Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
JEFRYADI
Nim: 1520420013
sekaligus tantangan menuju guru profesional. Dengan sertifikasi, guru dituntut menjadi guru
professional yang diukur dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi termasuk penguasaan
terhadap standar kompetensi tertentu (pedagogik, kepribadian, professional dan social), serta
diukur dengan skor nilai tertentu.2
Berpijak dari hal tersebut, hal ini perlu dikembangkan menjadi suatu penelitian. Sebab
ketika pemerintah telah menjamin mutu guru yang lulus sertifikasi sebagai guru professional
yang teruji kompetensinya dan telah terpenuhi hak-haknya maka guru harus bekerja
maksimal secara profesional demi terwujudnya peningkatan mutu pendidikan dalam proses
pembelajaran. Terkhusus di SDN Demangan lebih dari 50% tenaga pengajar telah lulus
sertifikasi dan selebihnya non sertifikasi. Seharusnya guru-guru yang telah lulus sertifikasi
tersebut bisa dikatakan sebagai guru professional yang teruji kompetensinya. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti tentang kinerja profesional guru di SDN Demangan, baik guru
yang telah lulus sertifikasi maupun guru yang belum tersertifikasi.
A. Guru Profesional dan Sertifikasi Guru
1. Guru Profesional
Guru merupakan jabatan dan profesi yang memerlukan keahlian khusus.3 Pekerjaan
keguruan tidak bisa dilakukan oleh yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat
khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk
pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.4
Peningkatan kemampuan professional guru merupakan hak setiap guru. Artinya setiap
guru berhak mendapat pembinaan secara kontinu, baik dalam bentuk supervisi, study
banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lain. Guru sekolah dasar swasta berhak
mendapatkan pembinaan professional dari yayasan. Sedangkan guru sekolah dasar negeri
berhak mendapat pembinaan professional dari departemen atau dinas yang berwenang.
Professional merupakan profesi yang memerlukan kepandaian khusu untuk
menjalankannya.5 Profesional menurut UUGD pasal 1 ayat 4 adalah pekerjaan yang
2
Mansur Mukhlis. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik: (Jakarta: Bumi Aksara
2007). hlm. 2-3.
3
UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 3.
4
Dewan Pendidikan Sleman, Kajian Perilaku Profesional Guru Bersertifikat Pendidik Di
Kabupaten Sleman. (Sleman: Dewan Pendidikan, 2009). hlm.4.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia
4
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.6 Menurut Ahmad Tafsir, profesionalisme adalah
paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilaksanakan oleh orang yang
professional.7
Pasal 20 Undang-Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 29
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 25 menyatakan bahwa
profesionalisme diukur minimal melalui empat kompetensi, yaitu:8
a.
Kompetensi Pedagogik
b.
Kompetensi Kepribadian
c.
Kompetensi Profesional
d.
Kompetensi Sosial.
2.
Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru
layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan
lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan
tinggi negeri maupun swasta.9
Sertifikasi dalam istilah yuridis menurut ketentuan pasal 1 ayat (11) UUGD adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen. Mengenai apa itu sertifikat
pendidik dapat dilihat di pasal 1 ayat (12) yaitu sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Untuk itu
guru dapat memperoleh sertifikat pendidik dengan kualifikasi pendidikan minimum
program sarjana atau program diploma empat dan terbukti telah menguasai empat
kompetensi dasar yaitu:
A. Kompetensi Pedagogik
B. Kompetensi Kepribadian
C. Kompetensi Profesional.
D. Kompetensi Sosial.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14.., hlm. 3.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam presfektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1994), hlm. 107.
8
Anonim, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, (Jakarta:
Asa Mandiri, 2008), hlm. 196.
9
Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. (Jakarta:Gaung Persada Press ,
2007). hlm.21.
6
7
No
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Option Tanggapan
5
37
35
30
29
31
26
38
25
27
22
28
30
30
34
20
32
31
20
20
22
567
4
3
4
6
10
9
11
2
5
12
10
10
10
7
6
15
8
5
10
10
12
165
1
4
1
3
10
1
8
2
3
5
4
10
10
6
68
Dari tabel diatas tampak bahwa option 5 (berarti selalu melakukan) memperoleh
jumlah tertinggi yaitu berjumlah 567 pada analisis butir kuisioner, sedangkan option 4
(berarti sering melakukan) sebanyak 165, dan untuk option 3 (berarti jarang melakukan )
berjumlah 68. Dengan demikian dari data tabel tersebut perilaku profesional guru
sertifikasi di SDN Demangan dapat dikatakan sudah cukup maksimal. Dimana
berdasarkan analisis butir butir indikator prilaku profesional guru yang telah sertifikasi
yang telah bisa dilakukan oleh guru yang sudah sertifikasi di SDN Demangan adalah : 1)
Mengenali keunikan peserta didik 2) Menggunakan media pembelajaran 3) Mampu
6
Option Tanggapan
5
20
15
9
27
9
21
7
4
20
25
31
13
31
19
33
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah
8
10
15
14
18
16
19
17
225
32
30
25
26
22
24
21
23
377
Dari tabel analisis indikator prilaku profesional guru non sertifikasi pada tabel
diatas yaitu option 4 (berarti sering melakukan) menempati jumlah tertinggi yaitu : 337
sedangkan option 5 (berati selalu melakukan) berjulah 225. Dengan demikian dari data
tabel tersebut perilaku profesional guru non sertifikasi di SDN Demangan dapat
dikatakan belum maksimal. Dimana berdasarkan analisis butir butir indikator prilaku
profesional guru non sertifikasi yang telah bisa dilakukan adalah : 1) Menyusun bahan
ajar 2) menyediakan objek belajar 3) Membelajarkan peserta didik secara individual 4)
Membelajarkan
peserta
didik
secara
kelompok
ataupun
kelompok
kecil
5)
Mengenali keunikan peserta didik 21) Menggunakan media pembelajaran 22) Mampu
menghadapi peserta didik sesuai dengan keunikannya 23) Menyusun konsep 24)
Menyususn peta konsep 25) Menyusun konsep-konsep esensial 26) Menyusun bahan ajar
27) menyediakan objek belajar 28) Membelajarkan peserta didik secara individual
Menyusun bahan ajar.
Berdasarkan hasil analisis butir indikator prilaku profesional guru sertifikasi dan guru
non sertifikasi di SDN Demangan diketahui bahwa prilaku profesional keseluruhan guru
telah bisa dikatan cukup maksimal hanya saja perlu peningkatan dan keterampilan yang
bisa menambah wawasan guru dalam proses pembelajaran. Komparasi proporsi
keprofesionalan guru antara guru yang telah sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi
menunjukkan sedikit perbedaan. Dimana guru non sertifikasi harus lebih meningkatkan
cara mengajar dengan lebih memperhatikan kebutuhan peserta didik. Dan juga guru yang
telah sertifikasi harus lebih meningkatkan keprofesionalannya dalam proses pengajaran.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pencapaian implementasi keprofesionalan
guru-guru bersertifikasi secara keseluruhan sudah seperti yang diharapkan berdasarkan
syarat-syarat profesional guru, namun ada sebagian guru yang telah sertifikasi tetapi
kurang profesional dalam mengajar. Kemudian tingkat pencapaian implementasi guruguru yang belum memiliki sertifikat juga sudah baik, namun apabila dikomparasikan
dengan guru-guru yang sudah sertifikasi masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan
lagi bagi guru-guru yang belum tersertifikasi terutama dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dilapangan
penulis memberikan
rekomendasi bahwa Sertifikasi guru bukan ukuran yang tepat untuk menilai peningkatan
mutu guru. Sebab, sertifikasi guru lebih merupakan proses untuk menetapkan guru
apakah memenuhi syarat atau tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Pasalnya, peningkatan
mutu guru pascasertifikasi tidak serta-merta meningkat tajam. Karena itu, program
sertifikasi guru yang dilaksanakan pemerintah hingga tahun 2015, baik lewat penilaian
portofolio maupun pendidikan dan pelatihan guru, tetap harus diikuti dengan pembinaan
pengembangan profesi guru secara berkelanjutan.
Daftra Pustaka
Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung: Rosdakarya, 1994.
Amirul, Hadi, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Ariokunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Dewan Pendidikan Sleman, Kajian Perilaku Profesional Guru Bersertifikat Pendidik Di Kabupaten
Sleman, Sleman: Dewan Pendidikan, 2009.
Payong,
Dasar,
Problematika,
10
dan