Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Oleh:
DIEN KALBU ADY
J500050040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
JURNAL
Study for Microbiological Pattern and In Vitro Antibiotic
Susceptibility in Patients Having Diabetic Foot Infections at Tertiary
Care Hospital in Abbottabad
Atif Sitwat Hayat, Abdul Haque Khan, Naila Masood, and Naila Shaikh
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
2011
Pembimbing :
dr. Mahmud Surjanto,Sp.
(..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Mahmud Surjanto,Sp.B
(.................................)
(.................................)
Department of Medicine,
Department of Medicine, Liaquat University of Medical and Health Science Jamshoro, Sind, Pakistan
32
Department of Pathology, Liaquat University of Medical and Health Science Jamshoro, Sind, Pakistan
standards
(NCCLS).
Uji
sensitivitas
metronidazole
dan
amoxicillin/clavulanic acid terhadap bakteri anaerob menggunakan metode microboth dilution. Agar vancomycin (6mg/ml) juga digunakan untuk mendeteksi isolasi
intermediet dari Staphylococcus. Derajat klinis dan studi mikrobiologi dari 85 pasien
(90 spesimen) pada infeksi ulkus diabetik di kaki didapatkan sebanyak 64 (71,11%)
merupakan pertumbuhan monomikrobial
imipenem,
fosfomycin,
amikacin,
vancomycin
dan
levofloksacin.
PENDAHULUAN :
Secara global, prevalensi Diabetes Mellitus (DM) sekitar 2,8% pada tahun 2000 dan
diperkirakan naik menjadi 4,4% pada tahun 2030, dengan jumlah total penderita DM
naik dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta pada tahun 2030.
Ulkus di kaki merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada penderita DM,
dimana studi sekarang ini menyatakan bahwa resiko terjadinya ulkus di kaki pada
penderita DM sebesar 25%. Infeksi ulkus diabetik di kaki merupakan salah satu
penyebab paling banyak terhadap morbiditas dan mortalitas, khususnya pada negaranegara berkembang seperti Pakistan, yang masih banyak masyarakatnya buta aksara,
status sosial ekonomi yang rendah, tidak menggunakan alas kaki dan fasilitas yang
belum memadai untuk pelayanan penderita DM.
Infeksi di kaki pada penderita DM cukup banyak terjadi, kompleks, dan
membutuhkan biaya besar. Diperkirakan resiko dilakukan amputasi kaki 15-46x lebih
tinggi pada penderita DM dibandingkan pada pasien non-DM. Sebagai tambahan,
sekarang komplikasi ulkus diabetik merupakan alasan utama penderita DM dirawat di
RS. Mikroorganisme paling umum yang ditemukan pada infeksi ulkus diabetik di
kaki
adalah
Pseudomonans
aeruginosa,
Staphylococcus
aureus,
E.coli,
Staphylococcus epidermidis dan Proteus sp. Infeksi bakteri gram negatif anaerob
sedikit dan infeksi campuran juga jarang. Dengan didapatkan kultur dari spesimen
memudahkan klinisi untuk menentukan jenis bakteri dan antibiotik yang sesuai. Hasil
dari kultur umumnya minimal 2-3 hari. Kemudian, banyak terapi antibiotik untuk
infeksi ulkus diabetik di kaki dilakukan secara empiris. Tetapi peningkatan insiden
resistensi antibiotik terhadap bakteri membuat terapi secara empiris menjadi sulit.
Infeksi ulkus diabetik di kaki membutuhkan perhatian dan rencana majemen
komprehensif, khususnya oleh tim pelayanan ulkus diabetik. Manajemen yang
optimal pada infeksi ulkus diabetik di kaki dapat menurunkan insidensi kejadian
infeksi yang berhubungan, kebutuhan dan lamanya di rumah sakit, dan insidensi
amputasi ekstremitas bawah. Namun, infeksi umumnya tidak ditangani dengan baik
karena diagnostik yang kurang akurat, sehingga terapi tidak tepat, lemahnya sumber
daya untuk mengatasi masalah atau belum efektifnya multidisiplin ilmu yang
berperan. Di negara kami, penanganan infeksi ulkus diabetik di kaki berdasarkan
pengalaman di pelayanan kesehatan, belum berdasarkan fakta ilmu pengetahuan.
Studi ini penting di Abbottabad karena belum adanya perhatian tentang pelayanan
khusus ulkus diabetik, progresifitas penyakit dan terapi. Tambahan juga penduduk di
Abbottabad berpendidikan rendah, hidup di lingkungan yang tidak higienis dan status
sosial ekonomi yang rendah khususnya penduduk desa yang tidak menggunakan alas
kaki.
Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi pola mikrobiologi dan menilai sensitivitas
antibiotik in vitro pada infeksi ulkus diabetik di kaki pada rumah sakit tersier di
Abbottabad.
MATERIAL DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan prospektif
yang diselenggarakan oleh Northern Institute of Medical Sciences (NIMS)
Abbottabad dari tanggal 1 Mei 2009 - 30 April 2010. Kelompok pada studi ini terdiri
atas 85 pasien DM dengan ulkus diabetik di kaki yang belum sembuh dan menetap
lebih dari 3 minggu. Mereka dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
dilakukan penelitian dan kadar glukosa darah dikontrol secara ketat sampai sembuh.
Komite etik dari institut yang berangkutan menyetujui protokol pada studi ini dan
semua pasien diberikan informed consent.
Data yang dibutuhkan rekaman data, catatan medik dan hasil investigasi. Rekaman
data termasuk demografi, komorbiditas, dan data karakteristik ulkus diabetik di kaki.
Catatan medik termasuk umur, jenis kelamin, trauma pada kaki, ukuran sepatu yang
tidak pas atau tumbuhnya kuku jari kaki, tipe DM dan lamanya, terapi yang sudah
diterima termasuk jenis obat dan status kadar glukosa darah. Pasien juga ditanyakan
tentang gejala-gejala iskemik seperti nyeri dada, mata (kabur atau buramnya
penglihatan), saraf (hilangnya fungsi sensorik atau kesemutan di tangan atau kaki),
jantung (nyeri dada, sesak atau edema kaki), dan ginjal (oliguria atau edema wajah).
Ulkus diabetik di kaki dibagi dalam 6 tingkat (dari grade 0-V) berdasarkan kriteria
Meggitt-Wagners. Grade 0: kulit masih intact, grade I; ulkus superfisial, grade II:
ulkus lebih dalam sampai tendo, tulang, atau sendi, grade III: ulkus dalam dengan
abses atau osteomielitis, gradeIV: gangren lokal, grade V: gangren di seluruh kaki.
Kita juga bisa membagi berdasarkan lokasi dari ulkus (plantar atau non-plantar) dan
lamanya, outcome klinis masing-masing pasien. Selanjutnya, komorbiditas dinilai
dengan adanya retinopati (ketidakmampuan membaca koran setelah dikoreksi),
nefropati (creatinine serum = 150 mol/L atau adanya mikro atau makro albumin),
gagal jantung (New York Heart Association [NYHA] derajat III atau IV) dan kelainan
saraf organik seperti hilangnya fungsi motorik dan sensorik (stroke). Bagaimanapun,
semua pasien yang mendapatkan terapi antibiotik sekarang ini, jika sudah terjadi
iskemik pada tungkai sehingga diharuskan dilakukan amputasi dan pasien dengan
harapan hidup kurang dari 1 tahun dieksklusikan dari kelompok studi.
Semua pasien yang diperiksa berdasarkan standar dari sistem PEDIS. Sistem ini
dikembangkan oleh International Consensus on the Diabetic Foot sehingga
memungkinkan dibuat klasifikasi pada pasien untuk tujuan penelitian klinis dan
klasifikasi ulkus diabetik di kaki berdasarkan 5 kategaori yaitu luas, kedalaman,
infeksi, perfusi, dan sensasi. Luas dinyatakan oleh diameter panjang dan lebar dengan
satuan sentimeter kuadarat. Kedalaman dibedakan menjadi dalam jika lesi mencapai
seluruh struktur kulit atau superfisial jika lesi tidak melewati subkutis. Infeksi
didiagnosa jika terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda berikut ; pus, suhu lokal hangat,
eritema, limfangitis, edema, krepitasi, nyeri, demam dan bau busuk. Perfusi dinilai
dengan mengevaluasi pulsasi arteri pedis (arteri posterior tibial dan arteri dorsalis
pedis) dan pengukuran ankle-brachial index (ABI) menggunakan Doppler, diagnosis
peripheral arterial disease (PAD) jika ABI kurang dari 0,9 dan atau pulsasi pada
kedua kaki tidak ada. Mengevaluasi sensasi (neuropati perifer) termasuk sensasi tekan
(tidak ada sensasi dengan 10g Semmes-weinsten monofilamen pada 2 dari 10 titik di
plantar pada kedua kaki), sensasi taktil (dengan goresan kapas pada kaki bagian
dorsal), sensasi getar (gelombang 128 Hz pada hallux bagian dorsal) dan perbedaan
benda tumpul atau tajam (kaki bagian dorsal). Neuropati perifer didiagnosis jika 2
atau lebih tes abnormal.
Evaluasi hasil laboratorium termasuk darah lengkap, kadar glukosa darah puasa dan
setelah makan, HbA1c, proteinuria, EKG, funduskopi, kadar kolesterol puasa,
kreatinin serum, foto rontgen kaki (AP dan lateral), dan atau MRI.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel (pus, eksudat atau biopsi jaringan) dilakukan di bangsal setelah
dicuci dengan normal saline. Pus dan eksudat diambil dari batas dan dasar ulkus pada
75 dan 10 pasien secara berurutan menggunakan stick steril swab dan dibawa
menggunakan tabung yang bersih dan steril. Biopsi jaringan diambil menggunakan
pisau bedah steril pada bagian dsasar dan tepi dari ulkus kemudian dibawa
menggunakan normal saline dan tabung steril. Didapatkan 90 sampel dari 85 pasien
dan segera dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk proses selanjutnya.
Uji sensitivitas antibiotik
Identifikasi, isolasi, kultur dari dari mikroorganisme dan uji sensitivitas antibiotik
dilaksanakan berdasarkan prosedur standar mikrobiologi. Uji sensitivitas antibiotik
terhadap isolasi bakteri aerob menggunakan metode Kirby Bauers disc diffusion yang
direkomendasikan oleh National Commttee for Clinical Laboratory Standards
(NCCLS). Semua isolasi bakteri anaerob diuji sensitivitas terhadap Metronidazole
dan Amoxicillin/Clavunamic acid menggunakan uji micro both dilution. Agar
vancomycin (6g/ml) juga digunakan untuk menemukan isolasi intermediate dari
staphylococcus.
Terapi pada kelompok studi
Semua pasien mendapatkan terapi berdasarkan International Consensus on Diabetic
Foot, termasuk terapi untuk infeksi, kontrol ketat kadar glukosa darah dengan insulin
dan debridement luka.
Terapi antibiotik empiris dengan amoxicillin/clavulanic acid 1,2 g iv tiap 8 jam, untuk
mengobati infeksi ulkus diabetik di kaki. Metronidazole (500 mg iv tiap 8 jam) dapat
ditambahkan jika terjadi selulitis dan atau gangren. Kemudian antibiotik disesuaikan
dengan hasil kultur dan sensitivitas terhadap bakteri spesifik.
Analisis Statistik
Data statistik dari semua pasien dianalisis dengan SPSS 10.0. Variabel kuantitatif
rata-rata dengan Standar Deviasi, variabel kualitatif dengan persentase. Nilai <0,05
signifikan secara statistik.
HASIL
Dari 85 pasien, 60 (70,58%) berjenis kelamin laki-laki dan 25 (29,41%) berjenis
kelamin perempuan dengan rasio laki-laki dan perempuan 2,4:1. rentang umur dari
35-70 tahun (rata-rata 54,733,7). Lama menderita DM 3-25 tahun (rata-rata
15,68,7). Mayoritas menderita obesitas, DM tipe 2 yang kontrol kadar glukosa
darahnya buruk. Sekitar 50 (58,82%) mendapatkan terapi obat dan mayoritas 55
(64,20%) mendapatkan obat diabetik oral. sekitar 78 991,76%) menderita lesi di
plantar dan paling banyak di kaki kanan 52 (61,17%). Sekitar 43 (50,58%) menderita
lesi lebih dari 30 hari. Lamanya di RS 7-61 hari (rata-rata 17 hari). Dengan
komorbiditas 57 (67,05%) menderita peripherial arterial disease, 51 (60%) hipertensi,
43 (50,58%) neuropati, 31 (36,47%) retinopati, 27 (31,76%) penyakit jantung
koroner, dan 21 (24,70%) diabetik nefropati. Osteomielitis ditemukan pada 17 (20%)
pasien.
Lesi ulkus diabetik di kaki diklasifikasikan berdasar klasifikasi Meggitt-Wagners.
Mayoritas 42 (49,41%) pada grade IV, diikuti 23 (27%) pada grade III. Tipe bakteri
yang diisolasi paling banyak tipe monomikrobial 59 (69,41%).
Observasi mikrobiologi.
Dari 85 pasien di studi ini, 115 organisme (111 bakteri dan 4 jamur) diisolasi dari 90
spesimen, dimana rata-rata 1,27 organisme per pasien. Dari 90 spesimen, 64 (71,11%)
monomikrobial, 22 (24,44%) polimikrobial, dan 4 94,44%) steril.
Diantara bakteri yang diisolasi, didapatkan bakteri gram negatif 58(68,19%), bakteri
gram positif 23 (27,05%) dan jamur 4 (4,70%). Pseudomonas aeruginosa merupakan
bakteri gram negatif yang paling banyak ditemukan sebesar 27,05%, diikuti Proteus
sp (12,93%), E.coli (11,76%) dan Klebsiella pneumonia (8,23%). Infeksi oleh bakteri
gram negatif anaerob (enterococci) didapatkan sebanyak (2,35%). Staphylococcus
aureus merupakan bakteri gram positif yang paling banyak ditemukan sebesar
17,64%, diikuti oleh streptococci (4,70%) dan Staphylococcus epidermidis (4,70%).
Jamur didapatkan sebesar 4,70%, terdiri dari candida albicans dan tropicalis.
Spesies pseudomonas (khususnya Pseudomonas aeruginosa) mempunyai angka
resisten cukup tinggi terhadap antibiotik. Resistensi maksimum terutama terhadap
ampicillin, cefuroxime, ofloxacin, co-amoxiclav, cefazolin, cefoperazone, cefotaxime
dan gentamycin. Sedangkan terhadap imipenem, fosfomycin, amikacin, dan
levofloksasin hasilnya sama yaitu sensitif terhadap bakteri gram negatif.
Staphylococcus aureus juga mempunyai angka resistensi cukup tinggi terhadap
antibiotik. Resistensi maksimum terutama terhadap ampicillin, cefazolin, ceftazidime,
co-amoxiclav dan cefotaxime. Sedangkan terhadap imipenem, amikacin, fosfomycin,
vancomycin dan levofloksasin hasilnya sama yaitu sensitif terhadap bakteri gram
positif.
Studi juga menemukan faktor-faktor kemungkinan yang menyebabkan lesi ulkus
diabetik yaitu sepatu yang tidak pas/berhubungan dengan sepatu dan kebiasaan jalan
tanpa alas kaki.
DISKUSI
Studi kami menujukkan secara klinis dan pola mikrobiologi pada infeksi ulkus
diabetik di kaki. Ulkus diabetik merupakan komplikasi utama dari DM dan sering
Keterbatasan.
Kami tidak menggunakan fasilitas modern untuk diagnostik seperti polymerase chain
reaction (PCR), dimana dapat mendeteksi banyak spesies patogen lebih cepat hanya
dalam beberapa jam sehingga nantinya dapat membantu klinisi untuk memberikan
terapi antibiotik secara tepat pada infeksi ulkus diabetik di kaki. Walaupun mahal,
namun PCR dapat mendeteksi mikroorganisme yang lebih kecil dibandingkan dengan
kultur standar. PCR juga dapat sekaligus mengidentifikasi bakteri mikroorganisme
yang resisten terhadap antibiotik dan mengurangi terjadinya hasil negatif palsu.
Rekomendasi.
Pada penelitian selajutnya diharapkan menggunakan sistem yang lebih valid untuk
klasifikasi infeksi ulkus diabetik di kaki, diagnosis osteomielitis dan penjelasan
optimal regimen antiobtik. Pengetahuan publik terhadap pengobatan infeksi ulkus
diabetik di kaki, hendaknya dijelaskan lewat media untuk kepentingan masyarakat
umum dan organisasi-organisasi kesehatan yang berkaitan. Kemudian, infeksi ulkus
diabetik membutuhkan perhatian lebih dan penatalaksanaan yang komprehensif
(multidisiplin ilmu). Sehingga diharapkan mengurangi kejadian infeksi (komplikasi
amputasi), lamanya dirawat di RS dan mengurangi biaya yang dikeluarkan.
KESIMPULAN
Hasil dari studi kami didapatkan laki-laki, obesitas, DM tipe 2 yang kontrol glukosa
darahnya buruk yang mempengaruhi terjadinya infeksi ulkus diabetik di kaki dimana
paling banyak terjadi pada kaki kanan dan letaknya dalam. Mayoritas pada studi ini
pola mikrobiologi tipe monomikrobial. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri
gram negatif yang paling banyak ditemukan, diikuti Proteus sp dan E.coli.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang paling banyak
ditemukan, diikuti oleh Streptococci dan Staphylococcus epidermidis. Imipenem,
amikacin, fosfomycin, vancomycin dan levofloksasin sensitif terhadap bakteri gram