Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai faktor yang meliputi indikator umur
harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.Menurut
UNICEF, penyebab secara langsung terjadinya kurang gizi pada balita, adalah konsumsi
makanan balita yang tidak seimbang dan adanya penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak
langsung diantaranya adalah pola asuh balita.Salah satu cara untuk meningkatkan derajat
kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat terlebih pada balita. Balita
termasuk kelompok paling rentan terhadap masalah gizi jika ditinjau dari sudut masalah
kesehatan dan gizi, sedangkan pada masa ini mereka mengalami siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang relatif pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakitpenyakit infeksi terlebih pada kasus gizi buruk, gizi buruk seperti fenomena gunung es
dimana kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan meningkatkan
jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang melaporkan penemuan
kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang
gizi mencapai 44-967 juta orang yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang
merupakan penyebab utama kematian (WHO, 2008).
Di Indonesia, gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian anak balita di Indonesia
sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Prevalensi gizi buruk di desa pada tahun 1998
ada 28,6 % dari tahun 1999 ada 24,6 % (FKM UI, 2008). Data susenas menunjukkan bahwa
prevalensi gizi buruk meningkat terus yaitu dari 1,10 % (2001), dan 2,18 % (2004).
Prevalensi gizi kurang 12,66 % (2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004).
Kebutuhan zat gizi pada balita disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan
disesuaikan dengan kelompok umur dan kemampuan anak menerima makanan yang
diberikan. Anak usia di bawah lima tahun atau Balita termasuk golongan yang mudah kena
penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan pada golongan balita dipengaruhi oleh keturunan
dan factor lain yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi dan social
ekonomi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penanggulangan untuk mengatasi
terjadinya gizi kurang pada balita di wilayah Desa Baratan. Dalam menanggulangi
permasalahan gizi kurang dapat dilakukan dengan membuat strategi serta langkah-langkah
yang akan diterapkan pada masyarakat di wilayah Desa Baratan agar dapat mengurangi
terjadinya gizi kurang pada Balita.
B. Tujuan
a. Tujuan umum :
Terlaksanannya strategi dan langkah-langkah dalam mengatasi gizi kurang di Desa
Baratan.
b. Tujuan khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian makanan yang bergizi
2. Meningkatkan kesadaran ibu untuk dating ke posyandu
3. Mengadakan penggalangan dana untuk pembiayaan PMT secara swadaya
4. Meningkatkan berat badan balita
C. Manfaat
1. Dapat membuat strategi untuk mengatasi gizi kurang di wilayah Desa Baratan
2. Dapat membuat langkah-langkah untuk mengatasi gizi kurang di wilayah Desa Baratan
3. Dapat megurangi angka terjadinya gizi kurang di wilayah Desa Baratan
Baratan. Kesembilan posyandu yang berada pada Kelurahan Baratan setiap bulannya
masih aktif,akan tetapi karena kurangnya kesadaran masyarakat membuat mereka enggan
(malas) untuk mengunjungi posyandu.
Pada posyandu di Kelurahan Baratan melakukan kegiatan seperti, penimbangan bayi
dan balita, pemberian vitamin A, pegukuran LILA (Lingkar Lengan Atas), kadang kala
diberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan lain-lain. Kerja sama antara bidan
setempat dengan kader selalu digalakkan, dengan kekompakan antara bidan dengan kader
tersebut diharapkan dapat membangun kesehatan yang layak. Kekompakan ini tergambar
dari bidan yang selalu berkoordinasi dengan kader, jika ada balita ataupun bayi yang pada
saat bulan itu tidak berkunjung ke posyandu, maka kader akan mengunjungi rumah warga
dan menimbang serta tak lupa untuk memberikan kapsul vitamin A. Jika di wilayah
setempat terdapat balita dibawah garis merah (BGM) selama 3 bulan berturut-turut maka
langkah polindes baratan tersebut merujuk balita tersebut ke puskesmas. Selain posyandu,
program operasional untuk menempuh kesehatan juga terdapat penyuluhan, diharapkan
melalui penyuluhan ini masyarakat dapat sadar akan pentingnya kesehatan.
2. Analisis Perilaku Masyarakat
Meskipun di wilayah barat tersebut terdapat pelayanan kesehatan seperti polindes,
namun tak jarang seperti masyarakat di wilayah baratan tersebut masih mempercayai
kepercayaan dukun beranak (melahirkan).Dukun pijat tersebuthanya membantu proses
melahirkan, tanpa memotong tali pusar.Setelah proses persalinan itu biasanya dukun
beranak menyerahkan kepada bidan agar bidan tersebut untuk memotong tali pusar.
Kesadaran dan rasa empati dari masyarakat disana yang menyebabkan masyarakat
enggan
untuk
menggunakan
fasilitas
kesehatan
tersebut,
sehingga
saat
kurang
adalah
gangguan
kesehatan
akibat
kekurangan
atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan
semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5
tahun. (Afriyanto, 2010)
b. Faktor Penyebab Gizi Kurang
Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh yaitu:
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain :
a. Ketersediaan pangan ditingkat keluarga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga, hal ini
sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap
anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Jika tidak cukup
bisa dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi. Padahal
makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk
menghasilkan kesehatan yang baik.
b. Pola asuh keluarga
Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada anak-anaknya. Setiap anak
membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap
perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap anak
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh
yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi.
Anak yang mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional
misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika berceloteh,
mendapatkan ASI dan makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih
baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapatkan
perhatian orang tuanya.
c. Kesehatan lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidak seimbangan
asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Masalah
penentu kebijakan dengan upaya persuasif untuk memperoleh dukungan dan kepedulian dari
para pemegang kebijakan terkait gizi.. Cara pandang dan pemahaman mengenai permasalahan
gizi, komitment terhadap kesehatan masyarakat adalah informasi kunci untuk menarik dukungan
dari legislatif dan eksekutif.
Bercermin dari fakta diatas, maka salah satu upaya khusus untuk mencapai itu semua adalah
dengan melakukan upaya pendekatan-pendekatan yang persuasif, komunikatif, dan inovatif, serta
memperhatikan setiap segmen sasaran perbaikan. Sehubungan dengan itu semua, advokasi gizi
kepada semua pihak terkait sangatlah dibutuhkan terutama kepada penentu kebijakan, berbagai
sector, dan lembaga perwakilan rakyat. Salah satu bahan yang dapat dijadikan rujukan atau
informasi agar penentu kebijakan tertarik dan peduli adalah meyakinkan bahwa gizi merupakan
hak asasi manusia, dan investasi bagi negara karena dengan meningkatkan status gizi. Dengan
adanya dukungan dari penentu kebijakan dan masyarakat, tentunya gizi tidak lagi di anak tirikan,
sehingga tahap demi tahap banyak orang dapat sadar akan pentingnya aspek gizi ini.
Strategi dalam memecahkan masalah gizi di daerah baratan perlu adanya kegiatan kegiatan
yang dapat membantu terdorongnya keberhasilan program gizi seperti :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeberian makanan yang bergizi
yaitu bisa melalui cara dengan penyuluhan.
a. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk
merubah perilaku masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa penyuluhan gizi adalah
upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
kelompok dan masyarakat mencakup peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (Dep
Kes RI, (1997). Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses
perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar pendidikan dapat tercapai hasil yang
maksimal, maka metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan
harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan komunikasi berbagai media akan sangat
membatu dalam proses penyuluhan. Metode penyuluhan dapat dibagi berdasarkan jumlah
sasaran (perorangan, kelompok, massa) dan cara penyampaiannya (langsung dan tidak
langsung). Metode yang digunakan dalam penyuluhan yaitu metode ceramah juga banyak
sekali yang sering digunakan dalam penyuluhan tetapi dalam penyuluhan ini metode
yang dipilih adalah metode ceramah. Metode ceramah dipilih karena dalam penyuluhan
ini menggunakan media power point dan modul yang diharuskan penyuluh menerangkan
langsung. materi materi yang akan. Keberhasilan suatu penyuluh dalam penyuluhan
dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya
perubahan tingkah laku tersebut. Penyuluhan tentang gizi yang akan dilakukan ini adalah
sasarannya ibu-ibu yang meliki anak balita , Alasan memilih sasaran ibu-ibu yang
memiliki balita karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak dan
diharapkan para orang tua tepat dalam menentukan sikapnya untuk memutuskan hal yang
baik untuk anak, diantaranya adalah mempersiapkan kebutuhan makanan anak, memilih
bahan makanan yang baik sesuai kebutuhan tubuh anak untuk tumbuh kembang dan
aktifitas, mengolah bahan makanan secara baik dan benar, memberikan makanan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh anak yang artinya tidak kurang juga tidak terlalu
banyak. Di dalam penyuluhan ini menggunakan media cetak berupa leaflet yang berisi
tentang pemberian makanan tambahan, langkah-langkah penerapan gizi seimbang serta
penanggulangan gizi kurang dan pencegahan gizi kurang.
Langkah-langkah persiapan penyuluhan gizi :
1. Melakukan survei lokasi penyuluhan
2. Melakukan pengambilan data primer dari Puskesmas dan data sekunder dari Polindes
Baratan.
3. Mengenal masalah kesehatan masyarakat Baratan dan wilayah sekitarnya.
a. Mengenal masalah kesehatan
1) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi.
2) Dasar pertimbangan untuk menentukan masalah.
3) Mengetahui dampak yang akan ditimbulkan setelah dilakukan penyuluhan.
4) Pelajari masalah kesehatan yang meliputi pengertian masalah, sikap dan
perilaku masyarakat sekitar.
b. Mengenal masyarakat Baratan
1) Sosial dan ekonomi masyarakat.
2) Pola konsumsi di masyarakat.
c. Mengenal wilayah : gambaran umum wilayah baratan
4. Menentukan prioritas masalah gizi.
Setelah mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah adalah penentuan tema sebagai
2. Tahap Pelaksanaan
a. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, di antaranya:
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua responden dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh responden, misalnya
siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari
pelaksanaan demonstrasi.
b. Langkah pelaksanaan demonstrasi.
1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang responden
untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung
teka-teki sehingga mendorong responden untuk tertarik memperhatikan
demonstrasi.
2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
3) Yakinkan bahwa semua responden mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh responden.
4) Berikan kesempatan kepada responden untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
c. Langkah mengakhiri demonstrasi. Dengan mengevaluasi akhir demontrasi,
dengan cara memberikan kesempatan responden bertanya atau memberikan
pertanyaan ulang pada responden tentang kegiatan demonstrasi.
3. Upaya untuk meningkatkan Berat badan balita
Pemberian PMT pada balita
Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping ASI untuk
memenuhi gizinya. MP- ASI diberikan pada usia 6-24 bulan dan merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI ini harus
dilakukan secara bertahap baik dalam bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh kemampuan mencerna bayi dalam menerima Mp-ASI. Tujuan pemberian
makanan tambahan pada bayi diantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena
kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia
bayi,mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan
berbagai bentuk, tekstur dan rasa. Serta mengembangkan kemampuan bayi untuk menelan,
mengunyah bayi (Depkes RI, 1992). Judarwanto, 2004 menyatakan bahan makanan
tambahan pada bayi dibedakan atas 2 golongan yaitu hewani dan nabati. Golangan hewani
terdiri dari ikan, telur, daging. Golongan nabati terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, dan
padi-padian (Baso, 2007). Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang mengandung
sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein, dan lemak),
pertumbuhan dan energi bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau.
Langkah-langkah pemberian PMT
1. Melakukan survey dilingkungan desa baratan
2. Mencari data primer dari puskesmas setempat
3. Mengkonfirmasi kepada bidan yang bertugas di Polindes tentang data balita yang
4.
5.
6.
7.
8.