Professional Documents
Culture Documents
PREEKLAMPSIA BERAT
Oleh:
Ikrima Ainal Qalbi
1210312087
Nesha Pratiwi
1210313018
Preseptor:
Dr. dr. Yusrawati, Sp.OG (K)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria12. Preeklampsia ringan adalah sindrom spesifik
kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih
dari 5 gr/24 jam12. Preeklampsia jarang timbul sebelum 20 minggu kehamilan
kecuali jika terdapat penyakit ginjal ataupun penyakit trofoblastik30.
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah istirahat mencapai 140/90
mmHg atau lebih dengan menggunakan fase V Korotkoff (titik di mana suara
denyut menghilang) untuk menentukan tekanan diastolik12. Pengukuran tekanan
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selama 4-6 jam12. Kenaikan tekanan
darah sistolik 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah 15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi 12. Kriteria ini tidak lagi dianjurkan
karena bukti memperlihatkan bahwa wanita dalam kelompok ini kecil
kemungkinannya mengalami peningkatan gangguan hasil kehamilan, namun perlu
diawasi dengan ketat16.
Proteinuria adalah tanda penting preeklampsia, apabila tidak terdapat
proteinuria,
diagnosis
dipertanyakan.
Proteinuria
didefinisikan
sebagai
terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau sama dengan
pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ dipstick secara menetap pada sampel acak
urin, menggunakan urin midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam12. Proteinuria menunjukkan bahwa kerusakan telah mencapai tingkat
glomerulus ginjal sehingga fungsinya mulai menurun atau bersifat patologis21.
Dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka).
Perlu dipertimbangkan faktor risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila
didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu 12.
Jenis edema pada ibu hamil adalah pitting edema, yaitu jika ditekan akan
meninggalkan bekas.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang yang
bukan disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat tonik dan klonik16.
2.2 Epidemiologi
Menurut Manurung dan Wiknjosastro (2007) antara tahun 2003 2005
tercatat 9437 persalinan di RSCM. Kasus preeklampsia berat dan eklampsia
secara keseluruhan tercatat 1453 kasus (15,3 %), sebanyak 221 (2,3 %)
diantaranya merupakan kasus eklampsia22. Sehingga rata-rata tiap bulan terdapat
34 pasien preeklampsia berat dan 6 pasien eklampsia.
2.3 Etiologi
Penyebab preeklampsia hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak
teori yang menerangkan namun belum dapat memberikan jawaban yang
memuaskan oleh karena itu penyakit ini disebut disease of theory. Adapun teoriteori tersebut antara lain12:
1) Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapatkan aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika yang menembus miometrium dan
menjadi arteri arkuata, yang akan bercabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang
arteri spiralis.
Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri
spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
distensi dan vasodilatasi arteri spiralis, yang akan memberikan dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada
utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meningkat, sehingga menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan remodelling arteri spiralis12.
trombosit
memproduksi
tromboksan
(TXA2),
yaitu
suatu
vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal, kadar prostasiklin lebih banyak dari
pada tromboksan. Sedangkan pada preeklampsia kadar tromboksan lebih banyak
dari prostasiklin, sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan
aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia
plasenta25
Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis
seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah
ibu, dan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif yaitu suatu keadaan di mana
radikal bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan antioksidan25.
Stres oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar
dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh darah yang
disebut disfungsi endotel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endotel
pembuluh darah pada organ-organ penderita preeklampsia25.
Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang
bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan
dengan vasokonstriktor seperti endotelium I, tromboksan, dan angiotensin II
sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi25.
edema menyeluruh.
Pada susunan saraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan,
kehamilan
Kejang yang tidak bisa dikaitkan dengan penyebab lain pada wanita dengan
preeklamsia.
4) Superimposed Preeklampsia :
Baru - onset proteinuria 300 mg / 24 jam pada wanita hipertensi tetapi tidak ada
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu
hemolisisyang
luas
dengan
ditemukannya
hemoglobinemia,
berat.1
Kriteria diagnosis pada preeklamsia terdiri dari :
Kriteria minimal, yaitu :
TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.
Kemungkinan terjadinya preeklamsia berat dan HELLP sindrom: 1
TD 160/110 mmHg.
Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.
Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah meningkat.
Trombosit <100.000/mm3.
Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).
Peningkatan ALT atau AST.
Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.
Nyeri epigastrium p ersisten.
2.8 Tatalaksana
Pada dasarnya penanganan penderita preeklamsia yang definitif adalah segera
melahirkan bayi dan seluruh hasil konsepsi, tetapi dalam penatalaksanaannya kita
harus mempertimbangkan keadaan ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan,
proses perjalanan penyakit, dan seberapa jauh keterlibatan organ. Tujuan
penatalaksanaan preeklamsia adalah: 25
Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, di samping itu
hamil.
Preeklamsia ringan :
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu27.
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin.
Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia
dan eklampsia.
Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan tekanan pada vena
cava inferior sehingga meningkatkan aliran darah balik dan menambah curah
jnatung.
Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
Tidak perlu diberi obat-obatan.
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
- Diet biasa
- Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk proteinuria) sekali sehari.
- Tidak perlu diberi obat-obatan.
- Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis,
atau gagal ginjal akut.
- Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
- Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat.
- Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan janin,
serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat;
Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan
observasi kesehatan janin.
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat.
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
- Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter Foley atau lakukan seksio sesarea.
Preeklamsia Berat :
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan,
pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk
persalinan. 27
1) Sikap tehadap penyakit: pengobatan medikamentosa
- Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
No. MR
: 957213
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Agama
: Islam
Status Menikah
: Menikah
Tanggal Masuk RS
: 23 September 2016
Jam Masuk RS
: 22.00 WIB
Anamnesis
Seorang pasien wanita umur 28 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 23 September 2016 pukul 22.00 WIB rujukan RS Siti Hawa
dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid preterm 34-35 minggu + PEB.
Keluhan Utama
Ditemukan tekanan darah tinggi (190/110 mmHg) sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien kontrol ke RS Siti Hawa dan
didapatkan tekanan darah 190/110 mmHg, kemudian pasien dirawat selama
2 hari dengan mendapat regimen MgSO4, Metildopa 3x500 mg, dan
pematangan paru dengan dexametason 2 ampul. Setelah 2 hari, tekanan darah
pasien masih tidak stabil sehingga harus dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang dengan terpasang infus dan kateter.
Nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-)
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada.
Keluar lendir campur darah dari kemaluan tidak ada.
Keluar air-air banyak dari kemaluan (-)
Keluar darah banyak dari kemaluan (-)
Tidak haid sejak 8,5 bulan yang lalu.
HPHT: 27 Januari 2016
TP: 3 Oktober 2016
Gerakan janin dirasakan sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat hamil muda: mual (+), muntah (+), perdarahan (-)
Riwayat ANC: kontrol teratur ke bidan dan Sp.OG satu kali sebulan sejak usia
kehamilan 2 bulan , terakhir control pada usia kehamilan 8,5 bulan dikatakan
pasien tekanan darahnya tinggi sehingga harus minum obat antihipertensi
secara teratur.
Riwayat makan obat: sedang mengkonsumsi obat antihipertensi Metildopa 3x
500 mg selama 2 hari ini.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, dan
kejiwaan.
Riwayat Haid
Menarche usia 13 tahun, siklus teratur 1x28 hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3
kali ganti duk per hari, nyeri haid (-).
Riwayat Perkawinan
Riwayat Imunisasi
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Pendidikan
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Kebiasaan
narkoba.
: 1x tahun 2015
: TT 2x pada usia kehamilan 6, 7 bulan
:: SMA
: Wiraswasta
: Tidak pernah mengkonsumsi alcohol, rokok, dan
Riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan ada sejak 2 hari sebelum
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: CMC
Tinggi Badan
: 155 cm
Berat Badan
: 60 kg
: 190/110 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Nafas
: 22x/menit
Suhu
: 37C
Sianosis
: tidak ada
Edema
: anasarka
Anemis
: (-/-)
Ikterik
: (-/-)
STATUS GENERALISATA
Kulit
KGB
Kepala
: normocepali
Rambut
Mata
Leher
Dada
Paru :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: status obstetrikus
Punggung
Genitalia
: status obstetrikus
Anus
: RT tidak dilakukan
STATUS OBSTETRI
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan preterm, sikatrik (-),
striae gravidarum (-), linea mediana hiperpigmentasi (+).
Palpasi :
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: konvergen
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
TFU : 30 cm
Genitalia
His: -
DJJ: 120-140x/menit
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium (23 September 2016)
Hb
: 11,2 gr/dl
Leukosit
: 8300/mm3
Eritrosit
: 4,2 juta
Trombosit
: 157000/mm3
Ht
: 34%
PT/APTT
: 8,5/30,9
GDS
: 102 mg/dl
Total Protein
: 5,4 g/dl
Alb/Glob
Bilirubin total
: 0,14 g/dl
SGOT/SGPT
: 26 mikro/l/ 21 mikro/l
LDH
: 353 mikro/l
Ur/ Cr
Ca/ Na/ K/ Cl
(-),
Konsul
jantung
Bantu kala II
Follow up
Tanggal
23/9/16
Follow up
S/ tanda-tanda impending (-), tanda inpartu (-), gerak anak (+), BAK (+)
22.00 WIB
Kes
TD
Nd Nfs
20
T
37
Stabilisasi 4 jam
S/ tanda-tanda impending (-), tanda inpartu (-), gerak anak (+), BAK (+)
05.00 WIB
KU
Kes
TD
Nd Nfs
20
T
aff
Terminasi kehamilan
Dilakukan SCTPP
Lahir seorang bayi perempuan, dengan
BB : 1700 gr, PB: 42 cm, A/S: 6/7
Plasenta lahir dengan sedikit tarikan pada tali pusat
Lengkap, 1 buah ukuran 15x12x1 cm, berat 400 gram
Panjang tali pusat 40cm, insersi parasentralis, perdarahan selama
tindakan 250cc
A/ P1A0H1 post SCTPP ai PEB
Anak dan ibu dalam perawatan
P/ Awasi KU, VS, His, PPV, balance cairan, reflek patella
IVFD RL+ drip MgSO4 dosis maintenance
IVFD RL+ drip okitosin 2 ampul
Inj Cefoperazone 2 x 1 gr IV
Metildopa 3 x 500 mg
Sulfa Ferosus 1x 300 mg
Vit C 2x1 tab
Pronalges supp
26/9/16
Cek Hb post op
S/ tanda impending (-), PPV(-), Demam (-)
08.00 WIB
O/
KU
Kes
TD
84
aff
Nd Nfs
21
Acc Rawat KR
S/ tanda impending (-), PPV(-), Demam (-)
O/
KU
Kes
Sdg CMC
TD
Nd
Nfs
130/100
72
28
af
: 10,8 gr/dl
Leukosit
: 11900/mm3
Trombosit
: 148000/mm3
Ht
: 33%
PT/APTT
: 8,0/36,0
GDS
: 50 mg/dl
Total Protein
: 4,8 g/dl
Alb/Glob
Bilirubin total
: 0,30g/dl
SGOT/SGPT
: 47mikro/l/ 45 mikro/l
LDH
: 684 mikro/l
Ur/Cr
: 23/0,7 mg/dl
Ca/ Na/ K/ Cl
Kesan
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien wanita umur 28 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil
Padang tanggal 24 September 2016 pukul 02.00 WIB rujukan RS Siti Hawa
dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid preterm 34-35 minggu + PEB. Berdasarkan
anamnesis diketahui bahwa pasien datang ke IGD tidak dalam keadaan inpartu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status obstetri yaitu
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan preterm, sikatrik (-),
striae gravidarum (-), linea mediana hiperpigmentasi (+).
Palpasi :
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: konvergen
Perkusi
: timpani
Auskultasi
TFU : 30 cm
Genitalia
His: :
DJJ: 120-140x/menit
dan dosis
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K,
Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22,
New York: McGraw-Hill, 2010 : 706-747
2. Prawirohardjo S, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan, edisi
ke-3, Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301
3. Shennan A, Hypertensive disorders, dalam Dewhursts textbook of Obstetrics
& Gynaecology, edisi ke-7, USA : Blackwell Publishing, 2007 : 227-234
4. Carson M, Hypertension and Pregnancy, 25/5/2015, diakses tanggal 27 Maret
2015,
dari
http ://emedicine.medscape.com/article/261435overview#aw2aab6c11
5. Health Service Executive, The Diagnosis And Management Of Pre-Eclampsia
And Eclampsia Clinical Practice Guideline, September 2013, Institute Of
Obstetricians And Gynaecologists, Royal College Of Physicians Of Ireland
6. Branch D, Porter T, Hypertensive Disorders of Pregnancy, dalam Danforths
Obstetrics&Gynecologiy, edisi ke-`10, Scott J, Saia P, Hammond C, Spellacy
W, penyunting, Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, 2008: 258-275
7. Chandiramani M, Management Of Hypertension & Preeclampsia In
Pregnancy, May/June 2007, Trends in Urology Gynaecology & Sexual Health,
dari http : //www.tugsh.com
dilihat
29
Desember
2010,
<http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=290&Itemid=111>.
12. Angsar, MD 2009, Hipertensi dalam kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirodrdjo, edk 4, eds. T Rachimhadhi & Wiknjosastro GH, Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
13. Artikasari, K 2009, Hubungan antara primigravida dengan angka kejadian
preeklamsia/eklamsia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode 1 Januari
31 Desember 2008, skripsi S.Ked, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
dilihat 27 Januari 2011, < http://etd.eprints.ums.ac.id/4063/>
14. Basuki, B 2000, Aplikasi metode kasus-kontrol, FKUI, Jakarta.
15. Corwin & Elizabeth, J 2009, Buku saku patofisiologi, edk 3, Nike Budhi,
EGC, Jakarta.
16. Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Gilstrap, L &
Wenstrom, KD 2005, Williams Obstetrics, 22th edn, McGraw-Hill, New
York.
17. DeCherney, AH & Pernoll, ML 2006, Obstetric & Gynecologic Diagnosis
& Treatment, 10th edn, McGraw-Hill, New York.
18. Farid, Mose, JC, Sabarudin, U & Purwara, BH 2001, Perbandingan Kadar
Nitrik Oksida Serum Penderita Preeklampsia dengan Hamil Normal,
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 25, no. 2, hh. 69 79.
19. Karkata, MK 2006, Faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1, hh. 55-57.
20. Kartha, IBM, Sudira, N & Gunung, K 2000, Hubungan kadar trigliserida
serum pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu dengan risiko terjadinya
tahun
2003
2005
dan
faktor-faktor
yang
April
2011,<
http://www.wanshee.com/2011/04/introduction-to-
preeclampsia.html>
24. Pangemanan, WT 2002, Komplikasi akut pada preklampsia. Universitas
Sriwijaya Palembang.
25. Roeshadi, RH 2007, Upaya menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian ibu pada penderita preeklampsia dan eklampsia, Indonesian
Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 31, no. 3, hh. 123-133.
26. Rozikhan 2007, Faktor-faktor risiko terjadinya preeklampsia berat di
Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal, tesis M.Epid, Universitas Diponegoro
Semarang,
dilihat
13
Januari
2011,
<
eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdf >.
27. Saifuddin, AB, Wiknjosastro, GH, Affandi, B & Waspodo, D 2002, Buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
28. Sastroasmoro, S & Ismael, S 2008, Dasar-dasar metodologi penelitian
klinis, edk 3, Sagung Seto, Jakarta.
29. Sibai, BM 2010, Preeclampsia, dalam
Indonesian
32.