You are on page 1of 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI DI WILAYAH KERJA


UPTD PUSKESMAS TELUK KARANG KECAMATAN BAJENIS
KOTA TEBINGTINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2015
Novianti Damanik1, Erna Mutiara2, Maya Fitria2
1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
2
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
ABSTRACT
The early complementary feeding is foods or drinks that contain nutrients
given to infants under 6 months of age. The early complementary feeding at this
time will reduce the coverage of exclusive breastfeeding. The coverage of
exclusive breastfeeding in the Puskesmas Teluk Karang was still low about 32,8%
(in 2014) while the national target was 80%. It is suspected related to factors of
social culture and family support. The purpose of this study was to understand
factors influenced the mothers in giving the early complementary feeding in
working area of UPTD Puskesmas Teluk Karang, Subdistrict of Bajenis, City of
Tebing Tinggi in 2015.
Type of this research was analytical observation study with the cross
sectional design. The research was done since November 2013 until January
2015. Population in this research were all mothers who had infant aged between
7-12 months in the working area of UPTD Puskesmas Teluk Karang, Subdistrict
of Bajenis, City of Tebing Tinggi which was being as samples as 106 mothers. The
multiple logistic regression is used to analyze the data.
The result of the research showed that the early complementary feeding is
high enough i.e 89,6%. From the multivariate analysis, it was proved that the
factors influenced the early complementary feeding are the social culture
(p=0,008) and the family support (p<0,001). The dominant factor influenced this
early complementary feeding was family support (coefficient of B=3,021).
Its suggested that breastfeeding mothers are not easily influenced by the
social culture in the communities and families are expected to provide support so
that mothers still exclusively breastfed, by fulfilling the nutritional needs during
lactation so that it produced breastfeed the qualified in the sufficient quantities.
Keywords: Early Complementary Feeding, Social Culture, Family Support
PENDAHULUAN
Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi
yang diberikan kepada bayi/anak
untuk memenuhi kebutuhan gizi.

MP-ASI
merupakan
makanan
transisi dari yang berbentuk cair
menjadi makanan semi padat.
Pemberian makanan pendamping
ASI secara tepat sangat dipengaruhi
perilaku ibu yang memiliki bayi.
Namun masih banyak ibu yang

memberikan makanan pendamping


ASI kurang dari 6 bulan yang dapat
menyebabkan
dampak
negatif
terhadap kesehatan bayi seperti diare
dan dapat menyebabkan kematian
pada bayi (Utami, 2012).
Secara global pada tahun 2012
angka kematian anak sebagian besar
disebabkan karena infeksi berulang
dan faktor gizi, terkait faktor gizi
diperkirakan
sebesar
45%.
Sesungguhnya dengan promosi ASI
eksklusif dan pemberian makanan
pendamping ASI yang tepat dapat
mengurangi risiko penyakit kronis,
angka morbiditas dan mortalitas
pada balita. ASI merupakan sumber
gizi terpenting bagi bayi untuk
memenuhi kebutuhannya. (WHO,
2014).
Menurut
Profil
Kesehatan
Indonesia tahun 2012 bahwasanya
tingkat kematian bayi di Indonesia
masih tergolong tinggi yakni 20 bayi
per 1000 kelahiran hidup jika
dibandingkan dengan negara-negara
anggota ASEAN, maka Indonesia
berada pada titik 4,2 kali lebih tinggi
dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi
dari Filipina, dan 2,2 kali lebih
tinggi dari Thailand (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,
2013).
Angka kematian bayi di
Indonesia
berdasarkan
sensus
penduduk pada tahun 2010 terdapat
26 per 1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi di daerah Kota Tebing
Tinggi
sekitar
22%
(Dinas
Kesehatan Provinsi Sumut, 2013).
Berdasarkan hasil survei awal
yang dilakukan di Puskesmas Teluk
Karang dari 16 ibu bayi yang
diwawancarai, bayi yang mendapat
ASI dan MP-ASI kurang dari 6
bulan sebanyak 10 orang (62,5%),

ibu yang menggunakan PASI dan


MP-PASI kurang dari 6 bulan
sebanyak 5 orang (31,25%) dan bayi
yang diberi ASI secara eksklusif 1
orang (6,25%). Dengan kata lain di
wilayah kerja puskesmas masih
banyak terdapat praktek pemberian
makanan pendamping terlalu dini
sebanyak 15 bayi (93,75%). Hal ini
sangat bertolak belakang dengan
harapan
pemerintah
tentang
pemberian ASI secara eksklusif
yakni pemberian ASI pada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa pemberian
makanan pendamping ASI sebesar
80%. Dari 15 responden terdapat 2
orang (13,33%) yang berumur < 20
tahun, 12 orang (80,0%) yang
berumur 20-35 tahun dan 1 orang
(6,67%) yang berumur >35 tahun
berdasarkan data diharapkan pada
usia reproduktif tingkat kematangan
seseorang
semakin
meningkat
sehingga sikap dan tindakan ibu juga
diharapkan bersifat mendukung
praktek pemberian MP-ASI > 6
bulan namun masih banyak terjadi
praktek
pemberian
makanan
tambahan pada bayi umur < 6
bulan. Dari segi pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dan pemberian
MP-ASI terdapat 13 orang (86,67%)
ibu berpengetahuan baik dan 2 orang
(13,33%) yang berpengetahuan tidak
baik namun masih banyak terdapat
praktek pemberian MP-ASI yang
salah. Dari segi pekerjaan terdapat
10 orang (66,67%) yang bekerja dan
5 orang (33,33%) yang tidak
bekerja, hal ini menyebabkan
intensitas pertemuan ibu dan bayi
berkurang dikarenakan ibu bekerja,
dimana pemberian ASI secara
eksklusif tidak berhasil sehingga
untuk memenuhi kebutuhan bayi
pengasuh (nenek) memberikan MP-

ASI kepada bayi < 6 bulan. Dari


segi sosial budaya dan dukungan
keluarga menyatakan bahwasanya
sudah
tradisi
di
masyarakat
pemberian
makanan
tambahan
seperti susu formula, air putih, nasi
tim pada saat umur bayi < 6 bulan.
Dari segi dukungan petugas
kesehatan 13 orang (86,67%)
menyatakan pernah mendengar
tentang ASI eksklusif namun ada
juga petugas yang menganjurkan
pemberian susu formula dan 2 orang
(13,33%) tidak tahu tentang ASI
eksklusif,
dukungan
petugas
kesehatan yang pro ASI sangat
dibutuhkan karena ibu/masyarakat
biasanya mendengarkan nasehat dari
petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penjelasan
pegawai Puskesmas Teluk Karang
bagian
gizi
bahwa
cakupan
pemberian ASI eksklusif tahun 2013
di wilayah kerjanya sekitar 45%
(dari 100 bayi usia 0-6 bulan hanya
45 bayi yang mendapat ASI
eksklusif) hal ini memang diakui
oleh pegawai puskesmas belum
mencapai
target
pemerintah,
disebabkan oleh banyak faktor
antara lain faktor ibu bekerja, faktor
dukungan tenaga kesehatan (tenaga
kesehatan yang tidak pro ASI
dikarenakan bekerjasama dengan
produk susu formula), faktor
dukungan keluarga, faktor sosial
budaya (bayi menangis berarti lapar
sehingga harus diberi makanan
tambahan padahal dalam ilmu
kesehatan makanan pendamping ASI
diberikan pada saat usia bayi telah
mencapai lebih dari 6 bulan karena
dianggap sistem pencernaan bayi
telah siap untuk menerima makanan
selain ASI dan bayi telah
membutuhkan zat gizi selain ASI).

Faktor-faktor di atas adalah salah


satu
penyebab
yang
bisa
memengaruhi
ibu
dalam
memberikan ASI secara eksklusif.
Menurut laporan kesehatan di
Puskesmas Teluk Karang Tahun
2013 bahwasanya dari 10 masalah
penyakit terbesar di wilayah kerja
Puskesmas Teluk Karang penyakit
diare terdapat diposisi kedua setelah
ISPA. Dan menurut laporan bulanan
pada bulan Januari tahun 2014
bahwasanya diare juga berada di
posisi kedua dimana pasien diare
sekitar 65,5% adalah balita. Hal ini
juga sebagai data penunjang
bahwasanya
penyakit
diare
merupakan salah satu dampak dari
pemberian MP-ASI terlalu dini.
Berdasarkan hasil survei awal
yang
dilakukan
menunjukkan
bahwasanya masih tingginya angka
pemberian MP-ASI secara dini di
wilayah kerja UPTD Puskesmas
Teluk Karang hal ini juga ditunjang
oleh data pemberian MP-ASI terlalu
dini di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Teluk Karang sebesar
67,8% maka dirumuskan masalah
yaitu
faktor-faktor
yang
memengaruhi ibu dalam pemberian
MP-ASI terlalu dini di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Teluk Karang
Kecamatan Bajenis Kota Tebing
Tinggi tahun 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
memengaruhi ibu dalam pemberian
MP-ASI terlalu dini di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Teluk
Karang Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi tahun 2015.
Adapun manfaat penelitian ini
adalah:
1. Bagi Responden

Dapat meningkatkan pengetahuan


ibu tentang pemberian MP-ASI
yang baik dan benar.
2. Bagi
Dinas
Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan
informasi kepada dinas kesehatan
dan instansi terkait dalam
menentukan
pembuatan
kebijakan tentang pemberian MPASI terlalu dini.
3. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan data objektif
kepada
puskesmas
tentang
pengetahuan ibu bayi terhadap
pemberian MP-ASI terlalu dini.
4. Bagi
Peneliti
Selanjutnya
Dengan adanya hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran sebagai
masukan/referensi pada peneliti
selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
observasional
yakni
penelitian
dilakukan
dengan
observasi atau pengamatan tanpa
memberikan intervensi pada variabel
yang akan diteliti. Penelitian ini
menggunakan pendekatan secara
cross sectional atau potong lintang
(Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu yang memiliki
anak bayi usia 7-12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Teluk Karang
Kecamatan Bajenis Kota Tebing
Tinggi, yaitu sebanyak 106 orang
pada bulan Januari 2015 dan
seluruhnya dijadikan sampel.
Aspek pengukuran:

1. Variabel Pemberian MP-ASI


terlalu dini diukur melalui 1
pertanyaan dengan skala
ordinal. Variabel ini dibagi
menjadi 2 kategori yakni:
(1) Pemberian
MP-ASI
terlalu dini
dilakukan
(1) Pemberian
MP-ASI
terlalu
dini
tidak
dilakukan
2. Umur diukur melalui ulang
tahun terakhir pada saat
wawancara. Data diukur
dengan
skala
ordinal.
Selanjutnya
dari
hasil
pengukuran
umur
dikategorikan menjadi:
(1) 19-30 tahun
(0) > 30 tahun
3. Pekerjaan
diukur
melalui
kegiatan atau aktivitas utama
responden setiap harinya yang
bekerja menghasilkan gaji atau
tidak. Selanjutnya dari hasil
pengukuran
pekerjaan
dikategorikan menjadi:
(1) Bekerja (PNS, petani,
wiraswasta, penjahit,
salon, dan lain-lain)
(1) Tidak bekerja (Ibu rumah
tangga)
4. Pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui 10
pertanyaan dengan menggunakan
skala ordinal, jika jawaban benar
diberi skor 1 dan jika jawaban
salah diberi skor 0. Pengetahuan
dibagi menjadi 2 kategori yakni:
(1) Pengetahuan buruk jika
jumlah skor 0-4 (50%) dari
total skor
(1) Pengetahuan
baik
jika
jumlah skor 5-10 (>50%)
dari total skor

5. Sosial Budaya
Sosial budaya diukur melalui 8
pernyataan yang mendukung
terjadinya pemberian MP-ASI
terlalu dini dengan menggunakan
skala ordinal, jika jawaban
mendukung diberi skor 0 dan jika
jawaban Tidak mendukung diberi
skor 1. Variabel sosial budaya
dibagi menjadi 2 kategori yakni:
(1) Mendukung
dalam
pemberian MP-ASI terlalu
dini (negatif), jika jumlah
skor 0-3 (50%) dari total
skor
(2) Tidak mendapat dukungan
dalam pemberian MP-ASI
terlalu dini (positif), jika
jumlah skor 4-8 (>50 %) dari
total skor.
6. Dukungan
Keluarga
Variabel dukungan keluarga
diukur melalui 8 pertanyaan
(negatif)
yang
mendukung
terjadinya pemberian MP-ASI
terlalu dini jika jawaban ya diberi
skor 0 dan jika jawaban tidak
diberi skor 1, dan 3 pertanyaan
(positif) yang tidak mendukung
terjadinya pemberian MP-ASI
terlalu dini jika jawaban ya diberi
skor 1 dan jika jawaban tidak
diberi
skor
0
dengan
menggunakan skala ordinal.
Variabel dukungan keluarga dan
masyarakat dibagi menjadi 2
kategori yakni:
(1) Mendapat dukungan dalam
pemberian MP-ASI terlalu
dini (negatif), jika jumlah
skor 6-12 (>50 %) dari total
skor

(2) Tidak mendapat dukungan


dalam pemberian MP-ASI
terlalu dini (positif), jika
jumlah skor 0-5 (50%) dari
total skor
7. Dukungan Petugas
Kesehatan
Variabel
dukungan
petugas
kesehatan diukur melalui 2
pertanyaan
(negatif)
yang
mendukung terjadinya pemberian
MP-ASI terlalu dini ASI jika
jawaban ya diberi skor 0 dan jika
jawaban tidak diberi skor 1, dan 2
pertanyaan (positif) yang tidak
mendukung terjadinya pemberian
MP-ASI terlalu dini ASI jika
jawaban ya diberi skor 0 dan jika
jawaban tidak diberi skor 1,
dengan
menggunakan
skala
ordinal.
Variabel
dukungan
petugas kesehatan dibagi menjadi
2 kategori yakni:
(1) Mendapat dukungan dalam
pemberian MP-ASI terlalu
dini (negatif), jika jumlah
skor 0-1 (50%) dari total
skor
(2) Tidak mendapat dukungan
dalam pemberian MP-ASI
terlalu dini (positif), jika
jumlah skor 2-4 (>50 %) dari
total skor
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Analisis ini berguna untuk
menggambarkan
atau
mendeskripsikan
variabel
independen
dengan
variabel

dependen dengan menggunakan


tabel distribusi frekuensi.
Untuk
melihat
distribusi
pemberian MP-ASI terlalu dini di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Teluk Karang dapat dilihat pada
Tabel 1:
Tabel 1. Pemberian MP-ASI di
Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas
Teluk
Karang
Kecamatan
Bajenis Kota Tebing
Tinggi Tahun 2015
No
1
2

Pemberian MPASI Terlalu Dini


Dilakukan
Tidak Dilakukan

95
11

89,6
10,4

Ibu yang memberikan MP-ASI


terlalu dini (< 6 bulan) pada bayinya
sebanyak 95 orang (89,6%) dan ibu
yang tidak memberikan MP-ASI
terlalu dini pada bayinya sebanyak
11 orang (10,4%).
Untuk
melihat
distribusi
frekuensi
umur,
pekerjaan,
pengetahuan,
sosial
budaya,
dukungan keluarga dan dukungan
petugas
kesehatan
terhadap
pemberian MP-ASI terlalu dini di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Teluk Karang dapat dilihat pada
Tabel 2:
Tabel 2. Distribusi
Frekuensi
Variabel Penelitian di
Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas
Teluk
Karang
Kecamatan
Bajenis Kota Tebing
Tinggi Tahun 2015
No
Faktor
1 Umur

20-30 tahun
> 30 tahun
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja

89
17

84,0
16,0

55
51

51,9
48,1

Tabel 2. (Lanjutan)
No
Faktor
3 Pengetahuan
Buruk
Baik
4 Sosial Budaya
Ada
Tidak Ada
5 Dukungan Keluarga
Mendukung (negatif)
Tidak
Mendukung
(positif)
6 Dukungan Petugas
Kesehatan
Mendukung (negatif)
Tidak
Mendukung
(positif)

24
82

22,6
77,4

97
9

91,5
8,5

93
12

87,7
12,3

12
94

11,3
88,7

Umur responden paling banyak


adalah umur 20-30 tahun sebanyak
89 orang (84,0%), pekerjaan
responden paling banyak adalah
bekerja sebanyak 55 orang (51,9%),
pengetahuan
responden
paling
banyak adalah pengetahuan baik
sebanyak 82 orang (77,4%) dan
paling sedikit adalah pengetahuan
buruk sebanyak 24 orang (22,6%),
sosial budaya paling banyak adalah
ada sosial budaya sebanyak 97 orang
(91,5%) dan paling sedikit tidak ada
sosial budaya sebanyak 9 orang
(8,5%),
dukungan
keluarga
responden paling banyak adalah
mendukung sebanyak 93 orang
(87,7%) dan paling sedikit adalah
tidak mendukung sebanyak 13 orang
(12,3%),
dukungan
petugas
kesehatan paling banyak adalah
tidak mendukung sebanyak 94 orang
(88,7%) dan paling sedikit adalah
mendukung sebanyak 12 orang
(11,3%).

dependen dengan menggunakan uji


Chi Square dengan tingkat
kemaknaan (Level of significance)
() = 0,05.
Dalam analisis ini juga dapat
dilihat variabel independen mana
yang masuk kriteria model analisis
multivariat
(p<0,25)
diuraikan
sebagai berikut:

Analisis Bivariat
Analisis ini berfungsi untuk
melihat
hubungan
variabel
independen
dengan
variabel
Tabel 3.

Hasil Analisis Bivariat Uji Chi-Square

No

Variabel

Umur
19-30 tahun
> 30 tahun
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Pengetahuan
Buruk
Baik
Sosial Budaya
Ada
Tidak Ada
Dukungan Keluarga
Mendukung (negatif)
Tidak Mendukung (positif)
Dukungan Petugas
Kesehatan
Mendukung (negatif)
Mendukung (positif)

2
3
4
5
6

Pemberian MP-ASI
Terlalu Dini
Tidak
Dilakukan
Dilakukan
n
%
n
%

79
16

79
15

10
1

9
1

89
17

100
100

1,000

48
47

87
92

7
4

12
7

55
51

100
100

0,613

19
76

79
92

5
6

20
7

24
82

100
100

91
4

93
44

6
5

6
55

97
9

100
100

<0,001

89
6

95
46

4
7

4
53

93
13

100
100

<0,001

10
85

83
90

2
9

16
10

12
94

100
100

0,610

Hasil
analisis
bivariat
ditemukan bahwa:
1. Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan umur ibu
dengan pemberian MP-ASI
terlalu dini (p=1,000).
2. Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan pekerjaan
dengan pemberian MP-ASI
terlalu dini (p=0,613).

Total

p-value

3. Hasil uji statistik chi-square


menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan pengetahuan
dengan pemberian MP-ASI
terlalu dini (p=0,120).
4. Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa ada
hubungan sosial budaya
dengan pemberian MP-ASI
terlalu dini (p < 0,001).
5. Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa ada
hubungan dukungan keluarga

dengan pemberian MP-ASI


terlalu dini (p < 0,001).
6. Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan dukungan
petugas kesehatan dengan
pemberian MP-ASI terlalu
dini (p=0,610).

Analisis multivariat berguna


untuk mengetahui pengaruh dari
variabel
independen
serta
mengetahui variabel dominan yang
berpengaruh dalam pemberian MPASI terlalu dini.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan analisis multivariat
yakni uji regresi logistik ganda
dengan metode yang digunakan
adalah metode enter.

Analisis Multivariat
Tabel 4.

Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda


95% CI for
Exp
Exp (B)
Variabel Independen
Nilai B
Nilai p
(B)
Lower
Upper
Sosial Budaya
2,593
0,008
13,367
1,977
90,389
Dukungan Keluarga
3,021
<0,001
20,520
3,977
105,876
Constant
-9,119
<0,001
0,000

Dari tabel di atas hasil analisis


uji regresi logistik berganda
menunjukkan
bahwa
faktor
pemungkin yaitu variabel sosial
budaya dengan nilai p=0,008
berpengaruh terhadap pemberian
MP-ASI terlalu dini dan variabel
dukungan keluarga dengan nilai p <
0,001
berpengaruh
terhadap
pemberian MP-ASI terlalu dini.
Hasil analisis uji regresi logistik
ganda menunjukkan bahwa variabel
yang paling dominan berpengaruh
terhadap pemberian MP-ASI terlalu
dini di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas
Teluk
Karang
Kecamatan Bajenis Kota Tebing
Tinggi adalah variabel dukungan
keluarga dengan nilai koefisien
regresi (nilai B) adalah 3,021 yang
dapat diartikan bahwa pemberian
MP-ASI terlalu dini akan meningkat
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Teluk Karang Kecamatan Bajenis

Kota Tebing Tinggi jika dukungan


keluarga dalam pemberian MP-ASI
terlalu dini (sebelum usia bayi 6
bulan) meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagian responden memberikan
MP-ASI sebelum bayi berusia 6
bulan sebanyak 95 orang
(89,6%).
2. Faktor yang tidak berpengaruh
dalam
pemberian
MP-ASI
terlalu dini adalah: umur,
pekerjaan, pengetahuan, dan
petugas kesehatan.
3. Faktor pemungkin responden
dalam
pemberian
MP-ASI
terlalu dini adalah sosial budaya
dan dukungan keluarga.
4. Sosial budaya berpengaruh
dalam
pemberian
MP-ASI
terlalu dini. Ibu dengan sosial
8

budaya yang berkembang akan


mempunyai
kemungkinan
13,367 kali akan memberikan
MP-ASI
terlalu
dini
dibandingkan ibu dengan sosial
budaya yang tidak berkembang.
5. Dukungan keluarga berpengaruh
dalam
pemberian
MP-ASI
terlalu
dini.
Ibu
dengan
dukungan
keluarga
akan
mempunyai
kemungkinan
20,520 kali akan memberikan
MP-ASI
terlalu
dini
dibandingkan ibu yang tidak
mendapatkan
dukungan
keluarga.
6. Faktor
dominan
yang
berpengaruh dalam pemberian
MP-ASI terlalu dini adalah
dukungan keluarga dengan nilai
koefisien B = 3,021.
Adapun saran yang dapat diberikan :
1. Ibu menyusui sebaiknya
tidak mudah terpengaruh
dengan sosial budaya yang
ada di masyarakat dan
memiliki komitmen untuk
tidak memberikan MP-ASI
terlalu dini kepada bayinya.
2. Perlunya dukungan dari
keluarga agar ibu tidak
memberikan MP-ASI terlalu
dini dan tetap memberikan
ASI eksklusif.
3. Perlu ditingkatkan peranan
dan dukungan dari petugas
kesehatan
melalui
penyuluhan.
4. Bagi
Dinas
Kesehatan
diharapkan berkerja sama
dengan pihak Puskesmas
untuk
meningkatkan

frekuensi penyuluhan ASI


eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
2013. Riskesdas 2013. http://
depkes.go.id/
downloads/riskesdas2013/hasil
%riskesdas%202013.pdf.
Diakses 02 Mei 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara. 2013. Profil Kesehatan
Sumatera Utara Tahun 2012.
http://www.google.com/search?
q=profil+kesehatan+sumate
ra+utara+2013&oq=profil+profi
l+kesehatan+sumatera+utara+2
013%aqs=chrome..69i57.18479j
0j8&sourceid=chrome&es_sm=
93&ie=UTF-8. Diakses 02 Mei
2014.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
2013.
Profil
Kesehatan Indonesia 2012.
http://www.depkes.go.id/down
loads/Profil
%Kesehatan_2012%20%284%2
0Sept%202013%29.pdf.
Diakses 10 Desember 2013.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Utami, W. 2012. Asuhan Kesehatan
Jurnal Penelitian Akademi
Kesehatan
Rajekwesi
Bojonegoro,
2012.
http://journalakes.files.wordpres
s.com/2012/07/jurnal-akesrajekwesi-vol-5.pdf. Diakses 07
Desember 2013.

You might also like