You are on page 1of 43

SKENARIO 3 : HASIL RISKESDAS 2013

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang dilaksanakan oleh


Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi
anak sebagai berikut: Prevalence Rate pendek secara nasional pada anak umur 5-12 tahun
adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah
di DI Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5%). Prevalensi kurus (menurut IMT/U)
pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2
persen kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di Nusa
Tenggara Timur (7,8%). Prevalensi gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu
18,8 persen, terdiri gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi
gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%).
RISKESDAS 2013 juga meneliti tenteng masalah kurang energi kronis (KEK) pada
wanita usia subur (WUS) dan wanita hamil yang berumur 15-49 tahun, berdasarkan indikator
Lingkar Tengah Atas (LiLA). Untuk menggambarkan adanya risiko (KEK) dalam kaitannya
dengan kesehatan reproduksi pada wanita hamil dan WUS digunakan ambang batas nilai
rerata LILA <23,5 cm. Prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-49 tahun, secara
nasional sebanyak 24,2 persen. Prevalensi risiko KEK terendah di Bali (10,1%) dan tertinggi
di Nusa Tenggara Timur (45,5%). Prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak hamil)
sebanyak 20,8 persen. Prevalensi terendah di Bali (14%) dan prevalensi tertinggi di Nussa
Tenggara Timur (46,5%).
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga
serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut
disebabkan karena perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada
anak adalah membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan
sering makan makanan junk food yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga
melakukan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

Kata Sulit :
1. PHBS

: Sekumpulan perilaku yang di praktekkan secara sadar sebagai hasil


pembelajaran yang menjadikan seseorang mandiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif mewujudkan kesehatan

2. Balitbangkes

: Bahan penelitian dan perkembangan kesehatan

3. Riskesdas

: Kegiatan riset yang berguna untuk mengetahui gambaran kesehatan


dasar penduduk termasuk biomedis yang di laksanakan dengan cara
survey

Pertanyaan :
1. Berapa tahun sekali RISKESDAS di lakukan ?
2. Apa kegunaan RISKESDAS?
3. Program apa sajakah yang dilakukan puskesmas untuk perbaikan gizi tersebut ?
4. Faktor apa sajakah yang menyebabkan penurunan gizi pada anak ?
5. Apakah hubungannya pola asuh anak dengan gizi dan PHBS ?
6. Mengapa harus menerapkan PHBS ?
7. Apa indikator yang menentukan gizi baik ?
8. Bagaimana pandangan Islam dalam menjalankan PHBS ?
9. Adakah cara lain untuk penanganan gizi buruk ?
10. Penanganan yang tepat apakah yang diberikan pada ibu hamil ?

Jawaban :
1.
2.
3.
4.
5.

3 tahun sekali
Mencari solusi untuk masalah kesehatan masyarahat dengan cara survey
Penyuluhan, promosi kesehatan, pemberian ASI Ekslusif, dan POSYANDU
Kurangnya asupan gizi dan kurangnya pengetahuan bahwa gizi anak itu penting
Apabila orangtua mengetahui gizi yang baik itu seperti apa makan anaknya tersebut
gizinya akan baik tetapi sebaliknya jika orangtua pengetahuan gizinya buruk maka
gizi yang didapatkan anaknya juga buruk
6. Untuk mencegah terjadinya penyakit dan sebagai antisipasi
7. IMT baik (18-24)
8. Menjaga kebersihan itu wajib dan makan makanan harus yang halal dan toyibah
9. Pemberian asupan vitamin pada ibu dan anak dan pemberian ASI ekslusif
10. Perbanyak asupan energy dan protein

Hipotesa

Berdasaran survey RISKESDAS didapatkan hasil gizi ibu hamil dan anak. Pada gizi
anak didapatkan gizi lebih dan gizi kurang yang ilihat berdasarkan indicator
penentuan gizi baik. Gizi anak yang kurang akan diberikan penanganan seperti
suplemen & protein serta pola asuh anak yang baik, lalu dilakukanlah PHBS untuk
menunjang gizi anak dan ibu hamil dengan disertai hidup yang bersih dan sehat.

SASARAN BELAJAR
LI. I Memahami dan Menjelaskan Permasalahan Gizi Anak
LI. II Memahami dan Menjelaskan Penilaian Gizi Anak & Ibu Hamil
3

LI. III Memahami dan Menjelaskan PHBS


LI. IV Memahami dan Menjelaskan Gaya Hidup Anak yang Tidak Menceminkan
Perilaku Kesehatan
LI. V Memahami dan Menjelaskan PHBS & Pemberdayaan Masyarakat dalam Islam

LI. I Memahami dan Menjelaskan Permasalahan Gizi Anak


a. Definisi
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan
disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib
makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan
sebagai sisa (Achmad Djaeni,1987).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat
gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi
dalam tubuh.
Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga
otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat
lemak juga dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan
berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan
kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga
untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah,
dan produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada
anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak
tenang. Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis

Kekurangan gizi pada anak


Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan
tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup
kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi
kurang (undernutrition).

Penyakit ini terjadi akibat kekurangan energy dan protein atau karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan
kebutuhan energi. Biasanya terjadi pada anak balita.
Penyakit ini dibagi dalam tingkat yakni :
1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan
menurut standar Harvard
2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60% dari berat badan
menurut standar Harvard
3. KKP berat ( gizi buruk) kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
menurut standar Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan 2 macam KKP yakni KKP ringan atau gizi kurang
dan KKP berat (gizi buruk) atau yang lebih sering disebut marasmus.
1. Tanda-tanda gizi buruk pada kwashiorkor:
Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)
Wajah bulat dan sembab.
Cengeng dan/rewel/apatis.
Perut buncit.
Rambut kusam dan mudah di cabut.
Bercak kulit yang luas dan kehitaman/bintik kemerahan.
2. Tanda-tanda gizi buruk pada marasmus:
Tampak sangat kurus.
Wajah seperti orang tua.
Cengeng/rewel/apatis.
Iga gambang, perut cekung.
Otot pantat mengendor.
Pengeriputanotot lengan dan tungkai.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda tanda klinis : oedema atau
honger oedema, oedema biasanya tampak pada daerah kaki.
b. Klasifikasi
1. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
Kelompok KEP yaitu kurang energi protein. Ada 3 jenis: kwasiorkor, marasmik, dan
marasmik kwashiorkor
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral
a. Anemi kekurangan zat besi
b. Defisiensi vitamin A
c. Penyakit gondok endemic
d. Penyakit defisiensi lainnya seperti beri-beri, pellagra, scurvy, rickets
3. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi
a. Gizi lebih
b. Gizi baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
6

4. Menurut sebab terjadinya malnutrisi


a. Primary malnutrition
Terjadi karena makanan yg dimakan (intake) tidak cukup / berlebihan
b. Secondary malnutrition
Terjadi meskipun makanan yg dimakan sudah cukup untuk kebutuhannya karena
sebab lain, misal karena kebutuhan meningkat, gangguan absorbsi
1. Kurang Energi Protein (KEP)/Protein Energi Malnutrition (PEM)/Protein Calori
Malnutrition (PCM)
o Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
o Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki
(buteki)
o Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition)
o Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmikkwashiorkor
o Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang
khas
Salah satu gejala dari penderita KKP ialah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang
terlihat oleh ibu-ibu sebgai pembuncitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu
penyakit kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit
KKP dengan kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran
KKP dengan defisiensi energi yan ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi
defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi. Penyebab langsung dari KKP adalah
konsumsi kurang dan sebab tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan hambatan
utilisasi zat-zat gizi karena berbagai hal, misalnya karena penyakit. Penyakti infeksi dan
infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisai zat gizi yang
menjadi dasar timbulnya penyakit KKP.
Penyebab
.
.
.
.
.
.
.

Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah


Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
Pengetahuan yang kurang tentang gizi
Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang
mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup
mendapatkan ASI
Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

Gejala klinis KEP ringan


.
.
.
.

Pertumbuhan mengurang atau berhenti


BB berkurang, terhenti bahkan turun
Ukuran lingkar lengan menurun
Maturasi tulang terlambat
7

.
.
.
.

Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun


Tebal lipat kulit normal atau menurun
Aktivitas dan perhatian kurang
Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

Pembagian
.
.
.

Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-kwashiorkor

2. Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan


protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional. Sering terjadi
pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya,
atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab
c. Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
d. Kebiasaan makanan yang tidak layak
e. Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus


Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng
Feces lunak atau diare
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor
kulit menghilang
Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur, baggy paint
Torax atau sela iga cekung
Atrofi otot, tulang terlihat jelas (muscle wasting)
Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
Frekuensi nafas berkurang
Kadar Hb berkurang
Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin

3. Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering
timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan
yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang
berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab
.
.

Kekurangan protein dalam makanan


Gangguan penyerapan protein
8

.
.
.

Kehilangan protein secara tidak normal


Infeksi kronis
Perdarahan hebat

Tanda dan gejala


1. Wajah seperti bulan moon face
2. Pertumbuhan terganggu
3. Sinar mata sayu
4. Lemas-lethargi
5. Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
6. Rambut merah, jarang, mudah dicabut
7. Jaringan lemak masih ada
8. Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)
9. Iga normal-tertutup oedema
10. Atrofi otot
11. Anoreksia
12. Diare
13. Pembesaran hati (perlemakan hepar)
14. Anemia
15. Sering terjadi acites
16. Oedema (edema kedua tungkai, pitting edema)
4. Kwashiorkor-marasmik
kwashiorkor

memperlihatkangejala

campuran

antara

marasmus

dan

Penatalaksanaan
Secara umum
1.
2.
3.
4.

Ruangan cukup hangat dan bersih


Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
Pencegahan infeksi nosokomial
Penimbangan BB tiap hari

Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi

Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)


Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat

Dietetik

Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral


Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan dengan
porsi sedikit-sedikit tapi sering)

Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan setiap
saat)
Persiapan pulang

Gejala klinik tidak ada


Nafsu makan baik
Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan yang
sehat
Komplikasi

Infeksi saluran pencernaan


Defisiensi vitamin
Depresi mental

5. Penyakit Defisiensi Vitamin A


Gejala-gejala defisiensi vitamin ini yang menumbulkan kekhawatiran para ahli
kesehatan dn gizi adalah berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang
menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran
lainnya.
Gambaran defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia.
Ternyata banyak kasus Xerophthalamia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen
bahkan sampai menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa muda. Defisiensi
vitamin A primer disebabkan kekurangn konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi
sekunder karena absorbsi dan utilitasnya terhambat.Konsumsi vitamin A kurang adalah
karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka sayur dan buah, atau karena daya beli rendah,
tidak sanggup membeli bahan makanan hewani maupun nabati yang akaya akan vitamin A
dan karoten tersebut.
DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita
Penyebab

Sifat

Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah


Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan
akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik,
KEP dll)
Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar
tiroid
Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

Mudah teroksidasi
Mudah rusak oleh sinar ultraviolet
Larut dalam lemak
Tanda dan gejala

Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea


Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
10

Tanda hipervitaminosis
Akut
Mual, muntah
Fontanela meningkat
Kronis
Anoreksia
Kurus
Cengeng
Pembengkakan tulang
Upaya pemerintah

Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A


Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan
februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU)
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000
IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU,
usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya
diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan
juga sesuai usia
Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
Catatan

Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh,
dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut
dalam air
Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung
pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia

6. Penyakit Defisiensi Yodium


Salah satu manifestasi gambaran penyakit kekurangan zat gizi yodium yang meninjol
ialah pembesaran kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama
ilmiahnya struma simplex. Karena terdapat endemik di wilyah-wilayah tertentu yang
kekurangan yodium, disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan juga
berbagai gambaran klinik lainnya yang disagak ada hubungan dengan kondisi kekurangan zat
gizi yodium itu, sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD yaitu
gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang diebut cretinism, hambatan
neuromotor, dan kondisi tuli disertai bisu.
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita


kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Merupakna masalah dunia
Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang
secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
11

Pembesaran kelenjar gondok


Hipotiroid
Kretinisme
Kegagalan reproduksi
Kematian
Defisiensi pada janin
Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
Terjadi kretinisme endemis
Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL

Penting untuk perkembangan otak yang normal


Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada
mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
Puncak kejadian pada masa remaja
Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)

Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar


Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui
dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak 5 meter
Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
Ibu hamil
WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
Bayi < 1tahun : 100 mg
Balita 1-5 tahun : 200 mg
Wanita 6-35 tahun : 400 mg
Ibu hamil (bumil) : 200 mg
Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium

Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa
(bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema,
kerusakan psikomotor
Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah),
gangguan perkembangan
12

Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh


yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food.
Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi
jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
Pencegahan/penanggulangan
Fortifikasi : garam
Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
7. Anemia Defisiensi Zat Besi
Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin.
Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada
anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi
dalam belajar menurun.
Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data laboratorik yang
ditunjang oleh data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia.
Muka penderita terlihat pucat, juga selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita
terlihat dan merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering
menunjukkan sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di
bawah 11%, bahkan pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di
bawah 10% atau lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin
memperlihatkan hidangan yang kurang mengandung daging atau bahan makanan hewani lain,
dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.
ANEMIA
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai
normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat
mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.
Macam-macam anemia

Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa
hemoglobin
Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang
matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia,
hipoplastik atau aplastik

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu
penyebab terjadinya disfungsi otak permanen

13

Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka,
menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.

Ciri
Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu
Tanda dan gejala
Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
Lemah
Lesu
Hb rendah
Sering berdebar
Papil lidah atrofi
Takikardi
Sakit kepala
Jantung membesar
Dampak
Produktivitas rendah
SDM untuk generasi berikutnya rendah
Penyebab
Sebab langsung
Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
Infeksi penyakit
Sebab tidak langsung
Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah
Sebab mendasar
Pendidikan wanita rendah
Ekonomi rendah
Lokasi ggeografis (daerah endemis malaria)
Kelompok sasaran prioritas
Ibu hamil dan menyusui
Balita
Anak usia sekolah
Tenaga kerja wanita
Wanita usia subur
Penanganan

Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada


ibu hamil maupun menyusui
Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk
multivitamin kepada balita
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan
anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada
tenaga kerja wanita
14

Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)
Pemberian kapsul besi (Fe)

Program pemerintah penanggulangan KEP


Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama
Ibu hamil
Bayi
Balita
Anak-anak sekolah dasar
Keterpaduan kegiatan
Penyuluhan gizi
Peningkatan pendapatan
Peningkatan pelayanan kesehatan
Keluarga berencana
Peningkatan peran serta masyarakat
Kegiatan
Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan
posyandu
Penanganan secara khusus KEP berat

Rujukan pelayanan gizi di posyandu


Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi
ASI eksklusif

Kelebihan Gizi pada anak


Konsumsi terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energy.
Kelebihan energi dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Seseorang dikatakan
menderita obesitas bila berat badannya pada laki laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi
20% dari berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang orang yang obesitas, organ organ
tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat
gerah,capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat
dari penyakit obesitas ini adalah penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler,
hipertensi,dan diabetes mellitus. Obesitas adalah keadaan penimbunan jaringan lemak tubuh
yang berlebihan. Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi pengeluarannya.
Ketidakseimbangan ini terjadi karena jumlah makanan yang dimakan berlebihan
dibandingkan energi yang dikeluarkan untuk aktivitas anak sehari-hari. Secara ilmiah
didefinisikan sebagai indeks massa tubuh terletak di atas persentil 95 kurva BMI CDC 2000.
Bila masih di atas persentil 85 maka perlu dikatakan memiliki risiko obestitas.
OBESITAS

adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
15

Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun
tidak selalu identik dengan obesitas

BB >>> tidak selalu obesitas


Penyebab
Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan
Aktifitas fisik yang rendah
Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
Laju pertumbuhan yang sangat cepat
Genetik atau faktor keturunan
Gangguan hormon
Gejala
Terlihat sangat gemuk
Lebih tinggi dari anak normal seumur
Dagu ganda
Buah dada seolah-olah berkembang
Perut menggantung
Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas
Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas
Gangguan respon imunitas seluler
Penurunan aktivitas bakterisida
Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan

Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas


sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya
kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi
dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi
pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.
Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan
mengubah perilaku makan
Mengatasi gangguan psikologis
Meningkatkan aktivitas fisik
Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke
rumah sakit
Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)

Tanda dan Gejala


Obesitas pada anak ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut:
1. pertumbuhan atau pertambahan berat badan di atas rata-rata
2. mulai tampak gemuk sejak usia dini
16

3. asupan makan berlebih


4. ada riwayat keturunan obesitas
5. tidurnya mengorok
6. aktivitas sehari-hari hanya ringan-ringan saja/ sedentary life
7. muka tembem, dagu rangkap, leher pendek
8. terdapat bagian tubuh yang berlipat-lipat
9. perut buncit
10. pada anak lelaki penis tenggelam (tertutup lipatan tubuh), nak laki-laki sering merasa
malu karena payudara seolah olah tumbuh,menggantung dan sering disertai strie
11. Anak lebih cepat mencapai pubertas. Kematangan sexsual lebih cepat, pertumbuhan
payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat
Yang akan Dilakukan Dokter di RS
1. Dokter akan memeriksa tanda dan gejala obesitas pada anak Anda dan akan melakukan
beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
- pengukuran BB dan TB untuk mendapatkan nilai BMI (Body Mass Index)
- membandingkan perubahan berat badan dengan tinggi badan
- memeriksa daerah tubuh yang berlipat-lipat karena timbunan lemak
- tekanan darah
- memeriksa daerah tubuh seperti rambut, tanda-tanda sekunder kelamin, perkembangan
seksual, perut, jari dan kaki, serta daerah penis.
Dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium yang tujuannya untuk mengetahui
penyebab obesitas. Tidak semua harus dilakukan, harus sesuai dengan indikasi:
1. darah perifer lengkap
2. tes toleransi glukosa
3. fungsi tiroid
4. profil lipid
5. sekresi dan fungsi growth hormon
6. kalsium, fosfat, dan kadar hormon paratiroid
7. fungsi hati: SGOT dan SGPT
8. foto orofaring
9. USG hati
10. MRI untuk cek hipotalamus dan hipofisis
11. Sleep studies untuk mendeteksi sleep apneu
Komplikasi
Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa bayi
maupun masa dewasa antara lain:
1. Terhadap kesehatan : Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa
anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah dewasa, maka morbiditas atau
mortalitasnya akan menigkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan
berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut,
dikaitan dengan menurunya respon immunologic sel T dan aktfitas sel Polimorfonuklear.
2. Saluran pernafasan : Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran
pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertropi tonsil
dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga
mengakibatkan anuksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer.
17

Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipertropi tonsil dan adenoid, dapat
mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darang yang
abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.
3. Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering di sertai
miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi : Anak obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi
seperti Legg-perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara dll.
5. Efek psiokologis : Kurangnya percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas
biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak di libatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh
teman sebayanya. Juga sulit mendapatkan pacar, karena merasa potongan tubuhnya jelek,
tidak modis, merasa rendah diri sehinga mengisolasikan diri pergaulan dengan teman
temannya. Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu
dengan melampiasakan setres yang dialaminya ke makanan.
6. Bila obesitas pada anak terus berlanjut sampai masa dewasa dapat mengakibatkan:
Hipertensi pada masa odelesensi.
Hyperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung coroner, hipertensi maligna pada
dewasa.
Diabetes
Sindrom pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu
gangguan pada jantung dan pernafasan, hipoventilasi. Dengan manifestasi polisitemia,
pipoksemia, sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung, tongesif, dan somnolen. Kita harus
berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan
badan sangat penting bila terjadi komplikasi ini.
Maturitas sexsual lebih awal, mensturasi sering tidak teratur
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa,
karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut
dan tidak boleh diet terlalu ketat. Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan
bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tinggat pertumbuhan pada usia anak
tersebut. Disamping itu pengobatan obesitas pada anak sering gagal, kecuali mendapat
dukungan dari seluruh keluarga. Olahraga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting
dalam upaya penata laksanaan obesitas pada anak ini.
Pada prinsipnya pengobatan anak dengan obesitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor
kejiwaan.
2. Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya penggusauran badan. Sedangkan
orang tua bayi atau anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya memperlambat
kenaikan berat badan bayi atau anaknya.
3. Pemberian diet rendah kalori seimbang untuk menghambat kenaikan berat badan
kemudian membimbing pengaturan makanan yang sesuai untuk mempertahankan gizi yang
ideal sesuai dengan pertumbuhan anak. Ditambahkan pula vitamin dan mineral.

18

4. Mengajukan penderita untuk olahraga yang teratur atau anak bermain secara aktif,
sehingga banyak energy yang banyak digunakan.
Baik terapi diet maupun pisiko terapi harus diberikan pada seluruh keluarga. Sehingga
seluruh keluarga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut.
Cara pengaturan dietnya adalah sebagai berikut:
1. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi bukan untuk menurunkan berat
badannya seperti pada obesitas dewasa, teteapi memperlambat kecepatan kenaikan berat
badannya. Bayi diberikan diet sesuai degan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110
kkal/kg. BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dengan 90 kkal/kg. BB/hari untuk bayi lebih
dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar,
disamping itu tidak dianjurkan memberi susu yang diencerkan, susu rendah atau tanpa lemak.
Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan
melakukan aktifitas.
2. Pada anak prasekolah yang menglami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg. BB/hari. Atau bisa juga dari
makan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori
tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah
menonton TV berlebihan.
3. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan
berat badan anak dan menaikan tinggi badannya. Diet diberikan 1200 kkal/hari atau sekitar
60 kkal/kg. BB/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendiri-sendiri maupun
secara berkelompok. Tidak boleh menonton TV terlalu lama, lebih lebih jika disertai makan
makanan yang bekalori tinggi. Mengorganisir kelompok olah raga atau rekreasi, agar anak
lebih aktif.
4. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat
badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet di berikan sekitar 850 kkal/hari,
ataupun ingin menurunkan berat badan 500 kkal/hari. Selain itu anak harus didorong untuk
melakukan aktifitas baik sendiri maupun secara berkelompok. Mendorong anak agar mau
melakukan interaksi dengan teman temannya.
Prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan ada tidak adanya komplikasi.
Obesitas yang berlanjut sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.
Pencegahan
Mencegah obesitas lebih baik daripada mengobati jika sudah terjadi obesitas yang
penting adalah mengubah pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa sehat
itu identing dengan gemuk.
Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASI. Bayi yang minum ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam
mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI pada saat baru mulai
disusui (Foremilk) lemaknya sedikit, sedangkan pada akhir menyusui (hint milk) kadar
lemaknya lebih tinggi, sehingga menimbulkan rasa nek pada bayi, akibatnya bayi akan
menghentikan menyusu. Pemberian ASI ekskulif empat (4) bulan, kemudian, makanan
19

tambahan diberikan mulai umur empat (4) bulan, dan pemberian ASI dianjuran sampai umur
2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan setiap anak menangis, kecuali kalau kita
yakin bahwa anak tersebut memang lapar. KMS (Kartu Menuju Sehat) perlu untuk
memnatau pertumuhan anak, sehingga kita mengetahui penyimpangan arah dari grafik berat
badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas fisik, baik melalui bermain maupun
olahraga. Menonton TV hanya sebagai selingan saja.
Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk

Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat


dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan
pertumbuhan pada balita utamanya baduta.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya
dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling
gizi.
Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan
tambahan dan diet khusus.
Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program
perbaikan gizi.
Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta
swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di
tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi
keluarga.

LI. II Memahami dan Menjelaskan Penilaian Gizi Anak & Ibu Hamil
Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi dinilai dengan ukuran atau parameter gizi (Soehardjo, 1990).
Status Gizi Anak Sekolah
Masa anak sekolah dasar adalah masa anak berumur 6 12 tahun. Anak anak yang berumur 6
12 tahun sedang masa puncak perkembangan. Saat umur inilah pertumbuhan ini agak
lambat tapi perkembangan berangsur angsur menjadi mengetahui banyak tentang diri dan
dunianya.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar
baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :

20

1.

Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB)


Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan
meteran tinggi badan (mikrotoise)

2.

Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan


Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data
identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan
1 tahun adalah 12 bulan.
a.

Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score


simpang baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median
baku rujukan (Waterlow.et al, dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk
menghitung SSB dapat dipakai rumus :

Skor Baku Rujukan

Dimana : NIS

NIS NMBR
NSBR

: Nilai Induvidual Subjek

NMBR

: Nilai Median Baku Rujukan

NSBR

: Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb


1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.

Untuk BB/U
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
TB/U
Pendek
Normal
Tinggi
BB/TB
Kurus
Normal
Gemuk

Bila SSB < - 2 SD


Bila SSB -2 s/d +2 SD
Bila SSB > +2 SD
Bila SSB < -2 SD
Bila SSB -2 s/d +2 SD
Bila SBB > +2 SD
Bila SSB < -2 SD
Bila SSB -2 s/d +2 SD
Bila SSB > +2 SD

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004).
Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3

21

Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Interpretasi

Indeks yang digunakan


BB/U

TB/U

BB/TB

Normal, dulu kurang gizi

Rendah

Rendah

Normal

Sekarang kurang ++

Rendah

Tinggi

Rendah

Sekarang kurang +

Rendah

Normal

Rendah

Normal

Normal

Normal

Normal

Sekarang kurang

Normal

Tinggi

Rendah

Sekarang lebih, dulu kurang

Normal

Rendah

Tinggi

Tinggi, normal

Tinggi

Tinggi

Normal

Obese

Tinggi

Rendah

Tinggi

Sekarang lebih, belum obese

Tinggi

Normal

Tinggi

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :


Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI, 2004
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur
anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur
dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
22

b.

Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi
gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c.

Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi
masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang
gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan
menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan
setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes
RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Jadi untuk indeks BB/U adalah
= Z Score = ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk

Status Gizi Ibu Hamil


Menurut UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan BAB V Upaya
Kesehatan Pasal 20 ayat 2 menyebutkan Status gizi ialah tingkat kecukupan gizi seseorang
yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur.
Menurut Huliana (2001), makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk
pertumbuhan dan perkembanganjanin sebesar 40 persen sedangkan 60 persen untuk
memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka
23

kemungkinan dapat terjadi gangguan dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya.
Kecukupan gizi selama hamil dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan
berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat
diaplikasikan pada wanita hamil, perubahan fisiologi selama hamil dapat digunakan sebagai
petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat yang tidak adekuat
merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan
janin. Kecukupan gizi selama kehamilan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janinnya maupun aktivitas ibu. (Arisman, 2009)
Cara Pengukuran Status Gizi
Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya resiko terjadinya
persalinan small gestational age (SGA) atau preterm. Kebutuhan peningkatan berat badan
untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat
badan ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat
badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan. Metode yang biasa digunakan dalam
menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula
ini digunakan untuk menghitung BMI adalah
BMI = Berat/Tinggi2
a.
b.
c.
d.

BMI dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :


Kurang dari 19,8 adalah berat kurang atau rendah
19,8 sampai dengan 26,0 normal
26,0 sampai dengan 29 adalah berat lebih atau tinggi
Lebih dari 29 obesitas
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI)
Total Kenaikan BB Penambahan BB
(Kg)
TM I (Kg) TM
Normal ( BMI 19,8-26)

12,5 13

2,3

(Kg)
0,49

Kurus ( BMI < 19,8 )

11,5 16

1,6

0,44

Lebih

7 11, 6

0,9

0,3

Obesitas ( BMI > 29 )

II

Distribusi penambahan berat badan ibu hamil


Trimester
Distribusi
I
Terutama pertambahan pada jaringan ibu dan cadangan
lemak, berat janin pada 10 minggu 5 gram
II
Pertambahan yang pesat pada cadangan lemak ibu dan
jaringan, berat janin pada minggu 20 350 gram.
III
Pertambahan terutama pada janin dan bertambahnya
cairan, berat janin pada 32 minggu 2 kg.
Pokok penilaian gizi pada ibu hamil dilihat dari :
- Tinggi badan
- Berat badan
24

Lingkar lengan tangan

Pola Pertambahan Berat Badan


Berat badan lebih ataupun kurang dari berat badan rata-rata untuk umur tertentu, merupakan
faktor menentukan jumlah zat makanan yang harus dicukupi selama hamil. Di negara maju
pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Kalau ibu kekurangan gizi,
pertambahannya hanya sekitar 7-8 kg dengan akibat melahirkan bayi BBLR. ( Paath,dkk.,
2005 )
National Academy of Scienses ( 1970 ) menganjurkan pertambahan berat badan sekitar 911,3 kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10-12,2 kg, dan diperbaiki menjadi 11,315,9 kg ( bagi wanita yang normal berat badan dan tinggi badannya ). (Arisman, 2009 ).
Manfaat Nutrisi
a. Nutrisi untuk pertumbuhan
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti,
sel sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang
masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.
b. Makanan sebagai suku cadang
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti,
sel sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang
masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.Untuk itu, setelah sakit kita
perlu banyak makan makanan bergizi. Begitu juga untuk yang menjalani operasi atau yang
baru melahirkan.
c. Makanan sebagai bensin tubuh
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, menyapu,
juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap membutuhkan tenaga untuk bernafas,
degup jantung, serta tenaga memasak zat makanan dan memakainya. Namun, makanan
perlu diatur agar sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jumlahnya harus memadai, dan mutunya
sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil
a. Suhu Lingkungan
Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-37 derajat Celsius untuk
mempertahankan metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh
dengan lingkungan, maka mau tidak mau tubuh harus menyesuaikan diri demi
kelangsungan hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya diganti dengan
hasil metabolisme tubuh, makin besar perbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka
akan semakin besar pula panas yang akan dilepaskan. Dengan adanya perbedaan suhu
antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan sebagian panasnya yang harus
diganti dengan hasil metabolisme tubuh. Maka lebih besar perbedaan suhu berarti lebih
besar masukan energi yang diperlukan.
b. Status Ekonomi dan Sosial
Baik status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih
makanannya. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis
kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian ibu mampu membeli dan
memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
c. Kebiasaan dan Pandangan Wanita terhadap Makanan

25

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan. Wanita
yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih memperhatikan akan gizi dari
anggota keluarga yang lain. Padahal sebenarnya dirinyalah yang memerlukan perhatian
yang serius mengenai penambahan gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan
yang bergizi demi pertumbuhan dan perkembangan.
d. Usia
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Usia
akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang
sedang dikandungnya. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga
karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Lebih muda umur seorang wanita hamil, lebih banyak energi yang di
butuhkan. Angka kematian maternal yang berusia 10-14 tahun 5 kali lebih besar dari
mereka yang berusia 20-24 tahun. Remaja yang berumur 15-19 tahun menunjukkan angka
kematian 2 kali lebi besar. Ini berhubungan dengan status gizi remaja yang
perkembangan fisik dan mentalnya masih membutuhkan energi lebih banyak. Masalah
yang mempengaruhi reproduksi yang mencakup gizi untuk menjamin pertumbuhan
sempurna salah satunya ialah umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau
umur terlalu tua (diatas 35 tahun)
e. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,
lebih baik, dan lebih matang dari individu, kelompok atau masyarakat. Bagi masyarakat
yang berpendidikan tinggi dan cukup tentang nilai gizi lebih banyak menggunakan
pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan atau pertimbangan
fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan psikis.
Menurut Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Pasal I ayat 11 menyebutkan sebagai
berikut :
11
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
f. Status Kesehatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Status ialah keadaan kedudukan seseorang. Status
kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu makannya. Seorang
ibu dalam keadaan sakit otomatis akan memiliki nafsu makan yang berbeda dengan ibu
yang dalam keadaan sehat. Namun ibu harus ingat, bahwa gizi yang dapat ia dapat akan
dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan untuk dirinya.
Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan. Ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi tablet yang mengandung zat besi atau makanan yang nebgandung zat besi
seperti bayan, hati dan sebagainya. Menurut Reverlly, Sakit adalah tidak adanya
keselarasan antara lingkungan dengan individu. Menurut white tahun 1977, sehat adalah
suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun
tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan. Sedangkan menurut UU RI No. 23
tahun 1992 Tentang Kesehatan BAB I Pasal I menyebutkan, kesehatan ialah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.

26

Status Gizi Bagi Ibu Hamil Menurut WHO, dampak kekurangan gizi pada ibu hamil,
kekurangan gizi pada ibu hamil, akibat kurang gizi pada ibu hamil, dampak kurang gizi pada
ibu hamil, kebutuhan gizi seimbang dan pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi,
kebutuhan energi ibu hamil menurut who, pengaruh status gizi terhadap sistem reproduksi
akan dijelaskan dalam artikel kesehatan kali ini: Status gizi ibu hamil pada
waktu pertumbuhan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini
dikarenakan berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan bayi yang normal juga.
Di negara maju, rata-rata kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kilogram. Tetapi
berdasarkan perkembangan terkini, disampaikan bahwa penambahan berat badan ibu selama
hamil tidak terlalu mempengaruhi berat badan bayi.
Kekurangan asupan gizi pada trimester I dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum,
kelahiran prematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem saraf pusat.
Sedangkan pada trimester II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
janin terganggu, berat bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi gangguan
kekuatan rahim saat persalinan, dan perdarahan post partum.
Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil
Kategori Berat (BMI)
Total Kenaikan BB (Kg)
Penambahan BB
TM I (Kg)
Normal ( BMI 19,8-26)
12,5 13
2,3
Kurus ( BMI < 19,8 )
11,5 16
1,6
Lebih
7 11, 6
0,9
Obesitas ( BMI > 29 )
6
Tanda Kecukupan Gizi pada Wanita Dewasa dan Ibu Hamil
Zat Gizi
Satuan
Wanita Dewasa
Energi
Kal
2200
Protein
gr
48
Vitamin A
RE
500
Vitamin D
ug
5
Vitamin E
mg
8
Vitamin K
mg
65
Thiamin
mg
1,0
Niacin
mg
9
Vitamin B12
mg
1,0
Asam folat
ug
150
Piridoksin
mg
1,6
Vitamin C
mg
60
Kalsium
mg
500
Fosfor
mg
450
Zat besi
mg
26
Seng
mg
15
Yodium
ug
150

TM II (Kg)
0,49
0,44
0,3

Ibu Hamil
2485
60
700
15
18
130
1,2
9,1
1,3
300
3,8
70
900
650
46
20
175
27

Selenium

ug

55

70

Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil Menurut Nadesul (2004)


Status
Tanda
Keadaan umum
Responsive, gesit
Berat badan
Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh
Postur
Tegak, tungkai dan lengan lurus
Otot
Kuat, kenyal sedikit lemak di bawah kulit
Saraf
Perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks
normal, mental stabil
Pencernaan
Nafsu makan baik
Jantung
Detak dan irama normal, tekanan darah normal
sesuai usia
Vitalitas umum
Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh
semangat
Rambut
Mengkilat, keras tak mudah rontok, kulit kepala
normal
Kulit
Licin, cukup lembab, warna segar
Muka dan leher
Warna sama, licin, tampak sehat, segar
Bibir
Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak bengkak
Mulut
Tidak ada luka dan selaput merah
Gusi
Merah normal, tidak ada perdarahan
Lidah
Merah normal, licin, tidak ada luka
Gigi geligi
Tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat, lurus dagu
normal, bersih dan tidak ada perdarahan
Mata
Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada
perdarahan
Kelenjar
Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada
perdarahan
Kuku
Keras dan kemerahan
Tungkai
Kaki tidak bengkak, normal
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Langsung

Konsumsi Makanan
Keadaan keseimbangan gizi tergantung dari ringakat konsumsi kualitas hidangan yang
menunjukan quantum suatu zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan hidangan
kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan
gizi sebaik baiknya. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik dalam kuaiitas maupun
kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi yang baik ditentukan oleh
terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan
banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh.

28

Infeksi
Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri mengakibatkan si
penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu
juga penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan
protein atau enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguan
gizi dan infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk kemampuan
seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi.

Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna meneapai hasil yang
optimal sesuai dengan kebutuhan. Apabila zat gizi ini kurang, maka akan dapat
mengakibatkan infeksi dan rawat gizi pada remaja. Pada remaja yang kekurangan
energi protein akan menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan.

2. Faktor tidak langsung

Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoieh dari pengalaman yang berasal dari
berhagai macam sumber, misalnya media massa, elektronik, buku petunjuk,
penyuluhan, dan kerabat dekat. (Yuwono, 1999). Pengetahuan gizi merupakan
pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan
makanan sehat serta fungsinya bagi tubuh yang dinilai berdasarkan jawaban
responden terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kuesioner. (Suwondo,
1975).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari hari
dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh
cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.
Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah
yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan. Semakin tinggi
gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan makanan yang dipilih untuk
dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih
makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan
nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih
banyak mempergunakan mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai
gizi makanan tersebut, sehingga seorang ibu dapat menyusun dan mengolah makanan
yang bergizi bagi keluarga. (Sediaoetama, ] 989)

Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja, sistematis, dan
terencana oleh orang dewasa kepada an ak yang belum dewasa yang merupakan
bimbingan, pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat mencapai
tingkat kedewasaan jasmani dan rohani (Astuti, 2000). Menurut tingkat atau jenjang
pendidikan terdiri dari :

Pendapatan
Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan dan penerimaan berupa uang
atau barang dari semua anggota keluarga, maupun penerimaan transfer.
29

Tingkat pendapatan juga menentukan pola makanan apa yang dibeli dengan uang
tambahan tersebut (Berg, 1986). Rendahnya pendapatan merupakan tantangan lain
yang menyebabkan orang orang tak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan (Sajogyo, 1983). Pada pendapatan terendah, maka hampir semua
pendapatan akan dikeluarkan untuk makan (Handayatu, 1994). Orang miskin biasanya
akan membelanjakan sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk makan.
Sedangkan yang kaya tentu akan lebih berkurang dari jumlah itu. Bagian untuk
makanan padi padian akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan
bertambah jika keluarga keluarga beranjak ke pendapatan tingkat menengah.
Semakin tinggi pendapatan, semakm bertambah besar pula persentase pertambahan
pembelanjaannya. Dengan demikian, pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas (Berg, 1986).

Pendidikan Orang Tua


Latar belakang pendidikan orang tua, baik kepala keluarga istri merupakan salah satu
unsur yang berperan penting dalam menentukan keadaan gizi anak. Hubungan positif
antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaaan gizi anak telah banyak
diungkapkan oleh para ahH. Pada masyarakat yang rata rata tingkat pendidikannya
rendah, prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang
tingkat penididikan cukup tinggi prevalensi gizi kurang lebih rendah.

Besar Keluarga
Survey pangan di India memperlihatkan bahwa tersedianya protein bagi setiap anak
dalam keluarga dengan salah satu atau dua anak, mendapat 22% lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anak empat atau lima anak. Kasus
gizi buruk yang paling berat sering menimpa anak-anak dari keluarga besar.
(Soekirman, 1999)

IBU HAMIL
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan
zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali
menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan
Kalsium.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester
II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan
selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume
darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III
energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

b. Indikator Status Gizi


Penilaian status gizi secara langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
30

1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Blokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
31

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung.
2. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan
data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat
gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
3. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
4. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan
lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program
intervensi gizi (Schrimshaw, 1964).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2006: 59) dari ketujuh carapengukuran status gizi tersebut
pengukuran antropometri merupakan carayang pailng sering digunakan karena memiliki
kelebihan yaitu :
a. Alat mudah diperoleh.
b. Pengukuran mudah dilakukan.
c. Biaya murah.
d. Hasil pengukuran mudah disimpulkan.
e. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
f. Dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu.
a.
b.
c.
d.

Pengkuran antropometri juga memiliki kelemahan yaitu :


Kurang sensitive
Faktor luar (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi tidak dapat dikendalikan)
c. Kesalahan pengukuran akan mempengaruhi akurasi kesimpulan.
Kesalahan-kesalahan antara lain pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan, analisis dan asumsi salah.

LI. III Memahami dan Menjelaskan PHBS


LO.4.1 Definisi PHBS
32

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakatnya.
Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009),
ada tiga faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
yaitu:
1.
Faktor Pemudah (Predisposing factors)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang menjadi
dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tingkat
pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.
2.
Faktor pemungkin (enambling factors)
Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan
terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan
makanan bergizi, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.
3.
Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak.
Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang
merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak
memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan atau selalu minum
air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan
sehat bagi anak-anak
LO.4.2 Tujuan PHBS
1. Tujuan Umum
Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
2. Tujuan Khusus
- Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk
melaksanakan PHBS.
- Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.
Manfaat PHBS:
1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan
anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan
untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal
usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
33

a.
b.
c.
d.

Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.


Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti
3. posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban,
kelompok
4. pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.

LO.4.3 Manfaat PHBS


Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi rumah tangga:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Prokduktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan
anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesekahatan dapat
diahlikan untuk biaya investasi seperti biya pendidikan, Pemenuhan gizi keluarga dan
modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga
Manfaat Perilaku Hidup dan Sehat bagi masyarakat:
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan
jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dll.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI
No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi
kesehatan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia sehat 2010.
LO.4.4 Jenis PHBS
PHBS RUMAH TANGGA
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:
1. Pasangan Usia Subur
2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
3. Anak dan Remaja
4. Usia Lanjut
1. Pengasuh Anak
Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator
Gaya Hidup Sehat sebagai berikut:
1. Persalinanditolong oleh tenaga kesehatan
34

Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis
lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman,
bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi ASI ekslusif
Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau
minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi
karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu.
Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui
kelengkapan imunisasi serta bayi yang dicurigai menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air
bersih adalah rumah tangga yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air dalam
kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal
10 meter dari tempat penampungan kotor air limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang ada di
tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) serta tangan mejadi bersih dan bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan
jamban leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara
berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempattempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah
seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar
rumah bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus
menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
35

Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan
mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang
tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan
memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan
beberapa vitamin dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan
menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan
antara lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci
mobil dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain
bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan
terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan
perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti
katarak, kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok, menyebabkan
penyakit paru-paru kronis, merusak gigi, sakit jantung, stroke, kanker kulit, kemandulan,
impotensi, kanker rahim dan keguguran.
Menurut Dinas Keshatan Republik Indonesia tahun 2007 klasifikasi tersebut sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Klasifikasi I (warna merah) : jika melakukan 1 sampai dengan 3 dari 10 indikator PHBS
dalam tatanan rumah tangga.
Klasifikasi II (warna kuning) : jika melakukan 4 sampai dengan 5 dari 10 indikator PHBS
dalam tatanan rumah tangga.
Klasifikasi III (warna hijau) : jika melakukan 6 sampai dengan 7 dari 10 indikator PHBS
dalam tatanan rumah tangga.
Klasifikasi IV (warna biru) : klasisifikasi III + ikut dana sehat
Klasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008
mengalami perubahan, dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan
tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.
PHBS SEKOLAH
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai
penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 10 tahun), yang ternyata umumnya
berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.

36

Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di
institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah Dasar negeri maupun
swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan
indikator :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa


Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas
Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan serasi
Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih
Siswa tidak merokok
Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal 10
orang)

Syarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu :


-

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.


Jajan di kantin sekolah yang sehat.
Membuang sampah pada tempatnya.
Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Tidak merokok di sekolah.
Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin.
Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah.

PHBS TEMPAT UMUM


Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta,
atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata,
transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan, dsb. PHBS di
tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan
pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui
penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat
umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :
-

Menggunakan air bersih.


Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.
Tidak merokok.
Tidak meludah sembarangan.
Memberantas jentik nyamuk.
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.
Menutup makanan dan minuman.

37

PHBS TEMPAT KERJA


PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan
mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan
mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat
kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah
sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Syarat tempat umum yang sehat yaitu :
-

Mengkonsumsi makanan bergizi.


Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Tidak merokok di tempat kerja.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Menggunakan air bersih.
Memberantas jentik di tempat kerja.
Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.

PHBS INSTITUSI KESEHATAN


Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti
rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya
untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan
mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan
sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan
mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat.
Syarat institusi sehat yaitu :
-

Menggunakan air bersih.


Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun.
Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.
Tidak merokok di Institusi Kesehatan.
Tidak meludah sembarangan.
Memberantas jentik nyamuk

LO.4.5 Strategi PHBS


Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu:
1.
Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
38

menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat.
Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala
oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat
(community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam
suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang
kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau
dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS
dengan program kesehatan yang didukungnya.
2.
Bina Suasana (Social Support)
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong
untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di
rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu,
untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan
para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga
pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masyarakat umum.
3.
Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya
dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai
penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang
diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran
advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari
adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan
masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e)
memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

LI. IV Memahami dan Menjelaskan Gaya Hidup Anak yang Tidak


Menceminkan Perilaku Kesehatan
1. Diet tidak seimbang.Sejak kecil, anak-anak harus terbiasa mengenal makanan sehat.
Seperti membawa makanan ringan buatan rumah sebagai bekal sekolah atau
menyantap potongan buah dan sayur sebagai camilan. Kenalkan mereka pada
makanan bernutrisi yang rendah lemak dan gula.
39

2. Aktivitas fisik yang kurang. Ajak mereka melakukan kegiatan fisik seperti olahraga
ringan. Kegiatan itu tak hanya membebaskan mereka dari segudang penyakit namun
juga mengajarkan anak-anak untuk memiliki pandangan positif.
3. Tidak ada batasan waktu dalam menonton TV. Batasi waktu mereka menonton TV.
Saat menonton TV, mereka jadi enggan bergerak. Hal itu berujung pada risiko
penyakit kardiovaskular dan kegemukan. Aturan itu pun sebaiknya berlaku pada jamjam mereka bermain video game atau mengoperasikan komputer.
4. Tidak menggosok gigi. Ajarkan mereka menggosok gigi sebanyak dua kali sehari.
Beri mereka pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.
5. Tidak mencuci tangan. Anak-anak harus mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyantap apapun. Mereka juga harus membersihkan tangan setelah batuk, flu, atau
menyentuh barang-barang kotor.
6. Konsumsi air yang kurang. Saat anak berusia enam bulan, dokter menyarankan
orangtua mengenalkan air putih pada mereka. Kebiasaan minum air putih akan
mengeluarkan racun dari dalam tubuh.(Magforwoman)
7. Menghabiskan makanan hingga piring bersihPada umumnya, anak-anak yang
sehat akan makan ketika mereka merasa lapar dan berhenti sebelum kekenyangan.
Namun banyak orang tua yang secara tidak sadar mengacaukan hal ini dengan
mengajarkan anak untuk menghabiskan makanan sampai piring bersih. Hal ini akan
membuat anak bisa makan hingga terlalu kenyang. Sebaiknya sediakan porsi makan
yang sesuai untuk anak, tidak terlalu sedikit, juga tidak terlalu banyak.
8. Tingginya konsumsi gula. Sudah merupakan hal yang biasa untuk kebanyakan orang
tua membujuk anak-anak mereka agar mau memakan buah-buahan atau sayur-sayuran
dengan sogokan atau hadiah diberikan makanan penutup yang manis seperti
permen, cokelat es krim dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja tidak baik karena
secara tidak langsung Anda mengajarkan anak berpikir bahwa makanan manis adalah
makanan paling enak daripada makanan utama. Akibatnya, anak akan terbiasa
mengonsumsi makanan penutup yang manis setelah mereka makan makanan
seimbang yang sehat.
9. Ngemil terlalu banyak. Memberikan cemilan terlalu banyak kepada anak akan
membuat anak kenyang dengan makanan yang tidak mengandung nutrisi untuk tubuh
mereka, sehingga mereka akan menolak untuk makan makanan yang sehat. Selain itu,
kebiasaan mengemil pada anak juga tentu saja akan memicu obesitas.
10. Konsumsi kalori berlebih dari minuman. Minuman seperti soda, jus kalengan dan
smoothies yang mudah ditemukan di mana-mana mengandung kalori yang tinggi serta
tidak memberikan vitamin atau nutrisi apapun untuk tubuh. Oleh karena itu biasakan
memberi Anak anda air putih, susu atau jus yang dibuat sendiri di rumah.
11. Terlalu lama di depan layar kaca. Tidak membatasi waktu anak di depan layar kaca
juga dapat berdampak kepada berat badan mereka. Jangan izinkan anak seharian
berada di depan layar kaca seperti menonton televisi, bermain video games atau
komputer. Hindari menggunakan televisi atau media lainnya untuk menjadi pusat
perhatian anak Anda saat waktu makan dan bercengkrama dengan Anda.
12. Tak mengacuhkan waktu tidur. Kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan
keinginan untuk mengemil dan makan lebih banyak dari biasanya karena mereka
membutuhkan asupan ekstra energi untuk tidak tertidur. Oleh karena itu atur jam tidur
anak Anda 8-9 jam setiap hari. (eh)
13. Suka ngemil sembari menonton televisi
14. Malas olahraga
15. Malas minum air putih
16. Suka makanan yang diproses
40

17. Sering stress dan perilaku suka makan


18. Tidak melakukan 3J : Jenis makanan yang beraneka, Jam makan yang teratur, dan
Jumlah makanan secukupnya
19. Tidak menghindari 3G : Gula, Garam, Goreng-gorengan
20. Tidak minum air putih yang cukup (minimal 2 liter per hari)
21. Mengkonsumsi makanan kaleng
22. Tidak menyikat gigi setelah makan
LI. V Memahami dan Menjelaskan PHBS & Pemberdayaan Masyarakat dalam
Islam
Al-quran banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Alalh berfirman :

Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)



Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang yang mermbersikan
diri. ( QS. Al baqarah:222 ).
Ada dua makna dalam mengarti suci, yaitu suci dari hadats dan suci dari najis. Hadats dan
najis merupakan sesuatu yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah tertentu seperti
shalat. Hadats berbeda dengan najis karena hadats berarti keadaan dan bukan suatu benda atau zat
tertentu, sedangkan najis berarti benda atau zat tertentu dan bukan suatu keadaan.
Memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan adalah hal yang benar, maka dalam
islam pun diajarkan.
Dalam Islam, kesehatan termasuk hal utama. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa
banyak ayat Al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu contohnya adalah
wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum
mengenai shalat, puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian
(kebersihan) dan menjauhi kekotoran.

Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan menjadi pangkal kesehatan. Ilmu kesehatan
modern tetap berpendirian bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan. Tidaklah heran kalau
kebersihan umumnya merupakan salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad
SAW kepada para pengikutnya dan dijadikan sendi dasar dalam kehidupan sehari-hari.
41

Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan kesehatan. Salah satu
sabda Nabi SAW yang terkenal adalah Annadha fatu minal iiman yang berarti bahwa Kebersihan
itu adalah sebagian dari pada iman. Hadist lain menyatkana bahwa orang mukmin yang kuat lebih
disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Ajaran kesehatan Nabi SAW yang lain
adalah khitan sangat sesuai dengan kebersihan dan kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam
juga sesuai dengan kebersihan. Juga tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur lengkap
dalam hadist.
Urgensi Kebersihan dan Kesehatan
Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat
dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang
ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik. (QS. Ali Imran: 179)
Salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (dafu aldharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah
agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -menyembah dan mengabdi
kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu
ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan
masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan.
Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya
mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun
makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman
penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa
juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan.

Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah


beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S AlBaqarah : 16)

maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (Q.S Abasa : 24)

42

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius
Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28
Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-GerakanNasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf
Mensucikan Diri diunduh 27 Mei 2013 dari: http://www.dzikir.org/index.php/syariatislam/shalat?start=1
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi
Kurang (Bantuan Oprasional
Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf
Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
(PHBS)
diunduh
27
Mei
2013
dari:
http://dinkessulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013
dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dansehat
Rancangan Undang-Undang RI TentangPemberian Makanan Tambahan danPemeriksaan
Kesehatan Berkala Bagi AnakUsia 1 (Satu) sampai dengan 12 (Dua Belas)Tahundiunduh 29
Mei 2013 dari: http://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanantambahan.pdf
10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsarilebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

43

You might also like