You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

UJI FISIOLOGI BAKTERI

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Mikrobiologi Lanjut yang


dibina oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd.

Oleh :
Offering B/Kelompok 4
1. Saparuddin
2. Indri Pratiwi
3. Indra Pratiwi

(160341801190)
(160341800938)
(160341801342)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2016

UJI FISIOLOGI BAKTERI KUE LUMPUR

I. Topik :
Pengamatan aktivitas metabolisme bakteri
II. Tujuan :

Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan bakteri menghidrolisis lemak


Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan bakteri menghidrolisis protein
Mahasiswa dapat mengetahui kemampuan bakteri menghidrolisis amilum

III. Waktu Pelaksanaan Praktikum :


Hari/Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2016 melakukan inokulasi bakteri
Jumat, 14 Oktober 2016 melakukan pengamatan bakteri
Pukul
: 09.30 s/d 13.00 WIB
Tempat

: Laboratorium Mikrobiologi Lantai III Jurusan Biologi FMIPA,


UM

IV. Dasar Teori :


Mikroba memiliki sifat-sifat pertumbuhan, morfologi, dan sifat
fisiologi yang dapat dipelajari dengan melakukan

isolasi terlebih dahulu.

Isolasi merupakan suatu metode untuk memisahkan mikroba tertentu dari


populasi campuran sehingga memudahkan proses identifikasi. Salah satu
teknik isolasi adalah isolasi pada cawan agar untuk jenis mikroba yang dapat
membentuk koloni terpisah pada media padat, yaitu bakteri dan kapang
(Dwidjoseputro 1998).
Uji fisiologis bakteri dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri
berdasarkan aktivitas selnya. Bakteri yang dapat menghidrolisis pati
mempunyai aktivitas amilolitik, yaitu menghasilkan enzim amilase yang dapat
mengubah pati menjadi molekul-molekul gula sederhana (monosakarida) untuk
kebutuhan metabolisme sel. Aktivitas tersebut ditandai dengan adanya zona
bening di sekeliling koloni pada uji hidrolisis pati atau amilum (Hadioetomo,
1993). Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida.
Polisakarida

merupakan

makromolekul,

polimer

dengan

beberapa

monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa


2

polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya


ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel.
(Sukarminah, 2010).
Kemampuan untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa,
maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase. Amilum tidak dapat
langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih
dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel (Sukarminah,
2010).
Iodium digunakan sebagai indikator adanya amilum, bila medium
yang mengandung pati atau amilum diberi iodium maka akan Nampak warna
biru. Namun jika pati atau amilum tersebut telah terhidrolisis maka warnanya
akan jernih atau bening. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati
atau amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri (Hadioetomo,
1990).
Bakteri penghidrolisis lemak mampu mengubah senyawa menjadi
asam lemak dan gliserol. Bakteri dengan kemampuan hidrolisis lemak akan
menimbulkan warna merah kekuningan pada bagian bawah dan sekitar koloni.
Lemak merupakan campuran trigleserida yang terdiri atas 1 molekul gliserol
yang berikatan dengan 3 molekul asam lemak. Lemak memiliki sifat antara
lain: tidak larut dalam air, bila dipanaskan akan terjadi perubahan pada titik
cair, titik asap dan titik nyala, serta plastis dan bentuknya mudah berubah-ubah
bila mendapat tekanan, biasanya mengalami ketengikan, dan reaksi dengan
alkali

akan

membentuk

sabun

dan

gliserol.

Enzim

lipase

mampu

menghidrolisis lemak dan memecahkan menjadi 3 molekul asam lemak dan 1


molekul gliserol. (Gaman, dkk. 1981).
Jenis bakteri yang dapat menghidrolisis protein adalah bakteri yang
memproduksi enzim proteinase ekstraseluler. Semua bakteri memiliki enzim
proteinase tapi tidak semuanya memiliki enzim proteinase ekstraseluler.
Aktivitas enzim ini juga dapat dibuktikan dengan adanya zona bening di
sekeliling koloni pada hasil uji (Winarno, 1980).
V. Alat dan Bahan :

Alat
1. Jarum inokulasi lurus
2. Pipet
3. Tabung reaksi
4. Inkubator
5. Gelas ukur 10 ml
6. Kaki tiga dan kasa
7. Beaker glass 400 ml
8. Lampu spirtus
9. Rak tabung reaksi
10. Tabung durham
1.
2.
3.
4.

Bahan
Biakkan murni bakteri
Medium amilum agar
Medium skim milk agar
Medium NA + Lemak + Neutral red

VI. Prosedur Kerja


1. Uji Kemampuan Menghidrolisis Amilum

Medium Amilum Agar (AA) pada cawan petri yang telah


dibuat disediakan, kemudian dibuat garis dengan
menggunakan spidol pada bagian bawah cawan petri
sehingga membagi medium menjadi dua bagian yang sama

Biakan murni bakteri koloni I diinokulasikan pada setengah bagian


medium dengan menggunakan jarum inokulasi. Setengah bagian
medium diinokulasikan dengan biakan murni bakteri koloni II.
Dilakukan inkubasi biakan pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam.

Dilakukan penuangan larutan Iodium ke permukaan


medium. Perubahan warna diperhatikan pada sekeliling
koloni bakteri dan pada medium agar. Berdasarkan
pengamatan, disimpulkan kemampuan menghidrolisis
amilum pada kedua koloni bakteri yang dibiakkan.

2. Uji Kemampuan Menghidrolisis Protein


Medium Skim Agar (SA) disiapkan, kemudian dengan
menggunakan spidol dibuat garis tengah pada bagian
bawah cawan petri.

Biakan murni bakteri pada koloni I diinokulasikan pada setengah


bagian medium SA, sedangkan biakan murni bakteri koloni II
diinokulasikan pada setengan bagian medium SA yang tersisa.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam.

Pengamatan dilakukan pada perubahan medium di


sekitar koloni bakteri. Kemampuan menghidrolisis
protein dari dua koloni bakteri disimpulkan berdasarkan
pengamatan.

3. Uji Kemampuan Menghidrolisis Lemak

Medium NA yang mengandung 1% minyak zaitun dan


indikator Neutral Red (NAL) disiapkan. Garis tengah
pada bagian dasar cawan petri dibuat sehingga
membagi medium NAL menjadi dua bagian

Biakan murni koloni I diinokulasikan pada setengah bagian


medium NAL, sementara setengah bagian medium NAL yang
tersisa diinokulasikan dengan biakan murni koloni II. Inkubasi
dilakukan pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam.

Perubahan warna medium NAL pada koloni bakteri


diamati. Kemampuan menghidrolisis lemak pada kedua
koloni di simpulkan dari pengamatan tersebut.

VII. Data Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemampuan Hidrolisis Bakteri
No
1.

Kemampua
n Hidrolisis
Amilum

Medium
Amilum
Agar
(AA)

Foto Hasil Pengamatan

Koloni I

Koloni II

2.

Protein

Skim
Agar
(SA)

Koloni I

Koloni II

3.

Lemak

Nurtient
Agar
Lipid
(NAL)

Koloni I

Koloni II

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kemampuan Hidrolisis Bakteri


No

Koloni Bakteri

Kemampuan Menghidrolisis
Amilum
Protein
Lemak
1.
I
2.
II
+++
Keterangan: (-)
Tidak mampu menghidrolisis
(+) Kemampuan menghidrolisis lemah
(++) Kemampuan menghidrolisis sedang
(+++)
Kemampuan menghidrolisis kuat

VIII. Analisis Data


1. Uji kemampuan hidrolisis amilum
Koloni I tidak mampu menghidrolisis amilum. Hal ini
dikarenakan tidak terbentuk zona bening di sekeliling koloni
setelah medium diberi reagen Iodin. Koloni II mempunyai
kemampuan menghidrolisis amilum kuat karena terbentuk
zona bening sejauh 8 mm disekitar koloni bakteri setelah
medium diberi reagen Iodin.
2. Uji kemampuan hidrolisis protein
Koloni I tidak mampu menghidrolisis protein karena tidak
terbentuk zona bening di sekitar koloni. Koloni II juga
memperlihatkan sifat tidak mampu menghidrolisis protein
karena di sekitar koloni II juga tidak terbentuk zona bening.
Medium pada kedua koloni yang tumbuh tetap berwarna
putih susu.
3. Uji kemampuan hidrolisis lemak
Koloni I tidak mampu menghidrolisis lemak karena tidak
terbentuk koloni berwarna merah. Koloni II juga tidak mampu
menghidrolisis lemak karena juga tidak terbentuk koloni
berwarna merah pada NAL.
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan 3 macam medium sebagai
bahan untuk menguji sifat biokimiawi bakteri yaitu medium amilum agar, skin
milk agar (medium yang mengandung protein), dan NA+ minyak zaitun+indikator
neutral red. Bakteri yang diamati sifat biokimiawinya yaitu bakteri biakan yang
telah disediakan..
1 Uji kemampuan hidrolisis amilum
Pada medium amilum agar, Koloni I tidak mampu menghidrolisis amilum
tersebut. Hal ini dikarenakan tidak terbentuk zona bening di sekeliling koloni
setelah medium diberi reagen Iodin. Adanya zona bening menunjukkan bahwa
pada medium amilum Agar terdapat koloni bakteri amilolitik yang dapat
mengurai amilum. Bakteri amiloliti kini dapat mengurai amilum karena bakteri
tersebut memiliki enzim amilase yang dapat mengurai amilum menjadi gula
8

sederhana. Menurut Zahidah (2013), potensi amilolitik diukur berdasarkan


kemampuan isolat bakteri dalam mensekresikan enzim amilase. Pengujian
enzim amilase secara kualitatif dilakukan dengan menguji aktivitas bakteri
aerob dalam mendegradasi amilum pada medium amilum Agar. Koloni II
mempunyai kemampuan menghidrolisis amilum kuat karena terbentuk zona
bening sejauh 8 mm di sekitar koloni bakteri setelah medium diberi reagen
Iodin. Hal ini berarti bahwa bakteri koloni II juga merupakan bakteri
amilolitik. Menurut Hadioetomo (1993), Larutan iodium gram adalah indikator
amilum. Bila medium yang mengandung amilum diberi larutan iodium, maka
akan tampak warna biru. Bila amilum telah terhidrolisis, maka tempat-tempat
yang tidak mengandung amilum lagi akan tampak jernih. Hal tersebut
membuktikan bahwa bakteri melakukan aktivitas menghidrolisis amilum, dan
hal itu juga berarti kedua bakteri yang kami amati dapat menghasilkan enzim
amilase
2

Uji kemampuan hidrolisis protein


Koloni I tidak mampu menghidrolisis protein karena tidak terbentuk zona
bening di sekitar koloni. Hal yang sama terjadi pada Koloni II yang juga
memperlihatkan sifat tidak mampu menghidrolisis protein karena di sekitar
koloni II juga tidak terbentuk zona bening. Medium pada kedua koloni yang
tumbuh tetap berwarna putih susu. Berdasarkan gambar, pada medium Skim
Milk Agar menunjukkan tidak terdapatnya bakteri proteolitik, ditandai dengan
tidak tditemukan terbentuknya zona bening pada mediumSMA. Bakteri
proteolitik menghasilkan enzim protease yang dapat menguraikan protein
menjadi asam amino. Menurut Winarwi (2006), protease

dihasilkan oleh

mikroba proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein.


Protease dibutuhkan secara fisiologi untuk kebutuhan organisme

pada

tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme. Tidak di dapatkannya hasil


seperti indikasi hasil aktifitas bakteri menghidrolisis protein yang telah di
jelaskan dalam petunjuk praktikum dimungkinkan karena memang bakteri
biakan yang ada pada medium kami tidak dapat menghidrolosis protein

ataukah kurangnya kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan prosedurprosedur praktikum.


3

Uji kemampuan hidrolisis lemak


Koloni I tidak mampu menghidrolisis lemak karena tidak terbentuk koloni
berwarna merah. Begitupun pada Koloni II juga tidak mampu menghidrolisis
lemak karena juga tidak terbentuk koloni berwarna merah pada NAL. Indikasi
dari hasil aktifitas bakteri yang telah menghidrolisis lemak yaitu adanya warna
merah pada bagian dasar koloni bakteri yang tumbuh, sedangkan warna
medium yang ada di sekitar koloni bakteri berwarna kekuningan.. Tidak di
dapatkannya hasil seperti indikasi hasil aktifitas bakteri menghidrolisis lemak
dimungkinkan karena kurangnya pemberian neutral red pada medium agar
lemak yang kami gunakan jadi warna merah tersebut tidak dapat terlihat.
Namun juga dapat disebabkan memang bakteri biakan yang ada pada medium
kami tidak dapat menghidrolosis lemak atau kemungkinan lain kesalahan
dalam prosedur praktikum yang tidak sesuai arahan asisten dan dosen
pengampu mata kuliah mikrobiologi lanjut.

X. Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa :
1

Bakteri pada koloni I dan II terbukti dapat menguraikan amilum pada


medium amilum agar sehingga kedunya termasuk bakteri amilolitik.

Bakteri pada koloni I dan II tidak dapat menguraikan protein pada


medium skim milk sehingga kedunya tidak termasuk bakteri proteolitik

Bakteri pada koloni I dan II tidak dapat menguraikan lemak pada


medium lemak+ neutral red sehingga kedunya tidak termasuk bakteri
lipolitik

XI. Diskusi
1. Adakah perubahan yang terjadi pada masing-masing pengujian?
` Jawaban :

10

perubahan hanya terjadi pada medium amilum agar (pengujian amilum)


sementara medium skim milk (pengujian protein) dan medium NA +
Neutral Red (pengujian lemak) tidak mengalami perubahan apapun
2. Bagaimanakah perubahan tersebut dapat terjadi?Jelaskan!
Jawaban :
Indikator yang dipakai pada uji hidrolisis amilum adalah iodine.
Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk warna biru hitam yang
terlihat pada media. NA yang mengandung amilum digunakan sebagai
media. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk kompleks warna
biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru hitam terjadi jika iodine
masuk ke dalam bagian kosong pada amilum yang berbentuk spiral.
Hidrolisis amilum terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni,
sedangkan hasil negatif ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.
Uji

proteolitik

ditujukan

untuk

mengetahui

kemampuan

mikroorganisme menghasilkan enzim protease. Pada praktikum ini protein


yang digunakan dalam bentuk kasein susu. Hidrolisis kasein secara
bertahap akan menghasilkan monomernya berupa asam amino. Proses ini
dinamakan peptonisasi atau proteolisis. Aktivitas proteolitik ditunjukkan
oleh terbentuknya zone jernih di sekeliling koloni.
Untuk mendapatkan energi dari lipid, mikroba menghasilkan enzim
lipase dan esterase yang memecah ikatan ester menghasilkan gliserol dan
asam lemak. Pengujian ini menggunakan indikator neutral red yang
mampu mendeteksi keberadaan asam lemak yang terbentuk akibat
hidrolisis lemak. Jadi apabila terdapat warna merah di bawah bakteri dapat
diartikan bahwa terdapat asam lemak yang dihasilkan dari aktivitas
hidrolisis lemak oleh bakteri.
XII. Daftar Rujukan
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi dasar dalam praktek (Teknik dan
prosedur dasar laboratorium). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11

Setyawati, W.A., Subagyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim
Ekstraseluler (Proteolitik, Amilolitik, Lipolitik Dan Selulolitik)
yang Berasal dari Sedimen Kawasan Mangrove. Jurnal Ilmu
Kelautan. 17(3). 4: 165-166.
Dwidjosaputro, D . 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Gaman, N. 1981. Unsur-unsur Mineral dan Air. Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta. Gajahmada University
Press.
Hadioetomo, R.S.1993. Mikrobiologi dasar dalam praktek. Jakarta :
Gramedia
Sukarminah, E, Sumanti, D.M. dan Hanidah, I. 2010. Mikrobiologi Pangan.
Universitas Pajajaran.
Winarno, S.G.S Fardiaz dan Devardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta : Gramedia.
XIII. Laporan sementara

12

You might also like