatan Berat Jenis (BJ) Susu Sapi Perah yang diberi
Pakan Tepung Daun Murbei (Morus alba L).......................................

40

3. Hasil Pengamatan pH Susu Sapi Perah yang diberi


Pakan Tepung Daun Murbei (Morus alba L).......................................

44

4. Hasil Pengamatan Asam Laktat Susu Sapi Perah yang diberi


Pakan Tepung Daun Murbei (Morus alba L).......................................

46

PENDAHULUAN

Pengembangan peternakan sapi perah telah mengalami kemajuan dari tahun


ke tahun. Hal ini tidak luput dari dukungan pemerintah di setiap daerah dan juga
pengetahuan peternak tentang sapi perah telah meluas. Peternakan sapi perah
merupakan salah satu subsektor untuk mengatasi masalah kemiskinan masyarakat
pedesaan dalam hal ini mengurangi pengangguran dan untuk memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat.
Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena
komposisinya yang ideal selain susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh
tubuh, semua zat makanan yang terkandung di dalam susu dapat diserap oleh darah
dan dimanfaatkan oleh tubuh. Susu dapat dikomsumsi oleh semua kalangan
masyarakat.
Untuk menghasilkan susu yang berkualitas ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ternak sapi perah tersebut salah satunya
adalah faktor pakan. Pakan yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang
tinggi untuk digunakan ternak tersebut untuk berproduksi dalam hal ini menghasilkan
susu. Salah satu pakan yang dapat diberikan adalah tepung murbei (Morus alba L).
Murbei dikenal sebagai tanaman obat yang mempunyai berbagai manfaat dan
mudah untuk dibudidayakan. Murbei lebih dikenal sebagai tanaman yang daunnya
digunakan sebagai pakan ulat sutera untuk keperluan industri tekstil. Padahal buah
murbei berpotensi juga sebagai antioksidan, dapat meningkatkan kadar kolesterol
HDL serta menurunkan kadar kolesterol LDL yang menjadi salah satu penyebab
penyakit jantung koroner. Hasil penelitian menginformasikan bahwa kombinasi daun
murbei dengan bahan yang berbeda sebagai komponen konsentrat memberikan
9

respon yang berbeda terhadap sapi potong. Kombinasi daun murbei dengan jagungurea menghasilkan produktivitas yang terbaik, akan tetapi kombinasi daun murbei
dengan onggok-urea juga dapat menjadi salah satu alternatif yang baik untuk
diaplikasikan, karena kombinasi tersebut menghasilkan R-C rasio yang tinggi
(Kartiarso, 2009).
Ditambahkan pula oleh Syahrir, et.al. (2009) bahwa penggunaan daun murbei
dalam ransum berbahan dasar jerami padi akan meningkatkan efektivitas fermentasi
(nilai pH) dalam rumen yang cenderung semakin rendah, produksi gas yang semakin
tinggi, konsentrasi amonia yang semakin rendah pada tingkat penggunaan murbei
sebesar 75% menggantikan konsentrat.
Di Kabupaten Engrekang tanaman murbei banyak ditanam oleh masyarakat
dan mudah dijumpai, tetapi tanaman tersebut pemanfaatannya difokuskan pada
pembuatan benang sutra, tetapi setelah tanaman murbei tersebut sudah tua
pemanfaatannya sudah tidak ada, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
memanfaatkan tanaman murbei tersebut sebagai campuran bahan pakan ternak sapi
perah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
Penambahan tepung daun murbei (Morus alba L) pada ransum ternak sapi
perah diharapkan akan memperbaiki kualitas air susu pada sapi perah, sehinnga
penelitian ini ditujukan untuk menentukan level penambahan tepung daun murbei
yang baik terhadap peningkatan kualitas susu.
TINJAUAN PUSTAKA

10

A. Susu secara umum


Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan
(Hadiwiyoto, 1994). Sedangkan menurut Saleh (2004), susu yang baik adalah susu
yang mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora mikroba patogen,
bersih debu atau kotoran lainnya dan mempunyai cita rasa (flavour) yang baik.
Komponen-komponen yang penting dalam susu adalah protein, lemak, vitamin,
mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa mikroba (Lampert, 1980). Susu
merupakan produk pangan yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan
kalsium (Ca) tubuh (Syarifah, 2007).
Susu didefinisikan sebagai hasil sekresi normal kelenjar susu dari binatang
yang menyusui anaknya. Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari
ternak menyusui lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-komponennya
tidak dikurangi dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Susu merupakan makanan
cair yang diproduksi oleh kelenjar susu mamalia betina. Sedangkan definisi susu
secara kimiawi adalah emulsi (campuran zat yang tidak saling larut) butiran lemak
dalam cairan berbahan dasar air. Kandungan terbesar susu adalah air dan lemak. Susu
biasanya berarti cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia
betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna
makanan padat. Dipandang dari segi gizi, susu merupakan bahan makanan yang
hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang
baru lahir, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan

11

segera sesudah kelahiran. Pada dasarnya semua jenis mamalia termasuk manusia,
mampu menghasilkan susu melalui kelenjar mammary (Anonim, 2011a).
Susu disintesa pada kelenjar ambing dalam alveolus. Sekelompok kelenjar
susu terdiri dari beberapa gelembung-gelembung (alveoli) susu. Dinding alveoli
terdiri dari selapis epitel yang disebut sel myoepitel dan sel sekresi berbentuk kubus
dan ditengahnya terdapat lumen. Sel sekresi dikelilingi oleh sel myoepitel dan
kapiler-kapiler darah. Susu yang terbentuk dari lumen alveoli kemudian dialirkan
masuk ke dalam sisterna melalui duktus alveolus ke lobus kemudian ke lobulus dan
akhirnya ke sisterna ambing. Lubang puting susu mempunyai otot otot sirkuler di
dalam dindingnya. Akibat dari rangsangan syaraf atau karena tekanan susu di dalam
ambing, maka otot mengendur (relaksasi) sehingga susu keluar (Malaka, 2010).
Komposisi Susu
Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau
hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan
makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau
ditambah bahan-bahan lain. Sebagai bahan makanan/minuman susu mempunyai nilai
gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh
seperti Kalsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi.
Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin
yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang
dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera
konsumen. Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan. Susu
12

yang baik yaitu apabila mengandung jumlah bakteri sedikit, tidak mengandung spora
mikrobia patogen, bersih yaitu tidak mengandung debu atau kotoran lainnya,
mempunyai cita rasa (flavour) yang baik, dan tidak dipalsukan. Komponenkomponen susu yang terpenting adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu
berkisar antara 3-5 % sedangkan kandungan lemak berkisar antara 38%. Kandungan
energi adalah 65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi susu rata-rata adalah
sebagai berikut : air (87,90%); kasein(2,70%); lemak (3,45%); bahan kering
(12,10%); albumin(0,50%); protein (3,20%); bahan kering laktosa (4,60%); vitamin,
enzim, gas (0,85 %) (Rasyid, 2000). Komposisi susu sapi, susu kambing, dan susu
kerbau dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Susu Sapi, Kambing dan Kerbau (Williamson dan Payne, 1993)
Spesies
Sapi

Air (%)
86,10

Lemak (%)
3,40

Protein (%)
3,20

Laktosa (%)
4,60

Abu (%)
0,74

Kambing

88,20

4,00

3,40

3,60

0,78

Kerbau

83,10

7,40

3,80

4,90

0,78

Komponen- komponen di dalam susu secara umum diantaranya protein,


lemak, laktosa, vitamin, dan karbohidrat (Azis, 2007) :

Protein Susu
Kadar protein di dalam susu rata-rata 3,20% yang terdiri dari: 2,70% casein
(bahan keju), dan 0,50% albumen. Terdapat 26,50% dari bahan kering susu adalah
13

protein. Di dalam susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein di dalam
susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan konsumsi. Albumin
ditemukan 5 g/kg susu, dalam keadaan larut. Di dalam pembentukan keju, albumin
memisah dalam bentuk whey. Beberapa hari setelah induk sapi melahirkan,
kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan normal setelah 7 hari. Pada suhu 64
C albumin mulai menjadi padat, sifat ini identik dengan sifat protein pada telur. Akan
tetapi karena kadar albumin yang sedikit maka pada pasteurisasi tidak dapat
ditemukan, bahkan pada pemasakan yang dapat dilihat hanya merupakan titik-titik
halus pada dinding dan dasar panci.
Lemak Susu
Lemak tersusun dari trigliresida yang merupakan gabungan gliserol dan
asam- asam lemak. Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh,
25-30% lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak
polyunsaturated. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E), karoten, serta vitamin A dan D .
Lemak susu dikeluarkan dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran lemak
(fat globule) yang diameternya bervariasi antara 0,1 15 mikron. Butiran lemak susu
tersusun atas butiran trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan
Fat Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Persentasi lemak
susu bervariasi antara 2,4 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida yang tersusun
dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui ikatan
ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi

14

dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori (Shiddieqy,
2004).
Derajat keasaman (pH) didefinisikan sebagai logaritma dari aktivitas ion
hidrogen dan menunjukkan konsentrasi dari ion hidrogen tersebut. Pengukuran
kondisi asam dan basa susu, yaitu dengan mengetahui nilai pH susu. Alat yang
digunakan adalah pH meter. Pada suhu 25C, pH susu bervariasi yaitu 6,5-6,7
sehingga menyebabkan susu bersifat buffer. Penurunan pH susu dari kisaran normal
akan menyebabkan perubahan bentuk susunan komponennya. Derajat keasaman (pH)
susu menurun akibat terputusnya fosfat koloidal dan berkurangnya ikatan antara
kation dengan protein (Susilorini, 2006).
Laktosa
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam susu. Bentuk ini
tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa di dalam air susu
adalh 4,60% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua
komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat susu yang sedikit manis ditentukan
oleh laktosa. Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman
pembentuk asam susu. Pemberian laktosa atau susu dapat menyebabkan mencret atau
gangguan-gangguan perut bagi orang yang tidak tahan terhadap laktosa. Hal ini
disebabkan kurangnya enzim laktase dalam mukosa usus.

Vitamin

15

Kadar vitamin di dalam susu tergantung dari jenis makanan yang diperoleh
ternak sapi dan waktu laktasinya. Vitamin diukur dengan satuan Internasional Units
(UI) dan mg, vitamin yang terdapat di dalam lemak A,D,E,K, dan vitamin yang larut
di dalam susu, tergolong vitamin B komplek, vitamin C, vitamin A, provitamin A dan
vitamin D. Vitamin yang larut di dalam susu yang terpenting adalah vitamin B1, B2,
asam nikotinat dan asam pantotenat. Bila susu dipanaskan / dimasak, dipasteurisasi
atau disterilisasi maka 10-30% vitamin B1 akan hilang, vitamin C akan hilang 2060%.

Karbohidrat
Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2 : 1 seperti pada
molekul air. Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6,
sedangkan rumus sukrosa adalah C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom
hidrogen berbanding jumlah atom oksigen ialah 12:6 atau 2:1, sedangkan pada
sukrosa 22:11 atau 2:1. Dengan demikian dahulu orang berkesimpulan adanya air
dalarn karbohidrat. Karena haI inilah maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal
dari karbondan hidrat atau air. ataupun pada kenyataannya senyawa karbohidrat
tidak mengandung molekul air, namun kata karbohidrat tetap digunakan di samping
nama lain yaitu sakarida.

Faktor yang mempengaruhi komposisi susu


16

Adapun yang mempengaruhi komposisi susu yaitu (Anonim, 2011b) :


1. Faktor keturunan
Perbedaan komposisi terutama pada kadar lemaknya yang bervariasi secara luas.
Kadar lemak yang tinggi biasanya diikuti dengan kenaikan kadar protein, sedangkan
kadar mineral dan laktosa relatif konstan.
2.

Faktor makanan
Jumlah makanan yang diberikan akan mempengaruhi jumlah produksi susu. Sapi
mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan susu dengan komposisi yang konstan
terutama protein dan mineral. Jadi yang terpengaruh oleh makanan adalah
hasil/jumlah produk bukan kandungan produk.

3.

Pengaruh iklim
Kadar lemak dan protein sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada musim dingin kadar
lemak lebih tinggi daripada musim panas.

4.

Pengaruh suhu
Pada suhu 30-70oF susu tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu.

5. Waktu laktasi
Susu yang dihasilkan 4-5 hari pertama pada waktu laktasi disebut kolostrum,
kandungan garamnya lebih tinggi terutama Na dan Cl. Mulai hari kelima dan

17

seterusnya kadar lemak dan protein akan naik sedangkan kadar laktosa makin lama
makin berkurang.
Tahap laktasi merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil dan
komposisi susu sapi. Konsentrasi dari total protein, lemak, kasein, dan whey protein
meningkat selama tahap laktasi berlangsung dari ternak sapi perah yang diberi makan
rumput (Auldist et al., 1998 dalam Malaka, 2010).
6.

Prosedur pemerahan
Prosedur pemerahan sangat mempengaruhi kadar lemak, sedangkan kadar protein dan
laktosa tidak terpengaruh. Kadar lemak juga dipengaruhi interval dari pemerahan.
Interval yang lebih lama dapat menurunkan kadar lemak pada pemerahan berikutnya.

7.

Pengaruh umur sapi


Makin tua sapi, susu yang dihasilkan akan mengandung kadar lemak yang lebih
sedikit. Sedangkan untuk komposisi susu dan maupun sifat unsur-unsur yang lain
tidak memperlihatkan perubahan akibat umur sapi.

8. Waktu pemerahan
Waktu pagi kadar lemak 0,5-2% lebih banyak dibanding siang. Pemerahan 3-4 kali
sehari kadar lemaknya lebih tinggi dibanding 2 kali sehari.

18

Sifat fisik susu


Susu segar mempunyai pH 6,5 6,6 (bersifat agak asam). Keasaman susu
segar berhubungan dengan fosfat susu, protein (kasein dan albumin), serta sejumlah
kecil CO2 dan sitrat yang terdapat pada susu. Berat jenis susu berkisar 1,027 1,035.
Semakin banyak lemak susu, semakin rendah BJ-nya. Semakin banyak prosentase
padatan bukan lemak, semakin berat susu tersebut. Susu segar mempunyai rasa agak
amis. Flavour yang khas pada susu mempunyai hubungan dengan kandungan laktosa
yang tinggi dan klorida yang relatif rendah (Sudono, 1983).
Syarat susu yang baik
Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun,
apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun
syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis,
kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.Warna susu bergantung pada
beberapa faktor seperti jenis ternak dan pakannya. Warna susu normal biasanya
berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan
hasil dispersi cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di
dalam susu. Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning,
sedangkan apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya kandungan gula
laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri mudah sekali berubah
bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan ternak penghasil susu, kerja
enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat menampung susu yang dihasilkan

19

nantinya. Bau susu umumnya sedap, namun juga sangat mudah berubah bila terkena
faktor di atas. Berat jenis susu adalah 1,028 kg/L. Penetapan berat jenis susu harus
dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah, dipengaruhi
oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu. Viskositas susu
biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 cP, yang dipengaruhi oleh bahan padat susu,
lemak, serta temperatur susu.Titik beku susu di Indonesia adalah -0,520C,
sedangkan titik didihnya adalah 100,16C. Titik didih dan titik beku ini akan
mengalami perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air
yang terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang berbeda.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat berada di antara sifat asam dan
sifat basa. Secara alami pH susu segar berkisar 6,56,7. Bila pH susu lebih rendah
dari 6,5, berarti terdapat kolostrum ataupun aktivitas bakteri (Anonim, 1998).
B. Tinjauan Umum Murbei (Morus alba L)
Klasifikasi murbei adalah sebagai berikut (Sunarto, 1997) :
Divisi

: Spermathophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Urticales

Famili

: Moraceae

Genus

: Morus

Spesies

: Morus alba L

20

Gambar 1. Tanaman Murbei (Morus alba L)


Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl,
dan memerlukan banyak sinar, nama dari murbei itu ada banyak: besaran (Indonesia),
murbai, besaran (Jawa); kerta, kitau (Sumatera) ; sangye (Cina), maymon, dau tam
(Vietnam); morus leaf, morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark ; mulberry twigs,
white mulberry, mulberry (Inggris). Tumbuhan yg sudah dibudidayakan ini menyukai
daerah-daerah yg cukup basa seperti di lereng gunung, tetapi pada tanah yg
berdrainase baik, kadang ditemukan tumbuh liar. Pohon tinggi sekitar 9 m ,
percabangan banyak, cabang muda berambut halus. Daun tunggal, letak berseling,
bertangkai yang panjangnya 4 cm. Helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung
ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak menonjol,
permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5-20 cm, lebar 1,5-12 cm, warnanya
hijau. Bunga majemuk bentuk tandan keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk taju
warnanya putih. Dalam 1 pohon terdapat bunga jantan, betina dan bunga sempurna
yang terpisah. Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak, tumbuhan
ini dibudidayakan karena daunnya digunakan untuk makanan ulat sutra, daun enak
disayur dan berkhasiat sebagai pembersih darah bagi orang yang sering bisulan.
Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain
sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai
21

bahan obat -obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam
berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit (Sunarto, 1997).
Kandungan Kimia Murbei (Morus alba L):
Daun mengandung ecdysterone, inokosterone, lupeol, betasitosterol, rutin,
moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin, alfa, betahexenal, cis beta hexenol, cis
alcohol, butylamine, acetone, trigonelline, cholin, a denin, asam amino, copper, zinc,
vitamin (a,b1,c dan karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam
formyltetrahydrofolik, mioinositol, dan phytoestrogens (Hariana, 2008).
Bagian ranting murbei mengandung tanin dan vitamin A. Buahnya
mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam oleat,
dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit batang mengandung (1) triterpenoids:
alfa-, beta-amyrin, sitosterol, sitosterol-alfa-glucoside. (2) Flavonoids: morusin,
cyclomorusin, kuwanone A,B,C, oxydihydromorusin. (3) Coumarins: umbelliferone,
dan scopoletin. Kulit akar mengandung derivat flavone mulberrin,
mulberrochromene, cyclomulberrin, cyclomulberrochromene, morussin, dan
mulberrofuran A. Juga mengandung betulinic acid, scopoletin, alfa-amyrin, betaamyrin, undecaprenol, dan dodecaprenol, biji: urease (Hariana, 2008).
Murbei dikenal sebagai tanaman obat yang mempunyai berbagai manfaat dan
mudah untuk dibudidayakan. Murbei merupakan obat tradisional (obat herbal) yang
manjur dan sudah digunakan oleh para tabib jaman dahulu untuk mengobati berbagai
penyakit. Diantaranya adalah diabetes melitus (gula darah), jantung, stroke,
menurunkan berat badan, kolesterol, detoksifikasi. Selain itu murbei juga bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol, gumpalan lemak di
22

hati, meningkatkan daya tahan tubuh, menambah Air Susu Ibu (ASI), melancarkan
peredaran darah, menurunkan berat badan (melangsingkan badan), mengandung
klorofil dan vitamin C (Bambang, 2009). Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus
alba L) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi nutrien tanaman murbei (Morus alba L)


Kandungan Nutrien Murbei

Rataan (%)

Kadar air

85,47

Kadar abu

10,92

Serat kasar

10,52

Lemak kasar

2,89

Protein kasar

18,43

BETN

57,24

Sumber : Hasil analisis proksimat Laboratorium Biologi Hewan, Pusat


Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian
Bogor (dikutip oleh Syahrir dkk, 2009).
Bagian tanaman murbei yang dapat dimanfaatkan yaitu bagian daun, batang,
ranting, akar dan kulit batang. Daun bersifat pahit, serta manis dingin, berkhasiat
sebagai peluruh keringat (diaforetik), peluruh kencing (diuretik), mendinginkan
darah, pereda demam (antipiretik) dan menerangkan pengelihatan. Buah bersifat
manis, berkhasiat memelihara darah, memperkuat ginjal, diuretik, peluruh dahak
(ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek

23

tonik pada jantung. Kulit akar bersifat manis, sejuk, berkhasiat sebagai anti asmatik,
ekspektoran, diuretik, dan menghilangkan bengkak. Ranting bersifat pahit, netral,
berkhasiat sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang
pembentukan kolateral (Setiadi, 2007). Komposisi asam amino dan vitamin daun
murbei (Morus alba L) dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Komposisi 15 macam asam amino daun murbei (% dari bahan kering)
Daun Murbei (Morus alba L)
Jenis asam amino

Muda

Tua

Aspartat
0.45
0.47
Threonin
0.36
0.34
Serin
0.16
0.21
Glutamat
0.64
0.75
Glisin
0.21
0.24
Alanin
0.31
0.32
Valin
0.29
0.28
Methionin
0.06
0.05
Isoleusin
0.18
0.20
Leusin
0.34
0.43
Tirosin
0.21
0.23
Fenilalanin
0.28
0.23
Histidin
0.11
0.11
Lisin
0.35
0.32
Arginin
0.26
0.25
Sumber : Dianalisis di Laboratorium BPIHP, Bogor (dikutip oleh Bambang,
2009).
Tabel 4. Kandungan vitamin dan mineral daun murbei
Persentase bahan kering
Jenis daun
Daun muda
Daun tua

Vitamin A
(mg %)
5262,70

Vitamin C
(mg %)
13,79

Calcium
(%)
1,38

Fosfor
(%)
0.37

4598,49

14,62

2.24

0.25

Sumber : Lab. Balitbang Gizi, Depkes (dikutip oleh Bambang, 2009).


24

Penelitian Syahrir, dkk. (2009), substitusi daun murbei menggantikan


konsentrat dalam ransum tidak mengganggu keseimbangan sistem rumen. Nilai pH,
produksi gas, konsentrasi amonia dan VFA sistem rumen in vitro mengindikasikan
perbaikan proses fermentasi dengan penambahan murbei, menggantikan sebagian
atau seluruh konsentrat dalam sistem rumen. Namun demikian, penggunaan daun
murbei sebanyak 50% menggantikan konsentrat dalam ransum yang mengandung
jerami padi sebesar 50% (P2) menghasilkan degradasi pakan yang lebih tinggi.
Konsumsi pakan dengan campuran murbei
Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok
ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses bebas pada
pakan dan tempat makan. Menurut Parakkasi (1999), konsumsi pakan merupakan
faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena
dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan kadar zat makanan
dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.
Peneliti Kartiarso (2009) dengan judul optimalisasi potensi daun murbei
sebagai pengganti konsentrat guna mendukung peningkatan produktivitas ternak
berkelanjutan didapat kesimpulan bahwa Kombinasi daun murbei dengan bahan yang
berbeda sebagai komponen konsentrat memberikan respon yang berbeda terhadap
sapi potong. Kombinasi daun murbei dengan jagung-urea menghasilkan produktivitas
yang terbaik, akan tetapi kombinasi daun murbei dengan onggok-urea juga dapat
kombinasi daun murbei dengan onggok-urea juga dapat menjadi salah satu alternatif
yang baik untuk diaplikasikan,karena kombinasi tersebut menghasilkan i R-C rasio
yang tinggi.
25

Peneliti Akbar (2009), ternak yang diberi perlakuan menggunakan ransum


campuran murbei dengan konsentrat P2 (50% Jerami padi + 25 % Konsentrat + 25 %
Daun murbei) konsumsinya nyata lebih tinggi dibandingkan P3 (50% Jerami padi +
50 % Daun murbei), tapi tidak berbeda dengan P1 (50% Jerami padi + 50%
Konsentrat/kontrol). Ternak yang diberi perlakuan P2 memiliki nilai konsumsi yang
lebih baik yaitu meningkat 11,8 % dari ransum kontrol, sedangkan perlakuan P3
menunjukkan nilai konsumsi yang rendah yaitu menurun 10,1 % dari ransum kontrol.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yulistiani (2008), yang memberikan perlakuan
dengan suplementasi daun murbei yang diberikan ke ternak domba memiliki
konsumsi menurun. Perbedaan konsumsi ransum kemungkinan dipengaruhi oleh
palatabilitas yang kurang akibat pakan murbei diberikan dalam bentuk mash kering.
Hal ini didukung dengan hasil penelitiannya Firdaus, Astuti dan Wina (2004)
mengenai pengaruh kondisi fisik kaliandra dan campurannya terhadap domba
menunjukkan bahwa pemberian pakan kaliandra dalam bentuk segar memiliki hasil
konsumsi tertinggi dibanding pemberian pakan dalam bentuk kering ataupun kukus.
Oleh karena itu, pemberian daun murbei dalam bentuk segar dimungkinkan dapat
meningkatkan konsumsi pakan. Sifat fisik ransum akan ditentukan oleh pengolahan
yang dilakukan sebelum diberikan pada ternak, sehingga sangat mempengaruhi
palatabilitas pakan. Palatabilitas ransum dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan
temperatur ransum yang diberikan (Church dan Pond, 1988). Beberapa ahli
palatabilitas menganggap bahwa tingkat palatabilitas pakan lebih penting daripada
nilai nutrien pakan tersebut karena pakan dengan nilai nutrien tinggi tidak akan
berarti bila tidak disukai oleh ternak (Mcllroy, 1977).
26

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2011 dan bertempat di
Jl. Telaga Biru Juppandang, Kabupaten Enrekang.
Materi Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang, milk can,
kantong plastik, liter susu, timbangan, laktodensimeter, pengukur lemak
(butirometer), tabung reaksi, pH meter, gelas piala, pipet tetes, alat titrasi.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor induk sapi perah
Friesh Holland yaitu 2-3 kali laktasi dengan masa laktasi ke 5-6, tepung daun murbei
(Morus alba L), NaOH 1%, PP indicator (fenoptalin). Konsentrat yang diberikan
berupa ampas tahu, pemberian konsentrat diberikan pada pagi hari. Hijauan diberikan
secara ad libitum berupa rumput gajah.
Metode Penelitian
Pembuatan Tepung Murbei (Morus alba L)
Tanaman murbei yang digunakan adalah tanaman murbei yang sudah tua
(daun dan ranting yang belum mengeras). Tanaman dipanen kemudian dikeringkan
selama 5-7 hari (kadar air 2-3%) selanjutnya digiling dengan menggunakan mesin
sampai menjadi halus (bentuk tepung).
Penelitian ini menggunakan induk sapi perah laktasi yang dibagi dalam tiga
perlakuan yaitu :
- Perlakuan P0 :Pemberian konsentrat dengan tanpa penambahan tepung murbei
(control).
- Perlakuan P1 : Pemberian konsentrat dengan penambahan tepung murbei 25% dari
berat konsentrat yang diberikan.

27

- Perlakuan P2 : Pemberian konsentrat dengan penambahan tepung murbei 50% dari


berat konsentrat yang diberikan.
Tabel 5. Pemberian Konsentrat dan Tepung daun murbei berdasarkan perlakuan
Perlakuan
Pakan yang diberikan
Konsentrat ( BK)
Tepung murbei (BK)

P0

P1

P2

1000 gr

750 gr

500 gr

0 gr

250 gr

500 gr

Tepung daun murbei diberikan setiap hari, jumlahnya sesuai dengan perlakuan
masing-masing. Pembuatan tepung murbei dilakukan hanya satu kali sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan, karena tanaman murbei banyak tersedia di Kabupaten
Enrekang.

Parameter yang diukur


Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah berat jenis, kadar lemak, pH,
dan persentase asam laktat pada susu yang dipengaruhi oleh pemberian tepung daun
murbei.
1.Uji Berat Jenis
Cara kerjanya :

28

Pengukuran B.J dilakukan minimum tiga jam setelah pemerahan. Susu


dihomogenkan dengan sempurna (dituangkan dari gelas piala satu ke gelas piala
lainnya), selanjutnya dituangkan ke dalam tabung tanpa menimbulkan buih. Dengan
hati-hati laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu tersebut, selanjutnya membaca
skala yang ditunjukkan dan angka yang terbaca menunjukkan angka ke-2 dan ke-3
dibelakang koma, sedangkan desimal ke-4 dikira-kira (Winarno, 1997).
Rumus

BJ =

27,50

76 cm Hg.

27,50
2. Uji Kadar Lemak

Cara Kerjanya :

Dimasukkan 10 ml asam sulfat pekat ke dalam butirometere.

Ditambahkan 10,75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol. Urutan dari pemasukan

bahan ke dalam butirometer harus runtut seperti cara di atas. Butirometer disumbat
sampai rapat, kemudian dikocok sehingga bagian-bagian di dalamnya tercampur rata.
Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan (terbentuk karamel),
dimasukkan butirometer ke dalam sentrifus dan disentrifusi pada 1200 rpm selama 5
menit. Kemudian dimasukkan butirometer ke dalam penangas air dengan suhu 65 oC
selama 5 menit. Setelah itu, bacalah skala yang tertera pada butirometer. Skala
tersebut menunjukkan kadar lemak (Winarno, 1997).
3. Pengukuran pH dan Persentase Asam Laktat
Cara kerjanya :
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pH berindikator
atau pH meter. Jika menggunakan kertas pH berindikator kita mengambil susu

29

dengan menggunakan pipet tetes kemudian ditetesi pada kertas pH tersebut,


kemudian dicocokkan hasilnya dengan parameter kertas pH tersebut (Susilorini,
2006).
Persentase asam laktat dilakukan dengan metode titrasi menggunakan NaOH
0,1 % N dengan fenotalin sebagai indikator.
ml NaOH x N NaOH x (90/1000)
Kadar asam laktat =

x 100%

Volume sample

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL), 3 perlakuan dengan 4 kali ulangan (Gasperz, 1994). Adapun model
matematika rancangan tersebut adalah:
Yij = + i + ij
Dimana:
Yij : Hasil persentase ke-ij
: Rata-rata pengamatan (Nilai tengah umum)
: Pengaruh aditif dan perlakuan ke-i
i : 1, 2, 3, 4
ij : Galat percobaan dari perlakuan ke-I pada pengamatan
Ke-j, j= 1, 2, 3, 4
Perlakuan yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan menggunakan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gasperz, 1994).

30

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Lemak Susu
Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa sapi perah yang diberi
pakan tepung murbei dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar lemak susu . Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar lemak susu sapi perah pada penambahan tepung daun murbei pada konsentrasi
31

25% (250 gr) dan 50% (500 gr). Pada kontrol kadar lemaknya hanya 3,34 %, pada
penambahan 250 gr tepung daun murbei kadar lemaknya meningkat menjadi 6,86 %
dan pada penambahan 500 gram tepung daun murbei kadar lemaknya 7,32 %. Hasil
ini menunjukkan bahwa dengan pemberian pakan tepung daun murbei pada ternak
sapi perah dapat meningkatkan kadar lemak susu.
Tabel 6. Kandungan Kadar Lemak Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan
Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei
No

Perlakuan

Kadar Lemak

P0

3,34a

P1

6,86b

P2

7,32b
5,84

Rata-rata

Ket : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P>0,01) P0 :

Tanpa Penambahan tepung daun murbei


P1 : Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei
P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun murbei.

Berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (lampiran 1) menunjukkan bahwa kadar


lemak susu sapi perah dengan penambahan tepung daun murbei sangat nyata
(P<0,01) meningkatkan dari perlakuan P0 (tanpa penambahan tepung daun murbei) ke
perlakuan P1 (250 gram tepung daun murbei) dan P2 (500 gram tepung daun murbei),
tetapi antara perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata.
Kadar lemak susu yang diperoleh dari analisis laboratorium pada kontrol 3,34
%, pada penambahan tepung daun murbei dengan konsentrasi 25 % (250 gr) sebesar
6,68 %, penambahan tepung daun murbei dengan konsentrasi 50 % (500 gr) sebesar
7,32 %. Hasil yang diperoleh sesuai dengan standar kadar lemak susu sapi perah.
Saleh (2004), yang menyatakan susu merupakan suspensi alam antara dan bahan

32

terlarut di dalamnya. Salah satu di antaranya adalah lemak. Kadar lemak di dalam
susu adalah 3,45%. Kadar lemak sangat berarti dalam penentuan nilai gizi susu.
Bahan makanan hasil olahan dari bahan baku susu seperti mentega, keju, krim, susu
kental, dan susu bubuk banyak mengandung lemak.
Hal ini juga dinyatakan dalam SNI 01-3141-1998 bahwa kadar lemak
minimun susu yaitu 3,0%. Kadar lemak minimum susu berdasarkan milk codex
adalah 2,75%. Hal ini juga disebabkan karena adanya kandungan asam amino pada
daun murbei (aspartat, threonin, serin, glutamat, glisin, alanin, valin, mehtionin,
isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin, histidin, lisin, dan arginin) serta pada daun
murbei memiliki kandungan kimia yang dapat mensintesa asam-asam lemak. Hal ini
sesuai pendapat Hariana (2008) yang menyatakan kandungan kimia daun murbei
ecdysterone, inokosterone, lupeol ,betasitosterol, rutin, moracetin ,isoquersetin,
scopoletin, scopolin, alfa, betahexenal,cis beta hexenol, cis alkohol ,butylamine,
acetone, trigonelline, cholin, adenin, asam amino, copper, zinc, vitamin (a,b1,c dan
karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam formyltetrahydrofolik,
dan mioinositol, juga mengandung phytoestrogens. Hal ini juga dinyatakan Anonim
(2011) yang menyatakan bahan-bahan utama pembentuk lemak-lemak susu yaitu
glukosa, asetat, keton hidroksibutirat dan trigliserida. Salah satu faktor yang
menyebabkan meningkatnya kadar lemak susu adanya mineral (sulfur) yang
terkandung dalam pakan yang berfungsi mensintesa asam-asam lemak.
Berat Jenis (BJ) Susu

33

Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa sapi perah yang diberi
pakan tepung murbei dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap berat jenis susu. Hal ini disebabkan karena tepung daun murbei
yang diberikan memiliki nilai gizi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tasripin (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi berat jenis susu
segar diantaranya pemberian pakan pada sapi tersebut. Pemberian pakan yang baik
pada sapi perah akan berpengaruh besar terhadap kandungan-kandungan dalam susu
tersebut begitu pula sebaliknya.
Tabel 7. Kandungan Berat Jenis Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan
Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei
No

Perlakuan

Berat jenis

1
2

P0
P1

1,032a
1,034b

P2

1,034b

Rata-rata

1,033

Ket : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P>0,01)

P0 : Tanpa Penambahan tepung daun murbei


P1 : Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei
P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun murbei.

Hasil Uji BNT (Lampiran 2) menunjukkan bahwa susu pada setiap perlakuan
memiliki berat jenis yang berbeda nyata. Berat jenis susu pada perlakuan kontrol (P0)
berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan berat jenis susu pada perlakuan 25 % (P1)
dengan perlakuan 50 % (P2). Rata-rata berat jenis susu pada perlakuan kontrol yaitu
1,032, pada perlakuan P1 (25 %) yaitu 1,034, pada perlakuan P2 (50 %) yaitu 1,034,
tetapi antara perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Berat Jenis susu pada semua
perlakuan tersebut sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berat Jenis susu

34

segar sesuai Stasndar Nasional Indonesia (SNI) dan Milk Codex yaitu 1,028. Susu
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari air yaitu 1,027 1,035 dengan rata-rata
1,031. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi susu sebagai
bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia,
walaupun di setiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri
( Saleh, 2004). Hal ini juga dinyatakan oleh Winarno (1997) Berat jenis suatu bahan
adalah perbandingan antara berat bahan tesebut dengan berat air pada volume dan
suhu yang sama. Berat jenis susu rata-rata 1,032 atau berkisar antara 1,027-1,035.
Prinsip dari pengujian berat jenis berdasarkan hukum Archimides yaitu benda padat
yang dicelupkan ke dalam suatu cairan akan mendapatkan tekanan ke atas seberat
volume cairan yang dipindahkan. Berat jenis biasanya diukur di antara suhu 20-30C.
Semakin besar berat jenis pada susu semakin bagus karena komposisi atau
kandungan dari susu tersebut masih pekat dan kadar air dalam susu adalah kecil,
sedangkan semakin banyak lemak pada susu maka semakin rendah berat jenis-nya,
semakin banyak persentase bahan padat bukan lemak, maka semakin berat susu
tersebut (Winarno, 1997).

pH Susu
Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa pH susu sapi yang
diberi pakan tepung daun murbei tidak berpengaruh terhadap pH susu yang tidak
diberi pakan tepung daun murbei (kontrol), pada perlakuan kontrol pH susu yaitu 6,7,
pada perlakuan P1 (penambahan tepung murbei 250 gram ) pH susu yaitu 6,6, dan
35

pada perlakuan P2 (penambahan daun tepung murbei 500 gram) pH susu yaitu 6,5.
Hasil yang didapatkan masih memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh SNI
01-3141-1998 tentang mutu baku susu segar. Hal ini sesuai dengan pendapat Malaka
(2010) yang menyatakan bahwa pH susu dibawah 6,5 menunjukkan susu kolostrum
atau adanya pembusukan oleh mikroorganisme.
Hal ini juga dinyatakan oleh Soeharsono (1996), menyatakan bahwa pH
normal susu segar dikarenakan adanya kasein, buffer, fosfat dan sitrat, secara
terbatas karena adanya albumin, globulin dan CO2.

Jika pH tinggi atau basa

diduga ternak tersebut terjangkit mastitis. Ditambahkan oleh Sugitha dan Djalil
(1989), bahwa terjadinya kenaikan atau penurunan pH disebabkan oleh hasil
konversi dari laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme dan aktivitas
enzimatik. Syahrir, et.al (2009) menyatakan Pemberian tepung daun murbei sebagai
pengganti konsentrat tidak mengganggu keseimbangan mikroorganisme rumen,
sehingga tidak menimbulkan perbedaan nyata pada nilai pH rumen antar perlakuan.
Penggunaan daun murbei menggantikan seluruh konsentrat da lam ransum P4
(P4=ransum mengandung 50% jerami padi + 50% daun murbei) masih dapat
mempertahankan kondisi pH media untuk kelangsungan proses fermentasi. Meskipun
tidak berbeda nyata antar perlakuan, terdapat kecenderungan penurunan pH pada
ransum yang mengandung murbei yang semakin banyak. Hasil ini menjelaskan
proses fermentasi yang baik, dengan produk total asam yang lebih banyak, namun
produk tersebut belum mengurangi kondisi optimal. Nilai pH menjelaskan bahwa
daun murbei berpotensi digunakan sebagai pengganti sebagian atau seluruh
konsentrat dalam ransum berbahan dasar jerami padi.
36

Tabel 8. Kandungan Berat Jenis Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan


Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei
No
1
2
3

Perlakuan
P0
P1
P2
Rata-rata

pH
6,7
6,6
6,5
6,6

Ket : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan.

P0 : Tanpa Penambahan tepung daun murbei


P1 : Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei
P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun murbei.

Menurut Harjadi (1996) yang menyatakan bahwa susu segar yang baru
diperah menunjukkan reaksi amfoter, yaitu berubah menjadi merah dengan lakmus
biru dan biru dengan lakmus merah. Susu secara normal mempunyai suatu
konsentrasi ion hydrogen sekitar pH 6,5-6,7 yang menunjukkan agak asam. Susu
segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika
diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi
kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen
(pH) susu segar terletak antara 6,5 6,7. Jika dititrasi dengan alkali dan katalisator
penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0,10 0,26 % saja. Sebagian
besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman
susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawasenyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang
larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan
terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun
pembusukan bakteri. Sugitha dan Djalil (1989) yang menyatakan bahwa susu
sapi segar memiliki pH antara 6,4-6,8. Namun demikian, rataan ini
37

menggambarkan bahwa susu sapi segar yang dihasilkan memiliki pH yang


cenderung normal.
Asam Laktat Susu
Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa susu sapi dengan
penambahan pakan tepung daun murbei berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
asam laktat susu sapi yang dihasilkan. Rata-rata persentase asam laktat pada masingmasing perlakuan yaitu perlakuan P1 (kontrol) yaitu 0,15 %, perlakuan P2 (250 gram
tepung daun murbei) yaitu 0,18 %, dan perlakuan P2 (500 gram tepung daun murbei)
yaitu 0,18 %. Persentase asam laktat susu segar sesuai Standar Nasional Indonesia
yaitu 0,10-0,26 %. Menurut Sisolorini (2006) Keasaman pada susu terutama
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat
yang dikenal dengan istilah developed acidity. Perubahan laktosa menjadi asam laktat
menyebabkan perubahan pada senyawa kalsium fosfat yang terdapat di dalam protein,
yaitu terputusnya ikatan kalsium dan senyawa fosfor.

Tabel 6. Kandungan Asam Laktat Susu Sapi Perah Dengan Perlakuan


Pemberian Pakan Tepung Daun Murbei
No
1
2
3

Perlakuan
P0
P1
P2
Rata-rata

Asam Laktat (%)


0,15a
0,18b
0,18b
0,17

Ket : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P>0,01)

P0 : Tanpa Penambahan tepung daun murbei


P1 : Pemberian 25 % (250 gr) tepung daun murbei
38

P2 : Pemberian 50 % (500 gr) tepung daun murbei.

Sudarmadji (1981) yang menyatakan bahwa pembentukan asam dalam susu


diistilahkan sebagai masam, dan rasa masam susu disebabkan karena adanya asam
laktat. Pengasaman susu ini disebabkan oleh aktivitas bakteri yang memecah laktosa
membentuk asam laktat. Persentase asam dalam susu dapat digunakan sebagai
indikator umum dalam penanganan susu. Asiditas/keasaman susu dapat dinyatakan
dengan dua cara yaitu asam titrasi dan pH (pH susu normal 6,6 6,8). Penetapan
asiditas susu segar dengan cara titrasi alkali sebenarnya tidak menggambarkan jumlah
asam laktat karena susu segar tidak mengandung asam laktat. Terdapat komponenkomponen dalam susu yang bersifat asam dapat bereaksi dengan alkali, misalnya
fosfat, protein (casein dan albumin), karbondioksida dan sitrat. Asiditas susu segar
dikenal sebagai asiditas alami yaitu berkisar 0,10-0,26 % sebagai asam laktat. Uji
asiditas sering digunakan dalam penilaian mutu susu. Walaupun demikian uji asiditas
saja tidak cukup untuk menilai mutu susu karena adanya penyimpangan aroma dan
cita rasa susu tidak dapat diketahui dengan uji asiditas.
Hasil Uji BNT (Lampiran 4) menunjukkan bahwa susu pada setiap
perlakuan memiliki persentase asam laktat yang berbeda sangat nyata. Persentase
asam laktat susu pada perlakuan kontrol (P0) berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan
persentase asam laktat susu pada perlakuan 25 % (P1) dengan perlakuan 50 % (P2).
Rata-rata persentase asam laktat susu pada perlakuan kontrol yaitu 0,15 % pada
perlakuan P1 (25 %) yaitu 0,18 %, pada perlakuan P2 (50 %) yaitu 0,18 %. Hasil
pengujian dan perhitungan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan persyaratan

39

mutu susu segar berdasarkan SNI 01-3141-1998, hal ini dikarenakan dalam
persyaratan mutu SNI satuan yang dipergunakan adalah derajat SH (oSH), sedangkan
perhitungan yang dilakukan saat penetapan sampel susu segar menggunakan satuan
persen (%). Akan tetapi berdasarkan litelatur lainnya menyebutkan bahwa derajat
asam dari susu biasanya berkisar 0,10 s/d 0,26 % sebagai asam laktat, jika hasil
penetapan dibandingkan dengan nilai tersebut maka hasilnya diketahui bahwa derajat
asam dari sampel memenuhi kisaran tersebut. Rata-rata persentasi P1 dan P2 tidak
berbeda nyata yang menunjukkan bahwa penambahan/subtitusi 25% daun murbei
tidak berbeda dengan 50% dalam mempengaruhi persentasi asam laktat susu.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan
meningkatnya pemberian tepung daun murbei pada pakan ternak sapi perah dapat
meningkatkan kualitas kadar lemak, berat jenis, dan kadar persentase asam laktat

40

pada susu, namun tidak nyata meningkat antara perlakuan P1 dan P2, sedangkan nilai
pH tidak berpengaruh nyata antar perlakuan.
Saran
Tepung daun murbei dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk
meningkatkan kualitas susu.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, N. 2009. Subtitusi Konsentrat dengan Daun Murbei dalam Pakan yang
Berbasis Jerami Padi Pada Sapi Peranakan Ongol. Skipsi, Fapet IPB. Bogor
Anonim. 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3141-1998 tentang Air Susu
Murni.
Anonim. 2011a. Budidaya Ternak Sapi Perah. BPP Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
http://ebookgratisan.net/budidaya-ternak-sapi-perah (diakses pada tanggal 15
Februari 2011).
Anonim. 2011b. About Our Cattle. CV Lemboepasang Dairy Farm. http://www.
lemboepasang.com/index.php?
41

option=com_content&task=view&id=20&Itemid=33 (diakses pada tanggal 15


Februari 2011).
Azis, V. 2007. Analisis Kandungan Sn, Zn, Dan Pb dalam Susu Kental Manis
Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta
Bambang. 2009. Tanaman Penurun Kolesterol. http://www.agrisilk.com/ tanamanpenurun-kolesterol/tanaman-obat.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2011).
Church, D. C and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd Edition.
John Wiley & Sons, Inc., Canada
Firdaus, D. A. Astuti dan E. Wina. 2004. Pengaruh kondisi fisik kaliandra dan
campurannya dengan gamal segar terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien pada
domba. JITV 9(1): 12-16.
Gasperz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, IlmuIlmu Teknik dan Biologi. Bandung : Penerbit PT. Armico.
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Hariana, H.A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta : Penerbit
Penebar Swadaya
Harjadi, W. 1996. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Kartiarso. 2009. Optimalisasi Potensi Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat


Guna Mendukung Peningkatan Produktivitas Ternak Berkelanjutan. Laporan
Penelitian Dikti. Perpustakaan Universitas Indonesia. Jakarta.
Lampert, C.M. 1980. Moderm Dairy Produc. New York Publising, Co. Inc, p. 234255
Malaka, R. 2010.Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

Mcllroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Rumput Tropika. Terjemahan : Susetyo, S.


Soedarmadi, I Kismono, dan Harini, S. Praditya Pratama. Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas
Indonesia Press, Indonesia
Rasyid, Y. Ganesha. 2000. Susu Makanan Sempurna. Kumpulan Ilmu Pengetahuan
Indonesia, IPB.

42

Saleh, E. 2004. Teknologi pengolahan susu dan hasil ikutan ternak. USU. Digital
library. Medan
Setiadi, A. 2007. Murbei (Morus alba L). Laboratorium Kimia Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Shiddieqy, M. Ikhsan, (2004), Memetik Manfaat Susu Sapi, http://www.pikiranrakyat.com/index.htm, diakses 24/07/20011.Soeharsono. 1996. Fisiologi
Laktasi. Universitas Padjajaran : Bandung
Sudarmadji, S. 1981. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Sudono, A. 1983. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugitha, I.M. dan Djalil. 1989. Susu, Penanganan dan Teknologinya : Fakultas
Peternakan Universitas Andalas.
Sunarto, H. 1997. Budidaya Murbei & Usaha Pesutraan Alam. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius
Susilorini, Tri Eko, (2006), Produk Olahan Susu, Penebar Swadaya, Jakarta.
Syahrir, S., Wiryawan, K.G., Parakkasi, A., Winugroho, O.N.P dan Sari. 2009.
Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in
Vitro. Media Peternakan. 32 (2) : 112-119
Syarifah. 2007. Suke Sisi lain kedelai. Bandung pikiran rakyat. Bandung
Tasripin, 2011. Deskripsi Sapi Perah FH. Fakultas Peternakan, Universitas
Padjadjaran. Bandung.

Willianson, G. and Payne, W.J.A. 1993. Pengantar Peternakan di Indonesia. UGM


press. Yogyakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Yulistiani, D. 2008. Effect of Mulberry (Morus alba) Foliage Supplementation on
Sheep Fed With Rice Straw. Skripsi, University Putra Malaysia, Malaysia

43

RIWAYAT HIDUP
Muhammad Irfan (I41107008), lahir di tarumpakkae, desa liu, Kec. Majauleng,
Kab. Wajo, pada tanggal 30 juli 1987, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak
pertama dari tiga bersaudara, anak dari pasangan suami istri Makkateru dan Indo
Tase. Penulis mengawali pendidikan di TK Mularanrue liu, pada Tahun 1993. Pada
tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan di SD 234 Liu, Tarumpakkae, Wajo
44

sampai tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan


pendidikan di SMP Negeri 1 Majauleng dan lulus pada tahun
2003. Pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan di SPP Negeri
Rappang, penulis menjadi sekretaris Osis periode 2004-2005.
Penulis lulus SMA pada tahun 2006 dengan nilai tertinggi.
Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin melalui
jalur SPMB UNHAS dan masuk pada Fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak
Program Studi Teknologi Hasil Ternak.

45

46

You might also like