Professional Documents
Culture Documents
digunakan kerangka sampel dari unit yang lebih tinggi, seperti : desa atau
kecamatan.
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada satu survei tergantung dari tujuan survei
tersebut. Survei dapat dilakukan untuk mengukur satu parameter tertentu pada
populasi, seperti : cakupan imunisasi DPT-1, cakupan pemeriksaan antenatal,
cakupan K-1, cakupan K/S, cakupan rumahtangga sehat, dan sebagainya. Survei
juga dapat dilakukan untuk melihat hasil satu intervensi. Untuk tujuan ini survei
dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi atau di dua daerah yang
dilakukan intervensi yang berbeda. Pada tujuan kedua ini, survei dilakukan untuk
menguji satu hipotesis, apakah intervensi telah membawa dampak pada
masyarakat. Dua tujuan survei tersebut memiliki cara yang berbeda untuk
menghitung besar sampel yang diperlukan.
Pada survei cepat, umumnya tujuan survei dilakukan untuk melihat cakupan satu
program. Ada formula khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel
yang memadai pada survei cepat. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah
sampel sebanyak 30 x 7 orang (30 kluster/desa, 7 orang tiap kluster/desa) sudah
mencukupi untuk melihat cakupan kasus kasus yang sering terjadi (proporsi
kejadian 15% 85%). Jadi saudara dapat selalu menggunakan jumlah sampel
210 orang (30 x 7 orang), kecuali untuk kasus yang jarang terjadi (seperti
HIV/AIDS, Kusta, Tuberkulosis) dan untuk uji hipotesis.
Memilih Kluster
Prinsip yang harus dipatuhi dalam pengambilan sampel adalah semua
individu/orang di populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih
sebagai sampel. Syarat ini dapat dipenuhi dengan memilih sampel secara acak
dari daftar semua orang di populasi. Cara seperti ini dikenal sebagai pemilihan
sampel secara acak sederhana atau simple random sampling (SRS). Dalam
prakteknya, cara pengambilan sampel acak sederhana ini sulit dilakukan.
Misalnya, saudara ingin melakukan survei untuk mengetahui proporsi
rumahtangga sehat, maka agar dapat memilih sampel secara acak sederhana,
saudara harus memiliki daftar semua rumahtangga yang ada di populasi dalam
hal ini kabupaten/kota. Daftar ini harus diberi nomor urut dan dipilih secara acak
sederhana dengan bantuan tabel angka acak atau random number table. Paling
tidak ada dua kesulitan utama, yaitu : (1) daftar subyek penelitian dalam hal ini
rumahtangga umumnya tidak tersedia membuat daftar seperti ini memerlukan
biaya yang cukup besar dan waktu yang cukup lama, (2) sampel yang terpilih
bisa saja sangat berjauhan dapat terjadi saudara harus melakukan perjalanan
ke satu desa yang jauh hanya untuk mewawancarai satu subyek survei. Adanya
kesulitan penerapan teknik acak sederhana pada penelitian survei, WHO
mengusulkan untuk negara berkembang menggunakan teknik sampel kluster
dua tahap, yaitu : (1) pemilihan kluster, (2) pemilihan subjek survei
(rumahtangga).
Agar pemilihan sampel dapat dilakukan secara adil, jumlah sampel pada tiap
kluster harus sebanding dengan besar relatif kluster tersebut. Hal ini berarti
pada tiap kluster yang terpilih saudara harus mewawancarai jumlah subyek yang
berbeda. Cara ini tentu kurang praktis, sehingga dicari cara lain agar jumlah
subyek yang dipilih pada tiap kluster dapat sama. Untuk keperluan ini harus
dilakukan modifikasi cara pemilihan kluster pada tahap pertama. Pemilihan
kluster harus menggunakan cara probabilitas yang proporsional dengan besar
kluster atau probability proportionate to size (PPS). Cara PPS perlu dilakukan
agar tiap subyek survei yang ada tetap memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih sebagai sampel. Untuk keperluan praktis telah tersedia perangkat lunak
CSurvey 2.0 guna membantu pemilihan kluster secara PPS (dapat di download
gratis).