Professional Documents
Culture Documents
*triiing*
Seketika itu, foto remaja yang ku sentuh terlepas dari bingkainya dan terbang
menuju suatu arah yang tak kuketahui. Hatiku memutuskan untuk mengikuti foto
itu. Sampai akhirnya, foto itu mengantarku kepada sebuah pintu yang masih
tertutup rapi. Foto yang masih terbang entah dengan apa itu, seakan memintaku
untuk membuka pintu itu. Dengan gemetar, Aku segera membuka pintu tersebut.
Krieeet
Suara pintu itu terdengar sangat kencang di telingaku. Saat pintu tersebut terbuka,
terpancar sinar putih yang menyilaukan mataku. Aku menutup mataku dengan
tanganku dan mencoba menahan rasa sakit akibat silau.
Selama beberapa menit cahaya bersinar, akhirnya cahaya itu mulai redup. Aku
mulai membuka mataku dan melihat sesosok manusia di sana.
Kamu Rane? tanya orang itu.
I iya ka kamu siapa? jawabku dengan rasa takut.
Aku Jill! Aku terjebak oleh waktu! Aku sudah terlalu sering menyia-nyiakan
waktuku. Sekarang, kamu ditugaskan untuk membantuku memperbaiki waktuku
yang sia-sia, jawab orang tersebut yang ternyata bernama Jill.
Ta tapi bagaimana caranya? Aku hanya manusia biasa! ujarku.
Tenanglah kamu hanya tinggal membantuku untuk mendapatkan serpihan
waktuku yang terbuang. Dan waktumu hanya tiga jam! Bantulah Aku, orang tuaku
cemas denganku, selama ini mereka mengira Aku koma dan tak sadarkan diri.
Padahal Aku terjebak di sini! jelas Jill. Aku mulai luluh dengan perkataan Jill, Aku
pun memberanikan untuk bertanya lagi.
Serpihan waktu? Apa itu? tanyaku.
Serpihan waktu adalah sisa waktuku yang terbuang. Kamu dapat menemukan itu
di kejadian-kejadian yang pernah kusia-siakan waktunya! Kamu hanya harus
mengumpulkan tiga dari sekian banyak serpihan waktuku, jelas Jill lagi. Aku mulai
sedikit paham dengan maksudnya.
Tapi Aku kan tidak pernah tahu kejadian apa yang pernah kamu sia-siakan
waktunya? ujarku lagi. Jill tersenyum lalu membalas ucapanku.
Kau akan tahu karena ingatanku ada padamu jawab Jill. Entah kenapa,
seketika tubuh Jill hilang dari pandanganku. Kakiku pun tergerak untuk menyusuri
lorong yang berada di dalam pintu yang tadi ku buka.
Aku berjalan lurus sampai akhirnya Aku menemukan sebuah jendela. Ku intip
sedikit dari jendela tersebut, ku lihat dunia bebasku ada di sana. Ingin rasanya
kakiku menginjak kembali dunia yang selama ini kutinggalkan, namun, tubuhku
malah berubah menjadi seekor kupu-kupu.
Ayah Ibu sebentar lagi Aku pulang, ujarku saatku mulai mengepakkan sayap.
Di saat ku terbang tanpa arah di langit, terlihat seperti ada memori baru pada
otakku. Di sana, Aku dapat melihat apa saja yang selama ini di lakukan Jill. Aku
pun tersenyum tanda mengerti perkataan Jill yang terakhir. Akhirnya, Aku pun
terbang ke tempat di mana Jill menyia-nyiakan waktunya.
Hmmm Aku melihat Jill menyakiti hati temannya karena tidak menepati janjinya
untuk berdiskusi soal tugas mereka di restoran. Mungkin serpihan waktu miliknya
ada di sana! gumamku. Sayap indahku sekarang mengepak lebih kencang, entah
kenapa, Aku tahu di mana letak restoran yang sebelumnya belum pernah
kudatangi.
Kupandangi pintu restoran didepanku yang masih tertutup rapat. Bagaimana Aku
bisa masuk ke dalam ya? Batinku. Aku pun menunggu ada orang yang masuk dan
membuka pintu ke dalam. Cukup lama Aku menunggu, akhirnya, ada seorang pria
bertubuh tambun dan membuka pintu dengan cukup lebar, sehingga
memudahkanku untuk masuk ke dalam.
Setelah tubuh kecilku masuk ke dalam, ku lihat banyak sekali serpihan waktu yang
berserakkan di sini. Aku sempat berpikir, apa para manusia tidak dapat melihatnya.
Namun, pikiran itu langsung buyar mengingat waktuku yang hanya 3 jam. Dari
sekian banyak serpihan waktu yang ku lihat, ada satu yang bersinar. Aku langsung
yakin kalau itu adalah milik Jill, dengan segera, Aku mengambil dan
memasukkannya ke dalam sebuah kantung yang entah sejak kapan ada padaku.
Satu keping serpihan waktu telah ada padaku, kulihat, jam kuno putih yang tadinya
menempel di pergelangan tanganku kini tertempel di belakang sayapku. Kulihat
sepintas, waktuku hanya tinggal dua jam lima belas menit lagi.
Segera Aku memfokuskan pikiranku agar dapat terlihat di mana lagi Jill pernah
menyia-nyiakan waktunya. Hanya butuh waktu 5 menit untuk memikirkannya,
namun, untuk menuju tempatnya bukan hal yang mudah. Sekalipun tempat itu
berada dekat denganku. Embusan angin yang terkadang kencang dan tubuh-tubuh
raksasa yang berlalu lalang terkadang menjadi penghalangku dalam menyelesaikan
tugasku.
Tempat kedua yang akan menjadi tujuanku adalah rumah sakit. Rumah sakit ini ku
pilih karena letaknya tak jauh dari restoran yang menjadi tujuan pertamaku tadi.
Untuk menuju rumah sakit, Aku banyak sekali mendapat goncangan, terutama dari
para predator hewan liar. Fisikku sudah mulai lelah dan tidak terkendali, namun,
Aku terus berusaha untuk menyelesaikan tugasku.
Beruntung, di dalam rumah sakit tidak terlalu banyak orang sehingga dengan
mudah Aku dapat menemukan serpihan waktu milik Jill. Dua serpihan telah ada
padaku. Aku segera menuju tempat tujuanku yang ketiga sekaligus terakhir. Aku
sudah berpikir keras untuk mengingat-ingat memori Jill, namun yang keluar hanya
satu kejadian dan tempat. Hanya ada sebuah bukit kecil yang letaknya sangat jauh
dipikiranku. Karena hanya ada gambaran itu di otakku, Aku pun bertekad untuk
sampai ke tempat tersebut hanya dalam waktu satu setengah jam.
Aku terbang dengan kecepatan yang tinggi dari sebelumnya menuju sebuah bukit
yang ada di otakku. Aku terus terbang walau angin ganas itu mungkin akan
menyobek sayapku. Tetapi Aku tak peduli, terus saja ku terjang semua itu sampai
akhirnya, kabut putih yang menyelimuti sebuah bukit kecil terlihat. Aku tersenyum
puas melihatnya. Di sana, Aku tidak banyak menemukan serpihan waktu,
jumlahnya bisa di hitung oleh jari. Aku pun mulai mencari serpihan milik Jill.
Ternyata, serpihan milik Jill cukup sulit ditemukan karena letaknya berada di
sebuah batu besar tepat di samping sungai. Dengan hati-hati, Aku memasukkan