Professional Documents
Culture Documents
iv
Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan
desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu
dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini,
jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah
alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi
keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek
kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan
strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai
pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi
penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka
kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih
terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang
mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk
para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan
modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari
perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor.
Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat
dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali
keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi
sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam
proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah
berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil
perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................
iii
DAFTAR ISI.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................
A. Deskripsi Singkat.................................................
BAB II
Desember 2006
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
A. Pengertian ............................................................
B. Penyelenggaraan Kekuasaan
BAB III
Jakarta,
SISTEM PENYELENGGARAAN
Pemerintahan Negara...........................................
C. Rangkuman..........................................................
D. Latihan/Diskusi....................................................
PENYELENGGARAAN TATA
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE) ..........................................
SUNARNO
vi
vii
10
D. Rangkuman..........................................................
85
18
D. Latihan.................................................................
87
24
E. Rangkuman ..........................................................
26
F. Latihan .................................................................
28
BAB VI
BAB IV
PEMBENTUKAN PERATURAN
88
PERUNDANG-UNDANGAN...................................
29
88
29
89
90
90
91
33
BAB V
36
91
41
92
E. Rangkuman ..........................................................
42
H. Rangkuman..........................................................
93
F. Latihan .................................................................
43
I.
Latihan.................................................................
93
44
95
A. Perencanaan .........................................................
95
B. Pengorganisasian .................................................
98
C. Pelaksanaan .........................................................
102
45
BAB VII
48
D. Pengawasan .........................................................
114
51
E. Rangkuman..........................................................
126
74
F. Latihan.................................................................
128
81
viii
130
A. Tes........................................................................
130
B. Tindak Lanjut.......................................................
131
REFERENSI
.............................................................................
132
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata Diklat Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia membahas pengertian sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara RI, penyelenggaraan tata
kepemerintahan yang baik (good governance), pembentukan
peraturan perundang-undangan, lembaga-lembaga pemerintah,
hubungan Presiden dengan lembaga-lembaga negara lainnya
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, dan proses
manajemen pemerintahan dengan mengacu kepada UUD 1945
dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
B. Manfaat Pembelajaran
Dengan mempelajari mata Diklat ini peserta Diklat akan
memperoleh pengetahuan tentang Pelaksanaan Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan RI yang
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas peserta.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
mampu
memahami
hal
ikhwal
tentang
sistem
1
BAB II
SISTEM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA
A. Pengertian
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya
merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan
negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan
Pemerintahan Negara. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintahan sebagai fungsi
yang ada pada Presiden.
Pada dasarnya Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh
Lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti
sempit, istilah Penyelenggaraan Negara tidak mencakup
lembaga-lembaga Negara yang tercantum dalam UUD 1945.
Sedangkan dalam arti luas, istilah penyelenggaraan negara
mengacu pada tataran supra struktur politik (lembaga negara dan
lembaga pemerintah), maupun pada tataran infrastruktur politik
(organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan). Dengan
demikian, yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara sebenarnya adalah mekanisme bekerjanya
lembaga eksekutif, yang dipimpin oleh Presiden baik selaku
Kepala Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.
B. Penyelenggaraan
Kekuasaan
Pemerintahan
Negara
Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara
atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam
melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang
Wakil Presiden. Selain itu, dalam menjalankan fungsinya
Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara, dimana setiap
Menteri Negara membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan. Menteri-menteri Negara ini diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.
Sebagai Kepala Lembaga Eksekutif atau Kepala Pemerintahan,
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dan
menetapkan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan
Undang-undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak dapat
membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden:
1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Udara, dan Angkatan Laut;
2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain dengan persetujuan DPR;
3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan
akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
BAB III
PENYELENGGARAAN TATA
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK
(GOOD GOVERNANCE)
A. Pengertian
dan
Pemahaman
Kepemerintahan
Yang
Baik
GOVERNANCE)
Tata
(GOOD
C. Rangkuman
Sistem
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Negara
tidak
membicarakan sistem penyelenggaraan negara oleh lembagalembaga negara secara keseluruhan akan tetapi adalah
membicarakan mekanisme bekerjanya lembaga-lembaga
eksekutif yang dipimpin oleh Presiden baik selaku Kepala
Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.
D. Latihan/Diskusi
1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara?
2. Apa saja tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan
sebagai Kepala Negara?
3. Mengapa Menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada
DPR?
10
a.
b.
11
Indikator Minimal:
1) Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan
dengan menjaga kepastian hukum;
2) Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan
program;
3) Adanya dukungan dari pelaku untuk mewujudkan
visi.
Perangkat Pendukung Indikator:
1) Peraturan/kebijakan yang memberikan kekuatan
hukum pada visi dan strategi;
2) Proses penentuan visi dan strategi secara
partisipatif.
12
4) Mekanisme/peraturan
untuk
kepentingan yang beragam.
Indikator Minimal:
1) Tersedianya informasi yang memadai pada setiap
proses penyusunan dan implementasi kebijakan
publik;
2) Adanya akses pada informasi yang siap, mudah
dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu.
b.
b.
mengakomodasi
Indikator Minimal:
1) Adanya pemahaman penyelenggara negara tentang
proses/metode partisipatif;
2) Adanya pengambilan keputusan yang didasarkan
atas konsensus bersama.
13
Indikator Minimal:
1) Adanya kepastian dan penegakkan hukum;
2) Adanya penindakan setiap pelanggar hukum;
3) Adanya
pemahaman
mengenai
pentingnya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
b.
14
6. Demokrasi (Democracy):
a.
b.
Indikator Minimal:
1) Adanya kebebasan dalam menyampaikan aspirasi
dan berorganisasi;
2) Adanya kesempatan yang sama bagi setiap anggota
masyarakat untuk memilih dan membangun
konsensus dalam pengambilan keputusan kebijakan
publik.
Perangkat Pendukung Indikator:
Peraturan yang menjamin adanya hak dan kewajiban
yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk turut
serta dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.
Indikator Minimal:
1) Berkinerja tinggi;
2) Taat asas;
3) Kreatif dan inovatif;
Perangkat Pendukung Indikator:
1) Standar kompetensi yang sesuai dengan fungsinya;
2) Kode etik profesi;
3) Sistem reward and punishment yang jelas;
4) Sistem pengembangan SDM;
5) Standar dan indikator kinerja.
Keefektifan
(Efficiency
and
a.
Indikator Minimal:
1) Terlaksananya
administrasi
penyelenggaraan
negara yang berkualitas dan tepat sasaran dengan
penggunaan sumber daya yang optimal;
2) Adanya perbaikan berkelanjutan;
3) Berkurangnya tumpang tindih penyelenggaraan
fungsi organisasi/unit kerja.
b.
9. Keefesienan dan
Effectiveness):
15
Indikator Minimal:
Adanya
kejelasan pembagian tugas dan wewenang
dalam berbagai tingkatan jabatan.
16
b.
12. Komitmen
Kesenjangan
a.
Indikator Minimal:
1) Adanya langkah-langkah atau kebijakan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi
masyarakat yang kurang mampu (subsidi silang,
affirmative action, dan sebagainya);
2) Tersedianya
layanan-layanan/fasilitas-fasilitas
khusus bagi masyarakat tidak mampu;
3) Adanya kesetaraan dan keadilan gender;
4) Adanya pemberdayaan kawasan tertinggal.
b.
Partnership):
Indikator Minimal:
1) Adanya pemahaman aparat pemerintah tentang pola
kemitraan;
2) Adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat
kurang mampu (powerless) untuk berkarya;
Pengurangan
pada
17
Indikator Minimal:
1) Adanya keseimbangan antara pemanfaatan sumber
daya alam dan perlindungan/konservasinya;
2) Penegakan
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan;
3) Rendahnya tingkat pencemaran dan kerusakan
lingkungan;
4) Rendahnya
tingkat
pelanggaran
perusakan
lingkungan.
18
b.
Indikator Minimal:
1) Tidak ada monopoli;
2) Berkembangnya ekonomi masyarakat;
3) Terjaminnya iklim kompetisi yang sehat.
b.
19
20
3. Perencanaan Strategis
Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
perencanaan strategis merupakan langkah awal untuk
melaksanakan mandat. Perencanaan strategis instansi
pemerintah memerlukan integrasi antara keahlian sumber
daya manusia dan sumber daya lain agar mampu menjawab
21
4. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Sebenarnya pengukuran kinerja punya makna
ganda, yaitu pengukuran kinerja sendiri dan evaluasi kinerja.
Untuk melaksanakan kedua hal tersebut, terlebih dahulu
harus ditentukan tujuan dari suatu program secara
keseluruhan. Setelah program didesain, haruslah sudah
22
23
5. Evaluasi Kinerja
Setelah tahap pengukuran kinerja dilalui, berikutnya adalah
tahap evaluasi kinerja. Tahapan ini dimulai dengan
menghitung nilai capaian dari pelaksanaan perkegiatan.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung capaian kinerja
dari pelaksanaan program didasarkan pembobotan dari setiap
kegiatan yang ada di dalam suatu program.
6. Pelaporan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
harus disampaikan oleh instansi-instansi dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Penyusunan laporan harus mengikuti
prinsip-prinsip yang lazim, suatu laporan harus disusun
secara jujur, objektif dan transparan. Di samping itu perlu
pula diperhatikan prinsip-prinsip:
a. Prinsip pertanggungjawaban, sehingga harus cukup
jelas halhal yang dikendalikan maupun yang tidak
dikendalikan oleh pihak yang melaporkan harus dapat
di mengerti pembaca laporan;
b. Prinsip pengecualian, yang dilaporkan yang penting
dan terdepan bagi pengambilan keputusan dan
pertanggungjawaban instansi yang bersangkutan
instansi yang bersangkutan seperti keberhasilan dan
kegagalan, perbedaan realisasi dan target;
c. Prinsip manfaat yaitu manfaat laporan harus lebih
besar daripada biaya penyusunan.
24
25
26
E. Rangkuman
Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik sudah menjadi
suatu tuntutan dan kebutuhan universal yang tidak dapat
ditunda-tunda lagi. Upaya mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik membutuhkan komitmen kuat, daya tahan, waktu
yang relatif panjang. Karena itu diperlukan pembelajaran,
pemahaman, serta implementasi nilai-nilai tata kepemerintahan
yang baik secara utuh oleh seluruh komponen bangsa termasuk
oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas.
Berbagai kebijakan pendukung untuk mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik telah dikeluarkan pemerintah
27
28
F. Latihan
1. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik (good
governance) perlu melibatkan semua pihak yang terkait
(stakeholder) yang pada dasarnya terdiri dari 3 sektor. Apa
saja sektor-sektor itu dan jelaskan peranan masing-masing
sektor tersebut!
2. Apakah prinsip-prinsip penyelenggaraan tata kepemerintahan
yang baik (good governance) ini menurut UNDP?
3. Menurut Bappenas apa saja upaya yang diperlukan untuk
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik di Indonesia?
Sebutkan pula prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan beserta
indikator-indikator minimal dan perangkat pendukung
indikatornya!
4. Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah
dan apa prinsip-prinsipnya?
5. Mengapa Peradilan Tata Usaha Negara juga merupakan
upaya yang diperlukan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik?
BAB IV
PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Perundang-undangan merupakan peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum. Keseluruhan aspek penyelenggaraan
pemerintahan negara dalam pelaksanaannya diatur dengan dan
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan.
Hal ini dimaksudkan untuk:
1. Menjamin kepastian hukum, karena Indonesia adalah negara
hukum;
2. Melindungi masyarakat dari tindakan aparatur dan pihak lain yang
sewenang-wenang;
3. Melindungi aparatur dari tindakan masyarakat yang melawan
hukum.
1. Kejelasan Tujuan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
29
30
31
7. Keterbukaan
Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan
mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demi
kian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan
yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam
proses pembuatan peraturan perundang-undangan.
Tepat
Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh
lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan
yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut
dapat dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh
lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
1.
4. Dapat Dilaksanakan
Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan
tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis
maupun sosiologis.
2.
3.
Kebangsaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang
pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip
negara kesatuan Republik Indonesia.
6. Kejelasan Rumusan
Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan peraturan perundangundangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi,
serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi
dalam pelaksanaannya.
Kemanusiaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara
dan penduduk Indonesia secara proporsional.
Pengayoman
4.
Kekeluargaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan.
32
5.
Kenusantaraan
7.
Keadilan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
8. Kesamaan Kedudukan
Pemerintahan
Dalam
Hukum
dan
9.
33
6.
34
Undang-undang atau Pemerintah atas perintah Undangundang; Kepala Desa atau yang setingkat.
2. Hierarki
Yang dimaksud hierarki adalah penjenjangan setiap jenis
peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada
asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Kekuatan hukum
peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan
hierarkinya.
Hierarki peraturan perundang-undangan sesuai dengan Pasal
7 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan.
b. Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang (Perpu)
Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden. Sedangkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. Materi
muatan yang harus diatur dengan UU atau peraturan
pemerintah pengganti undang-undang adalah: hak-hak
35
36
2)
3)
37
lingkup atau obyek yang akan diatur, dan jangkauan dan arah
pengaturan.
Untuk pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan
yang akan dituangkan dalam RUU, Menteri atau Pimpinan
Lembaga
pemrakarsa
penyusunan
UU
wajib
mengkonsultasikan terlebih dahulu konsep tersebut dengan
Menteri Kehakiman (dalam Kabinet Indonesia Bersatu:
Menteri Hukum dan HAM) dan Pimpinan lembaga lainnya
yang terkait.
Apabila keharmonisan, kebulatan dan kemantapan konsepsi
tidak dapat dihasilkan dalam forum konsultasi, maka Menteri
Kehakiman dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga
pemrakarsa bersama-sama Menteri Sekretaris Negara
melaporkannya kepada Presiden untuk mendapatkan
keputusan.
Sebaliknya dalam hal telah diperoleh keharmonisan,
kebulatan dan kemantapan konsepsi, Menteri atau Pimpinan
Lembaga pemrakarsa secara resmi mengajukan permintaan
persetujuan prakarsa penyusunan RUU kepada Presiden.
38
3. Konsultasi RUU
Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa menyampaikan
RUU yang dihasilkan Panitia kepada Menteri Kehakiman
dan Menteri atau Pimpinan Lembaga lainnya yang terkait,
untuk memperoleh pendapat dan pertimbangan terlebih
dahulu. Pendapat dan pertimbangan dapat pula dimintakan
kepada Perguruan Tinggi dan organisasi di bidang sosial,
politik, profesi atau kemasyarakatan lainnya sesuai
kebutuhan.
39
40
41
7. Ketentuan Lain-Lain
Persetujuan pemrakarsa penyusunan RUU juga merupakan
persetujuan bagi penyusunan Rancangan Peraturan
Pemerintah, Rancangan Keputusan Presiden (Perpres) dan
peraturan lainnya, yang pelaksanaannya dilakukan sebagai
satu kesatuan kegiatan.
Penetapan Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya
diselesaikan paling lambat satu tahun setelah pengundangan
UU yang bersangkutan.
1. Judul
a.
b.
c.
2. Pembukaan
a. Frase Dengan Rahmat Tuhan YME;
b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan;
c. Konsiderans;
42
d. Dasar Hukum;
e. Diktum.
43
3. Batang Tubuh
a.
b.
c.
d.
e.
Ketentuan Umum;
Materi Pokok Yang Diatur;
Ketentuan Pidana (jika diperlukan);
Ketentuan Peralihan (jika diperlukan);
Ketentuan Penutup.
4. Penutup
a. Penjelasan (jika diperlukan);
b. Lampiran (jika diperlukan).
E. Rangkuman
Keseluruhan aspek penyelenggaraan pemerintahan negara dalam
pelaksanaannya diatur dengan dan berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang dimaksudkan agar ada jaminan
kepastian hukum, ada perlindungan masyarakat dari tindakan
aparatur dan pihak lain yang sewenang-wenang dan juga agar
aparatur terlindungi dari tindakan masyarakat yang melawan
hukum.
Oleh karena itu, agar setiap peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh lembaga-lembaga negara atau pejabat yang
berwenang berkualitas dan tidak bertentangan satu sama lain
maka dalam pembentukannya perlu memperhatikan asas
pembentukan, asas tentang materi muatannya, jenis dan
F. Latihan
1. Apakah konsekuensi bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan negara?
2. Apa perlunya ada ketetapan tentang Hierarki Peraturan
Perundang-undangan?
3. Dalam strata kebijakan publik, kebijakan Menteri adalah
kebijakan pelaksanaan, sebagai penjabaran kebijakan umum
yang ditetapkan oleh Presiden. Bagaimana dalam
hubungannya dengan UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan?
4. Mengapa dalam penyusunan RUU dan RPP semua instansi
terkait perlu diikutsertakan?
BAB V
LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH
A. Urusan
Pemerintahan
Kewenangan Pemerintah
45
Yang
Menjadi
46
47
48
2.
3.
4.
5.
6.
B. Urusan
Pemerintahan
Kewenangan Daerah
Yang
Menjadi
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
49
50
51
52
1. Kementerian Negara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara, disebutkan bahwa Kementerian
Negara terdiri dari Kementerian Koordinator, Kementerian
Negara yang berbentuk Departemen dan Kementerian
Negara.
a. Kementerian Koordinator
Kedudukan
Kementerian Koordinator adalah unsur pelaksana
Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Koordinator
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Tugas
Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu
Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan
penyusunan kebijakan, serta mensikronkan pelaksanaan
kebijakan di bidangnya.
Fungsi
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Koordinator menyelenggarakan fungsi:
Kementerian
53
54
55
b. Departemen
Kedudukan
Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah yang
dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
Departemen mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan.
Fungsi
Dalam
pelaksanaan
tugasnya,
Departemen
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan
kebijakan
nasional,
kebijakan
pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidangnya;
2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan
pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada
Presiden.
Dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) ada 20
(dua puluh) Departemen, yaitu:
1) Departemen Dalam Negeri;
2) Departemen Luar Negeri;
3) Departemen Pertahanan;
4) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;
5) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
56
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
Departemen Perindustrian;
Departemen Perdagangan;
Departemen Pertanian;
Departemen Kehutanan;
Departemen Perhubungan;
Departemen Kelautan dan Perikanan;
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
Departemen Pekerjaan Umum;
Departemen Kesehatan;
Departemen Pendidikan Nasional;
Departemen Sosial;
Departemen Agama;
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;
Departemen Komunikasi dan Informatika;
Departemen Keuangan.
Susunan Organisasi
Departemen terdiri dari:
1) Menteri;
2) Sekretariat Jenderal, bertugas melaksanakan
pembinaan dan koordinasi pelaksanan tugas dan
administrasi Departemen;
3) Direktorat Jenderal, bertugas melaksanakan
rumusan dan pelaksanaan kebijakan serta
standardisasi teknis di bidangnya;
4) Inspektorat Jenderal, bertugas melaksanakan
pengawasan fungsional;
5) Badan dan/atau Pusat;
57
6) Staf Ahli;
7) Di lingkungan Departemen dapat diangkat 3 (tiga)
orang Staf Khusus Menteri (Perpres No.62 Tahun
2005).
Departemen
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan yang tidak diserahkan kepada Daerah
dapat membentuk Instansi Vertikal yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden. Departemen secara selektif
dapat membentuk UPT sebagai pelaksana tugas teknis
operasional dan/atau tugas teknis penunjang.
c. Kementerian Negara
Kedudukan
Kementerian Negara adalah unsur pelaksana pemerintah
yang dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
Kementerian Negara mempunyai tugas membantu
Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di
bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Negara
menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan nasional di bidangnya;
2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
mengabdi tanggung jawabnya;
58
59
60
61
Kepala;
Bila dipandang perlu Kepala dapat dibantu oleh
seorang Wakil Kepala;
Sekretariat Utama, sebagai pelaksana fungsi
staf/penunjang dan mengkoordinasikan perencanaan,
pembinaan dan pengendalian terhadap program
62
4)
5)
63
Kejaksaan Agung
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan negara secara merdeka di
bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
Undang-Undang. Kejaksaan adalah satu dan tidak
terpisahkan.
Pelaksanaan kekuasaan negara bidang penuntutan ini
diselenggarakan oleh Kejaksaaan Agung, Kejaksaan
Tinggi, dan Kejaksaan Negeri.
Kejaksaan Agung berkedudukan di Ibukota Negara RI
dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan
negara RI.
Kejaksaan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi
dan dasar hukumnya meliputi wilayah Provinsi.
Kejaksaan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupa
ten/Kota yang dasar hukumnya meliputi wilayah daerah
kabupaten/kota yang dasar hukumnya meliputi wilayah
daerah kabupaten/kota.
Dalam hal tertentu di daerah hukum kejaksaan negeri
dapat dibentuk cabang Kejaksaan Negeri.
64
65
66
67
68
69
70
Susunan Organisasi
Organisasi TNI terdiri dari:
1) Markas Besar TNI yang membawahkan: Markas
Besar TNI Angkatan Darat, Markas Besar TNI
Angkatan Laut, dan Markas Besar TNI Angkatan
Udara;
2) Markas Besar TNI terdiri dari: Unsur Pimpinan,
Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan
Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Operasi;
3) Markas Besar Angkatan terdiri atas Unsur Pimpinan,
Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan
Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Pembinaan.
TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat
persetujuan DPR.
Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf
Angkatan dan berkedudukan di bawah Panglima serta
bertanggung jawab kepada Panglima. Kepala Staf
Angkatan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
usul Panglima.
i.
71
Nasional
yang
72
j.
73
74
75
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas Daerah; dan
4. Lembaga Teknis Daerah.
Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, terdiri atas:
1. Sekretariat Daerah;
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas Daerah;
4. Lembaga Teknis Daerah;
5. Kecamatan; dan
6. Kelurahan.
Sekretariat Daerah
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris
Daerah Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan
oleh Gubernur atas usul Bupati/ Walikota sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan dan karena kedudukannya Sekretaris
Daerah sebagai pembina Pegawai Negeri Sipil di daerahnya.
Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan kewajiban
membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.
Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya, Sekretaris Daerah
bertanggung jawab kepada kepala daerah.
76
Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris
DPRD
diangkat
dan
diberhentikan
oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD.
Tugas Sekretaris DPRD adalah:
1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD;
2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD;
3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;
4. Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah.
77
Kecamatan
Kecamatan dibentuk di wilayah Kebupaten/Kota dengan
peraturan daerah (Perda) dengan berpedoman pada peraturan
pemerintah.
Dinas
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah
yang dipimpin oleh Kepala Dinas. Kepala Dinas diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Daerah dari pegawai negeri sipil
yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
78
79
3. Pelayanan masyarakat;
4. Penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum;
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Lurah dibantu oleh
perangkat kelurahan dan bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota melalui Camat. Perangkat kelurahan
bertanggung jawab kepada Lurah. Untuk kelancaran pelaksanaan
tugas lurah, pada kelurahan dapat dibentuk lembaga lainnya
sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk
suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang
perlu ditangani. Akan tetapi tidak berarti bahwa setiap
penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk atau
diwadahi dalam organisasi tersendiri.
Besaran organisasi atau susunan organisasi perangkat
daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor:
1. Kemampuan keuangan;
2. Kebutuhan daerah;
80
81
82
83
masyarakat.
c. Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang
3. Jenis BUMN
BUMN terdiri dari: Perusahaan Perseroan (Persero) dan
Perusahaan Umum (Perum).
a. Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %
(lima puluh satu persen). Sahamnya dimiliki oleh
84
85
Agar
pengelolaan
Perusahaan
Daerah
dapat
diselenggarakan secara efisien, efektif dan produktif,
sehingga benar-benar dapat menunjang perwujudan
otonomi seluas-luasnya, maka sambil menunggu
berlakunya undang-undang yang baru tentang
Perusahaan Daerah, sudah diterbitkan Instruksi Menteri
Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 tentang Perubahan
Bentuk Badan Usaha Milik Daerah kedalam dua bentuk,
yaitu Perumda dan Perseroda.
a. Perumda (Perusahaan Umum Daerah Public
Corporation/Service)
Didirikan dengan maksud, tujuan dan sifat usahanya
adalah mengutamakan penyelenggaraan pelayanan
umum (public service) di samping mencari
keuntungan sebagai sumber pendapatan asli daerah,
dengan tetap berpegang teguh pada: (1) syarat-syarat
efisiensi dan efektivitas, (2) prinsip-prinsip ekonomi
perusahaan dan (3) pelayanan yang baik pada
masyarakat.
b. Perseroda (Perusahaan Perseroan Daerah)
Maksud dan tujuan usaha Perseroda adalah untuk
memupuk keuntungan dalam arti baik pelayanan dan
pembinaan organisasinya harus secara efektif dan
efisien dengan orientasi bisnis.
F. Rangkuman
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara
pemerintah membentuk lembaga-lembaga pemerintah baik di
86
87
G. Latihan
1. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat?
2. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah?
3. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah
tingkat Pusat?
4. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah
tingkat Daerah?
5. Apa tujuan dibentuknya Lembaga Perekonomian Negara?
BAB VI
HUBUNGAN PRESIDEN DENGAN
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA LAINNYA
DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA
89
90
91
92
93
H. Rangkuman
Dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, Presiden/
Pemerintah mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga
negara lain, sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, dan
berbagai Undang-Undang yang terkait.
I. Latihan
1. Dalam UUD 1945, dimana fungsi pengawasan oleh DPR
terhadap Presiden/Pemerintah, itu disebutkan? Dan
pengawasan apakah yang dilakukan oleh DPR itu?
2. Mengapa dikatakan bahwa DPR bersama Presiden
mengajukan fungsi legislatif?
3. Apakah MPR dapat memberhentikan Presiden dan Wakil
Presiden?
4. Apa peran Mahkamah Konstitusi dalam hal pemberhentian
Presiden?
94
BAB VII
PROSES MANAJEMEN
PEMERINTAHAN
Dalam modul ini uraian tentang proses manajemen pemerintahan
mencakup empat aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
A. Perencanaan
Landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah adalah UndangUndang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Dalam
Undang-Undang
ini
ditetapkan
bahwa
Sistem
95
96
97
1. Penyusunan Rencana
Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu
sistem rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4
(empat) langkah yaitu:
a. Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat
teknokratik, menyeluruh, dan terukur;
b. Masing-masing
instansi
pemerintah
menyiapkan
rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada
rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan;
c. Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan
rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing
jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan
pembangunan;
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan Rencana
RPJM Nasional Tahun 2004 2009 merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum yang
dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004.
RPJM Nasional ini menjadi pedoman bagi:
1. Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga;
2. Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah;
3. Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.
98
99
B. Pengorganisasian
Untuk
membentuk
organisasi/kelembagaan
atau
perlu
menyempurnakan
diperhatikan
prinsip
3. Prinsip Fungsionalisasi
Prinsip
fungsionalisasi
dimaksudkan
di
dalam
penyelenggaraan pemerintahan ada organisasi yang secara
fungsional bertanggung jawab atas sesuatu bidang dan tugas
pemerintahan dan prinsip ini juga menentukan batas-batas
100
5. Prinsip Kontinuitas
Pelaksanaan kegiatan pemerintah yang efektif dan efisien
akan lebih terjamin apabila ada kontinuitas dalam perumus
an kebijakan, perencanaan penyusunan program dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional. Aparatur
pemerintah tidak seharusnya menggantungkan diri pada
individu pejabat tetapi kepada kelangsungan kelembagaan.
101
untuk
7. Prinsip Kesederhanaan
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang bentuknya
sederhana dalam arti bahwa bentuknya disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsi, besar kecilnya organisasi itu
ditentukan oleh beban kerja yang harus dilaksanakan.
8. Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas menghendaki agar organisasi dapat mengikuti
dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan
keadaaan sehingga dapat dihindari kekacauan dalam
pelaksanaan tugasnya.
102
103
C. Pelaksanaan
Dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan, setiap aparatur pemerintah atau lembaga-lembaga
pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan di bidang masing-masing.
Namun demikian tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh
pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan atau tugas lebih
dari satu aparatur pemerintah. Oleh karena itu dalam pencapaian
tujuan atau sasaran tersebut perlu dilakukan pendekatan multi
fungsional. Artinya bahwa setiap persoalan harus ditinjau dari
berbagai fungsi aparatur pemerintah yang terkait, baik antar dan
antara instansi ditingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian
setiap pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan
Sehubungan dengan itu baik dalam rangka pelaksanaan tugastugas umum pemerintahan maupun dalam rangka menggerakkan
dan memperlancar pelaksanaan pembangunan, kegiatan aparatur
pemerintah perlu dipadukan, diserasikan dan diselaraskan untuk
mencegah
timbulnya
tumpang
tindih,
perbenturan,
kesimpangsiuran dan atau kekacauan. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan, koordinasi
antar kegiatan aparatur pemerintah harus dilakukan.
Atas dasar hal tersebut maka koordinasi dalam pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan pada hakekatnya merupakan
upaya memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan dan
menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang
saling berkaitan, beserta segenap gerak, langkah dan
waktunya dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran
bersama. Koordinasi perlu dilaksanakan mulai dari proses
perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada
pengawasan dan pengendaliannya.
1. Jenis Koordinasi
Koordinasi dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan
dapat dibedakan atas:
a. Koordinasi hierarkis (vertical) yang dilakukan oleh
seorang pejabat pimpinan dalam suatu instansi
pemerintah terhadap pejabat (pegawai) atau instansi
bawahannya. Misalnya Kepala Biro terhadap Kepala
104
105
2. Pedoman Koordinasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipedomani dalam
koordinasi antara lain:
a. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat perumusan
kebijakan;
b. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan kerja
mana yang secara fungsional berwenang dan
bertanggungjawab atas sesuatu masalah;
106
107
b. Rencana
Rencana dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena
di dalam rencana yang baik tertuang secara jelas,
sasaran, cara melakukan, waktu pelaksanaan, orang yang
melaksanakan dan alokasi.
c. Prosedur dan Tata Kerja
Prosedur dan tata kerja pada prinsipnya dapat digunakan
sebagai alat untuk kegiatan yang sifatnya berulangulang. Prosedur dan tata kerja dapat digunakan sebagai
alat koordinasi karena di dalamnya memuat ketentuan
siapa melakukan apa, kapan dilaksanakan dan dengan
siapa harus berhubungan. Untuk itu prosedur perlu
dituangkan dalam manual, petunjuk pelaksanaan
(juklak), petunjuk teknis (juknis) atau pedoman kerja
agar mudah diikuti oleh semua pihak-pihak yang
berkepentingan.
d. Rapat (Briefing)
Untuk menyatukan bahasa dan saling pengertian
mengenai sesuatu masalah, rapat dapat digunakan
sebagai sarana koordinasi. Rapat sabagai sarana
koordinasi digunakan uuntuk memberikan pengarahan,
memperjelas atau menegaskan kebijakan sesuatu
masalah.
e. Surat Keputusan Bersama (SKB)/Surat Edaran
Bersama (SEB)
Untuk memperlancar penyelesaian sesuatu kegiatan
yang tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi,
dapat diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat
108
109
110
4. Pelaksanaan
Koordinasi
dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Sistem
a. Sidang Kabinet
Sidang Kabinet adalah suatu forum koordinasi tertinggi
yang dipimpin langsung oleh Presiden. Sidang Kabinet
itu ada dua macam:
1) Sidang Kabinet Paripurna yaitu Sidang Kabinet
lengkap yang dihadiri oleh seluruh anggota Kabinet
dan pejabat-pejabat lain yang dianggap perlu oleh
Presiden.
2) Sidang Kabinet Terbatas yaitu Sidang Kabinet
yang dihadiri oleh Menteri-menteri tertentu sesuai
dengan bidang yang akan dibahas. Sidang Kabinet
ini dihadiri pula oleh pejabat lainnya yang bukan
Menteri yang ditunjuk oleh Presiden.
b. Rapat di Lingkungan Menteri Koordinator
Oleh
karena
menteri-menteri
yang
harus
dikoordinasikan oleh Presiden jumlahnya banyak,
dengan beraneka ragam permasalahan, maka Presiden
mengangkat Menteri Koordinator, seperti dalam Kabinet
Indonesia Bersatu sekarang ini ada Menteri Koordinator
Politik, Hukum dan Keamanan; Menteri Koordinator
Perkonomian; dan Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat. Rapat-rapat Menteri Koordinator sesuai dengan
bidangnya dipimpin oleh Menko yang bersangkutan
dengan dihadiri oleh Menteri dan pejabat-pejabat lain
bukan Menteri yang tugasnya berkaitan erat dengan
111
bidang permasalahan yang sedang dibahas. Hasil rapatrapat Menteri Koordinator yang dipimpin oleh Menteri
Koordinator ini dilaporkan kepada Presiden.
c. Koordinasi antara Departemen/Instansi pemerintah
Tingkat Pusat
Dilaksanakan antara Departemen/Instansi Pemerintah
Tingkat Pusat yang satu dengan Departemen/Instansi
Pemerintah Tingkat Pusat lainnya, yang dalam pelaksa
naannya dapat terjadi baik tanpa wadah tertentu,
maupun dengan menggunakan suatu wadah seperti
Rapat Koordinasi Sektor-sektor, Panitia-panitia AntarDepartemen dan lain-lain.
Pola koordinasi tersebut berlaku pula untuk koordinasi
antara suatu satuan organisasi dalam suatu
Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat dengan
satuan organisasi Departemen/Instansi Pemerintah
Tingkat Pusat lainnya. Peningkatan koordinasi tersebut
merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
d. Koordinasi Aparatur Pemerintah Pusat di Luar
Negeri
Untuk melaksanakan kebijakan hubungan Luar Negeri
antara lain dibentuk perwakilan Pemerintah Republik
Indonesia di Luar Negeri yang pembinaannya dilakukan
oleh Departemen Luar Negeri.
112
113
114
D. Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang
merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan
menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas
organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai
dengan rencana, kebijakan, instruksi dan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan. Pengawasan sebagai fungsi
manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab setiap
pimpinan pada tingkat manapun. Hakekat pengawasan adalah
untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan,
pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan
kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta
pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Jenis-Jenis Pengawasan
a. Pengawasan Melekat (Waskat)
Waskat menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989
adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai
pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan
langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau
represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana
kegiatan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan dan pelaksanaan
tugas-tugas suatu organisasi, atau baik buruknya citra
suatu organisasi dalam pandangan masyarakat adalah
merupakan tanggung jawab atasan langsung/pimpinan
nya. Demikian pula, masalah-masalah yang telah, sedang
115
116
Sasaran Waskat:
1) Meningkatkan disiplin, prestasi kerja, pencapaian
sasaran pelaksanaan tugas;
2) Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan
wewenang;
3) Menekan hingga sekecil mungkin kebocoran,
pemborosan keuangan negara dan segala bentuk
pungutan liar;
4) Mempercepat
penyelesaian
perizinan
dan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat;
5) Mempercepat penyusunan kepegawaian sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
Prinsip-Prinsip Pokok Waskat
Agar pelaksanaan Waskat dapat tercapai dengan baik,
maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pokoknya, yaitu:
1) Berjenjang
Pada prinsipnya Waskat dilakukan secara berjenjang.
Namun demikian setiap pimpinan pada saat-saat
tertentu dapat melakukan Waskat pada setiap jenjang
yang ada di bawahnya.
2) Kesadaran dan Kewajiban
Waskat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan
secara sadar dan wajar sebagai salah satu fungsi
manajemen yang penting dan tak terpisahkan dari
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.
117
3) Pencegahan
Waskat lebih diarahkan pada usaha pencegahan
terhadap penyimpangan, karena itu perlu ada sistem
yang jelas yang dapat mencegah terjadinya
penyimpangan. Dalam setiap fungsi manajemen
perlu dilakukan Waskat untuk menjamin agar tujuan
dapat dicapai secara efisien dan efektif.
4) Pembinaan
Waskat harus bersifat membina, karena itu
penentuan adanya suatu penyimpangan harus
didasarkan pada kriteria yang jelas dan
penyimpangan tersebut harus dapat dideteksi sedini
mungkin.
5) Obyektif
Tindak lanjut terhadap temuan-temuan dalam
Waskat harus dilakukan secara tepat dan tertib,
didasarkan pada penilaian yang obyektif melalui
analisis yang cermat sesuai dengan kebijakan dan
peraturan perundangan yang berlaku termasuk tindak
lanjut berupa penghargaan bagi pegawai yang
berprestasi baik.
6) Terus Menerus
Waskat harus merupakan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai
kegiatan rutin sehari-hari dalam rangka pelaksanaan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
118
119
7) Sistematis
Waskat harus dilaksanakan secara tertib dan teratur,
mengikuti prosedur dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
8) Diterministik
Waskat merupakan pengawasan yang pokok dan
menentukan, sedangkan pengawasan-pengawasan
lainnya menunjukkan keberhasilan Waskat.
120
d) Satuan
Pengawas
BUMN/BUMD.
Intern
2) Aparat
Wasnal
Ekstern
Pemerintah
BPKP (Badan Pengawasan
Pembangunan).
di
berbagai
Instansi/Intern
Keuangan
dan
121
122
123
124
125
126
f.
Pengawasan Yudikatif
Salah satu fungsi Mahkamah Agung adalah mengawasi
peraturan perundangan yang antara lain dilaksanakan
dengan:
1) Menguji secara material terhadap peraturan
perundangan di bawah Undang-Undang;
2) Menyatakan tidak sah semua peraturan perundangan
di bawah Undang-Undang apabila bertentangan
dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan
bersifat formal untuk menguji UU terhadap UUD 1945.
Dengan demikian, Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi memiliki wewenang sekaligus kewajiban
untuk melakukan pengawasan ekstern terhadap
pemerintah. Pengawasan ini sangat penting, karena
negara Indonesia adalah negara hukum, sehingga:
1) Dapat dicegah penyalahgunaan wewenang baik yang
disengaja maupun tidak;
2) Kepastian dan tertib hukum dapat diwujudkan
dengan baik.
E. Rangkuman
Proses manajemen pemerintahan negara pada dasarnya meliputi
empat aspek, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.
127
128
F. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional? Dan apa pula yang dimaksud
dengan RPJM Nasional?
129
2. Mengapa
pengorganisasian
diperlukan
dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara? Sebutkan pula
prinsip-prinsip pengorganisasian.
3. Mengapa koordinasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan?
4. Apa saja fungsi DPR dan apa saja hak yang dimiliki DPR
dalam rangka pelaksanaan pengawasan bagi pemerintah?
5. Mengapa Waskat merupakan pengawasan intern yang paling
pokok?
6. Bagaimana sikap aparat pemerintah sebaiknya dalam
menghadapi Wasmas?
BAB VIII
PENUTUP
131
B. Tindak Lanjut
A. Tes
Dari uraian yang telah disajikan dalam Bab II sampai dengan
Bab VII, diharapkan peserta dapat memahami pengertian dari
beberapa hal penting dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Sebagai salah satu sarana untuk mengukur keberhasilan
pembangunan tersebut, di bawah ini disiapkan bahan tes yang
dapat membantu peserta.
1. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara berdasarkan UUD
1945?
2. Berdasarkan sistem pemerintahan negara tersebut, apakah
kedudukan Presiden itu kuat?
3. Apakah arti pentingnya UU No. 28 Tahun 1999 dalam pene
rapan Tata Kepemerintahan Yang Baik (good governance)?
4. Apakah akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah itu?
5. Apakah yang dimaksud dengan hukum dasar dalam
ketatanegaraan RI? Mengapa?
6. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Departemen dan
Lembaga Pemerintah Non Departemen!
7. Apakah Presiden dapat diberhentikan oleh MPR?
8. Mengapa pengawasan melekat merupakan pengawasan yang
paling pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara?
130
REFERENSI
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.
Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.
Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik
Indonesia.
Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara.
Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undangundang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia.
Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-undang No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.
Undang-undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Peradilan
Tata Usaha Negara.
Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.
Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Nasional.
132
133
134