You are on page 1of 10

Perlukah Program Sertifikasi Dilanjutkan ?

Paper ini disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester


Mata kuliah: Manajemen Kebijakan MI/SD
Dosen Pengampu: Dr. Istiningsih, M.Pd.

Oleh:
JEFRYADI
Nim: 1520420013

PROGRAM MAGISTER (S2)


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
KONSENTRASI GURU KELAS
FITK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Perlukah Program Sertifikasi Dilanjutkan ?


ABSTRACT
Jefryadi: Professional Performance of Teacher in Demangan Elementary School, Sleman,
Yogyakarta. Graduate Program of the State Islamic University of Sunan Kalijaga, 2015.
Act No. 14 of 2005 concerning teachers and lecturers that states the teacher is a
Professional educators with telecoms main educate, teaching, guiding, directing, train, assess,
and evaluate students on Early Childhood Education Line Formal Education, Primary
Education, and Education medium. Professional teachers must have a minimum academic
qualification undergraduate (S-1) or diploma four (D-IV), master competence (pedagogic,
professional, social and Personality), has a Certificate of Educators, healthy physical and
spiritual, as well as have the ability to realize the goal for a review national education. One
government efforts hearts improving quality with professional teacher is the teacher
certification program held the instigated beginning of 2007 year.
The study was conducted to review of teacher professional boarders that has had a
certificate of good through PLPG strip, portfolio, and PKG with compare the teacher have
yet certificate. It should be received because with a research note we will know how the
boarding costs has been certified teacher and teacher yet certified boarding costs particularly
on Demangan elementary school.
This study is a survey research. The study is a whole subject teachers at Demangan
elementary school Yogyakarta, That amounted sample is 35 teachers. Techniques used in
data collection questionnaire and observation. While data analysis technique using
quantitative analysis techniques and descriptive analysis.
Results the tin is a level of achievement of the implementation the professionalism of
teachers certified by overall already as expected based on the terms professional teachers, but
some teachers that has certification but less professional teaching. Then the level of
achievement the implementation of the teachers who do not have certificates also it's good,
but if compare with teachers that already certified much things should be noted longer for
teachers yet certified.
Facts found in the field of the author recommends that teacher certification is not the
size of the right to review assessing the quality improvement of teachers. Therefore, a teacher
certification process more assign teachers to review whether qualified or not according to
regulations. Because the improvement of teacher quality does not necessarily has have
certificate increased sharp. Therefore, teacher certification program the government
implemented until 2015, both through assesment portfolio as well as education and training
of teachers, still must followed with the fostering sustainable professional development
teachers.
Keywords: Teacher Certification, Professional Teachers.

KINERJA PROFESIONAL GURU SERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI DI SDN


DEMANGAN YOGYAKARTA
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk
watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan
di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti
tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang
multikultural dan multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas
guru yang cukup kompleks dan unik.
Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara berkesinambungan mereka
dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun
profesional. Profesional artinya dilaksanakan secara sungguh- sungguh dan didukung oleh
para petugas secara profesional. Petugas yang profesional adalah petugas yang memiliki
keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat.
Untuk meningkatkan profesionalisme yang dimiliki guru, pemerintah menerapkan sertifikasi
bagi guru prajabatan maupun guru dalam jabatan, penilaian sertifikasi dilakukan melalui
pendidikan profesi maupun dengan portofolio.1 Guru yang memiliki sertifikasi pendidik akan
mendapat tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok.
Pasca disahkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, profesi guru dan
dosen kembali menjadi bahan pertimbangan oleh banyak pihak khususnya bagi mereka yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Mengapa tidak kehadiran undang- undang tersebut
manambah wacana baru akan dimantapkannya hak- hak dan kewajiban bagi guru dan dosen.
Diantara hak yang paling ditunggu selama ini adalah adanya upaya perbaikan kesejahteraan
bagi guru dan dosen, salah satu upaya yang sementara dilaksanakan saat ini dalam rangka
implementasi UUGD adalah pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan sebagaimana telah
diatur dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007. Banyak
kalangan yang pesimis dengan adanya sertifikasi guru dan dosen ini, khususnya bagi mereka
yang sampai saat ini belum memiliki kualifikasi akademik ( S1 atau Diploma empat (D4))
namun tak sedikit yang merasa gembira dan berbahagia terutama bagi mereka yang sudah
dinyatakan lulus karena sudah barang tentu setelah dinyatakan lulus, sudah ada jaminan bagi
mereka bahwa pemerintah segera akan membayar tunjangan profesi tersebut, sebuah harapan
1

Marselus Payong R. Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan


Implementasinya. (Jakarta: PT Indeks, 2011). hlm. 75.
3

sekaligus tantangan menuju guru profesional. Dengan sertifikasi, guru dituntut menjadi guru
professional yang diukur dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi termasuk penguasaan
terhadap standar kompetensi tertentu (pedagogik, kepribadian, professional dan social), serta
diukur dengan skor nilai tertentu.2
Berpijak dari hal tersebut, hal ini perlu dikembangkan menjadi suatu penelitian. Sebab
ketika pemerintah telah menjamin mutu guru yang lulus sertifikasi sebagai guru professional
yang teruji kompetensinya dan telah terpenuhi hak-haknya maka guru harus bekerja
maksimal secara profesional demi terwujudnya peningkatan mutu pendidikan dalam proses
pembelajaran. Terkhusus di SDN Demangan lebih dari 50% tenaga pengajar telah lulus
sertifikasi dan selebihnya non sertifikasi. Seharusnya guru-guru yang telah lulus sertifikasi
tersebut bisa dikatakan sebagai guru professional yang teruji kompetensinya. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti tentang kinerja profesional guru di SDN Demangan, baik guru
yang telah lulus sertifikasi maupun guru yang belum tersertifikasi.
A. Guru Profesional dan Sertifikasi Guru
1. Guru Profesional
Guru merupakan jabatan dan profesi yang memerlukan keahlian khusus.3 Pekerjaan
keguruan tidak bisa dilakukan oleh yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat
khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk
pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.4
Peningkatan kemampuan professional guru merupakan hak setiap guru. Artinya setiap
guru berhak mendapat pembinaan secara kontinu, baik dalam bentuk supervisi, study
banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lain. Guru sekolah dasar swasta berhak
mendapatkan pembinaan professional dari yayasan. Sedangkan guru sekolah dasar negeri
berhak mendapat pembinaan professional dari departemen atau dinas yang berwenang.
Professional merupakan profesi yang memerlukan kepandaian khusu untuk
menjalankannya.5 Profesional menurut UUGD pasal 1 ayat 4 adalah pekerjaan yang
2

Mansur Mukhlis. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik: (Jakarta: Bumi Aksara
2007). hlm. 2-3.
3
UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 3.
4
Dewan Pendidikan Sleman, Kajian Perilaku Profesional Guru Bersertifikat Pendidik Di
Kabupaten Sleman. (Sleman: Dewan Pendidikan, 2009). hlm.4.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia
4

dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.6 Menurut Ahmad Tafsir, profesionalisme adalah
paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilaksanakan oleh orang yang
professional.7
Pasal 20 Undang-Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 29
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 25 menyatakan bahwa
profesionalisme diukur minimal melalui empat kompetensi, yaitu:8
a.

Kompetensi Pedagogik

b.

Kompetensi Kepribadian

c.

Kompetensi Profesional

d.

Kompetensi Sosial.

2.

Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru
layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan
lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan
tinggi negeri maupun swasta.9
Sertifikasi dalam istilah yuridis menurut ketentuan pasal 1 ayat (11) UUGD adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen. Mengenai apa itu sertifikat
pendidik dapat dilihat di pasal 1 ayat (12) yaitu sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Untuk itu
guru dapat memperoleh sertifikat pendidik dengan kualifikasi pendidikan minimum
program sarjana atau program diploma empat dan terbukti telah menguasai empat
kompetensi dasar yaitu:
A. Kompetensi Pedagogik
B. Kompetensi Kepribadian
C. Kompetensi Profesional.
D. Kompetensi Sosial.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14.., hlm. 3.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam presfektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1994), hlm. 107.
8
Anonim, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, (Jakarta:
Asa Mandiri, 2008), hlm. 196.
9
Martinis Yamin. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. (Jakarta:Gaung Persada Press ,
2007). hlm.21.
6
7

B. Kinerja Guru Sertifikasi dan Guru Non Sertifikasi di SDN Demangan


1. Guru Sertifikasi
Berdasarkan analisis angket yang telah disebarkan kepada guru-guru yang telah
sertifikasi dipereroleh hasil sebagai berikut :

No
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total

Option Tanggapan
5
37
35
30
29
31
26
38
25
27
22
28
30
30
34
20
32
31
20
20
22
567

4
3
4
6
10
9
11
2
5
12
10
10
10
7
6
15
8
5
10
10
12
165

1
4
1
3
10
1
8
2
3
5
4
10
10
6
68

Dari tabel diatas tampak bahwa option 5 (berarti selalu melakukan) memperoleh
jumlah tertinggi yaitu berjumlah 567 pada analisis butir kuisioner, sedangkan option 4
(berarti sering melakukan) sebanyak 165, dan untuk option 3 (berarti jarang melakukan )
berjumlah 68. Dengan demikian dari data tabel tersebut perilaku profesional guru
sertifikasi di SDN Demangan dapat dikatakan sudah cukup maksimal. Dimana
berdasarkan analisis butir butir indikator prilaku profesional guru yang telah sertifikasi
yang telah bisa dilakukan oleh guru yang sudah sertifikasi di SDN Demangan adalah : 1)
Mengenali keunikan peserta didik 2) Menggunakan media pembelajaran 3) Mampu
6

menghadapi peserta didik sesuai dengan keunikannya 4) Menyusun konsep 5)


Menyususn peta konsep 6) Menyusun konsep-konsep esensial 7) Menyusun bahan ajar
8) menyediakan objek belajar 9) Membelajarkan peserta didik secara individual 10)
Membelajarkan peserta didik secara kelompok ataupun kelompok kecil 11)
Membelajarkan peserta didik secara klasikal 12) Menyediakan media pembelajaran 13)
Memaknai hasil evaluasi 14) Memilih media pembelajaran 15) menindak lanjuti hasil
evaluasi 16)Mampu melayani peserta didik sesuai dengan karakterisnya 17) Menyusun
stuktur konsep 18) Menyusun seluruh konsep dalam kurikulum 19) Menyediakan objek
pembelajaran 20) Memilih media pembelajaran sesuai dengan karekteristik materi dan
peserta didik 21) Memaknai penggunaan media 22) menggunakan media pembelajaran
yang tepat 23) melaksanakan evaluasi dengan evaluasi akhir. Selanjutnya, urutan butirbutir urutan indikator prilaku profesional yang belum terbiasa (belum baik) sampai yang
sudah terbiasa (sudah baik) adalah sebagai berikut : 1) Siap mengahadapi perbedaan
peserta didik 2) Membelajarkan peserta didik secara individual 3) merumuskan konsepkonsep asensial 4) memaknai penggunaan media 5) Membelajarkan peserta didik secara
kelompok 6) menyediakan media pembelajaran yang diperlukan 7) menyusun bahan ajar
8) memilih media pembelajaran sesuai karakteristik materi dan peserta didik 9)
membelajarkan peserta didik secara klasikal 10) menyusun stuktur konsep 11) menyusun
seluruh konsep dalam kurikulum 12) menydiakan objek/persoalan belajar 13)
melaksanakan evaluasi dengan evaluasi hasil 14) melaksanakan evaluasi dengan evaluasi
proses 15)menggali keunikan peserta didik 16) memaknai hasli evaluasi 17) menindak
lanjuti hasil evaluasi 18) menyusun instrumen evaluasi 19) menggunakan media
pembelajaran yang tepat 20) Menyusun bahan ajar.
Sedangkan analisis butir indikator profesional guru non sertifikasi adalah sebagai
berikut :
No
Responden
21
22
23
24
25
26
27

Option Tanggapan
5
20
15
9
27
9
21
7

4
20
25
31
13
31
19
33

28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah

8
10
15
14
18
16
19
17
225

32
30
25
26
22
24
21
23
377

Dari tabel analisis indikator prilaku profesional guru non sertifikasi pada tabel
diatas yaitu option 4 (berarti sering melakukan) menempati jumlah tertinggi yaitu : 337
sedangkan option 5 (berati selalu melakukan) berjulah 225. Dengan demikian dari data
tabel tersebut perilaku profesional guru non sertifikasi di SDN Demangan dapat
dikatakan belum maksimal. Dimana berdasarkan analisis butir butir indikator prilaku
profesional guru non sertifikasi yang telah bisa dilakukan adalah : 1) Menyusun bahan
ajar 2) menyediakan objek belajar 3) Membelajarkan peserta didik secara individual 4)
Membelajarkan

peserta

didik

secara

kelompok

ataupun

kelompok

kecil

5)

Membelajarkan peserta didik secara klasikal 6) Menyediakan media pembelajaran 7)


Memaknai hasil evaluasi 8) Memilih media pembelajaran 9) menindak lanjuti hasil
evaluasi 10)Mampu melayani peserta didik sesuai dengan karakterisnya 11) Menyusun
stuktur konsep 12) Menyusun seluruh konsep dalam kurikulum 13) Menyediakan objek
pembelajaran 14) Memilih media pembelajaran sesuai dengan karekteristik materi dan
peserta didik 15) Memaknai penggunaan media 16) menggunakan media pembelajaran
yang tepat 17) melaksanakan evaluasi dengan evaluasi akhir. Selanjutnya, urutan butirbutir urutan indikator prilaku profesional guru non sertifikasi yang masih jarang
dilakukan adalah : 1) Siap mengahadapi perbedaan peserta didik 2) Membelajarkan
peserta didik secara individual 3) merumuskan konsep-konsep asensial 4) memaknai
penggunaan media 5) Membelajarkan peserta didik secara kelompok 6) menyediakan
media pembelajaran yang diperlukan 7) menyusun bahan ajar 8) memilih media
pembelajaran sesuai karakteristik materi dan peserta didik 9) membelajarkan peserta
didik secara klasikal 10) menyusun stuktur konsep 11) menyusun seluruh konsep dalam
kurikulum 12) menydiakan objek/persoalan belajar 13) melaksanakan evaluasi dengan
evaluasi hasil 14) melaksanakan evaluasi dengan evaluasi proses 15)menggali keunikan
peserta didik 16) memaknai hasli evaluasi 17) menindak lanjuti hasil evaluasi 18)
menyusun instrumen evaluasi 19) menggunakan media pembelajaran yang tepat 20)
8

Mengenali keunikan peserta didik 21) Menggunakan media pembelajaran 22) Mampu
menghadapi peserta didik sesuai dengan keunikannya 23) Menyusun konsep 24)
Menyususn peta konsep 25) Menyusun konsep-konsep esensial 26) Menyusun bahan ajar
27) menyediakan objek belajar 28) Membelajarkan peserta didik secara individual
Menyusun bahan ajar.
Berdasarkan hasil analisis butir indikator prilaku profesional guru sertifikasi dan guru
non sertifikasi di SDN Demangan diketahui bahwa prilaku profesional keseluruhan guru
telah bisa dikatan cukup maksimal hanya saja perlu peningkatan dan keterampilan yang
bisa menambah wawasan guru dalam proses pembelajaran. Komparasi proporsi
keprofesionalan guru antara guru yang telah sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi
menunjukkan sedikit perbedaan. Dimana guru non sertifikasi harus lebih meningkatkan
cara mengajar dengan lebih memperhatikan kebutuhan peserta didik. Dan juga guru yang
telah sertifikasi harus lebih meningkatkan keprofesionalannya dalam proses pengajaran.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pencapaian implementasi keprofesionalan
guru-guru bersertifikasi secara keseluruhan sudah seperti yang diharapkan berdasarkan
syarat-syarat profesional guru, namun ada sebagian guru yang telah sertifikasi tetapi
kurang profesional dalam mengajar. Kemudian tingkat pencapaian implementasi guruguru yang belum memiliki sertifikat juga sudah baik, namun apabila dikomparasikan
dengan guru-guru yang sudah sertifikasi masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan
lagi bagi guru-guru yang belum tersertifikasi terutama dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dilapangan

penulis memberikan

rekomendasi bahwa Sertifikasi guru bukan ukuran yang tepat untuk menilai peningkatan
mutu guru. Sebab, sertifikasi guru lebih merupakan proses untuk menetapkan guru
apakah memenuhi syarat atau tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Pasalnya, peningkatan
mutu guru pascasertifikasi tidak serta-merta meningkat tajam. Karena itu, program
sertifikasi guru yang dilaksanakan pemerintah hingga tahun 2015, baik lewat penilaian
portofolio maupun pendidikan dan pelatihan guru, tetap harus diikuti dengan pembinaan
pengembangan profesi guru secara berkelanjutan.

Daftra Pustaka
Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung: Rosdakarya, 1994.
Amirul, Hadi, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Ariokunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Dewan Pendidikan Sleman, Kajian Perilaku Profesional Guru Bersertifikat Pendidik Di Kabupaten
Sleman, Sleman: Dewan Pendidikan, 2009.

Payong,

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep


Implementasinya, Jakarta: PT Indeks, 2011.

Dasar,

Problematika,

Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2009.


UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006.

10

dan

You might also like