Professional Documents
Culture Documents
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2017
REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2017
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
b.
c.
-2Mengingat :
1.
2.
3.
4.
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5568) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 383,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5650).
Dengan Persetujuan Bersama
-3Menetapkan
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9.
-8dapat
memenuhi
kewajibannya
kepada
kreditur
dan/atau badan usaha sesuai perjanjian pinjaman atau
perjanjian kerjasama.
35. Pinjaman Luar Negeri Neto adalah semua pembiayaan
yang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri yang
terdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan
dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjaman
luar negeri.
36. Pinjaman Tunai adalah pinjaman luar negeri dalam
bentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untuk
pembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolio
utang
37. Pinjaman Kegiatan adalah pinjaman luar negeri yang
digunakan
untuk
pembiayaan
kegiatan
tertentu
kementerian
negara/lembaga,
pinjaman
yang
diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah dan/atau
BUMN, dan pinjaman yang diterushibahkan kepada
pemerintah daerah.
38. Penerusan Pinjaman adalah pinjaman luar negeri atau
pinjaman dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah
Pusat yang diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah
dan/atau BUMN yang harus dibayar kembali dengan
ketentuan dan persyaratan tertentu.
39. Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada
fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian
negara/lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaran
pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk
gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan
kedinasan,
untuk
membiayai
penyelenggaraan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.
40. Persentase Anggaran Pendidikan adalah perbandingan
alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran
belanja negara.
- 13 a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang Perseroan Terbatas (PT), BUMN,
dan Perbankan;
b. memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yang
baik; dan
c. Pemerintah melakukan pengawasan penyelesaian
piutang bermasalah pada BUMN di bidang usaha
perbankan tersebut.
(5) PNBP lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diperkirakan sebesar Rp84.430.700.000.000,00
(delapan puluh empat triliun empat ratus tiga puluh miliar
tujuh ratus juta rupiah).
(6) Pendapatan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d diperkirakan sebesar Rp37.658.312.581.000,00
(tiga puluh tujuh triliun enam ratus lima puluh delapan
miliar tiga ratus dua belas juta lima ratus delapan puluh
satu ribu rupiah).
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian PNBP Tahun
Anggaran 2017 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), ayat (5), dan ayat (6) diatur dalam Peraturan Presiden.
Pasal 6
Penerimaan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf c diperkirakan sebesar Rp1.372.661.602.000,00 (satu
triliun tiga ratus tujuh puluh dua miliar enam ratus enam
puluh satu juta enam ratus dua ribu rupiah).
Pasal 7
Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 diperkirakan
sebesar Rp2.070.465.942.664.000,00 (dua kuadriliun tujuh
puluh triliun empat ratus enam puluh lima miliar sembilan
ratus empat puluh dua juta enam ratus enam puluh empat
ribu rupiah), yang terdiri atas:
Dana
Keistimewaan
- 16 Pasal 11
(1) Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
10
huruf
a
diperkirakan
sebesar
Rp495.555.243.892.000,00 (empat ratus sembilan puluh
lima triliun lima ratus lima puluh lima miliar dua ratus
empat puluh tiga juta delapan ratus sembilan puluh dua
ribu rupiah), yang terdiri atas:
a. DBH; dan
b. DAU.
(2) DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diperkirakan sebesar Rp90.824.772.346.000,00 (sembilan
puluh triliun delapan ratus dua puluh empat miliar tujuh
ratus tujuh puluh dua juta tiga ratus empat puluh enam
ribu rupiah), yang terdiri atas:
a. DBH Pajak; dan
b. DBH SDA.
(3) DBH Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diperkirakan sebesar Rp56.024.936.060.000,00 (lima
puluh enam triliun dua puluh empat miliar sembilan ratus
tiga puluh enam juta enam puluh ribu rupiah), yang
terdiri atas:
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
b. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25 dan Pasal
29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN);
dan
c. Cukai Hasil Tembakau (CHT).
(4) DBH SDA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diperkirakan sebesar Rp34.799.836.286.000,00 (tiga
puluh empat triliun tujuh ratus sembilan puluh sembilan
miliar delapan ratus tiga puluh enam juta dua ratus
delapan puluh enam ribu rupiah), yang terdiri atas:
a. Minyak Bumi dan Gas Bumi;
b. Mineral dan Batubara;
c. Kehutanan;
- 17 d. Perikanan; dan
e. Panas Bumi.
(5) DBH Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c, khusus Dana Reboisasi yang sebelumnya
disalurkan ke kabupaten/kota penghasil, mulai Tahun
Anggaran 2017 disalurkan ke provinsi penghasil untuk
membiayai kegiatan reboisasi dan rehabilitasi hutan di
wilayah provinsi tersebut.
(6) Penggunaan DBH CHT sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c, DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan DBH
Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c,
diatur sebagai berikut:
a. Penerimaan DBH CHT, baik bagian provinsi maupun
bagian
kabupaten/kota,
dialokasikan
dengan
ketentuan:
1. Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk
mendanai peningkatan kualitas bahan baku,
pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial,
sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau
pemberantasan barang kena cukai ilegal; dan
2. Paling banyak 50% (lima puluh persen) untuk
mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas daerah.
b. Penerimaan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi, baik
bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota
digunakan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah,
kecuali tambahan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi
untuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Aceh
digunakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. DBH Kehutanan dari Dana Reboisasi yang merupakan
bagian kabupaten/kota, baik yang disalurkan pada
tahun 2016 maupun tahun-tahun sebelumnya yang
masih terdapat di kas daerah dapat digunakan untuk:
(8)
(9)
- 19 Pasal 12
(1) Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
10
huruf
b
diperkirakan
sebesar
Rp176.482.210.436.000,00 (seratus tujuh puluh enam
triliun empat ratus delapan puluh dua miliar dua ratus
sepuluh juta empat ratus tiga puluh enam ribu rupiah)
yang terdiri atas:
a. DAK Fisik; dan
b. DAK Nonfisik.
(2) Pengalokasian DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a ditetapkan berdasarkan usulan daerah
dengan
memperhatikan
prioritas
nasional
dan
kemampuan keuangan negara.
(3) DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diperkirakan sebesar Rp59.842.210.436.000,00 (lima
puluh sembilan triliun delapan ratus empat puluh dua
miliar dua ratus sepuluh juta empat ratus tiga puluh
enam ribu rupiah), yang terdiri atas:
a. DAK Reguler sebesar Rp20.496.248.563.000,00 (dua
puluh triliun empat ratus sembilan puluh enam miliar
dua ratus empat puluh delapan juta lima ratus enam
puluh tiga ribu rupiah);
b. DAK Penugasan sebesar Rp35.866.762.990.000,00
(tiga puluh lima triliun delapan ratus enam puluh
enam miliar tujuh ratus enam puluh dua juta sembilan
ratus sembilan puluh ribu rupiah); dan
c. DAK Afirmasi sebesar Rp3.479.198.883.000,00 (tiga
triliun empat ratus tujuh puluh sembilan miliar
seratus sembilan puluh delapan juta delapan ratus
delapan puluh tiga ribu rupiah).
(4) DAK Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
digunakan untuk mendanai kegiatan:
(7)
DAK
Nonfisik
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
b
diperkirakan
sebesar
Rp116.640.000.000.000,00 (seratus enam belas triliun
enam ratus empat puluh miliar rupiah), yang terdiri atas:
a. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar
Rp45.120.000.000.000,00 (empat puluh lima triliun
seratus dua puluh miliar rupiah);
b. Dana
Bantuan
Operasional
Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) sebesar
- 22 Rp3.710.000.000.000,00
sepuluh miliar rupiah);
(tiga
triliun
tujuh
ratus
DAK
tidak
menyediakan
dana
Pasal 13
(1) DID sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b
direncanakan sebesar Rp7.500.000.000.000,00 (tujuh
triliun lima ratus miliar rupiah).
(2) DID dialokasikan berdasarkan kriteria utama dan kriteria
kinerja.
(3) Ketentuan lebih lanjut terkait kriteria kinerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai pemeringkatan kesehatan fiskal dan
pengelolaan keuangan daerah.
digunakan
sesuai
kebutuhan
dan
Pasal 14
(1) Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9
ayat
(2)
huruf
c
diperkirakan
sebesar
Rp20.489.218.862.000,00 (dua puluh triliun empat ratus
delapan puluh sembilan miliar dua ratus delapan belas
juta delapan ratus enam puluh dua ribu rupiah), yang
terdiri atas:
a. Dana Otonomi Khusus; dan
b. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
(2) Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
huruf
a
diperkirakan
sebesar
Rp19.689.218.862.000,00 (sembilan belas triliun enam
ratus delapan puluh sembilan miliar dua ratus delapan
belas juta delapan ratus enam puluh dua ribu rupiah),
yang terdiri atas:
a. Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat sebesar Rp8.094.609.431.000,00
(delapan triliun sembilan puluh empat miliar enam
ratus sembilan juta empat ratus tiga puluh satu ribu
rupiah) yang dibagi masing-masing dengan proporsi
70% (tujuh puluh persen) untuk Provinsi Papua dan
30% (tiga puluh persen) untuk Provinsi Papua Barat
dengan rincian sebagai berikut:
1. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua sebesar
Rp5.666.226.601.000,00 (lima triliun enam ratus
enam puluh enam miliar dua ratus dua puluh
enam juta enam ratus satu ribu rupiah); dan
- 26 Pasal 18
(1) Perubahan anggaran Belanja Pemerintah Pusat berupa:
a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
PNBP;
b. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
pinjaman dan hibah termasuk pinjaman dan hibah
yang diterushibahkan;
c. pergeseran Bagian Anggaran 999.08 (Bendahara
Umum Negara Pengelola Belanja Lainnya) ke Bagian
Anggaran kementerian negara/lembaga atau antar
subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA
BUN);
d. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
SBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyek Kementerian
negara/lembaga;
e. pergeseran anggaran antarprogram dalam 1 (satu)
Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murni
untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional;
f. pergeseran anggaran antarprogram dalam 1 (satu)
Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhan
ineligible expenditure atas kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
g. pergeseran anggaran antara program lama dan
program baru dalam rangka penyelesaian administrasi
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran sepanjang telah
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat; dan/atau
h. pergeseran anggaran dalam rangka penyediaan dana
untuk
penyelesaian
restrukturisasi
kementerian
negara/lembaga,
ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Perubahan lebih lanjut Pembiayaan Anggaran berupa
perubahan pagu Penerusan Pinjaman luar negeri akibat
dari lanjutan, percepatan penarikan Penerusan Pinjaman
luar negeri, dan pengesahan atas Penerusan Pinjaman
sisa
dana
penerbitan
kegiatan/proyek
SBSN
untuk
Kementerian
- 31 Pasal 26
(1) Dalam hal realisasi penerimaan negara tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pengeluaran negara pada saat
tertentu, kekurangannya dapat dipenuhi dari dana SAL,
penerbitan SBN, atau penyesuaian Belanja Negara.
(2) Pemerintah dapat menerbitkan SBN untuk membiayai
kebutuhan pengelolaan kas bagi pelaksanaan APBN,
apabila dana tunai pengelolaan kas tidak cukup tersedia
untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran negara di awal
tahun.
(3) Pemerintah dapat melakukan pembelian kembali SBN
untuk kepentingan stabilisasi pasar dan pengelolaan kas
dengan
tetap
memperhatikan
jumlah
kebutuhan
penerbitan SBN neto untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan yang ditetapkan.
(4) Pemerintah dapat melakukan percepatan pembayaran
cicilan pokok utang dalam rangka pengelolaan portofolio
utang melalui penerbitan SBN.
(5) Dalam hal terdapat instrumen pembiayaan dari utang
yang lebih menguntungkan dan/atau ketidaktersediaan
salah satu instrumen pembiayaan dari utang, Pemerintah
dapat melakukan perubahan komposisi instrumen
pembiayaan utang dalam rangka menjaga ketahanan
ekonomi dan fiskal.
(6) Dalam hal diperlukan realokasi anggaran bunga utang
sebagai
dampak
perubahan
komposisi
instrumen
pembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
Pemerintah dapat melakukan realokasi dari pembayaran
bunga utang luar negeri ke pembayaran bunga utang
dalam negeri atau sebaliknya.
(7) Untuk
menurunkan
biaya
penerbitan
SBN
dan
memastikan ketersediaan pembiayaan melalui utang,
Pemerintah dapat menerima jaminan penerbitan utang
dari lembaga yang dapat menjalankan fungsi penjaminan,
- 33 Pasal 29
(1) Investasi
pada
organisasi/lembaga
keuangan
internasional/badan usaha internasional yang akan
dilakukan dan/atau telah tercatat pada Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai investasi
permanen, ditetapkan untuk dijadikan investasi pada
organisasi/lembaga keuangan internasional/badan usaha
internasional tersebut.
(2) Pemerintah dapat melakukan pembayaran investasi pada
organisasi/lembaga keuangan internasional/badan usaha
internasional melebihi pagu yang ditetapkan dalam Tahun
Anggaran 2017 yang diakibatkan oleh selisih kurs, yang
selanjutnya dilaporkan dalam APBN Perubahan Tahun
Anggaran 2017 dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) Tahun 2017.
(3) Pelaksanaan investasi pada organisasi/lembaga keuangan
internasional/badan usaha internasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pasal 30
(1) Barang Milik Negara (BMN) yang berasal dari Daftar Isian
Kegiatan (DIK)/Daftar Isian Proyek (DIP)/Daftar Isian
Pelaksanaan
Anggaran
(DIPA)
kementerian
negara/lembaga
yang
dipergunakan
dan/atau
dioperasikan oleh BUMN/Perseroan Terbatas yang di
dalamnya terdapat saham milik negara dan telah tercatat
pada laporan posisi keuangan BUMN/Perseroan Terbatas
yang di dalamnya terdapat saham milik negara sebagai
BPYBDS atau akun yang sejenis, ditetapkan untuk
dijadikan PMN pada BUMN/Perseroan Terbatas yang di
dalamnya terdapat saham milik negara tersebut.
(2) BMN yang dihasilkan dari belanja modal pada DIPA
Kementerian negara/lembaga yang akan dipergunakan
oleh BUMN/Perseroan Terbatas yang di dalamnya terdapat
saham milik negara sejak pengadaan BMN dimaksud,
ditetapkan menjadi PMN pada BUMN/Perseroan Terbatas
Infrastruktur
pembiayaan
infrastruktur
- 37 bersama
antara
Pemerintah.
Dewan
Perwakilan
Rakyat
dan
Pasal 35
(1) Penyesuaian APBN Tahun Anggaran 2017 dengan
perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas
bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah
dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas
APBN Tahun Anggaran 2017, apabila terjadi:
a. perkembangan indikator ekonomi makro yang tidak
sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN
Tahun Anggaran 2017;
b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
c. keadaan
yang
menyebabkan
harus
dilakukan
pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau
antarprogram; dan/atau
d. keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya
harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun
berjalan.
(2) SAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah
SAL yang ada di rekening Bank Indonesia yang
penggunaannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan dilaporkan dalam
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
(3) Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang
tentang Perubahan atas Undang-Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017
berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat sebelum Tahun Anggaran 2017 berakhir.
Pasal 36
(1) Dalam keadaan darurat, apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut:
dari
penarikan
- 39 (3)
(4)
(1)
(2)
b.
(3)
(4)
Pemerintah
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(3)
d. peningkatan
Indeks
Pembangunan
Manusia
mencapai 75,3 (tujuh puluh lima koma tiga).
(IPM)
- 42 Pasal 42
Ketentuan mengenai penerbitan SBN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 mulai berlaku pada tanggal Undang-Undang ini
diundangkan.
Pasal 43
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2017.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
NOMOR
RANCANGAN
PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2017
I. UMUM
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran
2017 disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Tahun 2017, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal Tahun 2017 sebagaimana telah dibahas dan disepakati bersama,
baik dalam Pembicaraan Pendahuluan maupun Pembicaraan Tingkat I
Pembahasan APBN Tahun Anggaran 2017 antara Pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Selain itu, APBN Tahun Anggaran
2017 juga mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial, dan perkembangan
internasional dan domestik dalam beberapa bulan terakhir, serta berbagai
langkah antisipatif yang telah ditempuh dalam tahun 2016, maupun
rencana kebijakan yang akan dilaksanakan di tahun 2017.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2017 diperkirakan
mencapai sekitar 5,3% (lima koma tiga persen). Penetapan target ini
memerhatikan perkembangan terkini faktor eksternal dan internal. Dari
sisi eksternal, perekonomian global masih diliputi ketidakpastian arah
kebijakan moneter negara maju dan perkembangan harga komoditas
internasional serta tren perlambatan ekonomi Tiongkok. Dari sisi internal,
pertumbuhan ekonomi diharapkan akan didorong oleh belanja
infrastruktur Pemerintah dalam rangka penguatan sektor produktif sebagai
penggerak pertumbuhan perekonomian. Berbagai paket kebijakan yang
telah diterbitkan diharapkan juga mampu mendorong tumbuhnya investasi
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pihak ketiga yang pajak penghasilannya ditanggung Pemerintah
adalah pihak ketiga yang memberikan jasa kepada Pemerintah
dalam
rangka
penerbitan
dan/atau
pembelian
kembali/penukaran SBN di pasar internasional, yang antara
lain jasa agen penjual dan jasa konsultan hukum internasional
dan jasa agen penukar/pembeli.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
-7-
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penerimaan SDA nonmigas yang bersumber dari sektor
kehutanan tidak hanya ditujukan sebagai target penerimaan
negara melainkan lebih ditujukan untuk pengamanan
kelestarian hutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Sambil menunggu dilakukannya perubahan atas Undang-Undang
Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang
Negara, dan dalam rangka mempercepat penyelesaian piutang
bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan, dapat
dilakukan
pengurusan
piutangnya
melalui
mekanisme
pengelolaan berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perseroan terbatas dan di bidang perbankan.
Sedangkan terkait dengan pemberian kewenangan kepada RUPS
dan pengawasan Pemerintah dalam penyelesaian piutang
bermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan didasarkan
pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang BUMN.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
-8-
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Data jumlah desa, jumlah penduduk desa, angka kemiskinan
desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa
bersumber dari kementerian yang berwenang dan/atau lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.
Untuk desa yang belum tersedia data jumlah penduduk, angka
kemiskinan, dan luas wilayah dapat digunakan data desa induk
secara proporsional, sedangkan untuk data tingkat kesulitan
geografis digunakan data yang sama dengan desa induk, rata-rata
indeks kesulitan geografis pada kecamatan yang sama, atau data
yang bersumber dari Pemerintah Daerah.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
-9-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Bagian daerah yang berasal dari biaya pemungutan,
digunakan untuk mendanai kegiatan sesuai kebutuhan dan
prioritas daerah.
Huruf b
DBH ini termasuk DBH dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan
Pasal 29 WPOPDN yang pemungutannya bersifat final
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto tertentu.
Dalam rangka pengendalian pelaksanaan APBN, penyaluran
DBH dapat disalurkan tidak seluruhnya dari pagu alokasi,
dan selanjutnya diperhitungkan sebagai kurang bayar DBH.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Kebijakan ini merupakan konsekuensi dari perubahan kebijakan
berupa pengalihan kewenangan di bidang kehutanan dari
kabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
- 10 -
Huruf b
Dengan ketentuan ini daerah tidak lagi diwajibkan untuk
mengalokasikan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi sebesar
0,5% (nol koma lima persen) untuk tambahan anggaran
pendidikan dasar.
Kebijakan penggunaan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi
untuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Aceh dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi UndangUndang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh.
Huruf c
Kebijakan ini merupakan konsekuensi dari perubahan
kebijakan berupa pengalihan kewenangan di bidang
kehutanan dari kabupaten/kota menjadi kewenangan
provinsi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
PDN neto sebesar Rp1.320.982.258.887.000,00 (satu kuadriliun
tiga ratus dua puluh triliun sembilan ratus delapan puluh dua
miliar dua ratus lima puluh delapan juta delapan ratus delapan
puluh tujuh ribu rupiah) dihitung berdasarkan penjumlahan
antara
Penerimaan
Perpajakan
sebesar
Rp1.495.893.810.596.000,00 (satu kuadriliun empat ratus
sembilan puluh lima triliun delapan ratus sembilan puluh tiga
miliar delapan ratus sepuluh juta lima ratus sembilan puluh
enam ribu rupiah) dan PNBP sebesar Rp240.362.904.897.000,00
(dua ratus empat puluh triliun tiga ratus enam puluh dua miliar
sembilan ratus empat juta delapan ratus sembilan puluh tujuh
- 11 -
Negara
yang
Penerimaan
SDA
Kehutanan
sebesar
Rp2.775.829.606.000,00 (dua triliun tujuh ratus tujuh puluh
lima miliar delapan ratus dua puluh sembilan juta enam ratus
enam ribu rupiah);
- 12 -
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengalokasian DAK Fisik bertujuan untuk membantu daerah
tertentu, mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat, dan percepatan pembangunan daerah dan
pencapaian sasaran prioritas nasional.
Ayat (3)
Huruf a
DAK Reguler dialokasikan kepada daerah Provinsi/
Kabupaten/Kota berdasarkan usulan daerah kepada
Kementerian Negara/Lembaga yang menjadi prioritas
nasional.
Besaran alokasi DAK Reguler dihitung berdasarkan usulan
daerah dan data teknis, dengan memperhatikan kebutuhan
daerah dan kemampuan keuangan negara.
Huruf b
DAK Penugasan dialokasikan untuk mendanai kegiatan
khusus dalam rangka pencapaian sasaran prioritas nasional
dengan menu terbatas dan lokus yang ditentukan.
Besaran alokasi DAK Penugasan untuk masing-masing
daerah dihitung berdasarkan usulan daerah dan data teknis,
dengan memperhatikan prioritas nasional dan kemampuan
keuangan negara.
Huruf c
DAK Afirmasi dialokasikan untuk daerah Kabupaten/Kota
yang termasuk kategori daerah perbatasan dengan negara
lain, daerah tertinggal, daerah kepulauan, dan/atau daerah
transmigrasi. Kabupaten/kota daerah perbatasan, daerah
tertinggal, daerah kepulauan, dan daerah transmigrasi
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Besaran alokasi DAK Afirmasi masing-masing daerah
dihitung berdasarkan usulan daerah dan data teknis dengan
- 13 -
memperhatikan karakteristik
keuangan negara.
daerah
dan
kemampuan
Ayat (4)
Penetapan pagu DAK Reguler per bidang didasarkan pada
kebutuhan daerah dan pencapaian prioritas nasional.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kriteria utama merupakan kriteria yang menentukan kelayakan
suatu daerah untuk dapat menerima DID, yang terdiri atas:
a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan
Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP);
dan
b. Penetapan APBD tepat waktu.
Kriteria kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk
menilai kinerja daerah, yang terdiri atas:
a. Kinerja kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah;
b. Kinerja pelayanan dasar publik; dan
c. Kinerja ekonomi dan kesejahteraan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 14 -
Ayat (4)
Dengan
ketentuan
ini
daerah
tidak
lagi
mengalokasikan DID untuk anggaran pendidikan.
diwajibkan
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Kinerja
penganggaran
Kementerian
Negara/Lembaga adalah
tercapainya prestasi kerja atas perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban anggaran.
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan ineligible expenditure adalah
pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperkenankan dibiayai
dari dana pinjaman/hibah luar negeri karena tidak sesuai
dengan kesepakatan dalam Perjanjian Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri.
- 15 -
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan perubahan pagu Penerusan Pinjaman
luar negeri adalah peningkatan pagu Penerusan Pinjaman luar
negeri akibat adanya lanjutan Penerusan Pinjaman luar negeri
yang bersifat tahun jamak, percepatan penarikan Penerusan
Pinjaman yang sudah disetujui dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan Penerusan Pinjaman luar negeri dan/atau
penambahan pagu Penerusan Pinjaman luar negeri untuk
penerbitan Surat Perintah Pembukuan/Pengesahan (SP3) atas
transaksi dokumen bukti penarikan Pinjaman dan/atau Hibah
yang dikeluarkan oleh pemberi Pinjaman dan/atau Hibah (Notice
of Disbursement-NOD). Perubahan pagu Penerusan Pinjaman luar
negeri tersebut tidak termasuk Penerusan Pinjaman baru yang
belum dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2017.
Yang dimaksud dengan closing date adalah tanggal batas akhir
penarikan dana pinjaman/hibah luar negeri melalui penerbitan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara.
Ayat (3)
Perubahan pagu ini dipergunakan untuk pe nerbitan SP3 atas
transaksi dokumen bukti penarikan Pinjaman dan/atau Hibah
yang dikeluarkan oleh pemberi Pinjaman dan/atau Hibah (Notice
of Disbursement-NOD).
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan dilaporkan Pemerintah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran
2017 adalah melaporkan perubahan rincian/pergeseran
anggaran Belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan sebelum
- 16 -
- 17 -
Pasal 22
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan defisit adalah defisit sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan krisis pasar SBN domestik adalah kondisi
krisis pasar SBN berdasarkan indikator Protokol Manajemen Krisis
(Crisis Management Protocol-CMP) pasar SBN yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
Penggunaan dana SAL untuk melakukan stabilisasi pasar SBN
dapat dilakukan apabila kondisi pasar SBN telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan pada level krisis.
Krisis di pasar SBN tersebut dapat memicu krisis di pasar
keuangan secara keseluruhan, mengingat sebagian besar lembaga
keuangan memiliki SBN. Situasi tersebut juga dapat memicu krisis
fiskal, apabila Pemerintah harus melakukan upaya penyelamatan
lembaga keuangan nasional.
Stabilisasi pasar SBN domestik dilakukan melalui pembelian SBN
di pasar sekunder oleh Menteri Keuangan.
- 18 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang meliputi
perubahan SBN neto, penarikan Pinjaman Dalam Negeri,
dan/atau penarikan Pinjaman Luar Negeri. Penarikan Pinjaman
Luar Negeri meliputi penarikan Pinjaman Tunai dan Pinjaman
Kegiatan.
Dalam hal Pinjaman Luar Negeri dan/atau Pinjaman Dalam Negeri
tidak tersedia dapat digantikan dengan penerbitan SBN atau
sebaliknya dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi dan fiskal.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
- 19 -
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Barang Milik Negara yaitu berupa tanah
dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan.
Penetapan BPYBDS sebagai PMN pada BUMN meliputi antara lain
BPYBDS sebagaimana tercatat dalam laporan keuangan PT PLN
(Persero) yang telah diserahterimakan oleh Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menjadi tambahan PMN
bagi PT PLN (Persero).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Ketentuan mengenai penjaminan Pemerintah untuk masingmasing program diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan entitas terjamin adalah pihak yang
memperoleh jaminan Pemerintah.
Ayat (3)
Pembentukan rekening Dana Cadangan Penjaminan Pemerintah
ditujukan terutama untuk menghindari pengalokasian anggaran
- 20 -
- 21 -
Ayat (4)
Kewajiban yang timbul dari transaksi Lindung Nilai bukan
merupakan kerugian keuangan negara karena ditujukan untuk
melindungi pembayaran bunga utang dan pengeluaran cicilan
pokok utang dari risiko fluktuasi mata uang dan tingkat bunga.
Selain itu, transaksi Lindung Nilai tidak ditujukan untuk spekulasi
mendapatkan keuntungan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Tata cara penyelesaian piutang instansi Pemerintah yang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan, termasuk mengenai tata cara
dan kriteria penyelesaian piutang eks-BPPN (Badan Penyehatan
Perbankan Nasional).
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Keadaan darurat tersebut menyebabkan prognosis penurunan
Pendapatan Negara yang berasal dari Penerimaan Perpajakan dan
PNBP, dan adanya perkiraan tambahan beban kewajiban negara
yang berasal dari pembayaran pokok dan bunga utang, subsidi
BBM dan listrik, serta belanja lainnya.
Huruf a
Yang dimaksud dengan proyeksi dalam ketentuan ini adalah
proyeksi pertumbuhan ekonomi paling rendah 1% (satu persen)
- 22 -
- 23 -
Ayat (5)
Yang dimaksud karena suatu dan lain hal belum dapat
ditetapkan adalah apabila Badan Anggaran belum dapat
melakukan rapat kerja dan/atau mengambil kesimpulan di dalam
rapat kerja, dalam waktu 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam
setelah usulan disampaikan Pemerintah kepada DPR.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Huruf a
Penetapan tingkat kemiskinan sesuai dengan metodologi
penghitungan Garis Kemiskinan Nasional (GKN) yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
LAMPIRAN I
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2017
RINCIAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN
DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2017
(Ribuan Rupiah)
I.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
Pelayanan Umum
Pertahanan
Ketertiban dan Keamanan
Ekonomi
Perlindungan Lingkungan Hidup
Perumahan dan Fasilitas Umum
Kesehatan
Pariwisata
Agama
Pendidikan
Perlindungan Sosial
II.
1.310.439.269.474
343.648.518.661
104.589.510.696
106.277.296.218
332.683.659.084
12.312.230.258
32.773.854.713
61.724.513.207
5.760.979.059
10.423.322.087
141.766.118.196
158.479.267.295
1.310.439.269.474
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.2
2.2.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal
DPR RI
1.223.378.071
2.2.2
2.651.768.297
2.2.3
2.2.4
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
944.024.870
96.853.354
47.793.797
799.377.719
4.452.114.558
531.119.932
45.848.258
2.869.183.816
1.675.338.522
428.825.244
15.006.600
11.978.700
2.3.5
2.3.6
2.4
MAHKAMAH AGUNG
2.4.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Mahkamah Agung
2.4.2
2.4.3
2.4.4
115.147.318
2.4.5
164.149.980
2.4.6
118.416.631
2.4.7
78.609.976
2.4.8
Program Peningkatan Manajemen Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara (TUN)
2.5
2.5.1
2.5.2
2.5.3
18.571.424
2.5.4
97.385.821
2.5.5
2.5.6
344.927.276
2.5.7
Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Khusus, Pelanggaran Ham yang
Berat dan Perkara Tindak Pidana Korupsi
268.140.794
2.5.8
Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara
24.249.199
713.785.551
8.544.187.084
7.140.265.754
863.295.500
36.446.922
27.855.003
4.286.756.227
3.326.645.304
136.618.782
81.329.578
13.137.248
-2-
(Ribuan Rupiah)
2.6
2.6.1
2.6.2
2.7
2.7.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Dalam
Negeri
318.085.342
2.7.2
74.181.254
2.7.3
57.270.070
2.7.4
2.7.5
264.928.094
2.7.6
146.993.653
2.7.7
268.705.346
2.7.8
2.7.9
795.424.983
2.7.10
167.835.402
2.7.11
433.060.249
2.7.12
2.8
2.8.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar
Negeri
2.8.2
2.8.3
2.8.4
Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerjasama ASEAN
2.8.5
Program Peningkatan Peran dan Kepemimpinan Indonesia di Bidang Kerja Sama Multilateral
2.8.6
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Serta Optimalisasi Diplomasi di
Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
90.996.732
2.8.7
43.997.714
2.8.8
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Serta Optimalisasi Diplomasi di
Kawasan Amerika dan Eropa
50.649.643
2.8.9
2.8.10
130.406.349
2.8.11
101.632.808
1.750.115.102
1.701.113.534
49.001.568
3.447.114.389
235.946.064
91.621.958
593.061.974
7.731.354.336
5.071.351.917
818.006.257
35.609.355
64.443.466
648.417.234
29.539.779
2.9.2
2.9.3
2.9.4
2.9.5
257.389.752
2.9.6
109.669.954
2.9.7
2.9.8
2.9.9
2.9.10
2.9.11
2.9.12
2.9.13
355.307.235
2.9.14
2.063.276.219
2.9.15
Program Modernisasi Alutsista dan Non Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat
2.9.16
1.286.494.965
2.9.17
2.877.430.556
2.9.19
2.9.20
4.199.696.532
2.9.21
Program Modernisasi Alutsista Dan Non Alutsista Serta Pengembangan Fasilitas Dan
Sarpras Matra Udara
2.416.045.453
2.9.22
2.9.23
2.9.24
2.8.12
2.9
2.9.1
2.9.18
646.303.082
104.427.956.716
1.550.574.007
15.349.111.608
59.264.186
1.063.074.630
73.442.472
2.000.000.000
238.209.518
215.496.360
2.196.056.250
613.904.567
3.355.693.963
2.050.939.920
379.060.133
443.943.386
3.705.533.827
38.668.086.957
-3-
(Ribuan Rupiah)
2.9.25
2.9.26
2.9.27
2.10
2.10.1
2.10.2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Hukum dan HAM
12.924.003.816
5.961.672.335
14.578.115
9.259.364.710
2.602.689.535
23.218.500
2.10.4
2.10.5
2.10.6
2.10.7
2.10.8
2.10.9
2.10.10
2.10.11
2.10.12
2.11
KEMENTERIAN KEUANGAN
2.11.1
2.11.2
2.11.3
764.742.332
2.11.4
149.844.594
2.11.5
2.11.6
2.11.8
2.11.9
2.11.10
2.11.11
2.12
KEMENTERIAN PERTANIAN
2.12.1
2.12.2
2.12.3
6.019.639.089
2.12.4
1.246.206.998
2.12.5
1.420.237.117
2.12.6
1.873.549.211
2.12.7
6.424.748.576
2.12.8
1.946.199.738
2.12.9
1.270.498.923
2.12.10
2.10.3
2.11.7
2.12.11
2.12.12
2.13
35.292.559
29.727.506
107.109.529
48.284.386
650.784.325
3.555.027.327
174.154.874
1.911.687.718
39.710.711
81.677.740
42.174.119.423
17.247.124.088
117.996.915
136.887.059
12.261.040.533
725.655.144
162.561.678
7.049.593.023
3.429.870.291
128.803.766
23.907.123.492
1.582.752.611
99.148.699
740.320.163
978.570.223
305.252.144
2.13.2
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian
Perindustrian
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian
2.13.3
2.13.4
144.376.184
2.13.5
121.521.543
2.13.7
2.13.8
643.445.846
2.13.9
2.13.10
558.202.866
2.14
7.318.827.567
2.14.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian ESDM
2.14.2
2.14.3
2.14.4
186.614.762
2.14.5
748.061.393
2.14.6
678.593.508
2.13.1
2.13.6
2.943.929.618
989.929.233
12.832.712
41.040.913
155.096.425
223.829.789
53.654.107
398.958.203
30.000.000
74.208.166
-4-
(Ribuan Rupiah)
2.14.7
2.14.8
2.14.9
2.14.10
2.14.11
577.867.956
2.698.321.707
206.900.236
61.420.440
177.639.982
2.14.12
2.15
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
2.15.1
2.15.2
2.15.3
2.15.4
2.15.5
2.15.6
18.031.436.997
2.15.7
11.662.267.615
2.15.8
2.16
2.16.1
2.16.2
2.16.3
2.16.4
2.16.5
2.16.6
2.16.7
2.16.8
2.17
KEMENTERIAN KESEHATAN
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Kesehatan
2.17.1
1.480.241.214
48.732.194.980
647.276.963
90.310.512
124.163.000
4.347.865.168
4.522.320.200
9.306.554.525
39.823.127.018
1.849.595.403
194.197.187
1.074.443.458
22.673.495.266
1.853.571.781
403.437.274
1.877.057.813
9.897.328.836
58.267.137.647
3.815.150.645
2.17.2
2.17.3
2.17.4
2.17.5
2.17.6
2.681.721.992
2.17.7
2.967.828.122
2.17.8
2.17.9
2.18
KEMENTERIAN AGAMA
2.18.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Agama
2.18.2
2.18.3
2.18.4
1.130.039.898
2.18.5
5.093.537.999
2.18.6
1.907.984.869
2.18.7
966.909.194
2.18.8
809.402.968
2.18.9
277.948.676
2.18.10
2.18.11
46.968.727.682
2.19
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
3.584.277.297
2.19.1
2.19.2
2.19.3
2.19.4
2.19.5
2.19.6
Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
2.20
2.20.1
2.19.7
105.117.822
811.353.624
2.212.522.229
14.714.869.553
4.848.463.570
26.110.110.090
60.734.136.984
2.688.604.719
147.804.327
631.776.845
111.399.807
271.861.509
50.454.495
115.009.540
1.778.601.667
851.946.111
206.286.475
310.117.500
18.325.249.358
386.028.666
-5-
(Ribuan Rupiah)
2.20.2
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Sosial
2.20.3
2.20.4
2.20.5
2.20.6
2.20.7
2.21
2.21.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian LHK
324.207.478
35.342.714
1.027.550.669
13.880.339.636
2.053.290.989
618.489.206
7.011.007.633
494.267.779
2.21.3
2.21.4
2.21.5
2.21.6
2.21.7
2.21.8
1.852.199.332
2.21.9
158.936.835
2.21.10
230.182.111
2.21.11
398.069.029
2.21.12
2.21.13
2.22
2.22.1
2.22.2
2.22.3
2.22.4
2.22.5
2.104.665.909
2.22.6
1.349.194.945
2.22.7
1.646.681.523
2.22.8
967.320.550
2.22.9
774.658.569
2.22.10
2.23
2.23.1
Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PUPR
2.23.2
270.021.595
2.23.3
103.348.599
2.23.4
772.673.337
2.23.5
2.23.6
18.190.625.394
2.23.7
41.797.341.374
2.23.8
33.722.568.420
2.23.9
2.23.10
2.23.11
2.23.12
2.24
2.24.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenko Polhukam
2.24.2
2.24.3
2.25
2.25.2
2.26
2.26.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenko PMK
2.26.2
2.27
KEMENTERIAN PARIWISATA
2.27.1
2.27.2
2.27.3
2.28
2.28.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian BUMN
2.21.2
2.25.1
45.390.722
275.128.020
565.133.914
1.125.191.545
331.101.710
292.967.318
115.692.972
1.126.746.346
10.079.423.505
633.074.716
78.149.201
812.676.333
1.136.018.462
576.983.297
105.565.126.366
275.107.308
475.064.835
386.477.704
576.339.332
8.762.369.095
233.189.373
281.111.952
145.101.652
12.082.400
123.927.900
350.435.653
121.187.284
229.248.369
381.535.133
134.206.833
247.328.300
3.823.958.059
310.800.943
8.787.200
3.504.369.916
243.865.072
144.571.656
-6-
(Ribuan Rupiah)
2.28.2
2.29
2.29.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2.29.2
6.658.952.647
2.29.3
1.262.047.090
2.29.4
1.693.898.599
2.29.5
2.29.6
2.29.7
2.30
2.30.1
99.293.416
39.382.339.575
28.297.970.842
391.234.571
55.581.068
1.022.654.758
1.005.416.569
220.301.503
2.30.2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM
2.30.3
2.30.4
2.30.5
2.31
2.31.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PP&PA
2.31.2
227.621.400
2.31.3
186.683.600
2.31.4
2.32
2.32.2
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian PAN
dan RB
Program Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2.32.3
2.33
2.33.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Intelijen Negara
2.33.2
2.33.3
2.34
2.32.1
102.575.121
532.622.390
60.333.914
89.583.641
573.120.662
122.572.062
36.243.600
203.504.700
107.804.700
69.000.000
26.700.000
1.890.333.688
459.071.613
11.544.000
1.419.718.075
742.013.308
2.34.2
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Lembaga Sandi
Negara
Program Pengembangan Persandian Nasional
2.35
2.35.1
2.35.2
2.36
2.36.1
2.36.2
2.36.3
2.36.4
2.37
2.37.1
2.37.2
2.37.3
2.37.4
2.38
2.38.2
2.38.3
2.38.4
2.38.5
82.520.056
2.38.6
16.657.026
2.38.7
14.090.042
2.38.8
12.316.856
2.38.9
54.565.184
2.38.10
2.38.11
2.39
2.39.1
2.39.2
2.34.1
2.38.1
237.811.308
504.202.000
45.653.282
31.063.882
14.589.400
4.485.324.190
2.635.270.771
185.315.306
7.341.660
1.657.396.453
1.360.767.958
267.878.224
35.630.789
3.217.594
1.054.041.351
5.647.241.768
3.427.666.217
484.571.521
10.276.500
104.329.795
7.383.336
1.432.865.235
563.810.997
160.660.365
3.820.000
-7-
(Ribuan Rupiah)
2.39.3
2.40
2.40.1
2.40.2
2.40.3
2.40.4
2.40.5
2.40.6
2.40.7
2.40.8
2.41
2.41.1
2.41.2
2.41.3
2.41.4
2.41.5
2.41.6
2.41.7
2.41.8
2.41.9
1.194.810.830
2.41.10
9.135.567.984
2.41.11
2.745.408.684
2.41.12
2.691.483.947
2.41.13
32.827.936
2.42
2.42.1
1.796.783.895
438.920.975
2.42.2
2.42.3
2.43
2.43.1
2.43.2
2.43.3
119.079.000
2.44
2.44.1
524.569.440
233.121.940
2.44.2
2.45
2.45.1
2.45.2
2.46
399.330.632
4.870.599.685
300.257.529
500.000
22.606.100
283.143.826
848.629.596
2.898.200.437
378.844.750
138.417.447
72.436.753.119
37.795.219.015
15.310.138.612
432.477.439
17.507.908
1.298.364.000
464.933.158
1.202.993.359
115.020.247
30.350.518
1.327.512.402
298.296.886
176.717.886
2.500.000
291.447.500
1.399.229.760
755.786.362
643.443.398
5.055.124.250
2.46.3
Program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
2.46.4
336.541.000
2.46.5
260.954.000
2.46.6
314.944.000
2.46.7
373.434.000
2.46.8
319.444.000
2.46.9
2.47
2.47.1
2.47.2
2.47.3
2.47.4
2.48
2.48.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Komnas HAM
2.48.2
2.49
2.49.1
2.49.2
2.50
2.50.1
2.46.1
2.46.2
300.000.000
59.000.000
2.870.346.250
220.461.000
3.410.591.665
768.753.274
17.600.000
296.011.100
2.328.227.291
84.965.028
60.222.428
24.742.600
1.661.562.481
501.850.972
1.159.711.509
1.850.515.430
1.725.944.162
-8-
(Ribuan Rupiah)
2.50.2
2.50.3
2.51
2.51.2
MAHKAMAH KONSTITUSI RI
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Mahkamah
Konstitusi RI
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Konstitusi RI
2.51.3
2.51.4
2.52
2.52.1
2.53
2.53.1
2.53.2
2.54
2.54.1
2.54.2
Program Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi
2.55
2.55.1
2.55.2
2.55.3
2.56
2.56.1
2.56.2
2.57
2.57.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Informasi
Geospasial
2.57.2
2.58
2.58.1
2.58.2
2.59
2.59.1
2.59.2
2.60
2.60.1
2.60.2
2.60.3
2.61
2.61.2
2.61.3
2.62
2.62.1
2.62.2
40.788.400
2.62.3
160.380.206
2.63
2.63.1
2.63.2
2.51.1
2.52.2
2.61.1
2.64
33.538.000
91.033.268
264.274.483
140.343.796
9.536.500
95.071.687
19.322.500
117.169.305
79.819.305
37.350.000
1.118.183.052
181.906.824
936.276.228
776.893.054
147.780.487
629.112.567
914.577.944
455.264.284
8.068.500
451.245.160
698.660.593
131.672.266
566.988.327
884.712.853
194.847.432
689.865.421
184.522.097
97.485.602
87.036.495
181.942.516
112.300.782
69.641.734
300.060.979
196.414.095
8.070.000
95.576.884
177.320.826
109.388.355
10.000.000
57.932.471
625.750.089
424.581.483
1.490.930.675
1.029.314.546
461.616.129
2.64.2
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Perdagangan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan
2.64.3
2.64.4
2.64.5
169.298.831
2.64.6
200.617.950
2.64.7
2.64.8
2.64.9
2.64.10
2.65
2.64.1
2.65.1
2.65.2
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pemuda dan Olahraga
2.65.3
3.512.779.779
687.734.240
5.000.000
44.704.790
37.257.822
140.072.067
1.913.904.353
78.077.709
236.112.017
2.750.125.861
262.373.016
30.526.700
1.361.526.545
-9-
(Ribuan Rupiah)
2.65.4
2.66
2.66.1
2.66.2
2.67
2.67.1
2.67.2
2.67.3
2.68
KOMISI YUDISIAL RI
2.68.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Komisi Yudisial
1.095.699.600
766.781.773
503.516.210
263.265.563
1.002.552.093
213.224.089
28.931.728
760.396.276
113.567.890
77.206.490
2.69
2.69.1
2.69.2
2.69.3
2.70
2.70.1
2.71
458.498.922
28.714.022
2.71.2
2.72
2.72.1
213.810.029
72.113.029
2.72.2
2.72.3
2.73
2.73.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan SAR Nasional
2.73.2
2.73.3
2.74
2.74.1
2.75
2.75.1
2.75.2
2.76
131.221.531
84.776.631
2.76.2
2.77
2.77.1
186.348.626
63.329.226
2.77.2
2.68.2
2.71.1
2.76.1
2.78
2.78.1
2.78.2
2.79
2.79.1
2.80
SEKRETARIAT KABINET
2.80.1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Kabinet
Program Dukungan Pengelolaan Manajemen Kabinet Kepada Presiden dan Wakil Presiden
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
2.80.2
2.81
2.81.1
2.81.2
2.82
2.82.1
Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya LPP RRI
2.82.2
2.83
2.83.1
Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya LPP TVRI
2.83.2
2.84
2.84.1
2.84.2
2.85
2.85.1
2.85.2
2.86
2.86.1
2.86.2
36.361.400
735.820.834
259.447.092
14.000.000
462.373.742
417.665.142
417.665.142
429.784.900
7.666.800
134.030.200
2.119.916.904
526.905.861
204.072.312
1.388.938.731
137.267.057
137.267.057
277.469.252
29.853.252
247.616.000
46.444.900
123.019.400
1.750.805.429
780.589.597
970.215.832
505.592.273
505.592.273
219.679.229
166.094.789
53.584.440
485.034.246
119.748.690
365.285.556
969.448.063
847.193.463
122.254.600
796.298.043
215.960.256
580.337.787
249.655.176
44.012.576
205.642.600
998.217.826
712.197.865
286.019.961
350.532.233
167.428.033
183.104.200
-10-
(Ribuan Rupiah)
2.87
2.87.1
2.87.2
2.88
2.88.1
221.405.128.000
2.88.2
174.913.475.948
2.88.3
2.88.4
2.88.5
III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.2.1
3.1.2.1.1
3.1.2.1.2
3.1.2.2
3.1.2.2.1
3.1.2.2.1.1
3.1.2.2.1.2
3.1.2.2.1.2.1
3.1.2.2.1.2.1.1
3.1.2.2.1.2.1.2
3.1.2.2.1.2.2
3.1.2.2.2
3.2
3.2.1
3.2.1.1
3.2.1.2
3.2.1.3
3.2.2
3.2.2.1
3.2.3
3.2.3.1
3.2.3.1.1
3.2.3.1.2
Pembiayaan Utang
Surat Berharga Negara (Neto)
Pinjaman (Neto)
Pinjaman Dalam Negeri (Neto)
Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto)
Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pinjaman Luar Negeri (Neto)
Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)
Pinjaman Tunai
Pinjaman Kegiatan
Pinjaman Kegiatan Pemerintah Pusat
Pinjaman Kegiatan Kementerian Negara/Lembaga
Pinjaman Kegiatan Diterushibahkan
Pinjaman Kegiatan kepada BUMN/Pemda
Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri
Pembiayaan Investasi
Investasi Kepada BUMN
PMN kepada PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)
PMN kepada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)
PMN kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
Investasi Kepada Lembaga/Badan Lainnya
PMN kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
Investasi Kepada BLU
Dana Bergulir
Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP)
Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP)
3.2.3.1.3
3.2.3.2
3.2.3.3
3.2.4
3.2.4.1
3.2.4.2
3.2.4.3
3.2.4.4
3.2.4.5
3.2.5
3.2.5.1
3.2.5.1.1
3.2.5.2.
3.2.5.2.1
3.3
3.3.1.
3.3.1.1.
3.3.1.1.1
3.3.1.1.2
3.4
3.5
3.5.1
JOKO WIDODO
946.594.739
174.018.649
772.576.090
552.061.311.157
2.199.074.000
45.491.831.260
108.051.801.949
332.836.565.569
389.009.269.775
404.311.363.000
-15.302.093.225
1.486.800.000
2.500.000.000
-1.013.200.000
-16.788.893.225
48.293.174.075
13.300.000.000
34.993.174.075
24.921.745.787
23.905.481.787
1.016.264.000
10.071.428.288
-65.082.067.300
-49.138.928.936
-4.000.000.000
-1.000.000.000
-1.000.000.000
-2.000.000.000
-3.200.000.000
-3.200.000.000
-34.850.000.000
-10.700.000.000
-9.700.000.000
-500.000.000
-500.000.000
-2.500.000.000
-21.650.000.000
-1.988.928.936
-75.923.436
-41.030.500
-39.900.000
-44.289.000
-1.787.786.000
-5.100.000.000
-3.600.000.000
-3.600.000.000
-1.500.000.000
-1.500.000.000
-6.409.651.270
-6.409.651.270
-6.409.651.270
-10.071.428.288
3.661.777.018
-924.124.000
300.000.000
300.000.000
LAMPIRAN II
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TAHUN
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2017
POSTUR APBN TAHUN ANGGARAN 2017
(Ribuan Rupiah)
A.
PENDAPATAN NEGARA
I.
II.
B.
1.737.629.377.095
1.736.256.715.493
1.
PENERIMAAN PERPAJAKAN
1.495.893.810.596
2.
240.362.904.897
1.372.661.602
PENERIMAAN HIBAH
BELANJA NEGARA
I.
II.
2.070.465.942.664
1.310.439.269.474
760.026.673.190
C.
KESEIMBANGAN PRIMER
-111.431.437.569
D.
-332.836.565.569
-2,41
332.836.565.569
PEMBIAYAAN UTANG
389.009.269.775
II.
PEMBIAYAAN INVESTASI
-49.138.928.936
-6.409.651.270
-924.124.000
PEMBIAYAAN LAINNYA
300.000.000.000
JOKO WIDODO