Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Dewi Kartika Sari, Sp.Pd
Disusun oleh :
Renata Setyariantika
1102012235
REKAM MEDIS
1.1.
Identitas
Nama
: Nn. SY
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Polwan
Alamat
Anamnesa
Secara autoanamnesis pada pasien di poli mata RSUDP pada tanggal 5
Oktoher 2016 pada pukul 07.15.
Keluhan utama
Demam
Keluhan tambahan
Mual, muntah, nyeri di tulang-tulang badan, sakit kepala
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke RSU dr. Dradjat Prawiranegara Serang dengan keluhan
demam sejak 4 hari SMRS. Pasien juga melakukan pengecekan darah rutin (Hb,
Leukosi, Ht, dan Trombsit) pada tanggal 29 September 2016 namun hasilnya
normal. Pasien mengeluh demam menggigil tiba-tiba pada tanggal 1 Oktober
2016 setelah pulang bekerja dan akhirnya memutuskan untuk ke RSU kembali
dan akhirnya di rawat. Demam dirasakan hilang timbul dan paling sering
muncul di malam hari. Pasien juga mengeluh mual, nyeri di tulang-tulang badan,
dan sakit kepala. Pasien mengeluh muntah 2 kali.
Keluhan demam tidak diesertai dengan perdarahan seperti mimisan, gusi
berdarah, muntah darah, atau BAB berdarah. Pasien juga tidk mengeluh nyeri
perut. Pasien mengatakan belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Di
lingkungan rumah pasien juga tidak ada yang seperti ini.
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan serupa (-)
Maag (-)
Demam tifoid (-)
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan serupa (-)
Maag (-)
Demam tifoid (-)
1.3.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Frekuensi nafas
Status Generalis
: 110/80 mmHg
: 80x/menit
: 35,6C (Di IGD 37,9C)
: 20x/menit
Kepala
: Normochepal
Mata
THT
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Auskultasi
Abdomen
1.4.
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan uji bendung positif
SGOT/SGPT : 62/65 u/L
Pemeriksaan Laboratorium (01 Oktober 2016 04 Oktober 2016)
Tanggal
Jam
01/10/16
13.26
Hb
(g/dL)
13,60
Ht
(%)
39,90
Leukosit
(u/L)
5.700
Trombosit
(u/L)
108.00
01/10/16
02/10/16
02/10/16
03/10/16
03/10/16
Nilai
normal
19.24
07.16
16.45
07.17
12,40
11,90
12,90
13,00
12,40
P : 14-18
W : 12-16
1.5.
Diagnosis Kerja
DHF Grade I
1.6.
Diagnosis Banding
Demam Tifoid
1.7.
1.8.
36,00
34,20
36,30
36,70
35,80
P : 40-48
W : 37-43
3.000
2.800
1.830
2.000
3.300
5.00010.000
89.000
63.000
62.000
60.000
47.000
150.000450.000
Penatalaksanaan
Asering 2000 cc
Lansoprazole 2 x 1 caps
Domperidon 3 x 1 tab
Neurodex 1 x 1
Trolit 4 x 1
Prognosis
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanactionam
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue
(DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan
diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok. 1
2.2.
Etiologi
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
kaleng, ban bekas, pot tanaman air, serta tempat minum burung,
Jarak terbang 100 meter,
Nyamuk betina bersifat multiple biters (mengigit beberapa orang karena
2.3.
Epidemiologi
Di Indonesia, kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun
1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB
akibat DBD. Profil kesahatan provinsi Jawa Tengah tahun 1999 melaporkan
bahwa kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun yang terserang sebanyak 42%
dan kelompok usia 15-44 tahun yang terserang sebanyak 37%. Data tersebut
didapatkan dari data rawat inap rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD
sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.
CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ketahun walaupun
masih tetap tinggi. Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada
tahun 2004 tercatat 17.707 orang terkena DBD di 25 provinsi dengan kematian
322 penderita selama bulan Januari dan Februari. Daerah yang perlu diwaspadai
adalah DKI Jakarta, Bali, dan NTB.2
2.4.
Klasifikasi
Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu
DD/DBD
Derajat
DD
DBD
Gejala
Lab
Leukopenia
Trombositopenia, tdk
ada kebocoran plasma
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
II
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
III
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
IV
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
kebocoran plasma
* DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok demgue (SSD)
2.5.
Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue sampai saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue
dan sindrom renjatan dengue.1
Respon imun yang diketahu berperan dalam pathogenesis DBD adalah:
virus
dengue
menyebabkan
aktivasi
makrofag
yang
2.6.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam, demam berdarah dengue, atau
syndrome syok dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam
selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini
pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan
jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.1
Demam Dengue (DD), merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari,
ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)
Leukopenia
Dan pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan pasien DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria WHO 1997
diagnosis DBD ditegakkan bila terdapat minimal 2 gejala klinis yang positif
2.7.
timbuk gejala prodormal yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang,
belakang dan perasaan lelah.
10
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG lebih banyak.
11
Leukosit
sekunder).
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitivitas sama tingginya dengan spesitifitas gold standart kultur
virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus
dengue.
12
2.8.
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan aksus DBD. Asupan
cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Dibutuhkan suplemen cairan
melalui intravena bila asupan cairan oral tidak mampu dipertahankan.
Terdapat 5 protokol untuk penanganan DBD dewasa :
Protokol 1. Penanganan Tersangka (Probable) DBD Dewasa tanpa Syok
Protokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam pemberian pertolongan
pertama pada penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat
dan juga dipakai sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat (Gambar
2.8.1).
Gambar 2.8.1. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan di
Unit Gawat Darurat1
13
trombosit tiap 24 jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera kembali
ke Unit Gawat Darurat.
Hb, Ht normal tetapi trombosit, 100.000 dianjurkan untuk dirawat
Hb, Ht meningkat dan tombosit normal atau turun juga dianjurka untuk
dirawat.1
Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang Rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok maka di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid per hari yang
diperlukan dengan jumlah seperti rumus berikut :
1500 + { 20 x (BB dalam Kg 20 )}
Setelah pemberian cairan dilakukan dilakukan pemberian Hb, Ht tiap 24 jam
(Gambar 2.8.2) :
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan tombosit < 100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht, trombo dilakukan
tiap 12 jam.
Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka pemberian
cairan sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht
>20%.1
Gambar 2.8.2. Pemberian cairan pada suspek DBD dewasa di ruang rawat. 1
14
kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikkan
perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda hematokrin turun, frekuensi nadi
turun tekanan darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infuse
dikurangimenjadi 5 ml/KgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan
kembali dan bila keadaan tetap menunjukkan perbaikkan maka jumlah cairan
infuse dikurangi 3ml/KgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik
cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian (Gambar 2.8.3).
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/KgBB/jam dalam tapi
keadaan tetap tidak membaik, yang ditndai dengan Ht dan nadi meningkat,
tekanan nadi menurun < 20 mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus
15
16
hematokrin tetap stabil serta dieresis cukup maka pemberian cairan perinfus
dihentikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A. W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV: Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Interna Publishing. Halaman: 2773-79.
2. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Ed.2: Demam Berdarah Dangue. Jakarta:
Erlangga. Halaman: 72-75
3. Gambar 2.7.1. Diakses dari https://aufalactababy.files.wordpress.com/2012 /
05/perjalanan-dbd.jpg?w=565&h=458 pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul
14.30