Professional Documents
Culture Documents
a.
b.
c.
d.
Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur, maka strategi dan arahan
kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu dijabarkan ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangkalan;
e.
Mengingat
1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013).
2. Undang-Undang
Nomor
Tahun
1992
tentang
Perumahan
&
Republik
Indonesia
Tahun
Republik
Indonesia
Tahun
Nomor
(Lembaran Negara
23
Republik
Tahun
2007
Indonesia
tentang
Tahun
Perkeretaapian
2007 Nomor
65,
Republik
Indonesia
Tahun
Republik
Indonesia
Tahun
1997 Nomor
59,
22.
Republik
Indonesia
Tahun
2005 Nomor
32,
24.
25.
26.
Peraturan
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah
Daerah
Provinsi
dan
Republik
Indonesia
Tahun
29.
30.
Republik
Indonesia
Tahun
32.
33.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang
Daerah.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bangkalan;
2. Kepala Daerah adalah Bupati Bangkalan;
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bangkalan;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangkalan yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan
ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
kehidupannya;
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang;
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional;
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya;
wilayah Kabupaten;
21. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya;
22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan;
23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumberdaya manusia dan sumber daya buatan;
24. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan
tetap;
25. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta
memelihara kesuburan tanah;
26. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan;
27. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain;
28. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
29. Daya tampung lingkungan hidup kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi dan atau komponen lain yang masuk atau
dimasukan kedalamnya;
30. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup;
31. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan
tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air;
32. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan
yang
mempunyai
manfaat
penting
untuk
mempertahankan
kelestarian fungsinya.
35. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
mata air;
36. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan;
37. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem
tertentu
yang
perlu
dilindungi
dan
perkembangannya
10
11
fungsional
yang
dihubunkan
dengan
sistem
jaringan
internasional
daerah
simpul
sekitarnya
dan
serta
transportasi
mempunyai
sebagai
yang
potensi
pusat
melayani
jasa,
untuk
pusat
beberapa
12
57. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kota
sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang
melayani beberapa kabupaten;
58. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan;
59. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah
kawasan kutub pertumbuhan yang berada diluar Pusat Kegiatan Lokal;
60. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah
kawasan yang merupakan hinterland dari Pusat Pelayanan Kawasan;
61. Kawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan
penanganannya serta memerlukan dukungan penataan ruang segera
dalam kurun waktu perencanaan;
62. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di
prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan / atau lingkungan;
63. Kawasan potensial adalah kawasan yang memiliki peran untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan sekitarnya serta dapat
mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang;
64. Kawasan pengendalian ketat adalah kawasan yang memerlukan
pengawasan secara khusus dan
13
68. Ekosistem adalah sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya;.
69. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan
generasi mendatang;
70. Daya
dukung
mendukung
lingkungan
kehidupan
adalah
kemampuan
organisme
secara
ekosistem
sehat
untuk
sekaligus
14
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Bangkalan
kebijakan & strategi, struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten yang
meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara menurut peraturan
perundang-undangan.
BAB II
ASAS , VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Pertama
Asas
Pasal 3
RTRW Kabupaten Bangkalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun
berdasarkan asas :
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. keterbukaan;
f.
akuntabilitas.
Bagian Kedua
Visi dan Misi Penataan Ruang
Pasal 4
15
keseimbangan
struktur
ruang
guna
mendorong
pertumbuhan wilayah;
b. mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
c. mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha
sesuai rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi
produktif;
d. mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara
berkeadilan dan proporsional untuk peningkatan sumber daya
manusia yang lebih produktif, mandiri, dan berdaya saing tinggi;
e. mengintegrasikan program pembangunan yang didukung seluruh
pemangku kepentingan
Bagian Ketiga
Tujuan
Pasal 5
Penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Bangkalan bertujuan untuk :
a. mewujudkan penataan ruang wilayah yang sesuai dengan tatanan
kehidupan
masyarakat
Kabupaten
Bangkalan
yang
religius
dan
Pulau
Madura
khususnya
pasca
pembangunan
Jembatan Suramadu;
b. optimalisasi potensi sumber daya hayati dan non hayati, pembangunan
dan pengembangan wilayah yang merata di seluruh Kabupaten
Bangkalan;
c. penetapan struktur dan pola ruang yang selaras berazaskan pada
pembangunan yang berkelanjutan (Suistainable Development) dengan
tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
Kabupaten;
16
d. Bangkalan secara merata dan berbasis pada potensi sumber daya alam
dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, ekologis dan
konservasi sumber daya ala
Bagian Keempat
Sasaran
Pasal 6
Sasaran penataan ruang Kabupaten Bangkalan, adalah untuk :
a. merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kabupaten;
b. merumuskan rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi
sistem permukiman dan sistem prasarana wilayah kabupaten;
c. merumuskan rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya;
d. menetapkan kawasan strategis kabupaten;
e. merumuskan arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
indikasi program utama jangka menengah lima Tahunan;
f.
ruang wilayah
17
Paragraf 2
Kebijakan dan Strategi Penetapan
Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 8
Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah daerah memuat :
a. kebijakan dan strategi sistem permukiman;
b. kebijakan dan strategi rencana prasarana wilayah.
Pasal 9
Kebijakan dan Strategi sistem permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf (a), memuat :
a. mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan pada wilayah
Kabupaten Bangkalan yang berada dalam lingkup wilayah Surabaya
Metropolitan Area yaitu ada wilayah Kecamatan Labang, Tragah, Kamal ,
Socah, Bangkalan dan Kecamatan Burneh yang merupakan kawasan
utama pengembangan perkotaan, dengan strategi; penentuan hirarki
perkotaan yang dibagi dalam hirarki PKN, PKL, PPK, PPL;
b. mengarahkan struktur permukiman secara berhirarki dan mengendalikan
perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat
kearah kawasan metropolitan di Kabupaten Bangkalan, dengan strategi;
menata kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan peran masing
masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan
dan distribusi hasil pertanian,
18
prasarana
transportasi
darat
yang
meliputi
prasarana
transportasi
pengembangan
pelabuhan
internasional,
laut
yang
meliputi
pelabuhan
regional,
19
Paragraf 3
Kebijakan dan Strategi Penetapan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Pasal 11
20
melindungi
dari
kegiatan
manusia
yang
dapat
mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik air sungai
serta mengamankan aliran sungai, dengan strategi;
1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya disepanjang sungai
yang dapat menggangu atau merusak kualitas air kondisi fisik
dan dasar sungai serta alirannya;
2. Pengendalian kegiatan telah ada disekitar sungai;
3. Pengamanan daerah aliran sungai.
d. kawasan sempadan pantai :
21
zona-zona
ilmu
pemanfaatan
pengetahuan,
pariwisata,
ruang
rekreasi
untuk
dan
pendidikan;
2. pengelolaan taman wisata alam yang memadukan kepentingan
pelestarian dan pariwisata/rekreasi alam;
3. melindungi kawasan cagar budaya;
22
lindung dengan
23
teknis
dan
ditingkatkan
intensifikasinya,
dengan
strategi;
1. Pengembangan sawah irigasi teknis atau pencetakan sawah baru
dilakukan dengan memprioritaskan perubahan dari sawah tadah
hujan menjadi sawah irigasi sejalan dengan perluasan jaringan
irigasi dan pengembangan waduk/embung;
2. Perubahan kawasan pertanian menjadi non pertanian harus diikuti
oleh pengembangan kawasan pertanian baru dengan tetap
memperhatikan luas kawasan yang dipertahankan sebagai
kawasan pertanian;
3. Pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produksi
dan
produktifitas
tanaman
pangan
dengan
24
strategis/vital
untuk
kegiatan-kegiatan
penelitian
umum,
25
menengah dan
pengembangannya diharapkan akan berdampak positif bagi kawasankawasan lainnya, dengan strategi;
1. revitalisasi kawasan wisata;
2. pengembangan prasarana dan sarana kawasan wisata;
3. pembangunan kawasankawasan wisata baru untuk menunjang
keberadaan Suramadu.
(6) Kawasan permukiman
a. permukiman kota
Kebijakan : mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai
tempat pemusatan penduduk yang ditunjang oleh penyediaan
prasarana dan sarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
hierarki dan fungsinya, dengan strategi; penataan ruang kota
Kabupaten Bangkalan yang terdiri perkotaan Bangkalan, perkotaan
Labang dan perkotaan Tragah (Kawasan Kaki Jembatan Suramadu),
perkotaan Socah, perkotaan Burneh dan areal pengembangan
perkotaan di Kecamatan Arosbaya, Klampis dan Sepulu.
b. permukiman perdesaan
Kebijakan :
26
27
(local
indigenous);
d. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan
masyarakat; dan
e. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
Pasal 18
Kebijakan dan strategi dari Kawasan Pengendalian Ketat/high Control
Zone (HCZ) sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 (d), memuat
dianggap
mempunyai
kecenderungan
perkembangan
kegiatan
28
Paragraf 5
Kebijakan dan Strategi Penetapan
Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Pasal 19
(1) Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil, adalah meliputi ; Pengembangan kota-kota pesisir di Kabupaten
Bangkalan.
(2) Kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
a. Meningkatkan akses menuju kota-kota pesisir yang menjadi orientasi
utama di wilayah Kabupaten Bangkalan;
b. Mengembangkan
pelayanan
penunjang
kegiatan
perdagangan
kegiatan
ekonomi
dengan
sebesar-besarnya
BAB III
STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
29
Pasal 20
Struktur pemanfaataan ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan
pengembangan:
a. sistem permukiman;
b. sistem prasarana wilayah.
Bagian Kedua
Sistem Permukiman
Pasal 21
Sistem permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a,
meliputi:
a. Sistem pusat kegiatan;
b. pengembangan perkotaan Metropolitan;
c. Pengembangan kawasan Agropolitan.
Pasal 22
(1) Hirarki sistem permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
a, meliputi :
a. Pusat Kegiatan Nasional ( PKN ) yang meliputi : Ibukota Bangkalan,
dan kawasan perkotaan Kaki Jembatan Suramadu yang meliputi
Kecamatan Labang;
b. Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) : meliputi perkotaan di Kecamatan
Klampis, Tanjung bumi, Blega dan Kecamatan Tanah Merah yang
merupakan pusat dari SSWP;
c.
30
31
1. hirarki jalan;
a. sistem jaringan jalan arteri primer;
b. sistem jaringan kolektor primer;
c. sistem jaringan lokal primer.
2. prasarana transportasi darat
a. terminal penumpang tipe A;
b. jaringan kereta api;
c. angkutan penyeberangan.
3. prasarana transportasi laut
a. pelabuhan petikemas internasional;
b. pelabuhan regional;
c. pelabuhan khusus;
d. pelabuhan lokal.
b. sistem prasarana telematika;
c. sistem prasarana sumber daya air;
d. sistem prasarana energi;
e. sistem pengelolaan prasarana lingkungan.
Paragraf 1
Rencana Pengembangan Prasarana
Transportasi Jalan
Pasal 24
(1) Rencana
pengembangan
sistem
prasarana
transportasi
jalan
32
Desa Parseh;
b. jaringan jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Tanah Merah
Geger Sepulu;
c. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Socah- Desa Jaddih
(Kecamatan Socah);
d. jaringan jalan yang menghubungkan Kwanyar Barat Dasa Sumur
Koneng (Kecamatan Kwanyar);
e. jaringan jalan yang menghubungkan Desa Tanah Merah Laok Desa
Tanah Merah Dajjah (Kecamatan Tanah Merah);
f.
33
j.
jaringan jalan
34
Pasal 25
Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), adalah :
(1) Untuk mengefektifkan dan menghubungkan antara fungsi kegiatan utama
di tiap wilayah di Kabupaten Bangkalan, direncanakan sistem fungsi
jaringan jalan utama yang terdiri dari jaringan jalan primer yaitu Jalan
Poros Suramadu serta beberapa jalan yang menghubungkan antar
kecamatan di Kabupaten Bangkalan;
(2) Jalan Poros Suramadu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang
melintas di wilayah perencanaan. Jalan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi struktur kegiatan dan tata
ruang di wilayah perencanaan, karena jaringan tersebut akan menarik
kegiatan kota/regional menyebar disepanjang jaringan utama. Sehingga
akan mempengaruhi pola struktur tata ruang secara keseluruhan. Jalan
Poros Suramadu ini melintas dari Kecamatan Labang Kecamatan
Tragah Kecamatan Burneh Kecamatan Geger Kecamatan Arosbaya
Kecamatan Klampis;
(3) Merupakan jalan yang menghubungkan pusat kegiatan di tiap PKL
dengan pusat kegiatan didalamnya.
a. jalan Arteri Primer;
b. merupakan jalan dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas dan kegiatan lokal;
2. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;
3. Tidak terputus walaupun memasuki kota;
4. Memiliki kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas jalan lainya.
(4) Pengembangan rute angkutan umum dari Kota Surabaya ke Kota
Bangkalan melalui Jembatan Suramadu.
Paragraf 2
Rencana Pengembangan Prasarana
Terminal Penumpang & Penyeberangan
Pasal 26
35
Rencana
pengembangan
prasarana
terminal
penumpang
dan
Suramadu
dengan
tidak
mematikan
fungsi
Dermaga
dengan
kapasitas
dan
mengoptimalkan
layanan
penyeberangan.
(3) Pengembangan angkutan penyeberangan untuk prasarana wisata bahari.
Rencana Pengembangan Prasarana
Transportasi Perkeretaapiaan
Pasal 27
Rencana
pengembangan
prasarana
transportasi
perkeretaapian
36
Paragraf 4
Rencana Pengembangan Prasarana
Telematika
Pasal 29
Sistem pengembangan prasarana telematika sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf c, adalah :
(1) Prasarana telematika yang dikembangkan, meliputi :
a. sistem kabel;
b. sistem seluler; dan
c. sistem satelit.
(2) Rencana pengembangan prasarana telematika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), akan terus ditingkatkan perkembangannya hingga
mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana
telematika
mendorong
kualitas
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan;
(3) Rencana penyediaan infrastruktur telematika, berupa tower BTS (Base
Transceiver Station) secara bersama-sama;
(4) Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi
dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telematika;
37
pengairan
direncanakan
sesuai
dengan
kebutuhan
peningkatan sawah irigasi teknis dan non teknis baik untuk irigasi air
permukaan maupun air tanah;
(4) Rencana pengembangan pengairan berdasarkan wilayah sungai;
(5) Pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan irigasi dilakukan dengan
peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau,
sedangkan irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah
teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis.
(6) Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di
Kabupaten Bangkalan seperti :
a. perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
air;
b. perluasan daerah tanggapan air; dan
c. peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM
dengan peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah
perdesaan;
d. pemenuhan kebutuhan air bersih untuk industri dan permukiman
pasca Suramadu dengan peningkatan sistem utilitas Suramadu.
(7) Upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara
membangun waduk dan embung yang meliputi :
a. waduk Blega di Kecamatan Galis;
b. embung Pangalangan 1 di Kecamatan Burneh;
38
j.
39
2) Kecamatan Geger;
3) Kecamatan Arosbaya;
4) Kecamatan Klampis;
5) Kecamatan Sepulu;
6) Kecamatan Tanjung Bumi;
7) Kecamatan Kokop;
8) Kecamatan Konang;
9) Kecamatan Kwanyar;
(4) Pengembangan pelayanan energi listrik, meliputi :
a. peningkatan
daya
energi
listrik
pada
daerah-daerah
pusat
40
Paragraf 7
Rencana Pengembangan
Sistem Prasarana Lingkungan
Pasal 32
1. Rencana pengembangan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf e, Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan
prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif.
2. Prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) terpadu yang dikelola bersama
untuk kepentingan antar wilayah di Kecamatan Tanah Merah;
b. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Regional di Desa Buluh,
Kecamatan Socah;
c. tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3.
3. Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan
lintas wilayah administratif, adalah :
a. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan
masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;
b. pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan
teknis;
c. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai
dengan kaidah teknis; serta;
d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan
daya dukung lingkungan;
4. Upaya penanganan permasalahan sanitasi/limbah khusus rumah tangga,
meliputi :
a. pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada
pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing KK; dan
b. pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga
dapat dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas
sanitasi umum.
41
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 33
Pola ruang wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
Bagian Kedua
Pelestarian Kawasan Lindung
Paragraf 1
Pola Ruang Untuk Kawasan Lindung
Pasal 34
(1) Pola ruang untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33,
meliputi :
a. kawasan perlindungan setempat;
b. kawasan pelestarian alam & cagar budaya;
c. kawasan rawan bencana alam;
d. Kawasan perlindungan bawahan.
(2) Sebaran kawasan lindung sebagaimana dimaksud ayat (1) sebagaimana
tercantum pada lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 35
Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
ayat (1) huruf a, meliputi :
42
Pasal 36
Kawasan pelestarian alam & cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. kawasan pelestarian, meliputi Wanawisata Gunung Geger, Kecamatan
Geger dengan luas 30,2 Ha;
b. Cagar budaya untuk lingkungan bangunan non-gedung meliputi :
1. makam Aer Mata Ratu Ebuh seluas 560 m 2 di Kecamatan
Arosbaya;
2. makam Syaichona Kholil 300 m2 di Kecamatan Bangkalan;
3. makam Agung, seluas 350 m2 di Kecamatan Arosbaya;
c. Cagar budaya untuk lingkungan bangunan gedung adalah pelestarian
bangunan Klenteng Eng An Bio seluas 435 m2 di Kecamatan
Bangkalan, Menara Mercusuar 200 m2 di Kecamatan Socah dan
Benteng Kolonial + 10.000 m2.
Pasal 37
Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1) huruf c, meliputi :
(1) Kawasan rawan longsor dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Kecamatan Blega;
b. Kecamatan Konang.
43
Paragraf 2
Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung
Pasal 39
(1) Rencana
pengelolaan
kawasan
lindung
meliputi
semua
upaya
44
45
lindung
di daratan
untuk menunjang
Kawasan
Perlindungan
Setempat
Sempadan
Hutan
Bakau/mangrove, adalah:
1. pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui
penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai;
2. pengembangan kegiatan budidaya di kawasan pantai berhutan
bakau;
3. Kegiatan budidaya yang dikembangkan harus disesuaikan dengan
karakteristik setempat dan tetap mendukung fungsi lindungnya;
46
47
rehabilitasi
hutan/reboisasi
hutan
lindung
dengan
48
(1) Pola ruang untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 meliputi:
a. Kawasan Hutan;
b. Kawasan Pertanian;
c. Kawasan Pertambangan;
d. Kawasan Peruntukan Industri;
e. Kawasan Pariwisata;
f.
Kawasan Permukiman;
(2) Sebaran
kawasan
budidaya
sebagaimana
dimaksud
ayat
(1)
hutan
produksi
dan
hutan
rakyat
seluas
12.341,63
ha,
49
dimaksud
pada
hampir disemua
Kecamatan;
(5) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1),
meliputi : perikanan tangkap, perikanan budidaya air payau, perikanan
budidaya air tawar, dan perikanan budidaya laut, yang terletak di
Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Socah, Bangkalan, Arosbaya,
Tanjung Bumi, Sepulu, dan Klampis.
Pasal 47
(1) Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)
huruf c, meliputi pertambangan bahan galian golongan galian strategis,
golongan bahan galian vital dan golongan bahan galian yang tidak
termasuk kedua golongan di atas;
(2) Pertambangan galian golongan galian strategis sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 terletak di Kecamatan Kamal, Labang, Tragah, Kwanyar,
Galis, Konang, Modung, dan Blega.
Pasal 48
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
ayat (1) huruf d, terdiri atas : kawasan industrial estate, sentra industri
kecil, zona industri;
(2) Pengembangan Kawasan sentra industri kecil & menengah di wilayah
Kaki Jembatan Suramadu yang terintegrasi dengan kawasan pemukiman
50
Pasal 49
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf e;
terdiri atas: kawasan wisata alam pegunungan dan kawasan wisata alam
pantai, kawasan budaya dan kawasan wisata minat khusus;
(2) Kawasan pariwisata alam pegunungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terletak di wanawisata Gunung Geger, Kecamatan Geger;
(3) kawasan pariwisata alam pantai meliputi :
51
52
Pasal 52
Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf
h, meliputi ruang terbuka hijau di perkotaan dan secara keseluruhan seperti
yang terdiri dari
kawasan
industri,
kawasan
pariwisata,
kawasan
53
kawasan
yang
boleh
dialihfungsikan
untuk
kawasan
menjadi
perkembunan
kembali
dengan
melibatkan
masyarakat;
g. peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui
peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan
masing-masing;
54
Pasal 57
Rencana pengelolaan kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (1), adalah :
a. peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui
peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan
masing-masing; dan
b. penetapan
komoditi tanaman
kesesuaian
lahan,
Tahunan
konservasi
tanah
selain
dan
mempertimbangkan
air,
juga
perlu
kegiatan
peternakan
secara
alami
dengan
ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit
pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman.
55
Pasal 59
Rencana pengelolaan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (2), adalah :
a. mempertahankan,
merehabilitasi
dan
merevitalisasi
tanaman
bakau/mangrove;
b. pengembangan kawasan perikanan tangkap dan perikanan budidaya;
c. menjaga kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah
industri maupun limbah lainnya serta mempertahankan habitat alami ikan.
Pasal 60
Rencana pengelolaan kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (1) , adalah :
a. pengembangan
mempertimbangkan
kawasan
pertambangan
potensi
bahan
galian,
dilakukan
kondisi
dengan
geologi
dan
kegiatan
usaha
pertambangan
harus
menyimpan
dan
56
eksplorasi
dan/atau
eksploitasi
tambang
harus
disertai
AMDAL,
wisata
alam
dikembangkan
dengan
tetap
menjaga
dan
melestarikan alam;
e. tidak melakukan pengerusakan;
f.
57
perkotaan
besar
dan
menengah
penyediaan
permukiman
selain
permukiman
perkotaan
kecil
dilakukan
melalui
58
i.
tersebut
sehingga
dapat
membantu
pertumbuhan
kawasan
sekitarnya.
Pasal 65
Rencana pengelolaan kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), adalah:
a. memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat
yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa
(sisi penawaran);
b. penyerapan tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang
dominan terhadap PDRB.
Pasal 66
Rencana pengelolaan kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (1), adalah:
a. pengawasan dan pengendalian terhadap kawasan yang ditetapkan
sebagai RTH;
59
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 68
Penetapan kawasan strategis Kabupaten Bangkalan meliputi :
(1) Beberapa kawasan yang merupakan kawasan strategis di Daerah adalah
sebagai berikut :
a. Kawasan strategis militer;
b. Kawasan strategis ekonomi;
60
untuk
kepentingan
pertumbuhan
ekonomi
adalah
61
di Kecamatan Labang
pengelolaan
kawasan
strategis
adanya
peruntukan
bangunan
yang
akan
62
wilayah
rawan
bencana
perlu
diupayakan
dengan
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 70
(1) Pemanfaatan
ruang
dilakukan
melalui
pelaksanaan
program
tata
ruang
dilaksanakan
dengan
mengembangkan
Bagian Kedua
Pemanfaatan Ruang Wilayah
Paragraf 1
Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi
Pasal 71
(1) Koordinasi penataan
ruang
dilaksanakan oleh
Badan Koordinasi
63
tata
ruang, pemanfaatan
ruang,
dan
pengendalian
pemanfaatan ruang.
Paragraf 2
Prioritas dan Tahapan Pembangunan
Pasal 73
(1) Prioritas
pelaksanaan
kemampuan
pembangunan
pembiayaan
dan
disusun
kegiatan
yang
berdasarkan
atas
mempunyai
efek
64
Pasal 76
Pemanfaatan
ruang
untuk
penetapan
fungsi
kawasan
permukiman
65
pelayanan
sosial
ekonomi
sesuai
potensi
kawasan
perkotaan dan peran yang harus diemban dalam skala yang lebih luas;
dan
6. Pengembangan kawasan perkotaan ibukota kecamatan.
Pasal 77
Pemanfaatan ruang untuk wilayah untuk pengembangan prasarana wilayah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (4) huruf d, meliputi :
a. pengembangan transportasi jalan raya :
1. Pengembangan
jalan
dalam
mendukung
pertumbuhan
dan
sistem
transportasi
massal
dan
infrastruktur
66
67
Pasal 80
Pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan budidaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 78 huruf b, meliputi :
a. Pengembangan kawasan hutan;
b. Pengembangan kawasan pertanian;
c. Pengembangan kawasan pertambangan;
d. Pengembangan kawasan Peruntukan industri;
e. Pengembangan kawasan pariwisata;
f.
Paragraf 5
Pemanfaatan Ruang Untuk Penetapan Kawasan Strategis
68
Pasal 82
Pemanfaatan ruang untuk penetapan kawasan strategis sebagaimana
meliputi :
a. mengendalikan
perkembangan
ruang
sekitar
kawasan
strategis
kabupaten;
b. mempertahankan fungsi dan peran kawasan Militer;
c. mengembangkan kegiatan pendukung kawasan Tanjung Bulupandan
bagi pelabuhan nasional / internasional, dan perindustrian serta
pengembangan kawasan andalan;
d. memantapkan fungsi lindung pada kawasan Sosial Budaya; dan
e. memantapkan kawasan perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup.
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 83
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah di Daerah sebagai acuan
dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang, meliputi :
a. Arahan peraturan zonasi sistem kabupaten;
b. Arahan perizinan;
c.
d. Ketentuan sanksi.
Bagian Kedua
Arahan Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten
Pasal 84
(1) Arahan peraturan zonasi sistem kabupaten sebagaimana dimaksud pada
Pasal 83 huruf a, digunakan sebagai pedoman dalam menyusun
peraturan zonasi.
(2) Arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat :
69
fungsi
kawasan
perkotaan
sebagai
pusat
70
(3) Arahan zonasi untuk PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan memperhatikan:
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi antar Kabupaten; dan
b. Pengembangan
fungsi
kawasan
perkotaan
sebagai
pusat
tinggi yang
kecenderungan pengembangan
ruangnya dibatasi;
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan;
c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan yang memenuhi
ketentuan ruang pengawasan jalan.
(3) Arahan zonasi untuk pelabuhan umum disusun dengan memperhatikan :
71
a. pemanfaatan
ruang
di
sekitar
pembangkit
listrik
yang
Pasal 89
Arahan
zonasi
memperhatikan:
untuk
kawasan
resapan
air
ditetapkan
dengan
72
b.
c.
73
Pasal 92
Arahan zonasi untuk kawasan sempadan sungai ditetapkan dengan
memperhatikan :
a. membatasi
dan
melarang
mengadakan
alih fungsi
lindung yang
perkotaan
dilakukan
re-orientasi
pembangunan
dengan
lingkungan
hidup;
c. ketentuan pendirian bangunan yang menunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya; dan
74
permanen,
yang
mempunyai
manfaat
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan;
e. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian
lingkungan di sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen
nasional, serta wilayah dengan bentukan geologi tertentu; dan
f.
ketentuan
pelarangan
kegiatan
yang
dapat
mengganggu
upaya
75
(1) Arahan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan
memperhatikan :
a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan tipologi dan tingkat
kerawanan atau risiko bencana;
b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk pemantauan ancaman
bencana.
(2) Arahan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor dengan tingkat
kerawanan tinggi (kemiringan >40%) ditetapkan dengan ketentuan :
a. dilarang adanya kegiatan permukiman terutama pada kemiringan
>40%, tikungan sungai, serta alur sungai kering di daerah
pegunungan; dan
b. menghindari penggalian dan pemotongan lereng.
(3) Arahan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor dengan tingkat
kerawanan sedang (kemiringan 20-40%) ditetapkan dengan ketentuan :
a. tidak layak dibangun industri/pabrik;
b. diizinkan pengembangan hunian terbatas, transportasi lokal dan
wisata alam dengan ketentuan tidak mengganggu kestabilan lereng
dan
lingkungan,
diterapkan
sistem
drainase
yang
tepat,
76
zonasi
untuk
kawasan
rawan
banjir
ditetapkan
dengan
memperhatikan :
a. penetapan batas dataran banjir;
b. pemanfaatan dataran banjir bagi RTH dan pembangunan fasilitas umum
dengan kepadatan rendah; dan
c. ketentuan pelarangan kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting.
Paragraf 3
Arahan Zonasi Kawasan Budidaya
Pasal 98
Arahan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada Pasal
84 ayat (1) huruf b ditetapkan berdasarkan komponen kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 88 (2) huruf b.
Pasal 99
Arahan zonasi kawasan hutan produksi dan hutan rakyat ditetapkan dengan
memperhatikan :
a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca
sumberdaya kehutanan;
b. pendirian
bangunan
dibatasi
hanya
untuk
menunjang
kegiatan
77
ketentuan luas hutan <30% perlu menambah luas hutan, dan luas hutan
>30% tidak boleh secara bebas mengurangi luas kawasan hutan di
Kabupaten.
Pasal 100
Pasal 101
Arahan zonasi kawasan perkebunan ditetapkan dengan memperhatikan :
a. ketentuan kemiringan lahan 0-6% untuk pola monokultur, tumpang sari,
interkultur atau campuran. Tindakan konservasi vegetatif tanaman
penutup tanah, penggunaan mulsa, pengelolaan tanah minimum;
b. ketentuan kemiringan lahan 8-15% untuk pola tanam monokultur,
tumpang sari, interkultur atau campuran, tindakan konservasi vegetatif
(tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah
78
atau
campuran,
melalui
tindakan
konservasi
vegetatif
yang
berpotensi
menimbulkan
bahaya
dengan
pelarangan
kegiatan
penambangan
yang
menimbulkan
kerusakan lingkungan;
f.
79
dan tidak terletak di daerah tadah untuk menjaga kelestarian sumber air;
i.
dan
penetapan lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam >40%
yang kemantapan lerengnya kurang stabil untuk menghindari bahaya
erosi dan longsor.
Pasal 103
Arahan
zonasi
kawasan
peruntukan
industri
ditetapkan
dengan
memperhatikan :
a. Sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumberdaya
alam dan SDM di sekitarnya;
b. Pengembangan jenis industri yang ramah lingkungan dan memenuhi
kriteria ambang limbah (memenuhi persyaratan AMDAL yang berlaku);
c. Mensyaratkan pengelolaan limbah terpadu sesuai standar keselamatan
internasional bagi industri yang lokasinya berdekatan;
d. Berjarak minimal 2 km dari permukiman dan 15-20 km dari pusat kota;
e. Berjarak minimal 5 km dari sungai tipe C dan D;
f.
Pembatasan
pembangunan perumahan
baru
di sekitar kawasan
peruntukan industri;
j.
Melarang
pengembangan
industri
yang
menyebabkan
kerusakan
80
m. Memperbolehkan
pengembangan
industri
non-polutif
dengan
penggunaan air dan lahan cukup besar, sepanjang tidak berada di dalam
dan/atau sekitar kawasan lindung, kawasan lahan pertanian basah, dan
lahan lain yang dapat mengganggu fungsi lingkungan hidup;
n. Mengizinkan
pengembangan
industri
yang
tidak
mengakibatkan
kerusakan atau alih fungsi kawasan lindung dan lahan pertanian basah;
o. Melarang pengembangan industri dengan penggunaan air tinggi dan
mengganggu pasokan air untuk lahan sawah basah; dan
p. Mengarahkan pengembangan industri kreatif dengan penggunaan lahan
dan air minimal.
Pasal 104
Arahan
zonasi kawasan
perdagangan
memperhatikan :
a. pertumbuhan dan penyebaran sarana prasarana perdagangan yang
mengganggu fungsi kawasan lindung, terutama resapan air;
b. lokasi pasar-pasar penunjang yang berfungsi menampung produk
pertanian dan didirikan berdekatan sumber pasokan, serta mengganggu
fungsi kawasan lindung;
c. ketentuan penyelenggaraan kegiatan perdagangan perkulakan yang
berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri primer, sekunder, dan
kolektor primer;
d. ketentuan penyelenggaraan perdagangan hypermarket
dan pusat
perbelanjaan yang berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau
kolektor, dan tidak berada pada kawasan pelayanan lingkungan
permukiman;
e. ketentuan pelarangan penyelenggaraan perdagangan supermarket dan
departement store pada lokasi sistem jaringan jalan lingkungan dan
berlokasi di kawasan pelayanan lingkungan permukiman;
f.
g. ketentuan jarak pendirian pasar modern atau toko modern terhadap pasar
tradisional dengan radius 1 km.
81
Pasal 105
Arahan zonasi kawasan pariwisata ditetapkan dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat;
b. penentuan lokasi wisata alam dan wisata minat khusus yang tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung;
c. pengendalian pertumbuhan sarana dan prasarana penunjang wisata yang
mengganggu fungsi kawasan lindung, terutama resapan air;
d. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau dan
peninggalan sejarah yang menjadi simbol Daerah;
e. ketentuan pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam untuk kegiatan wisata dilaksanakan sesuai asas konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta luas lahan untuk
pembangunan sarana dan prasarana maksimum 10% dari luas zona
pemanfaatan;
f.
82
budidaya
tambak
udang/ikan
dengan
atau
tanpa
unit
sumberdaya
perikanan
dengan
memperhatikan
83
d. kawasan budidaya ikan di kolam air tenang, kolam air deras, kolam jaring
apung, sawah dan tambak sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 110
Arahan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Arahan Perizinan
Pasal 111
(1) Arahan perizinan dilaksanakan dalam rangka pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten;
(2) Perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah perizinan yang
terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan
ruang;
84
insentif
dan
disinsentif
dilaksanakan
untuk
mendorong
pembangunan
sesuai
dengan
RTRW
yang
telah
ditetapkan;
(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan oleh
Pemerintah Kabupaten kepada kepada dunia usaha dan masyarakat
yang melaksanakan pembangunan tidak sesuai dengan RTRW yang
telah ditetapkan.
Pasal 113
Insentif kepada dunia usaha dan masyarakat sebagaimana dimaksud pada
Pasal 112 ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk:
a. keringanan retribusi dan pajak daerah;
b. kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun pendanaan;
f.
penyediaan infrastruktur;
Pasal 114
Disinsentif kepada dunia usaha dan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada Pasal 112 ayat (3) dapat diberikan dalam bentuk :
a. pembatasan penyediaan infrastruktur;
b. pengenaan kompensasi;
85
c. penalti; dan/atau
d. sanksi administratif.
Pasal 115
Ketentuan
tentang
pemberian
insentif
dan
pengenaan
disinsentif
sebagaimana dimaksud pada pasal 113 dan pasal 114 diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Ketentuan Sanksi
Pasal 116
Ketentuan sanksi dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan RTRW dalam bentuk :
a. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi di wilayah kabupaten;
b. pemanfaatan ruang tanpa izin yang diterbitkan berdasarkan RTRW;
c. pemanfaatan
ruang
tidak
sesuai
dengan
izin
yang
diterbitkan
berdasarkan RTRW;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang
diterbitkan berdasarkan RTRW;
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
dan/atau
f.
(1) Pelanggaran
terhadap
Peraturan
Daerah
ini
dikenakan
sanksi
86
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f.
pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i.
denda administratif.
Pasal 118
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN, PERAN SERTA MASYARAKAT
DAN KELEMBAGAAN
Pasal 119
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat
berhak :
a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka RTRW Kabupaten Bangkalan, dan Rencana
Rinci Tata Ruang Kawasan;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang;
d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang.
87
Pasal 120
(1) Untuk mengetahui rencana tata ruang, selain dari Lembaran Daerah
masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang yang telah ditetapkan
melalui pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Kabupaten;
(2) Kewajiban untuk menyediakan media pengumuman atau penyebarluasan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan
melalui
88
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 123
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangkalan, masyarakat
wajib berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana
tata ruang yang telah ditetapkan.
Pasal 124
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 119 ayat d dilaksanakan dengan mematuhi dan
menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan
ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat
secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktorfaktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur
pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang
serasi, selaras, dan seimbang.
Pasal 125
Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat
berbentuk:
a. pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan
peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang
berlaku;
89
Pasal 127
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat
berbentuk :
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang
meliputi lebih dari satu wilayah Kabupaten/kota di daerah, termasuk
pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang
kawasan dimaksud;
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.
Pasal 128
90
Peran
serta
masyarakat
dalam
pengendalian
pemanfaatan
ruang
keterpaduan,
keterkaitan
dan
keseimbangan
dan
mengantisipasi
pemanfaatan
ruang
untuk
91
92
keterpaduan,
keterkaitan,
dan
keseimbangan
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 133
(1) Pada saat peraturan daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan
yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan
peraturan daerah ini;
(2) Pada saat peraturan daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait
pemanfaatan ruang dan sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang
di Kabupaten Bangkalan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan RTRW Kabupaten Bangkalan.
93
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 134
Pada Saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Bangkalan Nomor 15 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bangkalan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 135
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 136
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Bangkalan.
Ditetapkan di Bangkalan
pada tanggal 7 Agustus 2009
BUPATI BANGKALAN
R. FUAD AMIN
Diundangkan di Bangkalan
94
SUDARMAWAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2009
NOMOR 4/E
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN
NOMOR 10 TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANGKALAN
TAHUN 2009 - 2029
I.
UMUM
Sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP), pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Bangkalan dan Rencana jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangkalan.
RTRW Kabupaten disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan
yang berkembang antara lain, tantang globalisasi, otonomi dan aspirasi masyarakat.
Upaya pembangunan daerah juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber
daya yang ada dapat diarahkan secara berhasil guna serta mampu mendukung
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan tidak terjadi pemborosan
pemanfaatan ruang serta tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
95
96
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Pasal 11
a. Kawasan lindung adalah suatu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya
97
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Penetapan kawasan lindung di Bangkalan pada dasarnya merupakan
penetapan fungsi kawasan agar wilayah yang seharusnya dilindungi dan memiliki
fungsi perlindungan dapat dipertahankan, untuk mempertahankan ekosistem sebagai
kawasan perlindungan sekitarnya. Berdasarkan UU No.5 Th.1990 tentang konservasi
Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya, KEPPRES No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 11
Tahun 1991 Tentang Penetapan Kawasan Lindung klasifikasi kawasan lindung di
Kabupaten Bangkalan
Dalam pengembangan kawasan budidaya diperlukan pendekakatan multi dimensional
sehingga hasil yang diharapkan dapat maksimal.
b. Kawasan budidaya ini dikembangkan dalam rangka kaitannya dengan pemanfaatan
lahan dengan menggali pada tata ruang yang optimal. Dii Kabupaten Bangkalan
sebagian besar terdiri dari kawasan pedesaan, maka sistem yang digunakan untuk
pengembangan kawasan budidaya lebih berorientasi pada wilayah pedesaan,
kawasan pedesaan sebagian besar merupakan kawasan budidaya tanaman pangan
yaitu kawasan pertanian, kegiatan penunjang dan permukiman.
Rencana
pengembangan
kawasan
budidaya
secara
rinci
meliputi
kawasan
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
98
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
99
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
100
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
101
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
102
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
103
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
104
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
105
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
106
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Cukup jelas
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
107
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas
Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114
108
Cukup jelas
Pasal 115
Cukup jelas
Pasal 116
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 117
Cukup jelas
Pasal 118
Cukup jelas
Pasal 119
Cukup jelas
Pasal 120
Cukup jelas
Pasal 121
Cukup jelas
Pasal 122
Cukup jelas
Pasal 123
Cukup jelas
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
109
Pasal 126
Cukup jelas
Pasal 127
Cukup jelas
Pasal 128
Cukup jelas
Pasal 129
Cukup jelas
Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
Pasal 132
Cukup jelas
Pasal 133
Cukup jelas
Pasal 134
Cukup jelas
Pasal 135
Cukup jelas
Pasal 136
Cukup jelas
110