You are on page 1of 14

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai faktor yang meliputi indikator umur
harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.Menurut
UNICEF, penyebab secara langsung terjadinya kurang gizi pada balita, adalah konsumsi
makanan balita yang tidak seimbang dan adanya penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak
langsung diantaranya adalah pola asuh balita.Salah satu cara untuk meningkatkan derajat
kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat terlebih pada balita. Balita
termasuk kelompok paling rentan terhadap masalah gizi jika ditinjau dari sudut masalah
kesehatan dan gizi, sedangkan pada masa ini mereka mengalami siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang relatif pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakitpenyakit infeksi terlebih pada kasus gizi buruk, gizi buruk seperti fenomena gunung es
dimana kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
Situasi global, untuk kejadian luar biasa, tingginya harga makanan akan meningkatkan
jumlah anak yang kekurangan gizi terutama di wilayah WHO yang melaporkan penemuan
kasus kekurangan gizi. Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang
gizi mencapai 44-967 juta orang yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan, yang
merupakan penyebab utama kematian (WHO, 2008).
Di Indonesia, gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Tingginya angka kesakitan dan kematian anak balita di Indonesia
sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Prevalensi gizi buruk di desa pada tahun 1998
ada 28,6 % dari tahun 1999 ada 24,6 % (FKM UI, 2008). Data susenas menunjukkan bahwa
prevalensi gizi buruk meningkat terus yaitu dari 1,10 % (2001), dan 2,18 % (2004).
Prevalensi gizi kurang 12,66 % (2001), 14,28 % dan 14,33 % (2004) (Dinkes RI, 2004).
Kebutuhan zat gizi pada balita disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan
disesuaikan dengan kelompok umur dan kemampuan anak menerima makanan yang

diberikan. Anak usia di bawah lima tahun atau Balita termasuk golongan yang mudah kena
penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan pada golongan balita dipengaruhi oleh keturunan
dan factor lain yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi dan social
ekonomi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penanggulangan untuk mengatasi
terjadinya gizi kurang pada balita di wilayah Desa Baratan. Dalam menanggulangi
permasalahan gizi kurang dapat dilakukan dengan membuat strategi serta langkah-langkah
yang akan diterapkan pada masyarakat di wilayah Desa Baratan agar dapat mengurangi
terjadinya gizi kurang pada Balita.
B. Tujuan
a. Tujuan umum :
Terlaksanannya strategi dan langkah-langkah dalam mengatasi gizi kurang di Desa
Baratan.
b. Tujuan khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian makanan yang bergizi
2. Meningkatkan kesadaran ibu untuk dating ke posyandu
3. Mengadakan penggalangan dana untuk pembiayaan PMT secara swadaya
4. Meningkatkan berat badan balita
C. Manfaat
1. Dapat membuat strategi untuk mengatasi gizi kurang di wilayah Desa Baratan
2. Dapat membuat langkah-langkah untuk mengatasi gizi kurang di wilayah Desa Baratan
3. Dapat megurangi angka terjadinya gizi kurang di wilayah Desa Baratan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum di Wilayah Baratan


Baratan adalah kelurahan di kecamatan Patrang, Jember, Jawa Timur. Baratan dibagi
menjadi beberapa lingkungan, yaitu lingkungan Baratan Cupu, Baratan Glisat, Baratan
Krajan, Baratan Timur dan Baratan Kecil.Daerah Baratan Timur merupakan perbatasan
antara Arjasa dan Patrang, Baratan Timur dibatasi desa Patemon.Baratan Glisat dibatasi
Kelurahan Bintoro serta Baratan Cupu dibatasi desa Kemuning Lor.
Daerah Baratan merupakan sebuah pedesaan yang berada di dataran tinggi yang berhawa
sejuk.Disana juga terdapat villa, hotel dan tempat rekreasi keluarga.Didaerah Baratan
terdapat banyak sawah dan ladang, juga jarak antar rumah satu dan rumah lainnya
berdekatan.Di Baratan terdapat 9 posyandu, serta 1Polindes.Disekitar Polindes terdapat SD
dan SMP.SD terletak disebelah kanan Polindes dan disebelah kiri belakang terdapat
SMP.Juga letak Polindes berada di pinggir jalan, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk
didaerah Baratan.
Sarana pendidikan di Baratan sudah memadai , karena sudah terdapat PAUD, TK, SD,
SMP dan SMA. Didaerah Baratan cocok untuk bercocok tanam ,karena disana merupakan
lahan yang subur. Penduduk disana kebanyakan berbahasa Madura, serta penduduk disana
bukan pendatang melainkan penduduk tetap.
B. Analisis Kependudukan
Pada kelurahan Baratan kecamatan Patrang kabupaten Jember terdapat 10.275 jiwa.Yang
terdiri dari 5.049 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki dan 5.226 jiwa dengan jenis kelamin
perempuan.Mayoritas pekerjaan masyarakat sekitar bekerja sebagai kuli bangunan. Sebagian
besar masyarakat berpendidikan dengan tamatan SD sampai SMP. Bahkan ada juga warga
yang belum menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD. Rata rata masyarakat disana
menikah pada usia dini, sehingga banyak terjadinya kehamilan muda.
1. Analisis Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses layanan kesehatan oleh
masyarakat.Pada pelayanan kesehatan di Polindes Baratan mempunyai tenaga kesehatan
yang terdiri dari 1 perawat dan 2 bidan, masing-masing bidan terdiri dari pegawai tidak
tetap (magang), dan bidan tetap. Di dalam menjalankan program operasionalnya sampai
saat ini, upaya yang dilakukan kurang maksimal karena terbentur dana dan kurangnya
tenaga kesehatan. Program akan berjalan jika dana BOK (Bantuan Operasional
Kesehatan) yang diberikan oleh pemerintah tersalurkan pada Polindes Baratan. Kemudian
Polindes Baratan membagi dana BOK pada 9 posyandu yang ada pada Kelurahan

Baratan. Kesembilan posyandu yang berada pada Kelurahan Baratan setiap bulannya
masih aktif,akan tetapi karena kurangnya kesadaran masyarakat membuat mereka enggan
(malas) untuk mengunjungi posyandu.
Pada posyandu di Kelurahan Baratan melakukan kegiatan seperti, penimbangan bayi
dan balita, pemberian vitamin A, pegukuran LILA (Lingkar Lengan Atas), kadang kala
diberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan lain-lain. Kerja sama antara bidan
setempat dengan kader selalu digalakkan, dengan kekompakan antara bidan dengan kader
tersebut diharapkan dapat membangun kesehatan yang layak. Kekompakan ini tergambar
dari bidan yang selalu berkoordinasi dengan kader, jika ada balita ataupun bayi yang pada
saat bulan itu tidak berkunjung ke posyandu, maka kader akan mengunjungi rumah warga
dan menimbang serta tak lupa untuk memberikan kapsul vitamin A. Jika di wilayah
setempat terdapat balita dibawah garis merah (BGM) selama 3 bulan berturut-turut maka
langkah polindes baratan tersebut merujuk balita tersebut ke puskesmas. Selain posyandu,
program operasional untuk menempuh kesehatan juga terdapat penyuluhan, diharapkan
melalui penyuluhan ini masyarakat dapat sadar akan pentingnya kesehatan.
2. Analisis Perilaku Masyarakat
Meskipun di wilayah barat tersebut terdapat pelayanan kesehatan seperti polindes,
namun tak jarang seperti masyarakat di wilayah baratan tersebut masih mempercayai
kepercayaan dukun beranak (melahirkan).Dukun pijat tersebuthanya membantu proses
melahirkan, tanpa memotong tali pusar.Setelah proses persalinan itu biasanya dukun
beranak menyerahkan kepada bidan agar bidan tersebut untuk memotong tali pusar.
Kesadaran dan rasa empati dari masyarakat disana yang menyebabkan masyarakat
enggan

untuk

menggunakan

fasilitas

kesehatan

tersebut,

sehingga

saat

diselenggarakannya penyuluhan ataupun posyandu membuat masyarakat tersebut enggan


untuk datang. Selain kesadaran dan rasa empati yang kurang juga dikarenakan
pengetahuan pada ibu-ibu balita yang minim seperti pemberian makanan tambahan yang
belum mencukupi. Biasanya pada ibu bayi yang mempunyai anak dengan berat badan
kurang dari 7 kg dalam usia 1 tahun seharusnya mereka memberikan makanan cair, akan
tetapi ibu-ibu disana memberikan makanan berupa nasi. Dengan masalah perilaku
kesehatan tersebut menjadi PR untuk tenaga kesehatan, agar mereka mampu untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kelurahan Baratan tersebut.

3. Masalah Gizi Kurang


a. Definisi Gizi Kurang
Gizi

kurang

adalah

gangguan

kesehatan

akibat

kekurangan

atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan
semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5
tahun. (Afriyanto, 2010)
b. Faktor Penyebab Gizi Kurang
Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh yaitu:
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain :
a. Ketersediaan pangan ditingkat keluarga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga, hal ini
sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap
anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Jika tidak cukup
bisa dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi. Padahal
makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk
menghasilkan kesehatan yang baik.
b. Pola asuh keluarga
Yaitu pola pendidikan yang diberikan pada anak-anaknya. Setiap anak
membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap
perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap anak
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian cukup dan pola asuh
yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi.
Anak yang mendapatkan perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional
misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika berceloteh,
mendapatkan ASI dan makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih
baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapatkan
perhatian orang tuanya.
c. Kesehatan lingkungan
Masalah gizi timbul tidak hanya karena dipengaruhi oleh ketidak seimbangan
asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Masalah

kesehatan lingkungan merupakan determinan penting dalam bidang kesehatan.


Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku
hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi.
Sebaliknya,lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada
saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat
menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat20 menyebabkan kurangnya
nafsu makan sehingga menyebabkan asupan makanan menjadi rendah dan
akhirnya menyebabkan kurang gizi
d. Pelayanan kesehatan dasar
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling,
terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan anak.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti penimbangan balita, pemberian
suplemen kapsul vitamin A, penanganan diare dengan oralit serta imunisasi.
e. Budaya keluarga
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa
kepercayaan seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur
tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh
kelompok umur tertentu. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu
kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang bertentangan dengan
prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya, terdapat budaya yang memprioritaskan
anggota keluarga tertentu untuk mengonsumsi hidangan keluarga yang telah
disiapkan yaitu umumnya kepala keluarga. Apabila keadaan tersebut
berlangsung lama dapat berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama
pada golongan rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui , bayi dan anak
balita.
f. Sosial ekonomi
Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk di sejumlah wilayah di
tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi seimbang
bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan pendidikan orang tua yang
rendah serta faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh
terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial ekonomi yaitu
kemiskinan. Faktor karakteristik keluarga yang menjadi pertimbangan dan

dapat mempengaruhi hasil adalah pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan


ibu. (Rahardjo, 2012)
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan
sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009)
h. Geografi dan Iklim
Geografi dan iklim berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat hidup
sehingga berhubungan dengan produksi makanan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).
2) Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi antara lain :
a) Usia
Usia akan menpengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang
tua dalam pemberian nutrisi anak balita.
b) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan,
karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk
pertumbuhan cepat.
c) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan
asupan makanan menjadi rendah yang akhirnya menyebabkan kurang gizi
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009).
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersamaan, yaitu:
a. Penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunya absorbsi, dan
kebiasaan mengurangi makan pada pada saat sakit.
b. Peningkatan kehilangan cairan /zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan
perdarahan yang terus menerus.
c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human host) dan
parasit yang terdapat dalam tubuh. (Supariasa, 2012)

4. Gizi Kurang di Wilayah Baratan


Gizi kurang secara tidak langsung disebabkan karena kurangnya konsumsi makanan
tetapi juga dikarenakan penyakit. Selain itu anak tidak cukup mendapat makanan bergizi
seimbang dan tidak mendapat ASI Ekslusif pada usia 0-6 bulan, setelah 6 bulan anak tidak
mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang tepat.
Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering kali
anaknya makan dengan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena
ketidaktahuan. Faktor selanjutnya adalah masyarakat masih mempercayai mitos, adat istiadat,
dukun dalam pemberian makanan, masih terdapat ibu-ibu yang memberikan jamu atau
ramuan khusus kepada anaknya. Di kelurahan Baratan ini terdapat 17 balita yang mengalami
gizi kurang dengan target 0% dengan capaian 2,1%.

BAB III. STRATEGI DAN LANGKAH-LANGKAH

Strategi dalam menangani terjadinya gizi kurang di wilayah Desa Baratan


Permasalahan-permasalahan gizi yang terjadi di daerah desa baratan memerlukan
penyelesaian yang segera dini untuk ditangani sebab apabila permasalahan gizi dibiarkan
berlarut-larut maka dapat berdampak pada permasalahan gizi yang baru. Di dalam
menyelesaikan kasus gizi tersebut memerlukan kerja sama dengan berbagai lintas sector.
Kemudian perlu adanya advokasi yang merupakan suatu action yang berupaya menarik
dukungan politis dan sosial mengenai sesuatu yang dianggap sangat penting untuk mendapatkan
dukungan. Ada dua item penting menyangkut kegiatan advokasi yakni, data dan informasi. Data
yang dimiliki haruslah valid dan accountable, selain itu penyajian informasi dengan menarik
dapat menopang keberhasilan kegiatan advokasi tersebut. Advokasi sendiri ditujukan kepada

penentu kebijakan dengan upaya persuasif untuk memperoleh dukungan dan kepedulian dari
para pemegang kebijakan terkait gizi.. Cara pandang dan pemahaman mengenai permasalahan
gizi, komitment terhadap kesehatan masyarakat adalah informasi kunci untuk menarik dukungan
dari legislatif dan eksekutif.
Bercermin dari fakta diatas, maka salah satu upaya khusus untuk mencapai itu semua adalah
dengan melakukan upaya pendekatan-pendekatan yang persuasif, komunikatif, dan inovatif, serta
memperhatikan setiap segmen sasaran perbaikan. Sehubungan dengan itu semua, advokasi gizi
kepada semua pihak terkait sangatlah dibutuhkan terutama kepada penentu kebijakan, berbagai
sector, dan lembaga perwakilan rakyat. Salah satu bahan yang dapat dijadikan rujukan atau
informasi agar penentu kebijakan tertarik dan peduli adalah meyakinkan bahwa gizi merupakan
hak asasi manusia, dan investasi bagi negara karena dengan meningkatkan status gizi. Dengan
adanya dukungan dari penentu kebijakan dan masyarakat, tentunya gizi tidak lagi di anak tirikan,
sehingga tahap demi tahap banyak orang dapat sadar akan pentingnya aspek gizi ini.
Strategi dalam memecahkan masalah gizi di daerah baratan perlu adanya kegiatan kegiatan
yang dapat membantu terdorongnya keberhasilan program gizi seperti :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeberian makanan yang bergizi
yaitu bisa melalui cara dengan penyuluhan.
a. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk
merubah perilaku masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa penyuluhan gizi adalah
upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
kelompok dan masyarakat mencakup peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (Dep
Kes RI, (1997). Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses
perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar pendidikan dapat tercapai hasil yang
maksimal, maka metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan
harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan komunikasi berbagai media akan sangat
membatu dalam proses penyuluhan. Metode penyuluhan dapat dibagi berdasarkan jumlah
sasaran (perorangan, kelompok, massa) dan cara penyampaiannya (langsung dan tidak

langsung). Metode yang digunakan dalam penyuluhan yaitu metode ceramah juga banyak
sekali yang sering digunakan dalam penyuluhan tetapi dalam penyuluhan ini metode
yang dipilih adalah metode ceramah. Metode ceramah dipilih karena dalam penyuluhan
ini menggunakan media power point dan modul yang diharuskan penyuluh menerangkan
langsung. materi materi yang akan. Keberhasilan suatu penyuluh dalam penyuluhan
dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya
perubahan tingkah laku tersebut. Penyuluhan tentang gizi yang akan dilakukan ini adalah
sasarannya ibu-ibu yang meliki anak balita , Alasan memilih sasaran ibu-ibu yang
memiliki balita karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak dan
diharapkan para orang tua tepat dalam menentukan sikapnya untuk memutuskan hal yang
baik untuk anak, diantaranya adalah mempersiapkan kebutuhan makanan anak, memilih
bahan makanan yang baik sesuai kebutuhan tubuh anak untuk tumbuh kembang dan
aktifitas, mengolah bahan makanan secara baik dan benar, memberikan makanan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh anak yang artinya tidak kurang juga tidak terlalu
banyak. Di dalam penyuluhan ini menggunakan media cetak berupa leaflet yang berisi
tentang pemberian makanan tambahan, langkah-langkah penerapan gizi seimbang serta
penanggulangan gizi kurang dan pencegahan gizi kurang.
Langkah-langkah persiapan penyuluhan gizi :
1. Melakukan survei lokasi penyuluhan
2. Melakukan pengambilan data primer dari Puskesmas dan data sekunder dari Polindes
Baratan.
3. Mengenal masalah kesehatan masyarakat Baratan dan wilayah sekitarnya.
a. Mengenal masalah kesehatan
1) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi.
2) Dasar pertimbangan untuk menentukan masalah.
3) Mengetahui dampak yang akan ditimbulkan setelah dilakukan penyuluhan.
4) Pelajari masalah kesehatan yang meliputi pengertian masalah, sikap dan
perilaku masyarakat sekitar.
b. Mengenal masyarakat Baratan
1) Sosial dan ekonomi masyarakat.
2) Pola konsumsi di masyarakat.
c. Mengenal wilayah : gambaran umum wilayah baratan
4. Menentukan prioritas masalah gizi.
Setelah mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah adalah penentuan tema sebagai

dasar acuan penyuluhan, diperlukan penentuan prioritas untuk menjadi acuan


penyelesaian masalah.
5. Menentukan tujuan
Tujuan penyuluhan sebaiknya meliputi :
a. Jangka pendek : diharapkan terciptanya pengertian, sikap.
b. Jangka menengah : perilaku sehat
c. Jangka panjang : status kesehatan yang optimal dan berkurangnya gizi kurang di
desa Baratan.
6. Menentukan sasaran
Yang harus diperhatikan penyuluh dari segi sasaran antara lain :
a. Tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap sasaran
Penyuluh harus mengetahui dalam tingkat mana sebagian besar dari sasaran itu
berada. Setelah itu harus menghubungkannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Hal ini penting untuk dapat menentukan metode mana yang paling tepat.
b. Sosial budaya
Penyuluh harus mengetahui adat kebiasaan sasaran, norma-norma yang berlaku
dan status kepemimpinan yang ada. Hal ini penting bukan saja dalam pemilihan
metode penyuluhan tetapi juga dalam menentukan teknik-teknik penyuluhannya.
c. Banyaknya sasaran yang hendak dicapai oleh seorang penyuluh pada suatu waktu
tertentu akan menentukan metode penyuluhan yang akan dicapai.
7. Menentukan isi
Yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini antara lain:
a. Kemampuan penyuluh
Pengalaman dan kemampuan penyuluh yang meliputi penguasaan ilmu dan
keterampilan serta sikap yang dimilikinya perlu dipertimbangkan.
b. Materi penyuluhan
Setelah menentukan sasaran maka yang penting selanjutnya adalah penentuan
materi penyuluhan yang sesuai dengan tema, dan tujuan. Dengan itu maka dalam
penentuan metode akan lebih jelas.
8. Menentukan metode
Metode yang digunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah metode
ceramah. Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan.
9. Memilih media

Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan


pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan
pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Media yang digunakan adalah leaflet.
Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang dilipat. Isi
informasi dapat berupa kalimat maupun gambar. Media Elektronik yaitu suatu media
bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya
melalui alat bantu elektronika. Media elektronik yang digunakan adalah slide dan
video.
10. Menyusun rencana pelaksanaannya
Dalam rencana pelaksanaan penyuluhan dapat memperhatikan :
a. Waktu dan tempat penyuluhan
b. Rencana kegiatan penyuluhan yang sesuai dengan tema, tujuan, sasaran serta
metode dan media.
11. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
12. Menyusun kriteria penilaian dan evaluasi.
Menyusun kriteria penilaian sebagai penentuan pemahaman sasaran dan evaluasi dari
penyuluhan yang diselenggarakan.
b. Praktek demo masak
Selain melakukan kegiatan penyuluhan juga menggunakan demonstrasi dengan
praktek demo masak, dalam hal ini praktek demo yang dilakukan yaitu dengan
mencotohkan ibu-ibu memasak makanan yang sehat dan bergizi dan mencontohkan cara
pembuatan makanan yang inovatif dan variatif untuk mendorong nafsu makan balita.
Metode demo memasak digunakan untuk menjelaskan suatu proses kerja secara bertahap
sehingga dapat memberi kemudahan bagi ibu-ibu untuk memasak makanan yang sehat dan
bergizi.
Langkah- langkah Demontrasi Masak:
1. Tahap Persiapan demonstrasi
a. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
b. Lakukan uji coba demonstrasi.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, di antaranya:
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua responden dapat
memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh responden, misalnya
siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari
pelaksanaan demonstrasi.
b. Langkah pelaksanaan demonstrasi.
1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang responden
untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung
teka-teki sehingga mendorong responden untuk tertarik memperhatikan
demonstrasi.
2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
3) Yakinkan bahwa semua responden mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh responden.
4) Berikan kesempatan kepada responden untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
c. Langkah mengakhiri demonstrasi. Dengan mengevaluasi akhir demontrasi,
dengan cara memberikan kesempatan responden bertanya atau memberikan
pertanyaan ulang pada responden tentang kegiatan demonstrasi.
3. Upaya untuk meningkatkan Berat badan balita
Pemberian PMT pada balita
Menurut Depkes RI (2004) menyatakan bahwa makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping ASI untuk
memenuhi gizinya. MP- ASI diberikan pada usia 6-24 bulan dan merupakan makanan

peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI ini harus
dilakukan secara bertahap baik dalam bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh kemampuan mencerna bayi dalam menerima Mp-ASI. Tujuan pemberian
makanan tambahan pada bayi diantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena
kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia
bayi,mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan
berbagai bentuk, tekstur dan rasa. Serta mengembangkan kemampuan bayi untuk menelan,
mengunyah bayi (Depkes RI, 1992). Judarwanto, 2004 menyatakan bahan makanan
tambahan pada bayi dibedakan atas 2 golongan yaitu hewani dan nabati. Golangan hewani
terdiri dari ikan, telur, daging. Golongan nabati terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, dan
padi-padian (Baso, 2007). Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang mengandung
sejumlah kalori atau energi (karbohidrat, protein, dan lemak),

vitamin, serat, untuk

pertumbuhan dan energi bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau.
Langkah-langkah pemberian PMT
1. Melakukan survey dilingkungan desa baratan
2. Mencari data primer dari puskesmas setempat
3. Mengkonfirmasi kepada bidan yang bertugas di Polindes tentang data balita yang
4.
5.
6.
7.
8.

mengalami gizi kurang


Mendata sasaran yang akan diberikan PMT
Berkonsultasi kepada bidan dan kader tentang bagaimana tata laksana pemberian PMT
Meyusun menu dan jenis PMT sesuai dengan usia balita.
Memberikan undangan khusus untuk sasaran yang diberikan PMT
Pelaksanaaan pemberian PMT pada responden

You might also like