You are on page 1of 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFISIKA

TEKANAN DARAH

Disusun oleh:
Kelompok 7
Ani Nurhidayati
Hannik Hedayati
Agustina Martha Eristya

13312241014
13312241023
13312244027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

TEKANAN DARAH
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tekanan darah systole dan diastole
2. Mahasiswa dapat menerangkan pengaruh suhu tubuh dan aktivitas terhadap tekanan
darah systole dan diastole
B. DASAR TEORI
1. Pengertian tekanan darah
Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan
dinding pembuluh tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan darah 50 mmHg, ini
berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebutakan cukup mendorong kolom suatu kolom
air raksa ke atas setinggi 50 mmHg (Guyton, 1987: 165). Menurut D.G. Beevers (2002:
10) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darahketika jantung memompakan
darah ke seluruh tubuh. Jantung dapat bergerak untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan sarafotonom.
Dalam melakukan kerjanya jantung mempunyaitiga periode yaitu:
a. Periode Konstriksi (periode sistole)
Periode konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian
ventrikeldalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan
tertutupvalvula semilinaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis
terbuka,sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke
paruparukiri dan kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke
aortakemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Periode dilatasi (periode diastole)
Periode

diastole

merupakan

suatu

keadaan

dimana

jantung

mengembang.Katup bikus dan trikuspidalis terbuka sehingga darah dari atrium


sinistra masuk keventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel
dekstra.Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena
pulmonalismasuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena cava
masuk keatrium dekstra.
c. Periode istirahat

Periode istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan dilatasi
(diastole) dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik.
Darah dapat mengatur sepanjang pembuluh darah karena adanya perbedaan
tekanan.Mekanisme perubahan kerja jantung sehingga menghasilkan kerja yangkontinyu
adalah sebagai berikut:
a. Pada waktu sistole darah dipompa ke aorta tetapi karena aorta sebelumnya sudahberisi
darah maka tambahan darah dari jantung akan tertimbun danmengembangkan dinding
b.

aorta.
Kerja dinding aorta bersifat elastis dan pada waktu sistole darah tidak bisaregurgitas ke
jantung berkat adanya klep, maka sekarang darah dapat mendorongdari elastisitas dinding
aorta tersebut, dengan demikian darah mengalir secarakontinyu. Karena tenaga sistole
jantung tentunya lebih besar dari tenaga elastisitasdinding aorta maka ada dua macam
hasil pada pengukuran tekanan yaitu tekanansistole dan diastole (Moerdowo, 1984: 32).
Menurut Guyton (1987: 162-163) aliran melalui pembuluh darah ditentukanoleh
dua faktor, yaitu:
1) Perbedaan tekanan yang mendorong darah melalui pembuluh tersebut.
2) Tahanan vaskuler yaitu rintangan terhadap aliran darah melalui pembuluhtersebut.
Aliran darah berarti sejumlah darah yang melalui suatu titik tertentu di dalam
sirkulasi dalam suatu periode titik tertentu. Seluruh aliran darah dalam sirkulasi
orangdewasa pada waktu istirahat kira-kira 5000 ml per menit. Ini disebut curah
jantung(cardiac output) karena merupakan jumlah darah yang dipompa jantung dalam
suatuunit waktu. Dalam hal ini terdapat rumus:
aliran dara h=

perbedaan tekanan
ta h anan vaskuler

2. Pengukuran tekanan darah


Perhitungan tekanan darah pertama kali dilakukan pada tahun 1733 oleh Reverend
Stephen Hales di Inggris Raya.

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung.


a. Pengukuran tekanan darah langsung
Pengukuran darah secara langsung dapat dilakukan dengan cara menyisipkan
sebuah jarum berlubang disispkan ke dalam pembuluh darah dan sebuah kateter
(tabung plastic berlubang) disusupkan ke jarum. Kateter mentransmisikan tekanan
darah ke tekanan transduser. Tekanan darah membelokan difragma, menyebabkan

berubahnya tekanan ketegangan empat kawat gauge. Kawat T membawahi tensi dan
kawat C membawahi kompresi. Metode pengukuran dara secara lansung ini tidak
penting dilakukan utuk tujuan rutin karena keakuratan hasil pengukuran tekanan darah
dapat dilakukan secara tidak langsung. (Cameron,1999:210)

Gambar 1.1 pengukuran darah secara langsung


(Cameron,1999:210)
b. Pengukuran tekanan darah tidak langsung
Peralatan yang biasa digunakan disebut sphygmomanometer. Terdiri dari tekanan
lipatan lengan dan tegangan pada lengan atas dan stetoskop diletakkan pada arteri
brachial di sikut.Mekanismenya adalah tekanan pada lipatan lengan dipompa secara
cepat untuk menghentikan tekanan darah dan kemudian udara secara bertahap
dilepaskan. Seiring dengan tekanan pada lipatan lengan menurun dibawah tekanan
sistolik darah, aliran darah yang deras memancar melalui arteri mengakibatkan suara
yang dapat didengar pada stetoskop. Suara itu disebut korotkoff atau suara K. tekanan
dimana suara K pertama kali terdengar mengindikasikan tingkat tekanan sistolik.
Seiring tekanan jatuh kemudian, suara K menjadi lebih keras dan kemudian
menghilang. Titik dimana suara K berubah mengindikasikan tekanan diastolic.
(Cameron,1999:211)
Adapun langkah-langkah penentuan tekanan darah dengan metode ini adalah sebagai
berikut:
1.

Pompakan udara ke dalam manset hingga kolom air raksa naik dan tanganpemeriksa

yang meraba nadi sudah tidak merasakan denyut nadi lagi.


2. Sesudah itu ujung stetoscop diletakkan pada fossa cubiti.

3. Udara dikeluarkan secara berlahan-lahan, sehingga suatu saat mulai terdengarsuara yang
dapat dibedakan dalam lima fase, yaitu:
Fase I : Suara gelombang nadi yang pertama melalui manset menyerupaisuara pertama
jantung yang melemah.
Fase II : Suara menjadi lebih keras dan diikuti oleh desingan seperti tiupan.
Fase III : Suara menjadi mksimal dan desingan mulai menghilang.
Fase IV : Sekonyong-konyong suara menjadi kurang nyata, menjadi suaratertutup
(muffing sound).
Fase V : Suara hilang.
Tekanan sistole sesuai dengan fase I dan tekanan diastole sesuai dengan suara fase
IV (Oktia Woro K.H, 1999: 5-6).
c. Tekanan darah rata-rata
Antara tekanan sistole dan diastole ada yang dinamakan tekanan darah
ratarata,yang angkanya lebih mendekati tekanan diastole daripada tekanan
sistole.Karena sistole lebih pendek daripada diastole (Guyton dan Hall, 1996: 223).
Tekanandarah rata-rata sedikit kurang daripada nilai-nilai tengah antara tekanan
sistole dandiastole. Tekanan darah rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5
mmHgpada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol berbedabedatergantung apakah mereka konstriksi atau dilatasi. Besar nilai pada orang
dewasakira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistole 120
mmHgdan tekanan diastole 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata menurut Jan
Tambayong(2001: 25) dirumuskan sebagai berikut:
1
TR=TD + ( TSTD ) mmHg
3
Tekanan

rata-rata

inilah

yang

sesungguhnya

menjadi

pendorong

mengalirnyadarah yang lebih lama terpengaruh untuk tekanan diastole daripada


tekanan sistole.Peningkatan atau penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi
homeostatisdalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka

terjadilahgangguan pada sistem transpor oksigen, karbondioksida dan hasil-hasil


metabolism lainnya.
d. Penggolongan tekanan darah
Menurut Ganong (1983: 165) tekanan darah dibagi menjadi tiga golongan,yaitu:
I.
Tekanan darah normal
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal jika catatan
tekanandarah untuk sistole < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg. Nilai tekanan
darahnormal menurut Evelyn C. Pearce (1979: 142) adalah sebagai berikut:
Nilai tekanan darah normal (dalam mmHg)
Systole
Diastole
Pada masa bayi
70-90
50
Pada masa anak-anak
80-100
60
Pada masa remaja
90-110
60
Dewasa muda
110-120
60-70
Umur lebih tua
130-150
80-90
II.
Tekanan darah rendah
Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila catatan tekanan
III.

darah tekanan sistole < 100 mmHg dan tekanan diastole < 60 mmHg.
Tekanan darah tinggi
Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi bila catatan tekanan

sistole> 140 mmHg dan tekanan diastole > 90 mmHg.


e. Factor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
1. Gravitasi
Karena pengaruh gravitasi, tekanan darah akan meningkat dengan 10
mmhg setiap 12 cm di bawah jantung. Di atas jantung, tekanan darah akan
menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan
darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam
keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Green, 2008).
2. Posisi atau sikap tubuh
Pada dasarnya jumlah darah arteri ditentukan oleh jumlah darah yang
terkandung di dalam arteri tersebut. Makin besar jumlah darah di dalam arteri,
makin tinggi tekanan arteri dan makin kecil jumlah darah yang terkandung di
dalam arteri, makin rendah tekanan arteri. Jumlah darah yang terkandung di
dalamarteri tergantung pada jumlah darah yang memasuki arteri dan yang
meninggalkan arteri. Jika jumlah darah yang masuk banyak maka darah yang
terkandung di dalam arteri makin bertambah, dan sebaliknya jika darah yang
meninggalkan arteri lebih banyak maka darah yang terkandung di dalam arteri

berkurang. Jumlah darah yang masuk ke dalam arteri ditentukan oleh frekuensi
jantung dan volume sekuncup jantung.
a. Berdiri
Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh
capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami
penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak
banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan
antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak
maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg
dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002).Ketika berdiri darah yang kembali
ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan
tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002).
b. Duduk
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan
sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju
ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan
meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena
cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung
untuk dipompa menjadi meningkat.Keseluruhan respon ini disebut refleks
kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002).
c. Berbaring
Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa
harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi
berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada
40% -- 60% VO2 maksimal(Guyton, 2002).
3. Aktivitas gerak tubuh
Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini
terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar
pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil 20 mmHg atau sampai sebesar 80
mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan.
Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau
berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya
kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di

dalam massa otot yang besar (Guyton, 2002). Selama bergerak, otot-otot
memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Sebagian dari peningkatan ini
adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada vasokularisasi otot yang disebabkan oleh
peningkatan metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak
terutama akibat area motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak,
sistem pengaktivasi retikuler di batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan
peningkatan perangsangan yang sangat besar pada area vasokonstriktor dan
kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan
arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya peningkatan aktivitas otot
(Guyton dan Hall, 2002).
4. Umur
Pada usia lanjut, kondisi kardiovaskuler mengalami penurunan, hal
inimenyebabkan pada usia lanjut akan lebih mudah mengalami gangguan
kardiovaskuler. Hal ini dikarenakan bahwa semakin bertambahnyausia maka
tekanan sistole semakin tinggi, sebagai akibat dari timbulnya arterosklerosi.
Arteriosklerosis merupakan bercak yang terdiridari timbunan jaringan lemak pada
pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumenpembuluh darah. Bercak ini
sangat peka terhadap ulserasi, perdarahan, danperkapuran yang tidak hanya
menambah penyempitan, tapi juga merupakanpredesposisi bagi pembentukan
trombus (Ganong, 1983: 168).
5. Jenis kelamin
Menurut Evelyn C. Pearce (1979: 142) bahwa pada wanita tekanan darah
lebih rendah dari pria sebesar 5 sampai 10 mmHg. Postural hypotension
(penurunantekanan darah akibat berdiri) yang paling umum adalah tekanan yang
lebih rendahdari tekanan normal ini lebih sering terjadi pada wanita dewasa.
Wanita dewasa lebih sering kelihatan pucat ketika berdiri walaupun jumlah darah
dan penyusunnya adalah normal.
6. Kondisi kesehatan
Adapun beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara
lain:
a. Penyakit Ginjal
b. Anemia
c. Penyakit Jantung

d. Arterosklerosis
(Elizabeth J. Corwin, 1997: 353-355).
7. Status gizi
8. Olahraga
9. Merokok dan alkohol
10. Kondisi psikis
Kondisi psikis seseorang dapat

mempengaruhi

tekanan

darah,

misalnyakondisi psikis seseorang yang mengalami stres atau tekanan. Respon


tubuh terhadapstres disebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan.
Kondisi iniditandai dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju
pernapasan, danketegangan otot. Selain itu stres juga mengakibatkan terjadinya
peningkatan alirandarah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal,
kulit, dan saluranpencernaan (Guyton, 1987: 187).

C. METODE PERCOBAAN
a. Tempat dan waktu percobaan
Tempat
: Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
Waktu
: 13 April 2016
b. Alat dan Bahan
Alat:
1. Tensimeter (sphyigmomanometer) dengan sabuk tekannya
2. Stetoskop

c. Langkah kerja

Bahan:
Naracoban

D. DATA HASIL PERCOBAAN


Pa/

Tenang

Naracoban

Hannik

Pi

45kg/155cm

Systole
110

Diastole
90

Systole
120

Ani

Pi

58kg/157cm

110

80

110

Pi

BB/TB

Aktivitas Sedang

No

Diastole
90
90

Aktivitas Berat
Systole
130

Diastole
110

130

100

Keterangan :
Pa/Pi

: jenis kelasmin, Pa = laki-laki; Pi = perempuan

BB/TB

: berat badan/tinggi badan

Tenang

: sebelum melakukan aktivitas

Aktviitas Sedang : melakukan aktivitas mengelilingi ruangan 5x dengan berjalan kaki


Aktivitas Berat

: melakukan aktivitas mengelilingi ruangan 5x dengan berjalan cepat/lari

E. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul Tekanan Darah yang bertujuan untuk melakukan
pengukuran tekanan darah systole dan diastole, serta menerangkan pengaruh suhu tubuh
dan aktivitas terhadap tekanan darah systole dan diastole. Tekanan darah adalah tekanan
di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung
dapat bergerak untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan
menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan
sarafotonom.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran tekanan darah secara langsung dilakukan dengan cara menyisipkan sebuah
jarum berlubang ke dalam pembuluh darah dan sebuah kateter (tabung plastik berlubang)
disusupkan ke jarum. Kateter mentransmisikan tekanan darah ke tekanan transduser.
Metode pengukuran dara secara lansung ini tidak penting dilakukan utuk tujuan rutin
karena keakuratan hasil pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung.

Gambar 1.1 pengukuran darah secara langsung (Cameron,1999 : 210)


Pengukuran tekanan darah pada percobaan ini merupakan pengukuran darah
secara langsung karena menggunakan alat berupa tensimeter (sphygmomanometer)
dengan sabuk tekannya dan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung. Cara untuk
mengukur tekanan darah dengan tensimeter yaitu sabuk tekan diletakkan atau dipasang
pada lengan atas dan stetoskop diletakkan pada arteri brachial yang ada pada lengan.
Mekanismenya adalah tekanan pada lipatan lengan dipompa secara cepat untuk
menghentikan tekanan darah dan kemudian udara secara bertahap dilepaskan. Seiring
dengan tekanan pada lipatan lengan menurun dibawah tekanan sistolik darah, aliran darah
yang deras memancar melalui arteri mengakibatkan suara yang dapat didengar pada

stetoskop. Suara itu disebut korotkoff atau suara K. tekanan dimana suara K pertama kali
terdengar mengindikasikan tingkat tekanan sistolik. Seiring tekanan jatuh kemudian, suara
K menjadi lebih keras dan kemudian menghilang. Titik dimana suara K berubah
mengindikasikan tekanan diastolik.
Langkah dalam pengukuran tekanan darah sistol dan diastol yaitu, memasang alat
dan menset alat terlebih dahulu. Jangan lupa untuk membuaka kunci dengan cara
memutarnya pada posisi on pada alat tensimeter, lalu mengunci pemutar pada alat pompa
dan secara perlahan memompakan udara ke dalam manset yang telah dipasang pada
lengan praktikan hingga kolom air raksa naik sampai tangan pemeriksa tidak merasakan
denyut nadi lagi dan sampai lengan praktikan menjadi kencang. Setelah itu, membuka
kunci pemutar sedikit dan mengeluarkan udara secara perlahan-lahan hingga pada posisi
angaka tertentu pada alat mulai terdengar bunyi, suara gelombang yang pertama, akan
terdengar bunyi deg, lalu bunyi perlahan menghilang. Terus secara perlahan udara
dikeluarkan secara perlahan dan hati-hati sambil fokus mendengarkan bunyi yang
selanjutnya. Setelah tadi terdengar bunyi deg pertama, dan posisi air raksa semakain
menurun, maka akan terdengar bunyi lagi yang kedua pada posisi tertentu yang lebih
rendah dari sebelumnya. Namun, bunyi yang terdengar tidak sekeras seperti ketika
mendengarkan detak jantung. Bunyi yang terdengar sangat pelan dan bahkan terkadang
harus diulangi lagi untuk pengukurannya karena bunyi belum terdengar secara jelas atau
bunyi tidak terdengar. Bunyi yang pertama terdengar itulah yang disebut dengan tekanan
sistol, dan bunyi yang terdengar kedua merupakan tekanan diastol.
Antara tekanan sistol dan diastol ada yang dinamakan tekanan darah rata-rata,
yang angkanya lebih mendekati tekanan diastol daripada tekanan sistol. Karena sistol
lebih pendek daripada diastol (Guyton dan Hall, 1996: 223). Tekanan darah rata-rata
sedikit kurang daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistol dan diastol. Tekanan darah
rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya
penurunan tekanan sepanjang arteriol berbeda-beda tergantung apakah mereka konstriksi
atau dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil
dari rata-rata tekanan sistol 120 mmHg dan tekanan diastol 80 mmHg.
Tekanan darah yang dimiliki seseorang berbeda-deda. Seseorang yang dikatakan
mempunyai tekanan darah normal ketika tekanan sistol da diastolnya 120/80 mmHg atau
tekanandarah untuk sistole < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg. menurut Evelyn C.
Pearce (1979: 142) sebagi berikut.

Nilai tekanan darah normal (dalam mmHg)


Systole
Diastole
Pada masa bayi
70-90
50
Pada masa anak-anak
80-100
60
Pada masa remaja
90-110
60
Dewasa muda
110-120
60-70
Umur lebih tua
130-150
80-90
Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah
tekanan sistole < 100 mmHg dan tekanan diastole < 60 mmHg. Sedangkan seseorang
dikatakan memiliki tekanan darah tinggi bila catatan tekanan sistole > 140 mmHg dan
tekanan diastole > 90 mmHg.
Hasil percobaan pengukuran tekanan darah oleh kedua praktikan juga mempunyai
hasil yang berbeda-beda. Dapat dilihat pada tabel berikut.
No

Naracoba

Hannik

Ani

Pa/
Pi
Pi

BB/TB
45kg/155cm

Tenang
Systole
110

Diastole
90

Aktivitas Sedang
Systole
120

Diastole
90

Aktivitas Berat
Systole
130

Diastole
110

Pi
58kg/157cm
110
80
110
90
130
100
Percobaan pengukuran tekanan darah dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda,

yaitu pada kondisi tenang, beraktivitas sedang (jalan santai) dan beraktivitas berat
(berlari-lari). Sebelum melakukan aktivitas atau pada kondisi tenang dengan posisi duduk,
dilakukan pengukuran tekanan darah dan hasilnya, kedua praktikan Hannik dan Ani
memiliki tekanan darah yang normal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun
dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh,
terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot
tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah
dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia
bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks
kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002).
Kondisi yang selanjutnya ketika melakukan aktivitas sedang (jalan santai) dan
aktivitas berat (berlari-lari), tekanan darah sistol maupun diastol pada kedua praktikan
mengalami peningkatan atau kenaikan. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas gerak tubuh
sehingga tekanan dan juga suhu tubuh mengalami peningkatan. Selama gerak tubuh

terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena adanya pencetusan
simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Peningkatan ini dapat sekecil
20 mmHg atau sampai sebesar 80 mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak
badan tersebut dilakukan. Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh
seperti berlari atau berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg.
Kurang besarnya kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang
terjadi di dalam massa otot yang besar (Guyton, 2002). Selama bergerak, otot-otot
memerlukan peningkatan aliran darah yang banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah
akibat dari vasodilatasi lokal pada vasokularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan
metabolisme sel otot. Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area
motorik sistem saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi retikuler di
batang otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat
besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor. Keadaan ini
akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya
peningkatan aktivitas otot (Guyton dan Hall, 2002).
Untuk lebih memperjelas peningkatan tekanan darah pada kedua praktikan
tersebut, dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik Perbedaan Tekanan Darah Sistol dan Diastol (Hannik) pada Berbagai Kondisi
140
120
100
80
tekanan darah

sistol

60

diastol

40
20
0
tenang

aktivitas sedang aktivitas berat


kondisi

Grafik Perbedaan Tekanan Darah Sistol dan Diastol (Ani) pada Berbagai Kondisi
140
120
100
tekanan darah

80

sistol

60

diastol

40
20
0
tenang

aktivitas sedang aktivitas berat


kondisi

Terlihat pada grafik, peningkatan tekanan darah pada kedua praktikan Hannik dan
Ani pada berbagai kondisi. Aktivitas yang semakin berat menyebabkan peningkatan
tekanan darah yang semakin besar pula. Ketika seseorang melakukan aktivitas, maka suhu
tubuh juga akan berubah. Aktivitas yang berat menyebabkan suhu tubuh semakin
meningkat, maka tekanan darah juga akan semakin meningkat.
F. KESIMPULAN
1. Pengukuran tekanan darah sistol dan diastol dapat dilakukan menggunakan alat
Tensimeter (sphygmomanometer). Bunyi yang pertama terdengar yang disebut dengan
tekanan sistol, dan bunyi yang terdengar kedua merupakan tekanan diastol.
2. Suhu tubuh dan aktivitas berpengaruh terhadap tekanan darah (sistol dan diastol).
Semakin meningkat suhu tubuh dan aktivitas, maka semakin meningkat pula tekanan
darah (sistol dan diastole).
G. LAMPIRAN
a. Pertanyaan
1. Tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah
dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan
tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah
mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Tekanan diastol adalah
tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir keluar pembuluhpembuluh hilir tersebut sewaktu relaksasi ventrikel. Menurut (Stegemann, 1981),
selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure
amplitude atau pulse pressure.
2.

Pa/

Tenang

Naracoban

Hannik

Pi

45kg/155cm

Systole
110

Diastole
90

Systole
120

Ani

Pi

58kg/157cm

110

80

110

Pi

BB/TB

Aktivitas Sedang

No

Diastole
90
90

Aktivitas Berat
Systole
130

Diastole
110

130

100

3. Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisiologis yang berkaitan
langsung dengan jantung dan faktor patologis yang berhubungan dengan kondisi
tubuh secara fisik.
Faktor fisiologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, :
a. Kelenturan dinding arteri
b. Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan
darah
c. Kekuatan gerak jantung
d. Viscositas darah, semakin besar viskositas maka semakin besar pula resistensi
terhadap aliran
e. Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat
f. Kapasitas pembuluh darah, semakin besar kapasitas pembuluh darah maka
semakin tinggi tekanan darah.
Faktor patologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, :
a. Posisi tubuh, baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan akan
berusaha menstabilkan tekanan darah
b. Aktifitas fisik, aktifitas fisik membutuhkan energy sehingga butuh aliran yang
lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik)
c. Temperature, menggunakan system rennin-angiotensin vasokonstriksi
perifer. Temperature pun dapat berkaitan dengan aktifitas, suhu yang tinggi
diakibatkan karena aktifitas yang banyak ssedangkan suhu yang rendah
dikarenakan aktifitas yang cenderung ringan
d. Usia, semakin bertambah usia, semakin bertambah pula tekanan darah hal ini
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas pembuluh darah
e. Jenis kelamin, wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena
komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk
pembakaran. Sedangkan pria yang memiliki banyak aktifitas pun cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
f. Emosi, emosi akan menaikkan tekanan darah karena pusat pengatur emosi
akan menset baroresepsor untuk menaikkan tekanan darah. Emosi akan

memicu kerja hormone adrenalin, adrenalin pria lebih tinggi karena


dipengaruhi oleh syaraf parasimpatis.
g. Makanan, makanan dapat menjadi pemicu tekanan darah yang tinggi,
diantaranya makanan yang mengandung garam (NaCl). Garam akan
mempengaruhi retensi Na+ dalam darah sehingga dapat menyebabkan
penumpukkan Na+ dalam darah.
h. Hormon, hormon renin yang terdapat dalam ginjal memiliki peranan untuk
merangsang pengeluaran angiotensin yang kemudian akan mempengaruhi
rangsangan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah).
Jika seseorang yang terbiasa memiliki aktifitas banyak maka akan
memiliki tekanan darah yang tinggi sedangkan sebaliknya jika seseorang memiliki
aktifitas yang sedikit tekanan darahnya pun akan cenderung menunjukkan angka
normal.
H. DAFTAR PUSTAKA
Cameron, John R.1999. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: Sagung Seto.
D.G Beevers. 2002. Tekanan Darah. Penerjemah Oscar H. Simbolon.
Jakarta:Dian Rakyat
Elizabeth J. Corwin. 1997. Patofisiologi. Penerjemah Brahm U. Pendit.
Jakarta: EGC
Ganong, WF. 1983. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Penerjemah Alex
Santoso. Jakarta: EGC
Guyton. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerjemah
Petrus Adrianto, dkk. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati
Setiawan, dkk. Jakarta: EGC
Jan Tambayong. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Moerdowo.1984. Masalah Hipertensi. Jakarta: Bhatara Karya Aksara
Woro.Oktia. 1988. Practical Occupational Health Asian Economy Edition.
Singapore: PG Publising

You might also like