You are on page 1of 7

Khutbah Jumat Kedudukan Shalat Berjamaah Dan Adab

Menghadarinya
Khutbah Pertama:




Maasyiral muslimin rahimakumullah
muslimin kaum bagi mensyariatkan telah yang Subhanahu wataala Allah bagi puji Segala
ada tidak bahwasanya bersaksi Saya sempurna. yang aturan dan ajaran sebaik-baik
serta semata Subhanahu wataala Allah selain diibadahi untuk berhak yang sesembahan
dan hamba adalah Shallallahu alaihi wasallam Muhammad Nabi bahwa bersaksi saya
karuniakan Subhanahu wataala Allah senantiasa semoga salam dan Shalawat utusan-Nya.
senantiasa yang muslimin kaum serta keluarganya dan Muhammad kita Nabi kepada
petunjuknya. mengikuti
Hadirin rahimakumullah,

.Pada kesempatan khutbah jumat ini akan kami coba membahas keutamaan dan kedudukan shalat
berjamaah lima waktu di masjid. Semata-mata sebagai nasehat untuk kita bersama dalam
mewujudkan kemakmuran masjid-masjid yang merupakan pusat syiar-syiar Islam dan mewujudkan
hamba-hamba Allah subhanahu wataala yang benar-benar beriman kepada-Nya. Masjid merupakan
sebuah tempat suci yang tidak asing lagi kedudukannya bagi umat slam. Masjid selain sebagai
pusat ibadah umat Islam, ia pun sebagai lambing kebesaran syiar dakwah Islam. Salah satu fungsi
dibangunnya masjid adalah menegakkan shalat berjamah didalamnya. Ternyata, bila kita menengok
kondisi masjid-masjid yang ada terlihat shaf(barisan) mamum semakin maju alias sepi dari jamaah.
Bahkan ada beberapa masjid yang tidak menegakkan shalat berjamaah lima waktu secara penuh.
Kondisi ini seharusnya menjadikan kita tersentuh untuk bisa berupaya dan ikut serta bertanggung
jawab dalam mamakmurkan.
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wataala, serta marilah kita
senantiasa mengingat dan menyadari bahwa di antara ajaran Islam yang paling penting dan
syiar Islam yang paling besar adalah shalat berjamaah di masjid. Bahkan, karena tingginya
kedudukan shalat berjamaah, Allah Subhanahu wataala menyatakan persaksiannya
terhadap orang yang menjaga kewajiban ini di masjid bahwa dia adalah orang yang
beriman, sebagaimana dalam firman-Nya,






Tidaklah yang memakmurkan masjid-masjid Allah kecuali orang orang yang beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Merekalah orang-orang yang termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (at-Taubah: 18)
Di samping itu, karena penting dan tingginya kedudukan shalat berjamaah,
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bertekad hendak membakar rumah-rumah
orang yang tidak mau memenuhi panggilan azan untuk shalat berjamaah, sebagaimana
dalam sabda beliau Shallallahu alaihi wasallam,








Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan
shalat fajar. Seandainya mereka mengetahui (keutamaan) yang ada pada keduanya,
sungguh mereka akan mendatangi keduanya meskipun (dengan) merangkak. Sungguh, aku
telah bertekad untuk aku perintahkan shalat hingga kemudian ditegakkan, lalu aku
perintahkan seseorang agar shalat (mengimami) manusia dan aku pergi dengan beberapa
orang yang membawa sekumpulan kayu bakar menuju orangorang yang tidak menghadiri
shalat lantas aku bakar rumah-rumah mereka dengan api. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lainnya, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam telah memberitakan
kepada kita bahwa di antara tujuh orang yang akan mendapatkan naungan pada saat tidak
ada tempat bernaung selain yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wataala adalah
seseorang yang hatinya selalu ingat kepada masjid.
Hadirin rahimakumullah,
Kalau kita menengok keadaan generasi pendahulu kita dari kalangan para sahabat dan
generasi terbaik berikutnya, akan kita dapati keadaan mereka yang menakjubkan dalam hal
mengagungkan kewajiban shalat berjamaah. Di masa tersebut masjid selalu didatangi oleh
kaum muslimin untuk beribadah di dalamnya, meskipun bukan pada waktu-waktu shalat
lima
waktu. Adapun ketika datang waktu shalat, masjid pun dipenuhi oleh seluruh kaum muslimin
selain yang memiliki uzur. Bahkan, orang yang sakit pun tidak ingin kehilangan dari
mendapatkan keutamaan shalat berjamaah sehingga tetap menghadiri shalat berjamaah
meskipun dengan berjalan dipapah. Namun , pada masa masa sekarang ini, kenyataannya
sungguh memprihatinkan. Syiar yang sangat penting ini seakan-akan tidak lagi bernilai bagi
kebanyakan orang. Hal ini karena banyak di antara mereka yang mengikuti ajakan setan dan
hawa nafsu serta mengikuti orang-orang yang sedikit rasa takutnya kepada
Allah Subhanahu wataala dari kalangan orang-orang yang malas dan munafikin. Tentu saja
hal ini adalah kenyataan yang menyedihkan, sekaligus merupakan kejelekan dan kerugian
yang sangat besar. Betapa tidak. Mereka bukanlah orang-orang yang tidak mampu berjalan,
bukan pula orang-orang yang tuli. Setiap hari mereka mendengar panggilan hayya ala ashshalah, hayya alal falah. Namun, mereka tidak pedulikan panggilan yang mengajak pada
ibadah yang mulia tersebut. Seakan-akan, mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin
shalat dan tidak menginginkan keberuntungan.
Adakah kejelekan dan kerugian yang lebih besar dari ini? Sungguh, dikumandangkannya
azan sehari lima kali akan menjadi hujah dan menjadi saksi bagi orang-orang yang sengaja
tidak mendatangi shalat. Malaikat akan mencatat perbuatan mereka sebagai orang-orang
yang tidak mau memenuhi panggilan azan. Pada hari kiamat nanti mereka akan melihat
catatan amalannya. Kemudian catatan amalan tersebut akan ditimbang pada timbangan
amalan.
Tidakkah mereka memikirkan akibat perbuatannya sehingga mereka bisa memperbaiki diri?
Padahal, jika dipanggil untuk mendapatkan dunia yang dibagi-bagikan, tentu mereka akan
mendatanginya meskipun dengan susah payah. Begitu pula jika yang memanggil adalah

atasannya, tentu mereka akan memenuhi panggilannya dan takut kalau tidak segera
mendatanginya akan mendapatkan teguran atau sanksi darinya. Tidakkah mereka takut dari
kemurkaan Rabb yang menguasai alam semesta ini? Bagaimana mereka berani menyelisihi
perintah Allah Yang Mahakuasa terhadap segala
sesuatu kepada hamba-hamba-Nya? Bukankah telah Allah Subhanahu wataala karuniakan
untuk mereka pendengaran, penglihatan, kesehatan, dan berbagai kenikmatan yang
lainnya? Lalu mengapa mereka tidak mau mendatangi panggilan azan?
Hadirin rahimakumullah,
Sungguh, shalat berjamaah adalah bagian dari syariat yang besar dalam Islam dan memiliki
kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu wataala. Oleh karena itu,
Allah Subhanahu wataala mensyariatkan agar dibangun masjid untuk kepentingan shalat
berjamaah ini. Begitu pula yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Shallallahu alaihi
wasallam ketika sampai di kota Madinah adalah membangun masjid untuk ditegakkan shalat
di dalamnya. Kemudian disyariatkanlah azan yang dikumandangkan dengan suara yang
keras dari tempat yang tinggi dan ditetapkan adanya imam untuk shalat berjamaah.
Dahulu, Nabi Shallallahu alaihi wasallam juga memerhatikan dan menanyakan orang yang
tidak tampak hadir dalam shalat berjamaah. Bahkan, beliau Shallallahu alaihi
wasallam mengancam orang

orang yang tidak mau menghadirinya dan pernah berniat untuk membakar rumahrumah
orang yang tidak mau mendatangi masjid untuk shalat berjamaah. Semua ini menunjukkan
tingginya kedudukan shalat berjamaah. Maka dari itu, tidak selayaknya seorang muslim lakilaki untuk meremehkan kewajiban shalat berjamaah ini.
Hadirin rahimakumullah,
Shalat seorang muslim dengan berjamaah memiliki kelebihan 27 derajat dibanding dengan
shalatnya sendirian. Tentu saja hal ini adalah keutamaan yang sangat besar bagi orang yang
mau berpikir. Lebih-lebih lagi disebutkan dalam hadits yang sahih bahwa setiap langkah
seseorang yang berjalan ke masjid untuk shalat akan membuahkan pahala yang sangat
besar. Tidaklah setiap langkah yang dilakukannya kecuali akan menjadi sebab diangkatnya
kedudukannya dan diampuni dosanya. Di samping itu, di saat seseorang menunggu
ditegakkannya shalat di masjid maka dia juga akan mendapatkan minimal tiga keutamaan,
sebagaimana disebutkan dalam hadits yang disepakati oleh al- Imam al-Bukhari dan Muslim.
Tiga keutamaan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, dia mendapatkan keutamaan seperti orang yang menunggu daerah perbatasan
saat berjihad fi sabilillah.
Kedua, selama dia duduk menunggu shalat dihitung sebagaimana orang yang
mendapatkan pahala mengerjakan shalat.

Ketiga, para malaikat memintakan ampun kepada Allah Subhanahu wataala untuknya.
Bagaimana halnya jika dia ketika duduk menunggu shalat sambil berzikir atau membaca alQuran? Sungguh, pahala yang sangat besar. Namun, karena banyak yang lebih
mengutamakan keuntungan dunia dari akhirat, hanya sedikit orang yang berjalan ke masjid
guna melakukan shalat berjamaah. Sementara itu, kalau ada pemberitahuan barang siapa
mau bergabung dalam suatu usaha akan mendapatkan keuntungan 27 kali lipat dari usaha
yang lainnya, maka berbondong-bondong orang ingin mendapatkannya.
Hadirin rahimakumullah,
Di samping itu, shalat berjamaah juga memiliki hikmah yang sangat besar. Di antaranya,
dengan ditegakkannya shalat berjamaah akan menampakkan persatuan dan kekuatan kaum
muslimin. Akan tampak pula pemandangan kerukunan dan saling kasih sayang serta
menghilangkan adanya sikap sombong (egois) pada diri kaum muslimin. Sebab, dalam
pelaksanaannya akan berkumpul dan berdampingan dalam setiap shaf antara yang kaya
dan yang miskin, pejabat dan rakyat jelata, serta yang tua dan yang muda. Tidak ada
perbedaan
di antara mereka semua kecuali karena ketakwaannya. Dengan demikian, semakin tampak
keadilan ajaran Islam dan betapa hinanya manusia di hadapan Rabb-Nya. Maka dari itu,
marilah kita tegakkan shalat berjamaah di masjid-masjid kaum muslimin. Sebelum
datangnya hari di saat seseorang tidak diberi kemampuan untuk bisa bersujud di hadapan
Rabb Penguasa semesta alam, yaitu orang yang saat hidup di dunia enggan untuk
mendatangi shalat padahal dia memiliki kemampuan untuk melakukannya. Allah Subhanahu
wataala berfirman,
















) (











Pada hari (di saat) betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka
tidak mampu (untuk sujud). (Dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah dan
diliputi kehinaan, dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan
mereka dalam keadaan selamat. (al-Qalam: 4243)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wataala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita
semua.

Khutbah Kedua:














:


.


Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan shalat berjamaah adalah dengan mengerjakannya
di masjid. Jadi, seseorang yang menganggap bahwasanya boleh untuk mengerjakannya di
rumah bersama anak-anaknya dan tidak perlu untuk mendatangi masjid adalah anggapan
yang salah. Sebab, apabila demikian, apa fungsi dibangunnya masjid dan apa fungsi
dikumandangkannya azan? Pandangan yang salah ini tentunya akan menyebabkan tidak
difungsikannya masjid dan panggilan azan.
Hadirin rahimakumullah,
Perlu diketahui pula bahwasanya para ulama, dengan berlandaskan ayatayat al-Quran dan
hadits-hadits yang sahih, telah menjelaskan beberapa adab di saat berjalan menuju ke
masjid ketika hendak menjalankan shalat. Di antara adab-adab tersebut adalah disunnahkan
untuk berwudhu dari rumah dan berjalan dengan tenang serta tidak melakukan banyak
gerakan yang tidak perlu, tidak terburu-buru, dan tidak banyak menoleh kesana kemari atau
melakukan kegaduhan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,









Apabila kalian mendengar iqamat, maka berjalanlah menuju shalat dalam keadaan tenang,
bersahaja (tidak gaduh), dan jangan terburu-buru. Apa yang kalian dapatkan, maka ikutilah
dan apa yang tertinggal maka sempurnakanlah. (Muttafaqunalaih)
Bahkan, disebutkan dalam hadits dilarangnya melakukan tasybik, yaitu bermain-main jari
dengan memasukan antara jari-jemari tangan yang satu dengan tangan yang lainnya,
sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,

Jika salah seorang di antara kalian berwudhu dan memperbagus wudhunya kemudian
keluar untuk menyengaja ke masjid, janganlah dia bermain-main jari dengan memasukkan
jari-jemari tangan yang satu pada tangan yang lainnya, karena sesungguhnya dia dalam
keadaan shalat. (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani)
Hadirin rahimakumullah,
Dianjurkan pula ketika seseorang berjalan menuju ke masjid untuk berpenampilan yang
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, baik dalam hal berpakaian maupun
memakai
wewangian, serta menghindari bau yang tidak sedap pada badan dan pakaiannya. Bahkan,
Nabi Shallallahu alaihi wasallam melarang orang yang memakan bawang hingga tercium
bau darinya, untuk masuk ke dalam masjid. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang yang
membawa bau yang tidak sedap, seperti bau rokok pada mulutnya dan semisalnya, tidak
layak baginya untuk masuk masjid karena tidak kalah baunya dengan bau bawang. Begitu
pula dianjurkan untuk berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu alaihi
wasallam ketika keluar rumah dan saat masuk ke dalam masjid. Demikian sebagian adab
yang perlu diperhatikan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wataala memberikan taufik-Nya
kepada kita semua untuk melakukan berbagai ketaatan di jalan-Nya

You might also like