You are on page 1of 56

KEJADIAN DIARE

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENUK

Laporan Kasus
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Di Puskesmas Genuk

Oleh :
Ardhana Surya Aji

01.208.5607

Lucky Chandra S

01.202.4402

Retno Indrawati

01.207.5551

Triayuni K

01.207.5570

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Puskesmas adalah unit yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya


kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yaitu upaya kesehatan wajib meliputi promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan,

kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit


menular, pengobatan dan upaya kesehatan pengembangan.
Di Puskesmas Genuk penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang telah
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, namun masih banyak tantangan yang
dihadapi untuk tercapainya visi Puskesmas yaitu sebagai tempat pelayanan
kesehatan adalah menjadikan Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dasar yang ramah dan prima. Tantangan tersebut antara lain disebabkan oleh
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik,
sumber daya yang terbatas dan adanya perilaku kesehatan dari warga masyarakat
yang berbeda. Di Puskesmas Genuk, angka kejadian untuk kasus Diare masih
tinggi. Hal ini yang mendasari disusunnya laporan yang berjudul Pengaruh
kejadian Diare di Puskesmas Genuk Kota Semarang.

Di Indonesia diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan
banyak kematian (Adisasmito,2007).
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya disebabkan oleh
faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, maupun faktor psikologis. Sebagian
besar disebabkan oleh faktor infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi
saluran cerna, antara lain : pengeluaran toksin yang dapat menenimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari
beberapa faktor di atas dapat menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi
atau tanda dan gejala diare pada orang dewasa biasanya ditandai dengan konsistensi
feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering, muntah (umumnya tidak
lama) , demam (mungkin ada, mungkin tidak), kram abdomen, membran mukosa
kering, berat badan menurun. Selama proses terjadinya diare, kulit sekitar anus juga
dapat mengalami iritasi atau lecet akibat seringnya defekasi. Maka sangat dibutuhkan
perhatian dan perawatan yang maksimal pada pasien dewasa ( Sudoyo, 2009).
Hasil kajian Mordibitas Diare di Masyarakat 2010, oleh Subdit Diare dan
Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI, menunjukkan episode kejadian diare pada
semua golongan umur masih cukup tinggi, yakni 411 orang per 1000 penduduk.
Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare di
Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang
meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas
bakteriologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air
minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk (Harianto, 2004).

2.Rumusan Masalah
Apakah Faktor lingkungan dan perilaku mempengaruhi angka kejadian Diare di
puskesmas Genuk ?
3.Tujuan
3.1. Tujuan umum
Mengetahui dan menganalisa apakah faktor lingkungan dan perilaku berpengaruh
terhadap penyakit Diare.
3.2. Tujuan khusus
3.2.1. Mengetahui kondisi lingkungan pasien yang berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit Diare.
3.2.2. Mengetahui perilaku pasien yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit
Diare.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Masyarakat :
4.1.1

Masyarakat lebih mengetahui apa itu penyakit ISPA

4.1.2

Masyarakat mengetahui bahwa penyakit ISPA dipengaruhi oleh lingkungan


dan perilaku masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat bisa melakukan
pencegahan

4.2 Bagi Mahasiswa


4.2.1 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan
4.2.2 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan masalah
sampai pembuatan Plan of Action.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan atau lendir
(Suraatmaja, 2005).
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan
atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu
diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut
Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari. Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan,
bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan
tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara
satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan
(Soegijanto, 2002).

2.2

Penyebab diare
Menurut Suraatmaja (2005), penyebab diare adalah :
2.2.1.

Infeksi:
Golongan bakteri penyebab diare antara lain Shigella,
Salmonella, E. colli, Golongan Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, dan Campylobacter aeromonas.
Sedangkan

dari

golongan

virus

antara

lain

Rotavirus,

Norwalk/Norwalk like agent, Adenovirus. Golongan parasit yang


dapat menyebabkan diare adalah cacing perut, Ascaris, Trichius,
Strogyloides, Jamur, dan Candida. Protozoa, Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Balantidiun coli.
2.2.2. Malabsorbsi
a.

Karbohidrat: disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida


(glukosa, fruktosa, galaktosa).
Terdapat 4 proses yang mempengaruhi malabsorbsi karbohidrat,
yaitu:

Fase hidrolisis intralumen yaitu hidrolisis 1-4 glukoside link


dari tepung oleh amilase saliva dan pankreas untuk menjadi
maltosa, maltotriosa dan limit dextrin.

Fase

hidrolisis

di

Brush

Border

usus,

hidrolisis

oligosakarida (maltosa, lato-triosa, limit dextrin, laktosa,


sukrosa) oleh disakarida Brush Border (maltase, sukrase,
isomaltase, laktase).
6

Translokasi monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa)


melalui membran Brush Border.

b.

Keluarnya monosakarida dari enterosit melalui vena porta.

Lemak: terutama Long Chain Triglyceride.


Malabsobrsi lemak adalah gangguan absorbsi lemak dalam usus
sehingga terjadi pengeluaran lemak yang berlebihan dalam tinja.

2.2.3. Makanan basi ataupun makanan yang belum waktunya diberikan.


Pemberian makanan terlalu dini memberikan efek pada kejadian diare
(Suyatno, 2000).
2.2.4. Keracunan.
a.

Makanan beracun: makanan beracun (bakteri:

Clostridium

botulinum, Stafillokokus).
b.

Makanan tercampur racun (bahan kimia).

2.2.5. Penyakit gangguan gizi.


a

Kwashiorkor.

Marasmus.

2.2.6. Alergi.
Alergi susu, alergi makanan, Cows Milk Protein Sensitive
Enteropaty (CMPSE) (Suraatmaja, 2005). Mekanisme diare alergi
susu terjadi melalui perantaraan reaksi imunologik tubuh (zat anti
dari sistem pertahanan tubuh) terhadap protein susu. Reaksi ini akan
melepaskan bahan-bahan yang disebut dengan mediator (seperti
histamin, prostaglandin, leukotrin) yang menimbulkan gejala klinis
tergantung dari organ tempat terjadinya reaksi tersebut. Bila
7

menyerang saluran cerna, gejala yang paling sering muncul adalah


diare yang dapat terjadi berkepanjangan selama meminum atau
memakan makanan yang berasal dari susu sapi, dapat pula disertai
gejala kolik, kram, mual, dan muntah (Sayoeti, 2007).
2.2.7. Immunodefisiensi.
2.2.8. Sebab lain (Psikis).

2.3

Patofisiologi diare
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi :

Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon


dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai
lendir dan darah.
o Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas
sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus,
serta gejala

dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja

rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah,


serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.

Diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang


mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama
sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada
kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja
secara rutin tidak ditemukan leukosit.
8

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.

Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari
plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi
karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare sekretorik bila terjadi gangguan

transport elektrolit baik

absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini


dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin
kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau
laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan
diare sekretorik.

Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa


baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat
terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat
radiasi.

Kelompok

lain

adalah

akibat

gangguan

motilitas

yang

mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi
pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes
melitus.

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus
dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang
invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri
dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus (Rani, 2002).

2.4 Cara penularan diare


Penularan diare adalah kontak dengan tinja terinfeksi langsung, seperti
(Surininah, 2005) :

Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi,

baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan
yang kotor.

Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak

memasak air dengan benar

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai

buang air besar.


2.6 Gejala Klinis Diare
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
10

berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat


menyebabkan

kematian

karena

kekurangan

cairan

di

badan

yang

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa


asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas,
perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah.
Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas
lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga
rendah, pCO2 normal.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare
akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan
akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita
menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat
11

menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan


intravena tanpa alkali (Nelwan, 2001).

2.7 Pencegahan diare


Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi
promosi kesehatan danpencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliput i
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab
dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan
peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukanpada yang menderita diare
atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan
diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk
mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
12

(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan


oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis
pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia
untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap
ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit
diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu deterus mengkonsumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga
dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan
kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada
pasien. Penderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga
kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam
berinteraksi

atau

bermain

dalam

sepermainan.

2.8 Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh Diare

13

pergaulan

dengan

teman

Diare dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain


dehidrasi, baik ringan, sedang, maupun berat. Selain itu, diare juga
mengakibatkan berkurangnya cairan tubuh (hipovolemik), kadar natrium dalam
tubuh (hiponatremia), dan kadar gula gula dalam tubuh (hipoglikemia). Diare
terjadi karena adanya kuman yang masuk ke dalam usus halus, kemudian
berkembang biak di dalamnya. Kuman yang menempel pada dinding usus ini
menyebabkan dinding usus rusak. Usus yang terinfeksi akan mengeluarkan
cairan dan lendir (Wulan, 2006).
Pada keadaan tertentu, infeksi akibat kuman-kuman ini juga dapat
menyebabkan perdarahan. Kuman juga mengeluarkan racun diaregenik
penyebab hipersekresi (peningkatan volume buangan) yang mengganggu
transportasi cairan dan elektrolit sehingga cairan menjadi encer. Selain encer,
tinja orang yang mengalami diare kadang juga mengandung darah. Jika diare
terus berlangsung akan menyebabkan kematian terutama pada pasien balita.
Akibat kekurangan elektrolit (terutama natrium dan kalium), tubuh akan
bertambah lemas dan tidak bertenaga yang berujung pada penurunan
kesadaran, bahkan kematian. Kondisi akan semakin parah jika diare disertai
oleh muntah-muntah (Wulan, 2006).
BAB III
ANALISIS SITUASI

1. Demografi

14

1.1. Data Wilayah


Wilayah kerja Puskesmas Genuk terletak di bagian Timur dari Kota
Semarang. Berada di Kelurahan Genuksari di wilayah Kecamatan Genuk.
Kecamatan Genuk terdiri atas 13 kelurahan dengan 2 Puskesmas Induk yaitu
Puskesmas Genuk dan Puskesmas Bangetayu.
1.2. Batas Wilayah
-

Utara : Laut Jawa

Selatan: Kabupaten Demak

Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu

Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari

1.3. Luas Wilayah


Luas wilayah kerja Puskesmas Genuk adalah seluas 1.318,203 Ha

1.4. Jumlah Kelurahan


Puskesmas Genuk mempunyai 7 Kelurahan binaan yaitu :
a. Genuksari
b. Banjardowo
c. Trimulyo
15

d. Muktiharjo Lor
e. Terboyo Kulon
f. Terboyo Wetan
g. Gebangsari
1.5. Keadaan Geografis
Ketinggian tanah dari permukaan air laut 1,5 2 meter, makin kearah
utara makin rendah sehingga bila hujan lebat hampit semua wilayah (2/3
wilayah) tergenang banjir. Selain itu juga terdapat 3 Kelurahan yaitu Trimulyo,
Terboyo wetan dan Terboyo Kulon yang terkena air pasang (rob) yang
mengakibatkan banjir.
1.6. Keadaan Penduduk
Tabel. 1. Luas Wilayah, Jumlah Desa / Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah
Rumah Tangga dan kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Puskesmas
Genuk Tahun 2010

NO

KELURAHAN

RATARATA
JIWA /
RUMAH
TANGGA

KEPADATAN
PENDUDUK
(km2)

LUAS
WILAYA
H (km2)

JUMLAH
PENDUDUK

JUMLAH
RUMAH
TANGGA
(KK)

2445

13388

2772

191,25

5,47

1.

GENUKSARI

2.

BANJARDOWO

3241,62

7262

1905

158,63

2,00

3.

TRIMULYO

3323,64

3350

883

186,11

1,00

4.

TERBOYO

2425,9

1371

288

171,37

0,56

16

WETAN
5.

GEBANGSARI

497,99

7221

1639

126,68

14,5

6.

MUKTIHARJO
LOR

1172,86

4351

1280

197,77

3,70

7.

TERBOYO
KULON

1975,01

584

164

94

0,29

15.082

37.527

8.931

1125.83

27.56

JUMLAH

Tabel. 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban
Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kecamatan Puskesmas Genuk Tahun 2010

JUMLAH PENDUDUK
NO

KELURAHAN

RASIO BEBAN

Laki Laki

Perempuan

TANGGUNGAN

RASIO
JENIS
KELAMIN

1.

GENUKSARI

6702 Iiwa

6686 jiwa

47,7

100,5

2.

BANJARDOWO

3679 Jiwa

3583 jiwa

61,9

103,8

3.

TRIMULYO

1706 Jiwa

1644 jiwa

46,4

102,8

4.

TERBOYO

705 Jiwa

666 jiwa

81,3

105,9

3574 Jiwa

3647 jiwa

38,7

98,1

2243 Jiwa

2108 jiwa

45,8

106,8

299 Jiwa

285 jiwa

72,9

102,6

18.908 Jiwa

18.619 jiwa

49,4

101,8

WETAN
5.

GEBANGSARI

6.

MUKTIHARJO
LOR

7.

TERBOYO
KULON
JUMLAH

Tabel. 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Genuk
Tahun 2010
17

JUMLAH PENDUDUK
LAKI LAKI

KELOMPOK
NO
UMUR (tahun)

Laki Laki

Perempuan

+
PEREMPUAN

<1

321

317

638

14

2244

2156

4400

59

1732

1563

3295

10 14

1752

1659

3411

15 19

1703

1693

3396

20 24

1829

1788

3617

30 34

1709

1661

3370

35 39

1359

1372

2731

10

40 44

1241

1191

2342

11

45 49

1121

1076

2197

12

50 54

794

973

1767

14

60 64

433

452

885

15

65 69

349

263

612

16

70 74

17

75+

18

1.7. Sosial Budaya


Tabel. 4. Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Kelurahan Puskesmas
Genuk Tahun 2010

TINGKAT
PENDIDIKA
N

KELURAHAN
GENUK
SARI

BANJA
R

TRI
MULYO

TERBOYO GERBANG
WETAN

SARI

DOWO

MUKTIHARJ
O

TERBOYO
KULON

LOR

Tidak / belum
pernah sekolah :
- laki laki

507

974

213

178

476

569

568

193

144

396

789

872

263

465

10

403

112

422

497

179

255

352

105

- laki laki

2465

1173

489

132

284

489

49

- perempuan

855

792

371

111

214

444

42

- laki laki

1578

672

403

15

314

512

62

- perempuan

1060

369

255

13

222

292

48

420

31

- perempuan
Tidak / belum
tamat SD :
- laki laki
- perempuan
SD / MI :

SLTP / MTs :

SLTA / MA :
19

- laki laki

1468

602

459

17

1632

- perempuan

1249

430

269

17

1129

92

41

54

75

23

35

- laki laki

69

61

- perempuan

59

40

AK /
DIPLOMA :
- laki laki

417

16

215

27

21422

65

689

12

44

548

- perempuan
UNIVERSITAS:

2. Input
2.1. Man
Persebaran tenaga kesehatan di Puskesmas : 26
1. Medis : 5 (60%)
2. Perawat dan bidan : 17 (100%)
3. Farmasi : 1 (100%)
4. Gizi : 1 (100%)
5. Teknisi medis: 1 (100%)
6. Sanitasi : 1 (100%)

20

Tabel 5. Data Pegawai Puskesmas Genuk Tahun 2010

NO

1.

PEGAWAI

Dokter umum

JUMLAH

JUMLAH

YANG

YANG

ADA

DIBUTUHKAN

KETERANGAN

sebagai

Ka.Puskesmas
1

tidak

bisa

melaksanakan tugas
fungsional
2.

Dokter gigi

3.

Bidan

4.

Perawat

5.

Perawat gigi

6.

Pembantu perawat

7.

Sanitarian

8.

Analis kesehatan

9.

Gizi

10.

Apoteker

11.

Asisten apoteker

12.

Juru imunisasi

13.

Administrasi

14.

Harlep

15.

Wiyata bhakti

Penjaga malam
2 = bidan
1 = perawat
1 = perawat gigi

21

1 = sopir

Tabel 6. Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Puskesmas Genuk Tahun 2010
UNIT KERJA

JUMLAH TENAGA MEDIS


Dokter

Dokter

Dokter

Spesialis

Umum

Gigi

Jumlah

Dokter
Keluarga

PUSKESMAS GENUK
-

13,48

2,70

RASIO TERHADAP 100.000


PDDK

Tabel 7. Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana Kesehatan Puskesmas Genuk Tahun


2010

UNIT KERJA

TENAGA KEPERAWATAN
PERAWAT

PUSKESMAS
GENUK

BIDAN

S1

D III

Lulusan

Perawat

Perawat

SPK

10

22

Jumlah

D III

Bidan

Jumlah

Bidan
11

SUB JUMLAH
I
(PUSKESMAS)

10

11

SUB JUMLAH
II (RUMAH
SAKIT)

INSTITUSI
DIKNAKES
(DIKLAT)

SARANA
KESEHATAN
LAIN

DINAS
KESEHATAN
KAB/KOTA

JUMLAH
KAB/KOTA

10

11

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kefarmasian Dan Gizi Di Sarana Kesehatan Puskesmas Genuk
Tahun 2010

UNIT KERJA

TENAGA KEFARMASIAN
Apoteker

PUSKESMAS

S1

D-III

Ass

Farmasi

Farmasi

Apoteker

TENAGA GIZI
Jumlah

D-

D-

D-I

IV/S1

III

Gizi

Gizi

Gizi

Jumlah

GENUK
SUB JUMLAH
I
23

(PUSKESMAS)

RASIO

2,70

TERHADAP
100.000 PDDK

Tabel 9. Jumlah Tenaga Teknisi Medis Di Sarana Kesehatan Di Puskesmas Genuk


Tahun 2010
TENAGA TEKNISI MEDIS
UNIT KERJA
Analis Lab
PUSKESMAS

Fisio

Tem&
P.Rontgen

P. Anastesi

Jumlah
Terapis

GENUK
SUB JUMLAH I
(PUSKESMAS)
SUB JUMLAH II
(RUMAH SAKIT)
INSTITUSI
DIKNAKES
(DIKLAT)
SARANA
KESEHATAN
LAIN
DINAS
KESEHATAN
24

KAB/KOTA
JUMLAH

KAB/KOTA

Tabel 10. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Sanitasi Di Sarana Kesehatan
Puskesmas Genuk Tahun 2010
TENAGA KESEHATAN
UNIT KERJA

TENAGA KESMAS
Sarjana

D-III

Kesmas

Kesmas

TENAGA SANITASI

Jumlah

D-III

D-I

Sanitasi

Sanitasi

Jumlah

PUSKESMAS
GENUK

SUB JUMLAH I
(PUSKESMAS)

SUB JUMLAH II
(RUMAH
SAKIT)

INSTITUSI
DIKNAKES
(DIKLAT)

SARANA
KESEHATAN
LAIN

DINAS
KESEHATAN
KAB/KOTA

JUMLAH
KAB/KOTA

Tabel 11. Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formal Di Kecamatan
Genuk Puskesmas Genuk Tahun 2010
25

PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Jumlah
Pekerja
Informal

Jumlah Yang
Dilayani

Jumlah
Pekerja
Formal

Jumlah
Yang
Dilayani

10975

37735

343.82

7,718

2,372

30.73

343.82

7,718

2,372

30.73

Jumlah
(Kab/Kota)

2.2. Money
Untuk melaksanakan Program kegiatan dl Puskesmas Genuk
membutuhkan dana yang cukup yang bersumber dari APBN, APBD II,
ASKES dan Jamkesmas. Adapun perincian besar dana adalah sebagai
berikut :
Tabel 12. Jumlah Sumber Dana Puskesmas Genuk Tahun 2010
NO

SUMBER

JUMLAH

KETERANGAN

DANA
1.

APBD

Rp. 366.090.000

2.

JAMKESMAS

Rp. 148.110.100

2.3. Machine
2.3.1. Sarana Kesehatan Yang Ada
26

Puskesmas induk

: 1 buah

Pustu

: 2 buah (Gebangsari, Muktiharjo)

Posyandu

: 42 buah

2.3.2. Sarana Penunjang


2.3.2.1. Penunjang Medis
-

Minor set, alat pengukur vital sign, dan alat diagnostik


lainnya

Satu dental set

Mikroskop monocular 1 buah

Sarana obat : jumiah cukup, jenis terbatas dan dalam


keadaan baik

2.3.2.2. Penunjang Non Medis


-

Loket pendaftaran

Ruang balai pengobatan

Ruang KIA / KB

Ruang poli gigi


27

Ruang kesling

Laboratorium

Apotek dan gudang obat

Kantor kepala Puskesmas

Ruang tata usaha dan toilet

Ruang imunisasi

Ruang rawat inap

2.3.2.3. Sarana Penunjang Lain


-

Mobil puskesling : 1 buah

Sepeda Motor

: 3 buah

2.4. Metode
Sistem pelayanan di Puskesmas Genuk sesuai standard pelayanan
minimal. Setelah dihitung cakupan hasil kegiatan selama 12 bulan dari
bulan Januari Desember 2010, masih terdapat beberapa cakupan hasil
kegiatan yang belum memenuhi harapan. Sudah dilakukan pendataan
kunjungan pasien dalam CM.
2.5. Material
Penyediaan material di Puskesmas Genuk melalui proses rapat dengan
kepala Puskesmas, bendahara barang dan staf pemegang program. Dimana
tiap pemegang program mengusulkan barang yang dibutuhkan. Kemudian
28

dibuat daftar pengadaan barang dan di pilih mana yang paling dibutuhkan
dan sesuai dengan anggaran. Kebutuhan barang diajukan dalam Rencana
Kerja Anggaran (RAK) kemudian dikumpulkan di DKK dan diajukan ke
Pemerintah Kota (Pemkot). Kalau RAK tersebut disetujui maka RAK akan
berubah jadi Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) yang akan disahkan
oleh kepala pejabat pengelola keuangan daerah setelah diuji oleh
BAPEDA, tim belanja, tim ahli walikota, tim pembangunan dan dibahas
ke DPRD. setelah ada persetujuan maka bendahara mengajukan pencairan
dana berupa SPP (Surat permintaan Pembayaran) dan SPM (Surat Perintah
Membayar) ke DPKAD (Dinas Pengelola Keuangan dan Anggaran
Belanja Daerah). Setelah dananya

keluar, maka bendahara melakukan

belanja barang yang dibutuhkan dan dipertanggungjawabkan melalui SPJ


(Surat Petanggungjawaban keuangan). Tetapi untuk belanja > 5 juta,
melalui rekanan (pihak ketiga).

3. Proses Manejemen
Berdasarkan wawancara dan pengamatan mengenai proses manajemen di
Puskesmas Genuk, diperoleh data sebagai berikut :
3.1. Perencanaan (P1)
3.1.1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini semua koordinator program menjadi perencana
program Puskesmas. Bahan perencanaan diberikan oleh kepala
29

Puskesmas dengan mengacu pada hasil evaluasi tahun yang lalu dan
Standar Pelayanan Minimal tahunan. Kepala Puskesmas bersama tim.
mengadakan pengkajian bersama

di dalam

membuat Perencanaan

Tingkat Puskesmas (PTP). Kemudian Kepala Puskesmas mengadakan


sosialisasi PTP kepada seluruh petugas Puskesmas.

3.1.2. Tahap Analisis Situasi


Sumber data diperoleh dari laporan setiap bulan (tanggal 1 - 5) dari
pemegang program kepada Kepala Puskesmas. Data diolah dengan
menggunakan rumus-rumus yang ada di SPM (Standar Pelayanan
Medik) dan disajikan sesuai form yang disajikan Dinkes.
Data pencapaian tahun yang lalu diperoleh dengan cara setiap, bulan
dikumpulkan lalu diolah di akhir tahun. Kemudian dianalisis dan dicari
penyebab masalah sesuai fakta riil yang ada yaitu dengan mengadakan
kunjungan langsung. Kemudian dibuat pemecahan masalahnya.

3.1.3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan


Masalah dan penyebab masalah dirumuskan sesuai data riil dengan
turun langsung ke, lapangan oleh Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas.
Perumusan pemecahan masalah menggunakan pendekatan pernecahan
masalah secara analitik dan dirumuskan setelah turun langsung ke
30

lapangan. Kemudian disusun prioritas pemecahan masalah dan dijadikan


RUK
3.1.4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
.

Setelah menyasun RUK dilakukan penyusunan RPK. Hambatan


hambatan yang ditemui dalam menyusun RPK antara lain perihal dana
dan tenaga yang turun langsung ke lapangan. Sedangkan hambatan
potensial sudah dianalisis berdasarkan sumber daya yang ada. Hambatan
dana diatasi dengan cara mencari sumber dana yang bisa didekati untuk
digunakan, sedangkan hambatan tenaga diatasi dengan menggerakkan
tenaga yang ada semaksirnal mungkin. Dalarn penyusunan PTP
dibutuhkan dukungan kerja sama lintas program dan lintas sektoral serta
bimbingan teknis.

3.2. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)


3.2.1. Pengorganisasian
Puskesmas telah mempunyai struktur organisasi yang sesuai
dengan fungsi Puskesmas. Terdapat pembagian tugas, wewenang,
dan tanggung jawab setiap staf yang jelas. Walaupun ada
perangkapan tugas dalam sruktur organisasi Puskesmas, tetapi
perangkapan tugas itu tidak mengganggu kelancaran tugas. Setiap
staf juga sudah membuat uraian tugasnya dan dalam pelaksanaan
tugas setiap petugas juga sudah membuat jadwal kegiatannya
3.2.2. Kerjasama Lintas Program
31

Penggalangan kerja sarna lintas program dilaksanakan dalam bentuk


Lokakarya Mini. Lokakarya Mini yang merupakan pertemuan rutin
antara pimpinan dan staf ini dilakukan 12 kali dalam setahun dan
terakhir dilaksanakan pada bulan Januari 2011. Pada lokakarya ini
dibahas pembagian tugas masing masing staf berupa:
1) Tugas pokok merupakan tugas pelayanan dan pembinaan
kesehatan masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan
fungsi Puskesmas dan berhubungan dengan. pelayanan dan
pembinaan

kesehatan

masyarakat

di

Puskesmas

yang

dilaksanakan dalarn bentuk kegiatan pokok.


2) Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta
masyarakat, yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang
berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat.
3) Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada
setiap petugas berdasarkan kesepakatan bersama serta atas
perintah pimpinan.
Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dibuatkan prosedur kerja
yang merupakan rangkaian kerja yang berkaitan satu sama lain.
Selain itu juga dibuatkan protap-protap baik medis, teknis, maupun
administratif.
3.2.3. Kerjasama Lintas Sektoral

32

Puskesmas melakukan kerja sama lintas sektoral dalam. bentuk


rapat koordinasi kecamatan yang dilakukan tiap 3 bulan (tergantung
undangan), juga dilakukan jika ada kegiatan bersama yang
dilaksanakan lintas sektor. Dalam pertemuan rutin ini dibahas
program-program sektoral yang mempunyai kesamaan sasaran
dengan program kesehatan. Hasil perternuan tersebut. berbentuk
kesepakatan, pembentukan tim, dan informasi yang kemudian akan
ditindaklanjuti.
3.2.4. Kerjasama Lintas Wilayah
Puskesmas menjalin kerja sama lintas wilayah dengan Puskesmas
lain terkait dengan masalah kesehatan yang menuntut adanya
kerjasama dan kesamaan dalarn tujuan yang ingin dicapai.
3.2.5. Motivasi Kerja
Pimpinan Puskesmas bertugas untuk meningkatkan motivasi
kerja staf agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam
bentuk motivasi kesadaran kerja, pujian, dan penghargaan. Bagi
program-program yang belum mencapai target, motivasi staf
dilakukan dengan cara mencari penyebab masalah dulu baru
dilakukan motivasi staf. Forum dialog antara staf dengan kepala
Puskesmas berada pada lokakarya mini yang dilakukan setiap bulan.
Bagi petugas yang melanggar peraturan atau melaksanakan tugas
tidak sesuai standar diberikan teguran lisan, bila sudah 3 kali teguran
33

lisan tetap tidak ada perubahan, maka diberikan teguran tertulis, dan
bila sudah 3 kali diberikan teguran tertulis tetap tidak ada perubahan,
maka selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan.

3.2.6. Pembimbingan
Pembimbingan oleh kepala Puskesmas dilakukan dalam bentuk
penyampaian informasi kebijakan terbaru kepada staf dan konsultasi
jika ada staf yang berkonsultasi sehubungan dengan masalah tugas
yang dihadapinya. Juga tersedia buku rujukan kepustakaan sebagai
bahan peningkatan pengetahuan.

3.3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)


3.3.1. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh pimpinan Puskesmas dan dibantu
oleh koordinator dari masing-masing kegiatan Puskesmas. Kepala
Puskesmas dapat mengawasi secara langsung ataupun mengawasi
para koordinator dari laporan mereka masing-masing setiap bulannya
di Lokakarya Mini. Selain itu juga ada feed back dari Dinas
Kesehatan Kota. Juga ada laporan inventaris barang dan buku laporan
keuangan.
34

3.3.2. Pengendalian
Kepala Puskesmas melakukan pengendalian pelaksanaan program
melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Kepala Puskesmas
memiliki kewenangan melakukan tindakan koreksi bila terjadi
penyimpangan. Selain itu, hasil pemantauan selalu dikomunikasikan
dengan pihak terkait dan dilakukan pengawasan setiap ada kegiatan.
3.3.3. Penilaian
Untuk meningkatkan hasil dan daya guna, perencanaan dan
pelaksanaan program serta memberi petunjuk dalam pengelolaan
tenaga, dana, dan fasilitas untuk program yang ada pada saat ini dan
yang akan datang dilakukan penilaian dengan memakai instrumen
data cakupan. Tahap-tahapnya. adalah sebagai berikut :
1)

Menentukan indikator (standar) sesuai target yang ditetapkan


Dinkes Kota

2)

Menampilkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dengan


dihitung melalui

SP2TP, PWS, dan akhimya dirangkum di

SPM
3)

Membandingkan

akumulasi

hasil

kegiatan

yang

telah

dilaksanakan pertahunnya dengan standar yang diharapkan


4)

Mencari alasan-alasan terjadinya penyimpangan

5)

Menetapkan cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan


tersebut
35

6)

Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut.

4. Keluaran
Hasil kegiatan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Genuk
periode Januari Desember 2012 meliputi 6 upaya pokok pelayanan kesehatan
wajib.
5. Dampak
5.1. Data 10 Besar Penyakit (bulan Januari 2012)
1. ISPA (666 jiwa)
2. Nyeri kepala (154 jiwa)
3. Observasi febris (147 jiwa)
4. Dermatitis lainnya (120 jiwa)
5. Gangguan otot lainnya (104 jiwa)
6. Penyakit Pulpa & jaringan peripikal (97 jiwa)
7. Influenza (91 jiwa)
8. Gastritis (83 jiwa)
9. Tuberculosis (76 jiwa)
10. Diare (75 jiwa)

36

5.2. Jumlah kelahiran, Kematian Bayi dan Balita


Tabel 13. Jumlah Kelahiran dan Keamtian Bayi dan Balita Puskemas Genuk Tahun
2010
JUMLAH
NO

KELURAHAN

KELAHIRAN
Lahir

Lahir

Hidup

Mati

JUMLAH
BAYI
MATI

JUMLAH
BALITA

JUMLAH
BALITA
MATI

GENUKSARI

359

1,436

BANJARDOWO

155

620

TRIMULYO

92

368

TERBOYO

33

132

98

392

103

412

32

WETAN
5

GEBANGSARI

MUKTIHARJO
LOR

TERBOYO
KULON

37

5.3. Jumlah Kematian Ibu


Tabel 14. Jumlah Kematian Ibu Maternal Puskesmas Genuk Tahun 2010
JUMLAH
NO

KELURAHAN

JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL

LAHIR

Kematian

Kematian

Kematian

HIDUP

Ibu Hamil

Ibu Bersalin

Ibu Nifas

Jumlah

GENUKSARI

359

BANJARDOWO

155

TRIMULYO

92

TERBOYO

33

98

103

848

WETAN
5

GEBANGSARI

MUKTIHARJO
LOR

TERBOYO
KULON
JUMLAH

ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (dilaporkan)

6. Visi dan Misi Puskesmas

38

Puskesmas Genuk memiliki visi sebagai tempat pelayanan kesehatan adalah


menjadikan Puskesmas sebagai pemberi pelayanan Kesehatan Dasar yang ramah
dan prima".
Visi

Puskesmas

dalam

Pembangunan

Kesehatan

adalah

Tercapainya

Kecamatan Sehat 2015


Adapun misi Puskesmas Genuk adalah :
1. Memberikan pelayanan sesuai standart, berkualitas, terjangkau, tepat waktu dan
tepat guna serta merata
2. Memberikan pelayanan yang ramah dengan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sentuh
dan Sembuh)
3.

Menggerakkan Pembangunan Masyarakat yang berwawasan kesehatan

4.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat


beserta lingkungannya

5.

Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

BAB IV
39

STATUS PRESENT

3.1 IDENTITAS
3.1.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny.M

Umur

: 44 th

Jenis Kelamin

:Perempuan

Alamat

: Banjardowo Rt. 02/ Rw 02.

Agama

: Islam

Tanggal Berobat

: 24 Desember 2012

3.2 KELUHAN PASIEN


Keluhan Utama : BAB cair 15 kali sehari
3.3 ANAMNESIS
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang ibu datang dengan keluhan BAB 15 kali sehari sebanyak
gelas belimbing, sejak 9 hari yang lalu. Konsistensi cair, warna
kekuningan, tidak ada ampas, tidak berlendir ,tidak ada darah, saat BAB
tidak nyemprot dan tidak berbau asam. Pasien juga mengeluh kalau merasa
mual dan terkadang muntah. Minum menjadi lebih sering dan banyak.
Kencing tetap seperti biasa, warna kuning jernih, cukup banyak, lancar.
40

Nafsu

makan menurun, pasien merasa kelelahan,. Pasien bercerita

sebelumnya pasien makan indomie goreng Lombok ijo, kemudian setelah


beberapa saat pasien merasakan kurang enak perutnya, pasien BAB terus
hingga lebih dari 15 x sehari. Sebelum periksa ke puskesmas genuk pasian
sudah minum diapet tapi tidak kunjung membaik sehingga pasian
memutuskan untuk periksa ke puskesmas genuk.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah menderita diare namun tidak pernah seberat ini.
Biasanya pasien hanya diobati dengan obat warung dan segera sembuh.
Pasien menderita penyakit diabetes mellitus sejak 4 tahun yang lalu dan pasien
pernah dirawat dirumah sakit karena ulkus diabetikum.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dari pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan suami dan 2 anaknya. Pasien bekerja sehari hari
sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung oleh ASKES.

3.4 PEMERIKSAAN FISIK


Seorang wanita berusia 44 tahun.
41

Kesan umum : lemah

Kesadaran: Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 88 x/ menit

Laju nafas

: 26 x/ menit

Suhu

: 36,8 C (axilla)

Status Internus :
a.

Kepala

: mesocephale

b.

Mata

: cekung (-/-),konjungtiva anemis(-/-),sklera ikterik(-/-)

c.

Hidung

: bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

d.

Telinga

: bentuk normal, discharge (-/-)

e.

Mulut

: bentuk normal, bibir kering (+), bibir sianosis (-)

f.

Tenggorok

g.

Leher

h.

Dinding thorax :

: faring hiperemis (-)

: simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

Paru
Inspeksi

: tidak ada retraksi

Palpasi

: pergerakan hemithorak yang tertinggal (-),


stem fremitus: tidak dinilai

Perkusi

: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar : Vesikuler, suara tambahan (-)


Jantung
42

i.

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: normal

Auskultasi

: BJ I-II regular, bising (-)

Abdomen
Inspeksi

: datar

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi
j.

k.

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor < 2detik.

Ekstremitas :

Superior

Inferior

Akral dingin

-/-

Akral sianosis

-/-

-/-

Oedem

-/-

-/-

Capillary refill

< 2

< 2

Kulit

: Turgor kembali < 2 detik

3.5 DIAGNOSIS
Gastroenteritis Dengan Dehidrasi Sedang
43

-/-

3.6 TERAPI
R/

Infus RL 30 tetes/menit
Antasida : 3x1/ hari
Papaverin : 2x1/ hari
Nodiar : 2 tablet setiap habis BAB

3.7 Data Perkesmas


l. Identitas keluarga
Tabel 3.1. Data Identitas Anggota Keluarga
No.

Hub. Dgn
pasien
Pasien

Jenis
Kelamin
perempuan

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

1.

Anggota
Keluarga
Ny.S

44 th

SD

Islam

1.

Tn. S

Laki - laki

50 th

D3

2.
3.

Ny. S
An. S

Kepala
Keluarga
Istri
Anak

Ibu Rumah
Tangga
PNS

Laki- laki
Perempuan

30 th
16 th

S1
SLTA

Wiraswasta

Islam
Islam

Islam

2. Data Lingkungan
a. Data Individu :
Pasien usia 44 th, seorang rumah tangga tinggal serumah dengan suami dan 2
anaknya.

b. Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan berasal dari suami.
Pasien berobat dengan ASKES.
44

c. Lingkungan Rumah
Rumah pasien luasnya 5 m x 10 m = 50 m2 yang dihuni oleh 4 orang
sehingga didapatkan kepadatan rumah 12,5 m2/orang. Rumah pasien disertai
ventilasi cukup dibagian depan, tetapi ventilasi pada daerah dapur dan kamar
tidur tidak ada. Lantai rumah bagian depan keramik dan lantai rumah bagian
belakang semen. Pintu rumah pasien selalu tertutup. Lingkungan sekitar
rumah padat. Pada halaman depan rumah terdapat selokan. Ayam yang ada di
rumah tidak dibuatkan kandang. Pasien tidur di kasur di depan TV bukan di
kamar. Pembuangan sampah dibakar dibelakang. Pengambilan air bersih dari
sumur artretis. Jarang mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.
d. Masyarakat
Keluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan hubungan dengan
orang lain baik. Tetangga pasien tidak ada yang menderita sakit diare.
3. Data Perilaku
Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga, sering kelelahan
jadi sering lupa makan, sering makanan jajanan dari pasar, jarang mencuci
tangan sebelum makan dan sesudah makan.

4. Data Akses Pelayanan yang Terdekat


Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Genuk. Cara tempuh dengan
kendaran pribadi (motor).
45

5. Data Genetika

Gambar 3.1. Data Genetika


Keterangan :
: Laki-laki

: Pasien
: Perempuan

Lingkungan
Luas rumah 5 m x 10 m = 50 m2 yang dihuni oleh 4
orang rumah 12,5 m2/orang. Kebersihan rumah cukup,
WC/jamban punya sendiri, dan pertukaran udara cukup.

Diare

Genetik:

Pelayanan Kesehatan:
Tidak ada masalah

Tidak ada masalah


3.2 HL BLUM
Perilaku
Sibuk bekerja
Istirahat kurang
Jarang makan

46

Makan sembarangan
Jarang mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.

BAB V
PEMBAHASAN

47

Berdasarkan perjalanan penyakit pasien, yaitu sejak 2 hari yang lalu, pasien
datang dengan keluhan BAB 3 kali sebanyak gelas belimbing, konsistensi cair,
warna kekuningan, ampas tidak ada, tidak ada darah dan tidak ada lendir, saat BAB
tidak nyemprot dan tidak berbau asam. Pada pemeriksaan didapatkan bibir kering, dan
peristaltik usus meningkat. Pasien diberikan pengobatan antasida, nodiar, paracetamol,
dan tetracyclin.
Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya kasus diare maupun
timbulnya penyakit diare pada kasus ini, yaitu :
Pasien Ny.S berusia 44 th, tinggal di dalam rumah dengan Luas rumah 5m x 10
m=50 m2, ventilasi bagian kamar tidur dan dapur tidak ada namun rumah bagian depan
bagian ruang tamu ventilasi cukup. Kebersihan kesehatan lingkungan cukup baik, WC
mempunyai sendiri, Jarang mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, seharihari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, istirahat kurang karena sering melakukan
pekerjaan rumah, sering membeli makan nasi bungkus saat dipasar, makan malasmalasan, bak mandi di rumah kotor, kondisi dapur juga kurang bersih, pasien memliki
riwayat diabetes mellitus. Pasien tinggal dengan suami dan 2 anaknya. Pembuangan
sampah di samping rumah. Sumber air yang digunakan dari sumur artetis, pasien tidak
memiliki riwayat penyakit paru-paru dan jantung. Pasien hanya memiliki riwayat sakit
diabetes mellitus, genetik tidak ada masalah. Biasanya jika pasien dan keluarga sakit
berobat langsung ke puskesmas Genuk yang menurut pasien pelayanan dari puskesmas
sudah baik.

48

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
49

Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh terhadap terjadinya diare pada kasus ini berdasarkan
pendekatan HL Blum adalah :
5.1.1

Perilaku
o Sibuk bekerja: melakukan pekerjaan rumah dan sering kelelahan.
o Istirahat kurang
o Malas makan
o Makan sembarangan: jajan dipasar.
o Jarang mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.

5.1.2

Lingkungan
Luas rumah 5 m x 10 m = 50 m 2 yang dihuni oleh 4 orang rumah
12,5 m2/orang.
Kebersihan rumah kurang dan kurangnya pertukaran udara karena
jendela rumah jarang dibuka dan dapur tidak ada ventilasi.

5.2

Saran
5.2.1 Untuk pasien
o

Makan teratur dengan gizi seimbang


50

o Istirahat cukup
o

Tidak makan sembarangan atau jajan sembarangan di pasar dan


makan makanan yang sehat

o Minum yang banyak agar tidak dehidrasi


o

Menjaga perilaku hidup bersih (menjaga kebersihan rumah, tempat


makan, tempat tidur, pakaian, kamar mandi)

Selalu mencuci tangan sebelum makan sesudah makan, sesudah


BAB dengan bersih.

5.2.2 Untuk Keluarga

Mengawasi tanda-tanda dehidrasi

Segera bawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat jika mengetahui


sakit

Mengingatkan ibunya untuk makan teratur, jangan terlalu sibuk


bekerja, dan istirahat cukup.

Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan rumah.

Menambah ventilasi udara dan dibuka setiap pagi.

Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan,sesudah


makan,sesudah BAB dengan bersih.

5.2.3

Tidak membeli jajan sembarangan.

Untuk Puskesmas
51

Agar lebih meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif


untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
penyebab, akibat dan cara penanganan pertama diare dan dampak buat
lingkungan.
Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko dan bahaya
diare.

BAB VII
PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada penderita


diare di Puskesmas Genuk. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting dan
bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat
52

sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta
dalam pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam
usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Genuk.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin,
Ridwan.
Identifikasi
Masalah
Kesehatan.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/04/26/bab-v-identifikasi-masalahkesehatan/. Pada Selasa, 22 Agustus 2012, 14.05.

Deparetemen Kesehatan, 2004, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta : Depkes RI.


Departemen kesehatan RI, 2006, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Penetapan
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat, Jakarta.

53

Departemen Kesehatan, 2004, Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor : 128


/Menkes/SK/V/2004 Tahun 2004 tentang Tujuan Pembangunan Kesehatan Tahun
2004, Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan, 2005, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2007, ARRIF : Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat,
Jakarta.
Nelwan RHH. Penatalaksanaan Diare Dewasa di Milenium Baru. Jakarta: Pusat
Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2001. 49-56.
Notoatmojo, Soekidjo Prof, DR, Ilmu Kesehatan Masyarakat,Jakarta, Rineka Cipta,
2007
Profil Kesehatan Jawa Tengah 2008
Profil Kesehatan Semarang 2010
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Jakarta:
Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.
Soehardi R, Karnaini, Tedjo Saputro W, et al, Ed : Pedoman Praktis Pelaksanaan
Puskesmas, Balai Pelatihan Kesehatan Salaman, Magelang.

GAMBAR PENELITIAN

Teras rumah pasien

54

Lantai rumah, hanya sebagian yang dikeramik

Dapur rumah pasien

Kamar mandi pasien

Tempat pembuangan sampah

Meja makan pasien

55

Dapur rumah pasien

Tempat cuci piring

56

You might also like