You are on page 1of 138
RCF -01: UUJK, K3 DAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / . PENULANGAN BETON ee 4 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM yA BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA @} must PEMBINAAN KOMPETENS! DAN PELATIHAN KONSTRUKS? Laporan UNDP tentang : Human! De Development Report, 2004, mencanty ‘3 Pengembangan SDM Indonesia pada urutan 111, satu tingkat di atas Viet i (2. dan jauh di bawah dari Negara-negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan 3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita. i Index (HDI) tertuang dalam Human Inds Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan ‘Sumber Daya Manusia (SDM), Kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal untuk berpacu mengejar “Ge fan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM paling tidak se cot ]@ ASEAN, terutama menghadapi era globalisasi. Ci Pu 4 fe : ee Untuk mengejar sorte tela fipetiot den yang dilaktikan, open perangkat pengaturan mel pert indang antara laift £ ih * uv. No™ Fahun 1999, ar peo peraturan ps mengamanatkan bal *: Perencana, Pelaksana, ay Pe a meri ae ei sentitigat rye ian atau ketrampitan \elaksaftakan en =F fasarkan kom lukan Ke ok seria tingks setiap klasi ~aeep ee J hi KR 2 moe UB: "ahun 2003, tentan; Seasipo jaan; mengamanatkan (Pasa! 10 Ayat ‘\@). Petatihan ke rye ‘an berdasarkan program pelatinan yang mengacu ast ceria Be pada ss * UU. No, 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). * UU, No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 4 dan 2 bahwa : Hea ~ (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang! lerkajt déngan bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusué dalam Bidang umber daya air Potatinan Mandor Pembesian/ Penulengon Beton UUJK, K3 dan PDL (2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumer daya air dapat dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar Pendidikan khusus sebagaimana.dimaksud pada ayat (1) ange Mengacu pada amanat undang-unt but dj atas, dimplementasikan kedalam konsep Pengembangan Sistem Pelatinan ksi, yang oleh PUSBIN KPK (Pusat Pembinaan Kempetensi dan Pelatinan’ Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK (Standar Latin Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan Kerja. Modul Pelatinan adstan salah satu eof lersan sangat penting karena menyentuh langsung dan revit S. peningkatan kualitas:SDM untuk mencapai tingkat kompetensi yang pa an, disusun dari hasil ce jijabatan kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan nee fore Kea Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latin rte apis modul-modutfiya -tnj teri inyé professional btm bidangnya maging woke suatu pro o a dlpergunakan untuk mela bm ep pengetahuan dan hscak ‘apart gar dapat menca son gb fang dipersyaral crater schitaga dapat menyentuh tangsubGsas! pembinaan dan peni naa .sagay \enjadi tomato dn iar san koranya. 7° (4. C kK og re ~nd inodul pelatihan:ifi dapat difnanta emer) ashe Jhsa konstruksi dapat terwujud. jan baik, sehingga cita- Jakarta, Nopember 2006 Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi ais Ir Dioko Subarkah, Dip. HED NIP: 110016435" * erglee dalam wee ional, dimana kompeter hh Tim Penyusupiien: Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL PRAKATA Modul RCF-01 : UUJK (Undang-Undang Jasa Konstruksi), Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Pengendalian Dampak Lingkungan, berisi beberapa aspek utama terdiri dari: 1: UUJK, Btika Profesi dan Etos Kerja 2: K3, (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 3: Pengendalian Dampak Lingkungan. Undang-undang jasa konstruksi, menguraikan lingkup undang-undang jasa konstruksi, usaha jasa konstruksi, peran masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi, serta penerapan etika profesi, etos kerja. Khusus tentang “Etos Kerja” menjadi Bab tersendiri karena sangat penting bagi tenaga terampil untuk membangun sikap kerja yang produktif dan disiplin serta penuh dengan tanggung jawab, karena tenaga terampil merupakan ujung tombak menghasilkan produk nyata sesuei desain/perencanean teknik. Sedangkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), menguraikan tentang jingkup dan pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), sebab akibat kecelakaan kerja, peraturan perundangan K3, Alat Pelindung Diri (APD), Tata Laksana baku penerapan K3 Konstruksi. ‘Tentang pengendalian dampak lingkungan akan membahas dan menguraikan pengertian dasar lingkungan hidup, integrasi aspek lingkungan pada kegiatan proyek kenstruksi, penanggulangan dampak lingkungan pada pekerjaan konstruksi Dimaklumi bahwa, biarpun sudah diusahakan se-sempurna mungkin namun kemungkinan adanya kekurangan, maka tim penyusun mengharapkan koreksi dan sumbang sarannya Jakarta, Nopember 2006 Tim Penyusun Pelatihen Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL SSS LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON JUDUL MODUL : UUJK, K3 DAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN TUSUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum Pelatihan Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu : Menyiapkan, mengkoordinir dam memeriksa pembesian, penulangan pada pekerjaan konstruksi beton bertulang. B. Tujuan Khusus Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu : Menerapkan UUJK, K3 dan ketentuan pengendalian lingkungan kerja 2. Menguasai rencana pembuatan pembesian/penulangan beton sesuai spesifikasi pembesian, gambar kerja, Instruksi kerja (IK), jadwal (schedule) kerja proyek 3. _Membuat jadwal (schedule) kerja harian dan mingguan Melakukan pekerjaan persiapan pembesian/penulangan beten 8. Mengkoordinir dan mengawasi pembuatan dan pemasangan pembesian/ penulangan beton 6. Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan dan pemasangan pembesiar/penulangan beton 7. Menguasai dan melaksanakan kontrak/perjanjian kerja SERIEJUDUL : RCF-01 UUJK, K3 DAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN ‘TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU) : Setelah modul ini selesai dipelajari pesrta mampu menerapkan sebagian ketentuan UUJK (Undang-Undang Jasa Konstruksi) etika profesi, etos kerja dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sefta pengendalian dampak lingkungan dalam pelaksanaan pekerjaan ‘sesuai lingkup tanggung jawabnya. Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK. K3 dan PDL SS TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK) : Setelah modu ini selesei dipelajari peserta mampu = 1. Menjelaskan pengaturan, lingkup dan usaha jasa konstruksi, peran masyarakal serta menerapkan ketentuan dan norma etika profesi 2. Menerapkan norma, nilai dan kaidah serta peraturan yang mengikat sehingga terbangun etos kerja yang produktif, disiplin dan bertanggung jawab 3. Menjelaskan pengetahuan dasar dan peraturan perundang-undangan K3, sebab akibat kecelakaan dan menerapkan ketentuan peraturan perundangan, K3, penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dan Daftar Simak K3 4. Melakukan penanganan pengendalian dampak lingkungan pada pekerjaan konstruksi mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton dan POL DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PRAKATA........ LEMBAR TUJUAN DAFTAR ISI ..... DESKRIPSI SINGKAT DAFTAR MODUL «2.00000 PANDUAN PEMBELAJARAN MATERI SERAHAN occ ccochansesenn BAB 1. PENDAHULUAN 1 . 4.2. Penerapan Peraturan Perundangan 6... RANGKUMAN LATIHAN 14 4-4 BAB 2. UUJK, ETIKA PROFESI 2.1, Pengaturan Jasa KOnstruksi sone 2.2. Usaha Jasa Konstruksi 2.3. Peran Masyarakat .... - 2.4, Penyelenggaraan Pekerjean Konstruksi . 2-11 2.5. Etika Profesi... . 2-18 RANGKUMAN, LATIHAN BAB 3. ETOS KERJA 3.4. Umum 3-1 3.2, Disiplin Kerja 3-2 3.3. Kecenderungan Orang Tidak Disiplin 3-8 3.4. Permasalahan Disipiin...... 3-14 RANGKUMAN LATIHAN vi / Penulangan Beton BAB 4, K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) 41. Pengetahuan Dasar K3 4.2. Peraturan dan Perundang-Undangan K3 ... 4.3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja ...o..0- 4.4, Sebab Akibat Terjadinya Kecelakaan Kerja 4.5. Alat Pelindung Diri (APD)........ 4.6. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan..... 4.7. Penyakit Akibat Kerja . 4.8, Pemadam Kebakaran, Rambu Keselamatan Kerja dan Listrik 4.9, Pembuatan Daftar Simak K3 Pembesian/Penulangan Beton... RANGKUMAN LATIHAN BAB 5. PERLINDUNGAN DAMPAK LINGKUNGAN KERJA, 5.1. Pengertian Dasar Lingkungan Hidup. - 5.2. Dampak Lingkungan Akibat Pekerjaan Konstruksi RANGKUMAN LATIHAN DAFTAR PUSTAKA 4-4 4-3 4 4-12 4-16 - 4-26 - 4-38 4a 4-54 vii Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK,K3 dan PDL SSS DESKRIPS! SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Mandor Pembesian/ Penulangan Beton dibekukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja dan batasan-batasan penilaian serta variable-variablenya. 2. SLK (Standar Latih Kompetensi) disusun dengan mengacu kepada SKKNI, dimana uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihen, kemudian elemen kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis unsur kompetensinya yaitu pengetahuan, keterampitan dan sikap kerja, selanjutnya kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran ditstapkan sesuai level kompetensinya 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan dalam SLK, disusuniah seperangkat modul-modul sebagai bahan pembelajaran pelatinan seperti tercantum dalam "DAFTAR MODUL" di bawah ini. DAFTAR MODUL PELATIHAN : Beton Mandor Pembesian / Penulangan : Z SRE Standar dan Rencana Kerja Menguasai rencana Pembuatan Pembesian / pembuatan pembesian / Penulangan Beton penulangan beton sesuai spesifikasi pembesian / penulangan beton, gambar kerja, Instruksi Kerja (IK) dan Schedule Kerja Proyek vill Pelati n Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 den POL 3. | RCF-03 | Jadwal kerja harian dan mingguan Membuat jadwal (schedule) kerja harian dan mingguan 4. | RCF-04 | Prosedur dan teknik pembuatan dan pemasangan pembesian / penulangan beton A. Pekerjaan Persiapan Melakukan Pekerjaan Persiapan Pembesian / Penulangan Beton B. Pembuatan dan Pemasangan Pekerjaan Pembesian / Penulangan Beton Mengkoordinir dan mengawasi pembuatan dan pemasangan pembesian / penulangan beton C. Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksa- naan Pekerjaan Pembesian ‘Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan dan pemasangan pembesian / penulangan beton 8. | RCF-05 | Perjaniian Kerja dan Manajemen Untuk Mandor Menguasai dan melaksanakan kontrak / perjanjian kerja Pelathen Mandor Perabesion ! Penulangan Beton UULK, K3 dan PDL PANDUAN PEMBELAJARAN Pelatinan Mandor Pembesian | Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL PANDUAN PEMBELAJARAN A. BATASAN Cot eek ELON ea OY elo Ey Cam ol C-7 ceca PT UUJK, K3 dan Pengendalian Dampak Lingkungan ‘merupakan suatu salah satu modul dalam rangka ‘membangun tenaga kerja jasa konstruksi yang profesional dan bertanggung jawab untuk mengabdi kepada keandalan pembangunan sektor konstruksi yang dilandasi etos kerja, etika protesi, keselamatan dan kesehatan Kerja, perlindungan lingkungan sebagai amanah dengan harapan apa yang dilakukan menjadi amal ibadah dan, sumbangsin kepada bangsa dan negara. 2. Tempat Kegiatan | Di dalam ruang kelas lengkap dengan fasiltasnya 3. Waktu 4 jam pelajaran (1 jp = 48 menit) Pembelajaran ‘Atau sampai tercapainya minimal Kompetensi yang telah ditentukan (khususnya domain Kogrit. x PROSES PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTU 1. Coramah : Pembukaan * Menjelaskan tujyan pembelajaran TPU & TPK + Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalamannya dalam menerapkan sistem menajemen K3 dan pengadministrasiannya Waktu : 5 menit 2 Ceramah : Bab 1-Pendehuluan ‘Sebagai pengantar uraian isi modul terdin = Umum + Penerapan peraturan perundang- undangen ‘+ Mendiskustkan pokok bahasan, Waktu : 10 menit 3. Coramah : Bab 2— UUJK, Etika Profesi '* Pengaturan dan usaha jakons ++ Peran masyarakat ++ Penyelenggaraan dan pengikatan pekerjaan konstraks? + Etika profes! ‘+ UU. No. 7 Tahun 200 (SDA) + Keamanan bendungan '» Mendiskusikan pokok bahasan. Waktu : 45 menit. 4. Ceramal : Bab 3 Etos Kerja + Umum + Disiplin Kerja + Tidak aisiplin + Pormasalahan disiplin + Mendiskusikan pokok bahasan. Waktu : 30 menit than Mandor Pembesian / Penulangan Beton INEM SoS17) ‘¢ Mengikuti penjelasan TPU dan ‘TPK dengan tekun dan aktif ‘¢ Mengajukan pertanyaan- pertanyaan apabila kurang yelas. ‘¢ Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktit + Mencatat hat-hal yang perlu * Mengajukan pertanyaan bila perl. ‘+ Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif ¢ Mencatat hel-hal yang perl Mengajukan pertanyaan bila perlu. + Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif + Mencatat nathal yang perlu + Mengajukan pertanyaan bila peru, WUJK,K3 dan POL MUN c) OHT2 OHT3 OHT4 xii UUJK, K3 dan PDL Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton KEGIATAN INSTRL UR 5. Ceramah : Bab 4—K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja) + Pengetahuan dasar K3 # Perundang-undangan K3 ‘+ JAMSOSTEK ‘* Sebab akibat kecelakaan = APD. + Daftar simak K3 ‘+ Mendiskusiken pokok bahasan. Waktu : 45 menit 6. Ceramah : Bab 5 ~Perlindungan Dampak Lingkungan Kerja ‘* Pengertian dasar fingkungan + Penanganan Dampak Lingkungen * Mendiskusikan pokok bahasan. Waktu : 20 menit. 7. Rangkuman / Penutup # Rangkuman ‘« Tanya jawabldiskusitumpan batik +» Ponutup. Waktu : 15 monit. KEGIATAN PESERTA ‘+ Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif ‘* Mencatat hal-hal yang pertu + Mengajukan pertanyaan bila pertu. = Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan akti ¢ Mencatat halal yang perlu # Mengajukan pertanyaan bila perlu. Pserta diberikan kesempatan bertanya jawabidiskusi dan ditanya instruktur.. Tic} OHTS OHTS OHTT xxii Pelatnan Mendor Pembesian/ Penulangen Beton WULK,K3 dan POL MATERI SERAHAN xiv 4A. 42 UUJK, 13 dan POL BAB1 PENDAHULUAN Umum Di dalam penyelenggaraan konstruksi yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang mengacu kepada dokumen kontrak dipastikan ada unsur- unsur yang harus dilaksanakan secara disiplin, konsisten dan mendasar sebagai suatu rinsip yang tidak boleh dilanggar, antara iain - 4. Kepastian mutu (quality assurance) produk konstruksi termasuk volume 2, Kepastian penerapan ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan keamanan konstruksi 3. Kepastian perlindungan dan pelestarian lingkungan. Ketiga unsur tersebut seharusnya dapat dilaksanakan secara terpadu dan simultan pada setiap Kegiatan dalam setiap item pekerjaan karena sudah diamanatkan beberapa undang-undang yang menyangkut penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Untuk memadukan ketiga unsur tersebut di atas dapat dilakukan sewaktu ‘menyusun/membuat metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Construction Method = CM), melalui identifikasi unsur-unsur + Tuntutan mutu dan volume sesuai spesifikasi dan gambar kerja ‘ Potensi bahaya/kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan + Pencemaran dan perusakan lingkungan. Didalam mendisain keterpaduan cukup tepat apabila selalu mengacu peraturan perundangan yang berlaku terutama tentang : - * Penyelenggaraan jasa konstruksi termasuk unsur bidang, sub-bidang konstruksi * Keselamatan dan kesehatan kerja + Perlindungan dan pelestarian lingkungan. Penerapan Peraturan Perundangan @. Peraturan Perundangan Jasa Konstruksi vasa konstruksi yang menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik konstruksi lainnya, baik dalam bentuk prasarana maupun sarana pemacu 1 Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, sosial dan budaya, mempunyai peranan penting dan strategis dalam berbagai bidang pembangunan. Mengingat pentingnya peranan jasa konstruksi tersebut terutama dalam rangka mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas dan dapat diandalkan, dibutuhkan suatu pengaturan penyelenggaraan jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu serta menyeluruh, Guna pengaturan penyelenggaraan jasa konstruksi tersebut pada 7 Mei 1999 telah diundangkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan berlaku efektif satu tahun kemudian. Kemudian telah ditindak fanjuti dengan diterbitkannya tiga peraturan pemerintah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, serta Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Dengan adanya Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut dimaksudkan agar terwujud iklim usaha yang kondusif dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional, seperti : terbentuknya kepranataan usaha; dukungan pengembangan usaha; berkembangnya partisipasi masyarakat; terselenggaranya pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan oleh pemerintah dan/atau masyarakat dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; dan adanya Masyarakat Jasa Konstruksi yang terdiri dari unsur asosiasi perusahaan maupun asosiasi profesi. Lebih lanjut undang-undang jasa konstruksi Bab 5 — Penyelenggaraan Konstruksi, Pasal 23, ayat 2, menetapkan bahwa Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Dalam rangka mengimplementasikan pasal dan ayat undang-undang jasa konstruksi tersebut di atas, perlu disosialisasikan dan dimantapkan penerapan ketentuan keamanan, keselamatan dan Kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja serta pengendalian dampak lingkungan kerja Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL eee SS Ee b. Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan Hidup ‘Seperti hainya tentang jasa konstruksi yang sudah diatur dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, untuk keselamatan dan kesehatan kerja serta pengendalian dampak lingkungan juga sudah ada peraturan perundang- undangan. Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang lingkungan hidup tersebut di atas, selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1986 yang kemudian disempumakan dengan PP. Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 3. Berbagai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bappedal tentang Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL, sebagai penjabaran dari PP. Nomor 54 Tahun 1993 4, Berbagai Keputusan Menteri-Menteri Sektoral tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan AMDAL untuk masing-masing sektor sabagai penjabaran dari Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak Komponen kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup, sehingga untuk mengantisipast hal tersebut di atas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundangan yang berlaku, Kegiatan tersebut di atas wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya mengacu pada berbagai pedoman dan petujuk teknis AMDAL yang relevan, dengan memperhatikan sasaran dan ciri-cirl atau karakteristik kegiatan proyek yang bersangkutan. c. Peraturan Perundangan K3 Dalam rangka penyelenggaraan pekerjaan konstruksi mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengawasan, pengoperasian dan pemeliharaan harus dapat diupayakan dan dijamin agar jangan terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dalam hal ini populer dengan istilah : NIHIL KECELAKAAN DAN NIHIL PENYAKIT AKIBAT KERJA (Zero Accident) Pelatan Mandor Pembesian Penulangan Beton UWI KS dan POL Untuk mewujudkan cita-cita tersebut di atas telah dilakukan pengaturan melalui penerbitan peraturan perundang-undangan tentang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain : Undang-Undang No, 1 Tahun 1970 tentang : Keselamatan Kerja Undang-Undang No, 3 Tahun 1982 tentang : Jaminan Sosial Tenaga Kerja . Peraturan Pemerintah (PP) No. 14 Tahun 1993, tentang : Penyelenggaraan Program JAMSOSTEK 4. Peraturan Menteri NAKERTRANS No. PER 05/MEN/1996, tentang SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) e. Dan masih banyak lagi yang peru diperhatikan. 14 elatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL RANGKUMAN 1. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum, maka setiap gerak langkah pengaturan selalu berdasarkan peraluran peundang-undangan 2. Untuk pengaturan penyelenggaraan konstruksi telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang : Jasa Konstruksi sebagai induknya 3. Untuk pengaturan keselamatan kerja telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 1, ‘Tahun 1970 tentang : Keselamatan Kerja 4, Sedang tentang pengaturan lingkungan hidup peraturan perundang-undangan sebagai induknya adalah : Undang-Undang Nomor 4, Tahun 1982 tentang : Lingkungan Hidup. Pelathan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UK, K3 dan POL Serer er eT LATIHAN 4. Sebutkan peraturan perundang-undangan yang berupa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah untuk pengaturan tentang Konstruksi 2. Sebutkan peraturan perundang-undangan yang berupa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah untuk pengaturan tentang Lingkungan Hidup 3. Sebutkan peraturan perundang-undangan yang berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Peraturan Menteri untuk pengaturan tentang Keselamaian dan Kesehatan Kerja. elatinan Mendor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL BAB2 UUJK DAN ETIKA PROFESI 24, Pengaturan Jasa Konstruksi 2.4.4. Umum Jasa konstruksi yang menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik dalam bentuk prasarana maupun sarana_pendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang terutama bidang ekonomi, sosial, dan budaya, mempunyai peranan penting dan strategis dalam berbagai bidang pembangunan. Mengingat pentingnya peranan jasa konstruksi tersebut terutama datam rangka mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas, dibutuhkan suatu pengaturan penyelenggaraan jasa konstruksi yang terencana, terarah, terpadu serta menyeluruh. Guna pengaturan penyelenggaraan jasa konstruksi tersebut, maka pada 7 Mei 4999 telah diundangkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan berlaku efektif satu tahun kemudian. Dan untuk peraturan pelaksanaannya kemudian telah ditindak lanjuti dengan diterbitkannya tiga peraturan pemerintah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, serta peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Dengan adanya Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut dimaksudkan agar terwujud iklim usaha yang kondusif dalam rangka peningkatan kemampuan usana jasa Konstruksi nasional, seperti : terbentuknya kepranataan usaha; dukungan pengembangan usaha; berkembangnya partisipasi masyarakat; terselenggaranya pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan oleh pemerintah dan/atau masyarakat dalam penyelenggaraen pekerjaan_ konstruksi; dan adanya Masyarakat Jasa Konstruksi yang terdiri dari unsur asosiasi perusahaan maupun asosiasi profesi. 2.4.2, Pengertian Jaga konstruksi adalah layanan Pelathen Manor Pembesian Penulengen Beton UUUK. 3 dan PDL = konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi; + pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan = konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan serta pengawasan yang mencakup pekerjaan : * arsitektural; * sipil; = mekanikal; + elektrikal; dan * tata lingkungan. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia jasa adalah orang peseorangan atau badan yang kegiatan usahanya meyediakan layanan jasa konstruksi 2.1.3. Ruang Lingkup Pengaturan Ruang lingkup pengaturan Undang-undang Jasa Konstruksi meliputi : ‘a. Usaha jasa konstruksi b. Pengikatan pekerjaan konstruksi . Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi 4. Kegagalan bangunan fe. Peran masyarakat f. Pembinaan @. Penyelesaian sengketa fh. Sanksi i. Ketentuan peralinan |. Ketentuan penutup 2.1.4. Asas-Asas Pengaturan Jasa Konstruksi Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada a. Asas Kejujuran dan Keadilan. Asas Kejyjuran dan Keadilan mengandung pengertian kesadaran akan fungsinya dalam penyelenggaraan tertib jasa konsiruksi serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya. Pelatan Mandor Pembesion / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL b. Asas Manfaat ‘Asas Manfaat mengandung pengertian bahwa segala kegiatan jasa konstruksi harus dilaksanakan beriandaskan prinsip-prinsip profesionalitas dalam kemampuan dan tanggung jawab, efisiensi dan efektifitas yang dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dan bagi kepentingan nasional. ¢, Asas Keserasian ‘Asas Keserasian mengandung pengertian harmoni dalam interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang berwawasan lingkungan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan bermanfaat tinggi. d. Asas Keseimbangan ‘Asas Keseimbangan mengandung pengertian bahwa penyelenggeraan pekerjaan konstruksi harus berlandaskan pada prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbangan antara kemampuan penyedia jasa dan beban kerjanya, Pengguna jasa dalam menetapkan penyedia jasa wajiy mematuhi asas ini, untuk menjamin terpiiinnya penyedia jasa yang paling sesuai, dan di sisi lain dapat memberikan peluang pemerataan yang proposional dalam kesempatan kerja penyedia jasa. e. Asas Kemandirian Asas Kemitraan mengandung pengertian tumbuh dan berkembangnya daya saing jasa konstruksi nasional. f Asas Keterbukaan ‘Asas Keterbukaan mengandung pengertian ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak, terwujudnya transparansi dalam —penyelenggaraan _pekerjaan__konstruksi__yang memungkinkan para pihak dapat melaksanakan Kewajiban secara optimal dan kepastian akan hak dan untuk memperolehnya serta memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindari adanya berbagai_kekurangan dan penyimpangan. @. Asas Kemitraan Asas Kemitraan mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka, bersifat timbal balik, dan sinergis. 24.5. 22. 224. WUJK, K3 dan PDL, h. Asas Keamanan dan Keselamatan ‘Asas Keamanan dan Keselamatan mengandung pengertian terpenuhinya tertib penyelenggaraan jasa konstruksi, Keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum. Tujuan Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas; b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dalam hak dan kewajiban, seria meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku; ¢,_Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi. Usaha Jasa Konstruksi Iklim Usaha dan Peningkatan Kemampuan Usaha Jasa Konstruksi Dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konsiruksi nasional diperiukan iklim usaha yang kondusif, yakni a, Terbentuknya kepranataan usaha, meliputi : 1) Persyaratan usaha yang mengatur Klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi; 2) Standar klasifikasi dan kualifikasi perusahaan keahlian dan keterampilan yang mengatur bidang dan tingkat kemampuan orang perseorangan yang bekerja pada perusahaan jasa konstruksi ataupun yang melakukan usaha orang perseorangan; 3) Tanggung jawab profesional yakni penegasan atas tanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya, 4) Terwujudnya perlindungan bagi pekerja konstruksi yang meliputi kesehatan dan keselamatan kerja, serta jaminan sosial, 5) Terselenggaranya proses pengikatan yang terbuka dan adil, yang dilandasi oleh persaingan yang sehat; 6) Pemenuhan kontrak kerja konstruksi yang dilandasi prinsip kesetaraan kedudukan antarpihek dalam hak dan kewajiban dalam suasana hubungan a4 Pelatihan Mondor Pembesian / Penulangan Beton. UUUK, K3 den POL tS kerja yang bersifat terbuka, timbal balik, dan sinergis yang memungkinkan para pihak untuk mendudukkan diri pada fungsi masing-masing secara konsisten, b. Dukungan pengembangan usaha, meliputi : 1) Tersedianya permodalan termasuk pertanggungan yang sesuai dengan karakteristik usaha jasa konstruksi; 2) Terpenuhinya ketentuan tentang jaminan mutu; 3) Berfungsinya asosiasi perusahaan dan asosiasi profesi dalam memenuhi kepentingan anggotanya termasuk memperjuangkan ketentuan imbal jasa yang adil; . Berkembangnya parlisipasi masyarakat, yakni : timbulnya kesadaran masyarakat akan mendorong terwujudnya tertib jasa komstruksi serta mampu. umtuk mengaktualisasikan hak dan kewajibannya; 4, Terselenggaranya pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Masyarakat Jasa Konstruksi bagi para pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi agar mampu memenuhi berbagai ketentuan yang dipersyaratkan ataupun kewajiban-kewajiban yang diperjanjikan; fe, Perlunya Masyarakat Jasa Konstruksi dengan unsur asosiasi perusahaan dan asosiasi profesi membentuk lembaga untuk pengembangan jasa konstruksi 2.2.2, Cakupan Pekerjaan Konstruksi ‘Sesuai ketentuan Pasal 1 UU No. 18/1999 pekerjaan konstruksi yang merupakan keseluruhan atau sebagian rangkeian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan mencakup @. Pekerjaan arsitektural yang mencakup antara lain : pengolahan bentuk dan masa bangunan berdasarkan fungsi serta persyaratan yang diperlukan setiap pekerjaan konstruksi; b. Pekerjaan sipit yang mencakup antara lain : pembangunan pelabuhan, bandar udara, jalan kereta api, pengamanan pantai, saluran irigasi/kanal, bendungan, terowongan, gedung, jalan dan jembatan, reklamasi rawa, elatinan Mandor Pembesian / Penulengan Beton UUJK, K3 dan POL See eS pekerjaan pemasangan perpipaan, pekerjaan pemboran, dan pembukaan lahan; ¢. Pekerjaan mekanikal yang mencakup pekerjaan antara fain : pemasangan turbin, pendirian dan pemasangan instalasi pabrik, kelengkapan_instalasi bangunan, pekerjaan pemasangan perpipaan air, minyak, dan gas; d. Pekerjaan elektrikal yang mencakup antara lain » pembangunan jaringan transmisi dan distribusi kelistrikan, pemasangan instalasi _kelistrikan, telekomunikasi beserta kelengkapannya; e. Pekerjaan tata lingkungan yang mencakup antara lain : pekerjaan pengolahan dan penataan akhir bangunan maupun lingkungannya; 2.2.3. Bentuk Usaha Jasa Konstruksi Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UU No.18/1999 bentuk usaha_jasa konstruksi dapat berupa badan usaha atau orang perseorangan. Bentuk usaha orang perorangan baik warga negara Indonesia maupun asing hanya khusus untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi berskala _ terbatas/kecil seperti: @. Pelaksanaan konstruksi yang bercirikan : risiko kecil, teknologi sederhana, dan biaya kecil b. Perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang sesuai dengan bidang keahliannya Pembatasan jenis pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan periindungan terhadap para pinak maupun masyarakat atas risiko pekerjaan konstruksi. Pada dasarnya penyelenggaraan jasa konstruksi berskala kecil melibatkan usaha orang perseorangan atau usaha kecil. ‘Sementara itu untuk pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau berbiaya besar harus dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau badan usaha asing yang dipersamakan Bentuk badan usaha nasional dapat berupa badan hukum seperti : Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, ataupun bukan badan hukum seperti ; CV, atau Firma. Sedangkan badan usaha asing adalah badan usaha yang didirikan menurut hukum dan berdominisili di negara asing, memiliki Kantor perwakilan di Indonesia, dan dipersamakan dengan badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Polatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL ee 2.2.4. Persyaratan Usaha Jasa Konstruksi 4. Badan Usaha Badan usaha baik selaku perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, maupun pengawas konstruksi dipersyaratkan memenuhi perizinan usaha di bidang konstruksi, dan memiliki sertifikat Kklasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Perizinan usaha tersebut yang mempunyai fungsi publik dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dalam usaha dan/atau pekerjaan jasa konstruksi Sedangkan penetapan Klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi bertujuan untuk membentuk struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis antar petaku usaha jasa konstruksi. Kilasifikasi usaha jasa konstruksi dilakukan untuk mengukur kemampuan badan usaha dan usaha orang perseorangan untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan nilai pekerjaan, dan kualifikasi usaha jasa konstruksi dilakukan untuk mengukur kemampuan badan usaha dan usaha orang perseorangan untuk melaksanakan berbagai sub pekerjaan. Standar klasifikasi dan kualifkasi keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keahlian kerja setiap badan usaha baik nasional maupun asing yang bekerja di bidang jasa konstruksi. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan badanfembaga yang ditugasi untuk metaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi yang meliputi : klasifkasi, kualifkasi, dan sertifkasi Dengan demikian hanya badan usaha yang memilki sertifkat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang jasa Konstruksi Penyelenggaraan jasa berskala kecil pada dasamya melibatkan pengguna jasa dan penyedia jasa orang perseorangan atau usaha kecil. Untuk tertib penyelenggaraan jasa konstruksi ketentuan yang menyangkut keteknikan misainya sertifkasi tenaga ahi harus tetap dipenuhi secara bertahap tergantung kondisi setempat. Namun penerapan ketentuan perikatan dapat disederhanakan dan permilihan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (3) UU No. 18/1999. 2. Orang Perseorangan Mengenai persyaratan bagi orang perseorangan yang bekerja di bidang jasa konstruksi diatur dalam Pasal 9 UU No. 18/1999 sebagai berikut Petatihan Mandor Pembesian / Penutangan Beton UUJK, K3 dan PDL sss SS a. Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memilki sertifkat keahlian, b. Pelaksana konstruksi Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus mi i sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja. ¢. Perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau pelaksana konstruksi yang bekerja di badan usaha Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana harus memiliki sertifikat keahlian. 4d. Tenaga kerja keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki keterampilan kerja dan keahlian kerja, Standar klasifikasi dan kualifkasi keterampitan kerja dan keahlian kerja adalah pengakuan tingkat Keterampilan Kerja dan keahlian kerja di bidang jasa konstruksi ataupun yang bekerja orang perseorangan. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga yang ditugasi untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi yang meliputi : kiasifikasi, kualifkasi, dan sertifikasi. Dengan demikion hanya orang perseorangan yang memiliki sertifikat tersebut yang dizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi Standardisasi klasifikasi dan kualifikasi keterampilan dan keahlian kerja bertujuan untuk terwujudnya standar produktivitas kerja dan mutu hasil kerja dengan memperhatikan standar imbal jasa, serta kode etik profesi untuk mendorong tumbuh dan berkembengnya tanggung jawab profesional 3. Tanggung Jawab Profesional Badan usaha maupun orang perseorangan yang melakukan pekerjaan konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana maupun pengawas harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya baik terhadap kasus Polatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WUJK, 13 dan POL pt 23. 23.4. kegagalan pekerjaan konstruksi maupun terhadap kasus kegagalan bangunan. Tanggung jawab profesional tersebut dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan mengutamakan kepentingan umum. Bentuk sanksi yang dikenakan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab tersebut dapat berupa : sanksi profesi, sanksi administratif, sanksi pidana, atau ganti rugi. ‘Sanksi profesi tersebut berupa : peringatan tertulis, pencabutan keanggotaan asosiasi, dan pencabutan sertiikat keterampitan atau keahlian kerja. Sanksi administratif tersebut berupa : peringatan tertulis, memasukkan dalam dafiar pembatasanfarangan kegiatan kegiatan, atau pencabutan sertifkat keterampilan atau keahlian kerja. Peran Masyarakat Hak Masyarakat Umum Masyarakat berhak untuk a. melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi balk dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan, maupun pemanfaatan hasil-hasiinya; b. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagai akibat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pekerjaan konstruksi Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan baik secara orang perseorangan, kelompok orang dengan pemberian kuasa, maupun kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan. Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sedemikian rupa sehingga mempengaruhi peri kehidupan pokok masyarakat, Pemerintah wajib berpihak pada dan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. Pelatinan Mandor Pembesian / Peni 2.3.2. 2.3.3. 2.3.4. UUJK, 3 dan POL Kewajiban Masyarakat Umum Di samping masyarakat mempunyai hak-hak sebagaimana tersebut di atas, dengan makna bahwa setiap orang turut berperan serta dalam menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang jasa konstruksi, masyarakat juga berkewajiban a. menjaga keterfiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi; b. turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang _membahayakan kepentingan umum Masyarakat Jasa Konstruksi Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi. Penyelenggaraan peran masyarakat jesa konstruksi tersebut dilakuken melalui suatu forum jasa konstruksi dan khusus untuk pengembangan jasa konstruksi dilakukan oleh suatu. lembaga yang independen dan mandiri dalam hal ini dibentuk : LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi), Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Lembaga jasa konstruksi yang melaksanakan pengembangan jasa konstruksi dan bersifat independen dan mandiri tersebut beranggotakan wakil-wakil dari : @. asosiasi perusahaan jasa konstruksi; b. asosiasi profesi jasa konstruksi; .pakar dan perguruan tinggt yang berkaitan dengan jasa konstruksi; dan 4d. instansi Pemerintah yang terkait Lembaga jasa konstruksi tersebut bertugas = a. melakukan atau mendorong penelitian dan pengembangan jasa kenstruksi; b. menyelenggarakan pendidikan dan pelatinan jasa konstruksi; . melakukan registrasi tenaga kerja, yang meliputi klasifikasi, kualifikasi dan sertifixasi keterampilan dan keahlian kerja; d._melakukan registrasi badan usaha jasa konstruksi; @, mendorong dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di bidang jasa konstruksi Petatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL eT 24. 244, 24.2. Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Kegiatan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi beberapa yakni dimulai dari tahap perencanaan yang meliputi : prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanan teknik dan selanjutnya diikuti dengan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang meliputi : pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan bangunan Masing-masing tahap penyelenggaraan pekerjaan_ konstruksi _tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. a. Keglatan penyiapan meliputi kegiatan awal penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan dalam memulai pekerjaan perencanaan atau pelaksanaan fisik dan pengawasan. b. Kegiatan pengerjaan meiiputi 1) Dalam ‘tahap perencanaan, merupakan serangkalan kegiatan yang menghasilkan berbagai laporan tentang tingkat kelayakan, rencana umumvinduk, dan rencana teknis. 2) Dalam tahap pelaksanaan, merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan fisik beserta pengawasannya yang menghasilkan bangunan. ¢. Kegiatan pengakhiran, yang berupa kegiatan untuk menyeiesaikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi 1) Dalam tahap perencanaan, dengan disetujuinya laporan akhir dan dilaksanakan pembayaran akhir. 2) Dalam tahap pelaksanaan dan pengawasan, dengan dilakukannya penyerahan akhir bangunan dan dilaksanakannya pembayaran akhir. Ketentuan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi- Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang : a. Keteknikan, yang meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku, b. Keamanan, keselamatan, dan Kesehatan tempat kerja konstruksi sesual dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruks sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pelatihan Mandor Pembesian ! Penulangan Beton WUSK, «3 dan PDL a eS 4. Tata jingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2.4.3 Kewajiban Para Pihak Dalam Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Kewajian para pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi baik dalam kegiatan penyiapan, dalam kegiatan pengerjaan, maupun dalam kegiatan pengakhiran meliputi a. Dalam kegiatan penyiapan : 1) pengguna jasa, antara lain a) menyerahkan dokumen lapangan untuk pelaksanaan konstruksi, dan fasiitas sebagaiman ditentukan dalam kontrak keria konstruksi; b) membayar uang muka atas penyerahan jaminan uang muka dari penyedia jasa apabila diperjanjikan. 2) penyedia jasa, antara lain : a) menyampaikan usul rencana kerja dan penanggung jawab pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan pengguna jasa; b) memberikan jaminan uang muka kepada pengguna jasa apabila diperjanjikan. ©) mengusuikan calon subpenyedia jasa dan pemasok untuk . mendapatkan persetujuan pengguna jasa apabila diperjanjikan. b. Dalam kegiatan pengerjaan : 1) pengguna jasa, antara lain : memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan kontrak kerja konstruksi dan menanggung semua tisiko atas ketidakbenaran permintaan, ketetapan yang dimintanya/ditetapkannya yang tertuang dalam kontrak kerja; 2) penyedia jasa, antara lain : ‘mempelajari, meneliti kontrak kerja, dan melaksanakan sepenuhnya semua ‘materi kontrak kerja baik teknik dan administrasi, dan menanggung segala risiko akibat kelalaiannya. cc. Dalam kegiatan pengakhiran 1) pengguna jasa, antara lain memenuhi tanggung jawabnya sesuai kontrak kerja kepada penyedia jasa yang telah berhasil mengakhiri dan melaksanakan serah terima akhir secara teknis dan administratif kepada pengguna jasa sesuai kontrak kerja. 212 Eolatnan Mandoc Pembesian Penulangan Beton Wusk 3 dan POL 2) penyedia jasa, antara lain meneliti secara seksama keseluruhan pekerjaaan yang dilaksanakannya serta menyelesaikannya dengan baik sebelum mengajukan serah terima akhir kepada pengguna jasa. 2.4.4, Kegagalan Pekerjaan Konstruksi Kegagalan pekerjaan konstruksi yang merupakan kegagalan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja Konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa. Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biaya sendiri Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan pekerjaan konstruksi mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum antara lain : a. Menghentikan sementara pekerjaan konstruksi; b, Meneruskan pekeriaan dengan persyaratan tertentu; ©. Manghentikan sebagian pekerjaan. 2.4.5. Kegagalan Bangunan Sesuai ketentuan Pasel 1 UU No.18/1999, kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna asa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa danvatau pengguna jasa, Tidak berfungsinya bangunan tersebut adalah baik dari segi teknis, manfaet, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum. Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat berupa sanksi edministratif, sanksi profesi, maupun pengenaan ganti rugi. Eetatinan Mandor Pemibesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL 4. Jangka Waktu Pertanggungjawaban Jangka waktu pertanggungjawaban ates kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan paling lama 10 tahun sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan untuk perencana konstruksi mengikuti kaidah teknik perencanaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. selama masa tanggungan atas kegagalan bangunan di bawah 10 (sepuluh) tahun berlaku ketentuan sanksi profesi dan ganti rugi; b. untuk kegagalan bangunan iewat dari masa tanggungan dikenakan sanksi profesi. Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi 2. Penilaian Kegagalan Bangunan Penetapan kegagalan bangunan dilakukan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif dan profesional dengan ketentuan sebagai berikut : a. Penilai ahli harus dibentuk dalam waklu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan; b. Penilai ahli adalah penilai ahii di bidang konstruksi; ahli yang terdiri dari orang perseorangan atau kelompok orang atau c. Penil badan usaha dipilih dan disepakati bersama oleh penyedia asa dan pengguna jase; 6. Penilai ahli harus memiliki sertfikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tugas penilai ahii ada 2. menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan, b._menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan; ¢. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Boton WK, K3 dan PDL SS 4. menetapkan besarnya kenugian, serfa usulan besamya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihqak yang melakukan kesalahan; @. _menetapkan jangka waktu pembayaran karugian. Penilai ahli berwenang untuk ‘a. menghubungi pihak-pihak terkait untuk memeperoieh keterangan yang dipertukan; b. memperoleh data yang diperlukan; ¢._melakukan pengujian yang diperlukan; d. memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan. Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga Pengembangan Jasa_Konstruksi dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya. Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa Jika terjadi kegagalan bangunan yang terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, yang disebabkan kesalahan perencana/pengawas atau pelaksana konstruksi, maka kepada perencana/pengawas atau pelaksana selain dikenakan ganti rugi wajib_bertanggung jawab bidang profesi untuk perencana/pengawas atau sesuai bidang usaha untuk pelaksana. Penyedia jasa konstruksi diwajibkan menyimpan dan memelinara dokumen pelaksanaan konstruksi yang dapat dipakai sebagai alat pembuktian bilamana terjadi kegagalan bangunan setama jangka waklu pertanggungan dan selama- lamanya 10 (sepuluh) tahun sejak dilakukan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi. Perencana konstruksi dibebaskan dari tanggung jawab ates kegagalan bangunan sebagai dari rencana yang diubah pengguna jasa dan atau pelaksana konstruksi tanpa persetujuan tertulis dari perencana konstruksi Subpenyedia jasa berbentuk usaha orang perseorangan dan atau badan usaha yang dinyatakan terkait dalam terjadinya kegagalan bangunan bertanggung jawab kepada penyedia jasa utama Polatinin Mandor Pembesian / Penulangan Beton UWUK, K3 dan PDL ST 4, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengguna Jasa Pengguna jasa wajib melaporkan terjadinya kegagalan bangunan dan tindakan-tindakan yang diambil kepada menteri yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi dan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa termasuk karena kesalahan dalam pengelolaan. Apabila hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka Pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi. 5. Ganti Rugi Dalam Hal Kegagalan Bangunan Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan dapat dilakukan dengan mekanisme pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan ketentuan : a. persyaratan dan jangka waktu serta nilai pertanggungan ditetapkan atas dasar kesepakatan; b. premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi yang menjadi bagian dari unsur biaya pekerjaan konstruksi Dalam hal pengguna jasa tidak bersedia memasukkan biaya premi tersebut di atas, maka risiko kegagalan bangunan menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Besamya kerugian yang ditetapkan oleh penilai ahli bersifat final dan mengikat, Sementara itu biaya penilai ahli menjadi beban pihak:pihak yang melakukan kesalahan dan selama penilai ahfi melakukan tugasnya, maka pengguna jasa menanggung pembiayaen pendahuluan. 2.4.6. Gugatan Masyarakat Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan secara a. orang perseorangan; b. kelompok orang dengan pemberian kuasa; c._kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan. Yang dimaksud dengan ‘hak mengajukan gugatan perwakilan * adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, KS dan POL a ketentuan yang ditimbulkan Karena kerugian atau gangguan sebagai akibat kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ‘Gugatan masyarakat tersebut adalah berupa a. tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu; b. tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata: c. tuntutan lain, “Biaya atau pengeluaran nyata" adalah biaya yang nyata-nyata dapat dibuktikan sudah dikeluarkan oleh masyarakat dalam kaitan dengan akibat kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Khusus gugatan perwakilan yang diajukan oleh masyarakat tidak dapat berupa tuntutan membayar ganti rugi, melainkan hanya terbatas gugatan lain, yaitu : a. memohon kepada pengadilan agar salah satu pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang berkaitan dengan kewajibannya atau tujuan dari kontrak kerja konstruksi; b, menyatakan seseorang (salah satu pihak) telah melakukan perbuatan melanggar hukum karena metanggar kesepakatan yang telah ditetapkan bersama dalam kontrak kerja konstruksi; ©. memerintahkan seseorang (salah satu pihak) yang melakukan usahalkegiatan jase konstruksi untuk membuat atau memperbaiki atau mengadakan penyelamatan bagi para pekerja jasa konstruksi. 2.4.7, LARANGAN PERSEKONGKOLAN Dalam rangka terselenggaranya proses pengikatan yang terbuka dan adil, yang dilandasi oleh persaingan yang sehat serta terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, dalam Pasal 55 PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi diatur ketentuan mengenai larangan persekongkolan di antara para pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Pengguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan untuk a. mengatur dan atau menentukan pemenang dalam pelelangan umum atau pelelangan terbatas sehingga mengakibatkan persaingan useha yang tidak sehat (termasuk antar penyedia jasa); b. menaikan nilai pekerjaan (mark up) yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat dan atau keuangan Negara: Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton. UUJK_K3 dan POL ee 25. Pelaksana konstruksi dan atau subpelaksana konstruksi dan atau pengawas larang melakukan persekongkolan konstruksi dan atau subpengawas konstruksi untuk : a. mengatur dan menentukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kentrak kerja konstruksi yang merugikan pengguna jasa dan atau masyarakat; b. mengatur dan menentukan pemasokan bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja konstruksi yang merugikan pengguna jasa dan atau masyarakat Atas pelanggararan ketentuan tersebut di atas, pengguna jasa dan atau penyedia jasa dan atau pemasok dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang bertaku. Etika Profesi 2.5.1. Umum Perkembangan Kegiatan Jasa Konstruksi merupakan suatu tantangan bagi petaku-pelaku kegiatan tersebut yang harus dicermati dan diantisipasi dengan baik dan secara sungguh-sungguh, karena pada saat ini para pelaku-pelaku jasa konstruksi di Indonesia menghadapi dua sisi tantangan, tantangan dari luar (arus globalisasi) dan tantangan dari dalam yang merupakan tantangan dirinya sendiri (profesionalisme), yang kesemuanya itu harus dapat diatasi dengan tepat dan cepat. Dalam profesionalitas petaku jasa konstruksi harus ditingkatkan kesadaran terhadap nilai, kepercayaan dan sikap yang mendukung seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesual dengan jabatan kerja yang dimilikinya, dimana etika dalam berkarya termasuk pada pelaksanaan kegiatan konstruksi dilapangan, pelaku-pelaku jasa konstruksi harus tampil dengan sikap moral yang tinggi, untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diberikan. Etika adalah berasal dari kata ethics dari bahasa Yunani yaitu ,Ethos* yang berarti kebiasaan atau karakter. Dalam pelaksanaan konstruksi seorang tenaga kerja perlu memiliki etika atas perilaku moral dan keputusan yang menghormati fingkungan, dan mematuhi peraturan tainnya dalam kegiatan masa konstruksi, dengan kata lain seorang tenaga kerja jasa konstruksi perl: mempunyai nilai moralitas, yang berarti sikap, karakter atau tindakan apa yang benar dan salah serta apa yang harus dikerjakannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawebnya 218 Pelatinan Mandor Pembesian J Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL tS 25.2, untuk hidup dilingkungan sosial mereka dalam melaksanakan kegiatan pekerjaan tersebut. Masing-masing orang misalnya Pelaksana Saluran trigasi, Teknisi Penghitung Kuantitas, pekerja, konsultan pengawas atau direksi teknik dan masyarakat liki_ masing-masing pengguna irigasi, mempunyai_serangkaian rilai yang di individu; masing-masing individu menggabungkan nilai pribadi kedalam suatu sistem sebagai suatu hasil dan sikap yang saling mempengaruhi dan saling merefieksikan pengalaman dan intelegensinya sehingga terbentuk suatu kegiatan secara sinergi lai Profesional Pelaksana Konstruksi, termasuk bagian dari pada itu, merupakan suatu profesi yang didasarkan pada perhatian, nilai profesional berkaitan dengan kompetensi, dimana nilai-nilat moral yang universal dikembangkan menjadi kode etik profesi yang didasarkan pada pengalaman dalam setiap pelaksanaan konstruksi di beberapa tempat/wilayah. Btika Etika menentukan sikap yang benar, mereka berkaitan dengan apa yang “seharusnya” atau “harus" dilakukan. Etika tidak seperti hukum yang harus berkaitan dengan aturan sikap yang merefleksi prinsip-prinsip dasar yang benar dan yang salah dan kode-kode moralitas. Etika didisain untuk memproteksi hak asasi manusia. Dalam seluruh pekerjaan bidang sumber daya air, etika memberi standar profesional kegiatan pelaksanaan konstruksi; standar-standar ini memberi keamanan dan jaminan bagi pelaksana konstruksi maupun pengguna prasarananya (masyarakat). Meskipun etika dan moral sering digunakan bergantian, para ahli Etika membedakannya, dimana Etika menunjuk pada keadaan umum dan serangkaian peraturan dan nifai-nilai formal, sedangkan moral merupakan ilai-nilai atau prinsip-prinsip dimana seseorang secara pribadi menjalankannya (Jameton 1984 Etika profesi) ndor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, X3 dan PDL RANGKUMAN Maksud mempelajari UUJK (Undang-Undang Jasa Konstruksi) ialah : Agar terwujud iklin usaha yang kondusif dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional. Dengan melengkapi ‘+ Tetbentuknya kepranataan usaha + Dukungan pengembangan usaha + Berkembangnya partisipasi masyarakat + Terselenggaranya pengaturan pemberdayaan dan pengawasan oleh pemerintah dan masyarakat. * Adanya masyarakat jasa konstruksi (asosiasi perusahaan dan asosiasi profesi). Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas Kejujuran dan keadilan Manfaat Keserasian Keseimbangan Kemandirian Keterbukaan Kemitraan Keamanan dan keselamatan PNT RYNS Peran masyarakat sesuai UUJK adalah : a. Hak masyarakat umum > Metlakukan pengawasan » Memperoteh penggantian > Yang dirugikan berhak menggugat b. Kewajiban masyarakat umum > Menjaga ketertiban > Mencegah terjadinya hasil pekerjaan yang membahayakan c. Masyarakat jasa Konstruksi > Mempertuas bagian dari masyarakat yang mempunyai kepentingan. Hak pengguna jasa 4. Memungut biaya pengadaan dokumen 2. Mencairkan jaminan bila penyedia jasa tidak memenuhi ketentuan Peiathan Mandor Pembesian Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL 3. Menolak seluruh penawar bila seluruh penawar tidak tanggap. 5. _ Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi (PPK) 1. Kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruks! a. Kegiatan penyiapen - _ kegiatan awal pelaksanaan pekerjaan b. Kegiatan pengerjaan - _ serangkaian kegiatan perencanaan atau + _ serangkaian kegiatan pelaksanaan c. Kegiatan pengakhiran ~ penyerahan laporan akhir dan pembayaran akhir = penyerahan bangunan dan pembayaran akhir. 6. Tanggung jawab profesional seperti yang diamanatkan undang-undang jasa konstruksi : a. Azas - bertanggung jawab sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatuhan dan kejujuran intelektual - dalam menjalankan profesinya dengan mengutamakan kepentingan umum . Jenis tanggung jawab - pada tahap pelaksanaan konstruksi kegagalan pekerjaan konstruksi ~ _ setelah selesai pelaksanaan pekerjaan konstruksi Kegagalan bangunan c. Sanksi - sanksi administrasi - sanksi pidana = ganti rugi pada pinak yang dirugikan. Pelatinan Mandor Pembesian ! Penutangan Beton UUJK, K3 dan PDL SSS LATIHAN Isian atau Jawaban Singkat Isitah titik-titik dari lembar pertanyaan atau jawab pertanyaan secara benar, singkat dan jelas 1. Masyarakat juga berkewajiban turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan. Sebutkan undang-undang apa dan pasal berapa yang menyebutkan kewajiban masyarakat. 2. Sebagai kontraktor harus paham betul tentang kegagalan bangunan. Sebutkan undang-undang apa, bab berapa, pasal berapa saja yang mengatur tentang kegagalan bangunan. 3. Dalam pelaksanaan tugas kita semua dituntut tanggung jawab, paling tidak 2 tanggung yang sangat mendasar sesuai yang uraian dalam Bab 8, Etos Kerja modul ini, Sebutkan. 4. Jelaskan secara singkat kewajiban dan tanggung jawab penyedia jasa 5, Jelaskan secara singkat kewajiban dan tanggung jawab pengguna jasa : Polatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton WUJK, K3 dan POL, SS 6. Antara pengguna jasa dan penyedia jasa dilarang melakukan persekongkolan Sebutkan 2 jenis persekongkolan yang dominan dan sering terjadi 7, Peraturan Pemerintah nomor berapa dan pasal berapa yang melarang persekongkolan Pelatinan Mandor Pembesian / Penutangan Beton UUJK, K3 dan POL EE a4. BAB3 ETOS KERJA Umum Menghayati makna “Etos Kerja” akan dapat mengungkapkan suatu persepsi, apa dan bagaimana seharusnya melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik- baiknya. ‘Agar mampu dan mau melakukan tugas pekerjaan pertama kali dituntut mempunyai “kompetensi”, dan apabila telah melekat wewenang, tanggung jewab kewajiban dan hak, maka dapat disebut “kompeten”. Dengan demikian orang petorang atau kelompok orang dalam suatu kelembagaan yang mempunyai kompetensi dan telah melekst wewenang, tanggung jawab, kewajiban dan hak maka orang per orang atau kelompok orang dalam suatu kelembagaan dapat dikatakan sebagai yang kompeten. Dalam rangka melakukan tugas yang sebaik-baiknya, diharapkan para pelakunya menghayati bahwa tugas pekerjaan yang dibebankan di atas pundaknya sebagai “amanah” yang harus dipertahggung jawabkan di dunia dan akhirat, khususnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan manusia atau kelompok manusia yang memberikan amanah. Tanggung jawab yang dimaksud meliputi - Tanggung jawab di dunia akan ditandai dengan : taat dan patuh pada kaidah normatif yang mengiket yang datam hal ini dapat dirumuskan sebagai : Disiplin kerja. = Tanggung jawab diakhirat ditandai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa ditandai dengan menjalankan ajaran agamanya secara khusuk, ada yang allengkapi dengan tanggung jawab budaya suatu suku atau sekelompok masyarakat yang membentuk kepribadiannya dan ada juga terikat dengan rasa tanggung jawabnya lethadap kebesaran dan keluhuran dari nenek moyang leluhurnya. Untuk dapat mempertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat dilakukan antara lain, setiap individu manusia yang mendapat "amanah" melakukan tugas pekerjaan, seyogyanya selalu diawali “niat’ menjalankan tugas pekerjaan semoga menjadi "amal ibadah” yang selalu mendapat bimbingan dan 3-4 Pelatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton LUUSK, KS dan PDL ee 3.2. tidho dari Tuhan Yang Maha Esa yang selanjutnya dapat diterima dan menjadi amal ibadah. Modal utama dapat menjalankan tugas pekerjaan yang dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Tunan Yang Maha Esa adalah : Iman dan Taqwa, menjalankan perintah dan meninggalkan larangan yang diajarkan agama. Prinsip ini kiranya cukup tepat untuk masyarakat bangsa Indonesia yang mempunyai filsafat hidup berbangsa dan bernegara di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu : PANCASILA, dimana sila pertama mengamanatkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Disiplin Kerja 3.2.1. Pengertian Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk mematuhi, menepati dan mendukung nilai dan kaidah atau peraturan yang beriaku dalam suatu masyarakat tertentu dalam kurun waktu tertentu (Ensiklopedi Indonesia) Dari pengertian tersebut di atas, beberapa hal yang periu kita ketahui tentang hakekat disiplin adalah : NILAI DAN KAIDAH. a. Nilai adalah suatu konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik atau buruk, salah atau benar, adil atau tidak adil bagi suatu masyarakat b. Sedangkan kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang dibakukan menjadi pedoman untuk berprilaku dan bertindak terhadap sesama manusia dan lingkungannya 3.2.2. Wujud disiplin selain kaidah atau peraturan a. Disiplin Identik dengan kaidah atau peraturan adalah bisa berupa : fungsi lembaga-tujuan lembaga, program kerja, tugas atau uraian kerja. Karena hal tersebuut juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan dan bertindak seseorang dalam suatu lingkungan kerja Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa menegakan disiplin pada suatu lembaga adalan tidak hanya terlihat dari sikap mematuhi, menepati dan mendukung kaidah atau peraturan yang berlaku. Namun 3-2 Polatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL es juga harus nampak pada kepatuhan, ketepatan dan dukungan terhadap: fungsi lembaga — tujuan lembaga — program kerja — tugas atau uraian kerja yang telah direncanakan, b. Fungsi kaidah atau peraturan Adanya kaidah atau peraturan di dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai sarana pengendalian sosial agar dalam kehidupan bermasyarakat tercipta suasana "ketertiban’ dan ketentraman” Secara sosiologis, menurut Soerjono Soekamto mengemukakan bahwa “ketertiban’ itu terlihat apabila suatu masyarakat Ada kaidah yang jelas dan tegas * Ada konsistensi dalam pelaksanaan kaidah + Ada keteraturan (penataan secara_sistematik). dalam memproyeksikan arah kemasyarakatan * Ada sistem pengendalian yang mantap + Ada stabilitas yang nyata atau tidak semu * Ada proses social yang kondusit ‘Tidak adanya perubahan yang sering terjadi * Tidak adanya kaidah yang tumpang tind * Tidak adanya standar ganda dalam penerapan kaidah atau peraturan Adapun “Ketentraman” yang dimaksud adalah keadaan batin warga masyarakat bebas dari rasa kuatir, kecewa atau frustasi dan konflik dalam diri seorang menghadapi dua pilhan yang serba menyulitkan atau serba tidak mengenakan cc. Prasyarat menegakkan kaideh atau peraturan Prasyarat menegakkan kaidah atau peraturan (disiplin) ada 4 aspek yang harus diperhalikan secara seimbang, yakni : * Kaidah dan disiplin yang didukung peraturan itu sendiri harus jelas dan tegas *_Kesadaran warga untuk mematuhi harus ada © Sarananya harus menunjang + Petugas yang menegakkan kaidah dan disiplin harus arf (professional) dalam melaksanakannya. Pelatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Seton UUJK, K3 dan POL ee — 3.2.3. Sikap a. Pengertian Sikap adalah suatu disposisi atau keadaaan mental di dalam jiwa dan dirt individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia, alam sekitarnya dan fisiknya) Sikap itu walaupun berada dalam diri seorang individu, biasanya juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan sering juga bersumber pada sistem nilal-budaya, Suatu sistem nilai budaya yang mempengaruhi terhadap sikap individu, terdiri dari Konsepsi-konsepsi yang hidup didalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka ‘anggap bernilai dalam hidup Misalnya, nilai-budaya (tradisional} dalam adat istiadat kita yang terlampau banyak berorientasivertikal terhadap _orang-orang pembesar, orang-orang berpangkat tinggi dan orang-orang tua atau senior. Akan membentuk atau mempengaruhi sikap warga masyarakat untuk patuh, menurut dan tidak berani memberikan komentar pimpinannya. Contohnya nilai-budaya yang demikian bagi suatu masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu tertentu menganggap sebagai nilai-budaya yang baik, Namun pada masyarakat dan kurun waktu yang lain bisa beranggapan sebagai nilai-budaya yang buruk. Bagi suatu masyarakat yang memandang nilai-budaya tersebut buruk karena nilai-budaya yang demikian akan membentuk sikap. + Solidaritas sapulidi, yaitu solidaritas yang hanya terkonsentrasi pada bagian atas dan solidaritas yang hanya tergantung pada tali pengikatnya, begitu tali pengikat kendor, kendor pula solidaritasnya = Tak berdisiplin muri, yakni hanya berdisiplin karena takut ada pengawesan dari atas. Pada saat pengawasan itu kendor atau tidak ada maka hilanglah juga hasrat murni dalam jiwanya untuk secara ketat mentaati peraturan + Tidak bertanggung jawab, dalam artian, tumbuhnya rasa tanggung jawab karena adanya ikatan batin dengan pimpinannya. Namun bila ikatan batin tersebut fonggar, maka longgar pula rasa tanggung jawabnya Pelatinan Mandor Pembesian/ Penutangan Beton UUJK, K3 dan PDL SSS SSS Eee b. Sikap yang dibutuhkan dalam menegakan disiplin Untuk memahami salah satu sikap yang dibutuhkan dalam menegakan disiplin, permasalahannya bukan terletak kepada arti mematuhi peraturan yang ada. Namun harus berorientasi pada pertanyaan “apakah sebabnya orang harus mentaati kaidah peraturan’. Dengan memahami jawabannya atas pertanyaan itulah maka potensi orang untuk mematuhi peraturan akan tumbuh dan berkembang. ‘Sebagai pelaksana Konstruks! ada panggilan dan juga amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh integritas disertai keihiasan dalam bersikap dan bertindak karena tugas pekerjaannya menyangkut kemanusiaan demi keselamatan dan kesehatan kerja yang ujung-ujungnya menyangkut beberapa insan manusia (keluarga dan saudara-saudaranya) dibalik tenaga kerja yang harus dijamin “rasa aman, selamat dan sehat’ dalam melaksanakan tugasnya. Panggilan dan amanah ini diharapkan sebagai landasan motivasi untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang menghasilkan produk terbaik pada saat itu (tidak pernah merasa puas) yang dijiwai etika profesi, integritas, moral, iman dan taqwa serta peduli ingkungan. 3.2.4. Mematuhi Kaidah atau Peraturan Filsafat hukum mencoba mencari dasar kekuatan mengikat dari pada kaidah atau peraturan, yaitu apakah dipatuhinya kaidah atau peraturan itu disebabkan oleh kerena peraturan itu dibentuk oleh pejabat yang berwenang atau memang masyarakatnya mengakuinya Karena dinilai kaidah atau peraturan tersebut sebagai suatu kaidah atau peraturan yang hidup didalam masyarakat itu? Dalam hubungan dengan pertanyaan yang pertama terdapat beberapa teori penting yang patut diketengahkan 1) Teori Kedaulatan Tuhan (Teokrasi) Teori kedaulatan Tuhan yang langsung berpegang kepada pendapat bahwa “Untuk segala kaldah atau peraturan adalah kehendak Tuhan. Tuhan sendirilah yang menetapkan kaidah atau peraturan dan pemerintah- pemerintah duniawi adalah pesuruh-pesuruh kehendak Tuhan. Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL, EL 2 Kaidah atau peraturan dianggap sebagai kehendak atau kemauan Tuhan. Manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya wajib taat pada kaidah atau peraturan Tuhan ini. Teori kedaulatan Tuhan yang bersifat langsung ini hendak membenarkan perlunya peraturan yang dibuat oleh raja-raja yang menjelmakan dirinya sebagai Tuhan didunia. Harus ditaati olen setiap penduduknya. Sebagai contoh raja Firaun. Teori Kedaulatan Tuhan yang tidak langsung, menganggap raje-raja bukan sebagai Tuhan akan tetapi wakil Tuhan didunia, Dalam kaitan ini, dengan sendirinya juga karena bertindak sebagai wakil, semua kaidah atau peraturan yang dibuatnya wajib pula ditaati oleh segenap warganya. Pandangan ini walau berkembang hingga jaman Renaissance, namun hingga saat ini masih juga ada yang berdasarkan otoritas peraturan pada faktor Ketuhanan itu. Teori Perjanjian Masyarakat Pada pokoknya teori ini berpendapat bahwa orang taat dab tunduk pada kaidah atau peraturan oleh Karena berjanji untuk mentaatinya. Kaidah atau peraturan diangggap sebagia kehendak bersama, sualu hasil konsensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat. Tentang perjanjian ini, terdapat perbedaan pendapat antara Thomas Hobbes, John Locke dan J.J Rousseau. Dalam bukunya "De Give” (1642) dan Leviathan’ (1651), Thomas Hobbes membentangkan pendapat yang intinya sebagai berikut Pada mulanya manusia itu hidup dalam suasana bellum omnium contra ‘omnes, selalu dalam keadaan perang (saling bunuh membunuh, saling sikut- menyikut). Agar tercipta suasana damai tentram. Lalu diadakan perjanjian diantara mereka (Pactum Unionis). Setelah itu disusul perjanjian antara semua dengan seseorang tertentu (pactum subjectionis) yang akan diserahi kekuasaan untuk memimpin mereka. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin ini adatah mutlak. Timbullah kekuasaan yang bersifat absolut. Konstruksi John Lock dalam bukunya "Two Treatises on Civil Government” (1690), agak berbeda karena pada waktu perjanjian itu disertakan pula syarat- syarat yang antara lain kekuasaan yang diberikan dibatasi dan dilarang Pelatinen Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL SS SSE eel x 4 melanggar hak-hak azasi manusia. Teorinya menghasilkan kekuasaan raja yang dibatasi oleh konsfitusi Ji, Rousseau dalam bukunya ‘Le Contrak Social on Principes de Droit Politique” (1672), berpendapat bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh anggota masyarakat tetap berada pada individu-individu dan tidak diserahkan pada seseorang tertentu secara mutlak atau dengan persyaratan tertentu Konstruksi yang dihasilkennya ialah pemerintahan demokrasi langsung. Tipe pemerintahan seperti ini hanya sesuai dengan Negara dengan wilayah sempit dan penduduknya sedikit, Pemikirannya tidak dapat diterapkan untuk suatu Negara modern dengan wilayah Negara yang luas dan banyak penduduknya. Teori Kedaulatan Negara Pada intinya teori ini berpendapat bahwa ditaatinya kaidah atau peraturan itu karena Negara menghendakinya Hans Kelsen misalnya dalam bukunya Hauptprobleme der Staatslehre (1811), Das Problem der Souveranitat und die Theori des Volkerects (1920), Allegemeine Staatsleher (1925) dan Reine Rechsttehre (1934), menganggap bahwa kaidah atau peraturan itu merupakan “Wille des States” orang tunduk pada keidah atau peraturan kerena merasa wajib mentaatinya karena kaidah atau peraturan itu adalah kehendak Negara Teori Kedaulatan Hukum Kaidah atau peraturan mengikat bukan karena Negara menghendakinya akan tetapi karena merupakan perumusen dari kesadaran kaidah atau peraturan rakyat. Berlakunya kaidah atau peraturan karena niat bathinnya yaitu menjelma di dalam kaidah atau peraturan itu. Pendapat ini diutarakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe dalam bukunya “Die Lehre der Rechtssouveraniatat (1906)’. Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran kaidab atau peraturan yang dimaksud berpangkal pada perasaan kaidah peraturan setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya peraturan itu. Terdapat banyak kritik terhadap pendapat diatas. Pertanyaan-pertanyaan berkisar pada apa yang dimaksud dengan kesadaran kaidah atau peraturan bagian terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan perasaan kaidah atau peraturan itu? Pelatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, 13 dan POL SY Prof. Krabbe mencoba menjawab dengan mengetengahkan perumusan baru yaitu bahwa kaidah atau peraturan itu berasal dari perasaan kaidah atau peraturan terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan perasaan kaidah atau peraturan setiap individu. ‘Seorang muridnya yang terkenal Prof. Mr. R. Kraneburg dalam bukunya “Positief Recht an Rechbewustzij (1928) berusaha membelanya dengan teorinya yang terkenal "azas keseimbangan* (evnredigheidspostulat) 5). Teori Kepatuhan Dalam berkehidupan bermasyarakal, kepatuhan terhadap kaidah atau peraturan dapat dipilah-pilahkan menjadi 3 yakni 1, Kepatuhan internal, kepatuhan yang timbul daro dalam diri seseorang 2, Kepatuhan eksternal, kepatuhan yang timbul dari pengaruh Ivar 3. Kepatuhan semu, yakni type kepatuhan yang pada saat ada pengawasan atau yang secara formalitas tidak dapat dibuktikan adanya penyimpangan namun yang sebenarnya tidak sedikit yang dipalsukan. Untuk memberikan jawaban mengapa kebanyakan orang cenderung untuk tidak disiplin dapat dilihat dari beberapa sudut pandang keilmuan, yakni: 1) Pakar Anthropologi Budaya, Koentjaraningrat, mengemukakan pendapat bahwa Revolusi kita, serupa dengan semua revolusi yang terjadi dalam sejarah manusia, telah membawa akibat-akibat post- Tevolusi berupa kerusakan-kerusakan mental dan fisik, dalam masyarakat bangsa kita, Salah satu diantaranya, nilai-budaya yang terlampau banyak berorientasi vertikal ke arah atasan. Mengapa? Karena nilai-budaya yang terlampau berorientasi vertikal kearah atasan akan mematikan jiwa yang ingin berdiri sendiri dan berusaha sendiri. nilai yang seperti ini juga akan tumbuhnya rasa disiplin murni, karena orang hanya akan taat kalau pengawasan tadi menjadi kendor atau pergi Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUBK, 13 dan POL LT 2) Dari sudut sosiologis. Soedjito, sosiolog yang tidak diragukan reputasinya, mengemukakan suatu prespektif sosiologis, sebagai berikut : Masalah sosial : (kedisiplinan) adalah merupakan resultante dari berbagai faktor di dalam masyarakat yang sedang mencari bentuk dan kepribadian, Karena tidak adanya keajegan yang dapat dipegang sebagai pengarahan, bisa menimbulkan dis-organisasi sosial dan bentuk alienation. Alienation dalam bentuk frustasi bisa menimbulkan sikap asosial terhadap orang lain. Sikap asosial bisa melahirkan tata rilal moralitas yang beranggapan bahwa menjadi jago atau melanggar peraturan merupakan suatu hal yang patut dibanggakan. Dalam Kondisi sosial yang demikian, akan terjadi lomba ketangkasan meningkatkan kuaniitas dan kualitas kejahatan. Seperti keadaan masyarakat, bahwa kejahatan itu tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak mapan ekonominya saja. Namun orang yang sudah mapan ekonominyapun juga melakukan kejahatan yang lazim disebut white colar crime, Selanjutnya Soedjito _mengemukakan bahwa, masyarakat yang kehilangan pegangan akan mudah menimbulkan anomi, keadaan ‘nomi ialah keadaan di mana nomma-norma sosial tidak mempunyai kekuatan untuk mengatur masyarakat. 3) Soerjono Soekamto, didalam bukunya Sosiologi Hukum, menyatakan : Bahwa timbulnya perilaku menyimpang kaidah sosial dalam masyarakat adalah dapat dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu : ) Kaidah sosial (hukumnya) itu sendiri harus terinci secara jelas dan tegas sehingga mampu berfungsi sebagai pengendalian sosial atau terciptanya suasana ketertiban dan ketentraman b) Sikap Penegak Hukum, juga menentukan terwujudnya fungsi sebagai pengendalian sosial. Karena dalam kehidupan masyarakat, walaupun hukumnya sudah terinci secara jelas dan tegas tapi kalau sikap atau semangat penegak Hukumnya berlindak atau berbuat yang menyimpang juga tidak mempunyai arti Petatinan Mandor Pembesian! Penulangan Beton WUJK, K3 dan PDL a 3.3.2. 3.3.3, ©) Sarana dan prasarananya juga harus menunjang d) Kesadaran hukum warga masyarakatnya juga harus ditumbuh kembangkan. Keempat aspek tersebut harus mendapatkan perhatian yang seimbang, karena bila salah satu aspek saja terabaikan tidak mungkin terwujud tegaknya hukum (disiplin) dalam suatu masyarakat. Menepati Salah satu wujud seseorang itu patuh pada kaidah atau peraturan yang ada adalah menepati. Adapun terminologi menepati adalah suatu perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan kaidah atau peraturan yang bertaku Kemudian muncul pertanyaan : mengapa kita harus menepati kaidah atau peraturan? Secara hukum, kalau suatu kaidah (atau program yang telah direncanakan) telah disepakati sebagai kehendak bersama atau sebagai konsensus, maka keseluruhan warga masyarakat (warga lembaga) tersebut telah mengikatkan diri atau telah terikat oleh hasil konsensus tersebut. Dengan demikian mereka mempunyai kewajiban moral untuk menepati hasil konsensus tersebut. Menurut Prof. Eggens yang terkenal dengan teorinya "konsensualisme” mengemukakan, bahwa keharusan menepati kaidah atau peraturan adalah suatu tuntuian kesusilaan merupakan suatu puncak peningkatan martabat manusia yang tersimpul dalam pepatah een man een man een word een word, artinya, dengan diletakkannya kepercayaan pada seseorang, maka orang tersebut telah ditingkatkan martabatnya setinggi-tingginya. Dengan landasan teori termaksu¢ di atas, jawaban mengapa orang harus menepati kaidah atau peraturan adalah karena sualu kesusilaan dan merupakan suatu puncak peningkatan martabat manusia Mendukung Mendukung adalah sikap partisipasi aktif dalam metaksanakan nilai dan kaidah (fungsi, tugas atau uraian kerja) Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WUJK, K3.dan POL sees ee ed Partisipasi aktif, merupakan suatu proses kegiatan yang hidup dan berkembang, oleh karena itu partisipasi pasif (tidak menolak program- program yang direncanakan namun tidak ada prakarsa) harus dihilangkan. Dan sebaliknya partisipasi aktif perlu dipertunbuh-kembangkan. ‘Adapun langkab-langkah yang periu ditempuh dalam rangka menumbuh kembangkan partisipasi adalah > 1) Identifikasi dan klasifikasi jenis-jenis partisipasi 2) mewadahi partisipasi agar kegairahan berpartisipasi tidak metayang, misalnya wadah partisipasi buah pikiran dapat membentuk : rapat mingguan, briefing, seminar dan penataran 3) Pre-syarat partisipasi, yakni : a) Adanya rasa senasib sepenanggungan atau ringan sama dijnjing dan berat sama dipikul b) Adanya rasa ketergantungan dan keterkaitan ©) Adanya keterkaitan tujuan 4) Adanya prakarsawan e) Adanya iklim partsipasi Iklim partisipasi perlu diciptakan, karena pada umumnya partisipasi apapun tidak akan ada dikalangan bawah apabila tidak diperhatikan, ‘Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan partisipasi adalah : a) Keberadaan dan kedaulatan bawahan dihormati b) Tugas dan wewenang bahwa yang telah dilmpahkan diakui ©) Adanya komunikasi tenggang rasa dan anggota “Duduk sama rendah berdisi sama tinggi 4) Tertanamnya perasaan, bahwa keikutsertaan bawahan mempunyai arti relevan bagi dirinya dan lingkungannya. 3.4. Permasalahan Disiplin 3.4.1. Umum Dengan bertolak pada makna di permasalahan menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut: 1. Apakah kaidah atau (fungsi lembaga yang terumuskan dalam tujuan lembaga, tujuan lembaga terjabarkan dalam program-program kerja, program-program kerja terdistribusikan pada unit-unit kerja dalam iin terurai diatas, ruang lingkup a Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL, ITY bentuk uraian kerja) sudah terinci secara jelas, tegas dan mampu berfungsi sebagai pengendali dalam proses kegiatan Apakah kesadaran warga fembaga dalam menjalankan tugas sudah menggunakan kaidah-kaidah yang ada sebagai pedoman sudah ada Apakah sarana dan prasarana sudah mampy mendukung untuk menegakkan disiplin Apakah kelompok elite di lembaga kita sudah arif (professional) dalam mengantisipasi dan mengatasi gejala-gejala yang timbul ‘Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi tegaknya cisiplin di lembaga kita. 3.4.2. Langkah-Langkah Menegakkan Disiptin 1 Menata kembali peraturan, tujuan program kerja. dan. pendistribusiannya agar terumus secara jelas dan tegas Penataan ulang butir-butir nomor 1, hasiInya harus mampu berfungsi sebagai pengendali agar proses kegiatan di lembaga kita nampak. a. Adanya keteraturan (penataan secara sistematik) dalam memproyeksikan arah lembaga ‘Adanya sistem pengendalian yang mantap Adanya stabiitas yang nyata atau tidak semu ‘Adanya iklim kerja yang Kondusif Tidak adanya standar ganda dalam pelaksaan Tidak adanya rasa kuatir, Kecewa atau frustasi dan konflik dalam wp aog diri warga lembaga untuk memilh dua pilihan yang tidak serba enak. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran disiplin bawahan dengan melakukan pendekatan edukatif antara lain : + Ing ngarso sun tulodo + Ing madyo mbangun karso + Tut wuri Handayani + Saling asah, saling asuh, saling asin + Ringan sama dijinjing, berat sama dipikut ‘Agar tumbuh kesadaran melu andarbeni, melu hangrukebi dan nulat sariro hangrosowani Pelatinan Mander Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL ee eee eee Dan menghindarkan penjatuhan sanksi yang subyektif, tanpa pembuktian terlebin dahulu dan tidak didasarkan pada kaidah yang berlaku. 4, Mengoptimalkan sarana yang ada dan melengkapi sarana yang belum ada, Dalam hal ini, harus diketahui terlebih dahulu hasil perolehan butir nomor 1, 2 dan 3 diatas. 5. Dirumuskan sistem pengendalian terlebin dahulu dan baru dibentuk unit kerja yang bidang garapannya sebagai pengendali proses kegiatan kegiatan yang ada dilembaga. 6. Nilai budaya vertikal oriented harus dibuang jauh-jauh dan sebagai gantinya adalah nilai budaya organis atau sejaring. 7. Untuk menambah wawasan dalam upaya menegakan cisiplin di lembaga kita. Penulis kutipkan kesimputan pendapat Menhankam Edi Sudrajat, sebagai berikut : a. Para petinggi Negara harus menjadi teladan dan bertanggung jawab atas disiplin nasional memerlukan suri tauladan secara hierarkis dan tidak akan ada prajurit yang cisiplin apabila komandannya bertindak semaunya sendiri, Adapun keluhan terhadap tingkat nasional maka sesungguhnya keluhan tersebut pertama-tama ditunjukan kepada lapisan elite, para pimpinan dan pemuka masyarakat, karena dari mereka diharapkan suri teladannya. Golongan inilah yang sesungguhnya bertanggung Jawab terhadap cacat celanya kesuriteladanan, kerena masuk dalam golongan elite masyarakat. b. Pembudayaan disiplin nasional tidak dapat dilaksanakan secara santai tetapi membutuhkan Konsistensi, tekad yang bulat, kerja keras dan cisertai dengan tindakan nyata tanpa pandang bulu terhdap pelanggamya Lebih dari itu pembudayaan nasional memerlukan keteladanan secara hierarchies, Karena itu jika ada keluhan terhadap tingkat disiplin nasional maka sesungguhnya keluhan tersebut haus ditujukan kepada elite atau pada para pimpinan ©. Disiplin bukanlah hanya kewajiban kepatuhan dari bawah ke atas tetapi lebin utama lagi dari atas ke bawah, berapa disiplin dalam ‘mempertanggung jawabkan pembinaan dan kepemimpinan Pelatihan Mandor Pembesian ! Penulangan Baton UWUK, K3 dan POL SS EEE eee See Hanya dengan demikian tercipta rasa aman dan terjamin keamanan dari yang berada di bawah yakni masyarakat luas 4. Disiplin nasional termasuk disiplin berpikir dan dimulai dari sikap batin dan kejeminan hati nurani. Jika hati nurani sudah bersih maka akan terbentuk sikap dan prilaku yang disiplin, termasuk delam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. . Disiplin, pada dasamya adalah sikap batin yang tercermin dalam Perilaku untuk senantiasa mentaati setiap norma dan ketentuan secara sadar dan dijalankan secara ikhlas tanpa adanya paksaan ‘Oleh karenanya sikap batin dan perilaku disiplin tidak dapat diwujudkan hanya melalui ceramah atau kuliahsaja_namun —harus ditumbuhkembangkan melalui contoh teladan serta__ melalui pembiasaan dalam kehidupan secara terus menerus (Suara Karya, Kamis, 29 Juni 1995). han Mander Pembesian/ Penulangan Beton LUUSK, £3 dan PDL RANGKUMAN 4. Sebagai tenaga ahii perlu dikembangkan etos kerja yaitu : @. Menghayati makna “elos kerja’ akan dapat mengungkapkan suatu persepsi, apa dan bagaimana seharusnya melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik- baiknya b. Para pelakunya menghayati bahwa tugas pekerjaan yang dibebankan di atas pundaknya sebagai "amanah” yang harus dipertangging jawabkan di dunia dan akhirat 2. Bentuk tangguing jawab yang dimaksud meliputi : a. Tanggung jawab di dunia akan ditandai dengan : taat dan patuh pada kaidah normatif yang mengikat yang dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai Disiplin kerja b. Tanggung jawab di akhirat ditandai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa ditandai dengan menjalankan ajaran agamanya secara khusuk, ada yang dilengkapi dengan tanggung jawab budaya suatu suku atau sekelompok masyarakat, terikat dengan rasa tanggung jawabnya terhadap kebebasan dan keluhuran dari nenek moyang leluhurnya. 3. Pengertian Disiplin Kerja, Nilai dan Kaidah serta Ketentuannya a. Disiplin kerja adatah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk mematuhi, menepati dan mendukung nilai dan kaidah atau peraturan yang bertaku dalam suatu masyarakat tertentu dalam kurun waktu tertentu. b. Nilai adalah suatu konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik atau buruk, salah atau banar, adil atau tidak adil bagi suatu masyarakat. c. Kaidah atau peraturan adalah suatu nilai yang dibakukan menjadi pedoman untuk berprilaku dan bertindak terhadap sesama manusia dan lingkungannya. d. Ketentraman adalah keadaan batin warga masyarakat bebas dari rasa kuatir, kecewa atau frustasi dan konflik dalam diri seorang menghadapi dua pilihan yang serba menyulitkan atau serba tidak mengenakan. 4. Prasayarat menegakkan kaidah atau peraturan (disiplin( ada 4 aspek yang harus diperhatikan secara seimbang yakni ‘+ Kaidah dan disiplin yang didukung peraturan itu sendiri harus jelas dan tegas © Kesadaran warga untuk mematuhi harus ada Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUdK, K9 dan POL, Ss SSS EE EEE © Sarananya harus menunjang © Petugas yang menegakkan kaidah dan disiplin harus arif (professional) dalam melaksanakannya. 5, Dalam rangka mematuhi kaidah atau peraturan dapat dipandang dari beberapa teori antara lain = a. Teori kedaulatan Tuhan (Teokrasi) b. Teor perjaniian masyarakat c. Teori kedaulatan negara d. Teori kedaulatan hukum @. Teori kepatuhan. 6. Dalam teori kepatuhan ada 3 bentuk : 1. Kepatuhan intemal, kepatuhan yang timbul dari dalam diri seseorang 2. Kepatuhan eksternal, kepatuhan yang timbul dari pengaruh luar 3. Kepatuhan semu, yakni tipe kepatuhan yang pada saat ada pengawasan atau yang secara formalitas tidak dapat dibuktikan adanya penyimpangan namun yang sebenamya tidak sedikit yang dipalsukan 7. Wojud dari kepatuhan adalah a. Menepati yaitu : suatu perbuatan atau tindakan yang sesuai kaidah atau peraturan yang berlaku b, Mendukung, yaitu :sikap partisipasi aktif dalam melaksanakan nilai dan kaidah yang sudah dirumuskan dalam fungsi, tugas atau uraian kerja 8. Kecenderungan orang tidak disiptin a, Nilai budaya yang terlampau berorientasi vertikal ke arah atasan akan mematikan jiwa yang ingin berdiri senditi (mandiri) dan akan taat dengan pengawasan ketat 'b. Dari sudut sosial kedisiplinan adalah merupakan resultante berbagai faktor yang sedang mencari bentuk dan kepribadian, bisa menjurus asosial atau moralitas jayaan kebal hukum ¢. Perilaku menyimpang dapat terjadi yang dipengaruhi 4 aspek 1. Kaidah sosial dalam masyarakat berfungsi sebagai pengendalian sosial dan lerciptanya suasana ketertiban dan ketenteraman. 2. Sarana dan prasarana yang menunjang dan membentuk Pelathan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WUJK, K3 dan PDL $$ 3. Kesadaran hukum warga masyarakatnya tumbuh berkembang 4. Sikap penegak hukum cukup menentukan terwujudnya fungsi sebagai pengendali social. 9, Permasalahan disiplin Dengan bertolak pada makna disiplin terurai di atas, ruang lingkup permasalahan menegakkan disiplin dapat dipertanyakan sebagai berikut : 1. Apakah kaidah atau tujuan lembaga terjabarkan dalam program-program Kerja yang terdistribusikan pada unit-unit kerja (dalam bentuk uraian kerja) 2. Apakah kesadaran warga lembaga dalam menjalankan tugas sudah menggunakan kaidah-kaidah yang ada sebagai pedoman. 3. Apakah sarana dan prasarana sudah mampu mendukung untuk menegakkan disipiin 4. Apakah kelompok elite di lembaga kita sudah arif (professional) dalam mengantisipasidan mengatasi gejala-gejala yang timbul 5. Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi tegaknya disiplin di lembaga kita, elatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL SS TT LATIHAN Isian atau Jawaban Singkat Isilah titiketitik dari lembar pertanyaan atau jawab pertanyaan secara benar, singkat dan jelas +. Para pelaku kerja harus menghayati bahwa tugas pekerjaan yang dibebankan sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Jelaskan pengertiannya 2. Uraikan pengertian disiplin kerja, nilai, kaidah dan ketenteraman. 3. Dalam rangka mematuhi kaidah atau peraturan dapat diterapkan melalui beberapa teori, Sebutkan teoristeorinya ! cacece 4. Uraikan teori kedaulatan Tuhan : 5. Uraikan teori kedaulatan hukum:: 6. Uraikan teori Kedaulatan negara 7. Sebutkan beberapa sebab-sebab terjadinya kecenderungan orang tidak disiplin : Petatinan Mandor Pembesian / Penutangan Beton UUJK, K3 dan POL a 4A, 441A. BAB4 K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) Pengetahuan Dasar K3 Umum Untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi yang optimal, maka aspek kesela- matan kerja harus mendapat perhatian tersendiri. Keselamatan kerja merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam melakukan suatu pekerjaan disamping dua aspek lain, yaitu pemenuhan target produksi sesuai mutu/spesifikasi dan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendir, tetapi merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dan k dapat terlepas satu dengan masing-masing memiliki peran yang strategis serta lainnya a. Pengertian dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja Pengertian umum dari keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk melaksanakan pekerjaan tanpa mengakibatkan kecelakaanatau nihil kecelakaanpenyakit akibat kerja atau zero accident. Dengan demikian setiap personil di dalam suatu lingkungan Kerja harus membuat suasana kerja atau lingkungan kerja yang aman dan bebas dari segala macam bahaya untuk mencapai hasil kerja yang menguntungkan. Tujuan dari keselamatan kerja adalah untuk mengadakan pencegahan agar setiap personil atau karyawan tidak mendapatkan kecelakaan dan alat-alat produksi tidak mengalami kerusakan ketika sedang melaksanakan pekerjaan, b. _ Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja Prinsip keselamatan kerja bahwa setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman dan selamat. Suatu kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya, antara lain manusia, peralatan, atau kedua-duanya. Penyebab kecelakaan ini harus dicegah untuk menghindan terjadinya kecelakaan, Hat-hal yang perlu diketahui ‘agar pekerjaan dapat dilakukan dengan aman, antara tain 1) Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan, 2) Mengetahui potensi-bahaya yang bisa timbul dari setiap kegiatan pada setiap item pekerjean yang akan dilakukan 3) Melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam Daftar Simak KS Dengan mengetahui dan melaksanakan ketiga hal tersebut di atas akan tercipta lingkungan kerja yang aman dan tidak akan terjadi kecelakaan, baik manusianya maupun peralatannya. ¢. _Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja Keselamatan kerja sangat penting diperhatikan dan dilaksanakan antara ‘ain untuk: 1) Menyelamatkan karyawan dari penderitaan sakit atau cacat, kehitangan waktu, dan kehilangan pemasukan uang. 2) Menyelamatkan keluarga dari kesedinan atau kesusahan, kehilangan penerimaan uang, dan masa depan yang tidak menentu. 3) Menyelamatkan perusahaan dari kehilangan tenaga kerja, pengeluaran biaya akibat kecelakaan, melatih kembali atau mengganti karyawan, kehilangan waktu akibat kegiatan kerja terhenti, dan menurunnya produksi 4.1.2, Pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja Untuk mencegah terjadinya kecelakaan peru dilakukan pembinaan keselamatan kerja terhadap karyawan agar dapat meniadakan keadaan yang berbahaya di tempat kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk membina keselamatan kerja para karyawannya, baik yang bersifat di dalam ruangan (in-door safety development) atau praktik di lapangan (out-door safety development). Setiap Perusahaan harus memiliki safely officer sebagai personil atau bagian yang bertanggung jawab terhadap pembinaan keselamatan kerja karyawan maupun tamu perusahaan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan keselamatan kerja antara lain: 1) Penyuluhan singkat atau safety talk ‘a, Motivasi singkat tentang keselamatan kerja yang umumnya dilakukan setiap mulai kerja atau pada hari-hari tertentu selama 10 menit sebelum bekerja dimulai, 1.b. Pemasangan poster keselamatan kerja 1.¢. Pemutaran film atau slide tentang keselamatan kerja 2) Safety committee 2.a, Mengusahakan terciptanya suasana kerja yang aman 2.b. Menanamkan rasa kesadaran atau disiplin yang sangat tinggi tentang pentingnya keselamatan kerja 2.c, Pemberian informasi tentang tekrik-teknik Keselamatan kerja serta peralatan keselamatan kerja. elatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL eee ee 3) Pendidikan dan pelatinan 3.a. Melaksanakan kursus keselamatan kerja baik dengan cara mengirimkan karyawan ke tempat-tempat diklat keselamatan kerja atau mengundang para akhli keselamatan kerja dari luar perusahaan untuk memberikan pelatihan di dalam perusahaan. 3.b. Pelaksanaan nomor 1.a. dapat di dalam negeri atau pun di luar negeri. 3.¢. Latihan penggunaan peralatan keselamatan kerja Alat-alat keselamatan Kerja harus disediakan oleh perusahaan. Alat tersebut berupa alat proteksi diri yang diperlukan sesuai dengan kondisi kerja. 4.2. Peraturan dan Perundang-Undangan K3 4.2.1, Beberapa Peraturan Yang Berkaitan Dengan K3 Di Indonesia perlu dipahami 4. Undang-undang No.1 tahun 1951 tentang Pemyetaan Berlakunya Undang- undang Kerja Tahun 1948 No. 12. Di dalam penjelasannya dikatakan bahwa Undang-undang No. 12 tahun 1948 ini dimaksudkan sebagai undang-undang pokok (lex generalis) undang-undang kerja yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja. Mengenai pekerjaan anek, ditentukan bahwa anak-anak tidak boleh menjalankan pekerjaan (pasai 2), Maksud larangan ini adalah memberikan perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan dan pendidikan si anak. Larangan itu sifatnya muttak, artinya di semua perusehaan, tanpa membedakan jenis perusahaan tersebut, tetapi kenyataannya masih ada anak yang bekerja dengan berbagai alasan. Yang perlu diperhatikan adalah perlindungannya serta kesempatan untuk sekolah dan mengembangkan dir Orang muda pada dasarnya’ dibolehkan melakukan pekerjaan. Namun untuk menjaga keselamatan, kesehatan dan kemungkinan perkembangan jasmani dan rohani, pekerjaan itu dibatasi. Seorang wanita pada dasarnya tidak ditarang melakukan pekerjaan, ietapi hanya dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa wanita badannya lemah serta untuk menjaga kesehatan dan kesusilaannya. Dalam Undang-undang Keselamatan Kerja dinyatakan : a. Seorang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jika pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya oleh seorang wanita. Demikian pula apabila pekerjaan itu tidak dapat ijalankan dihindarkan berhubungan dengan kepentingan atau kesejahteraan umum {(pasal 7), Malam hari, jalan waktu antara jam 18.00 sampai 08.00. b. Seorang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan di dalam tambang, lubang di dalam tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dan bahan-bahan lain dari dalam tanah (pasal 8). ©. Seorang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan atau keselamatannya, demikian pula pekerjaan yang menurut sifat, tempat dan keadaannya berbahaya bagi kesusilaannya (pasal 9). Disamping itu, pasal 13 memuat pula ketentuan yang khusus ditujukan bagi orang Wanita, yaitu mengenal haid dan melahirkan. 4.2.2, Undang-Undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970 Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara Nomor 1 tahun 1970 adalah Undang-undang keselamatan kerja yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala peraturan keselamatan kerja yang berada di bawahnya. Meskipun judulnya disebut dengan Undang-undang Keselamatan Kerja sesuai bunyi pasal 18 namun materi yang diatur termasuk masaiah kesehatan kerja. Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu dasar filosofi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja seperti tercermin di dalam peraturan perundangan yang lama tidak sesuai lagi dengan faisafah Negera Republik Indonesia yaitu Pancasila, Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang-Undang No. | tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR. 1910 dengan beberapa perubahen mendasar, antara lain : — Bersifat lebih preventif — Memperluas ruang lingkup- ~ Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi. 4. Tujuan Pada dasarnya Undang-Undang No. | tahun 1970 tidak menghendaki sikap kuratif atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat Kesehatan. Jadi, jelaskah bahwa usaha-usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja tebin diutamakan daripada penanggulangan. Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai ‘kejadian yang tidak diduga sebelumnya”, Sebenamya, setiap kecelakean kerja dapat diramalkan atau diduga 4 Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 den POL SS dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara selamat, dan mengatur perala serta perlengkapan Produksi sesuai standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan. H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe act) dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition), dengan demikian dapat Gisimpulkan setiap karyawan diwajibkan untuk memelinara keselamatan dan kesehatan kerja secara maksimal melalui perilaku yang aman. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh : a. Kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikay Keletihan atau kebosanan ; Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis ; Gangguan psikologis ; e@aog Pengaruh sosial-psikologis. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : a. Faktor biologis ; b. Faktor kimia termasuk debu dan uap logam ; ©, Faktor fisik termasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan, suhu dan kelembaban ; . Faktor psikologis karena tekanan mentalistress. * Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi sorta produktivitas nasional Kutipan di atas adalah konsiderans Undang-undang No. 1/1970 yang bersumber dari pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan oleh sebab itu seluruh faktor penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja wajib ditanggulangi oleh pengusaha sebelum membawa korban jiwa. Tujuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti pada pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang No. | tahun 1970, maka dapat diketahui antara lain a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. ©. Agar proses produksi dapat berajaian secara lancer tanpa hambatan apapun a5 Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UK, K3 dan POL SS Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleb karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional 2. Ruang Lingkup Undang-undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang didatamnya terdapat tiga unsur, yaitu a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial; b. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu; ¢. Adanya sumber bahaya. ‘Tempat Kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu ‘Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik yang bersifat ekonomis maupun sosial. ‘Tempat kerja yang bersifat sosial seperti a. bengkel tempat untuk pelajaran praktek ; b. tempat rekreasi ; rumah sakit ; d._ tempat ibadah ; e. tempat berbelanja ; f.pusat hiburan. ‘Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak tetap atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya ; rumah pompa, gardu transformator dan sebagainya yang tenaga kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, menyetel, dan lain sevagainya maupun yang bekerja secara terus-menerus. Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara terperinci dalam Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Perincian umber bahaya dikaitkan dengan a. keadaan perlengkapan dan peralatan ; b._lingkungan kerja ; ._sifat pekerjaan ; Pelatihen Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, KS dan PDL aS SS eee 6. cara kerja; €. proses produksi. Materi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam ruang lingkup UU No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bertalian dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, seta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber-sumber produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan produttivitas. Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 dan 4 mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian terhadap barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk a, Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan ; d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya ; Memberi pertolongan pada kecelakaan ; f. Member! alat-alat perlindungan diri pada para pekerja ; g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar i, suara dan getaran ; h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik pisik is, peracunan, infeksi dan penularan ; © i, Memperolen penerangan yang cukup dan sesuai ; i. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik ; k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; | Memelinara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; m, Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya; n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang: Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang; Pelatixan Mandor Pembesian | Penulangan Beton UUSK, K3 dan POL @. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; r. Menyésuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi; 3. Pengawasan Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan pasat 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) UU No. 4 tahun 1970, Secara operasional dilakukan oleh Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi untuk : a. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. b. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secara efektif dari peraturan-peraturan yang ada_ c, Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja tentang kekurangan-kekurangan atau penyimpangan yang disebabkan karena hakhal yang tidak secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi sebagal pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan. Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan tenaga pengawas yang cukup besar jumlahnya dan bermutu dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam bidang spesialisasi yang beraneka ragam dan berpengalaman di bidangnya. Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan sangat sulit apabila hanya mengandalkan dari Departemen Tenaga Kerja sendir. Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh pegawal teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka Menteri Tenaga Kerja dapat mengangkat tenaga-tenaga ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja maupun swasta sebagai ahli K3 seperti dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. tahun 1970. Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja tetapi kebijaksanaan nasional tetap berada, dan menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan etatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL eS — ‘Undang-undang Keselamatan Kerja dapat berjalan secara serasi dan merata di seluruh wilayah hukum Indonesia. Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat ditempuh apabila terdapat pihak-pinak yang merasa dirugikan atau tidak dapat menerima putusan Direktur dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja. Panitia banding adalah panitia teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata cara, susunan anggota, tugas dan lain-lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen Tenaga Kerja dalam hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus membayar retribusi seperti yang diatur dalam pasal 7 Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap kesehatannya yang mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan kerja yang bertalian dengan jabatannya dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produktivitas kerja, maka diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga kerja baik secara awal maupun berkala. 4. Kewajiban Pengurus K3 (termasuk pengusaha) a. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjean yang diberikan padanya. b. Memeriksakan semua tenaga Kerja yang berada di bawah pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan disetujui oleh Direktur, ©, Menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang 1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya. 2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya. 3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan 4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya d. Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas. e. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta J Penulangan Beton UUJIK K3 dan PDL peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, dan juga dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. f. Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya. 9. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi i tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat Yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja, sesuai dengan tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan yang telah ditentukan. h. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan, kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang keselamatan kerja dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, paca tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja i. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua gambar keselamatan kerja. Yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. j. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan dii yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, Dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja . Kewajiban dan hak tenaga kerja a. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3. Memakai alat-alat pelindung diri Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya, gaoe . Sangsi ‘Ancaman hukuman dari pada pelanggaran UU No. 1 Tahun 1870 merupakan ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 oulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton 43. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dikeluarkannya undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan jaminan sosial kepada setiap tenaga kerja melalui mekanisme asuransi. Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini meliputi: a, Jaminan Kecelakaan Kerja b. Jaminan Kematian ¢. Jaminan Hari Tua 4, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Selain dari itu di dalam pasal 11 menyebutkan bahwa, datter jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan: Presiden, Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dijelaskan bahwa Pemelinaraan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena upaya penyembuhan memeriukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja. Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan {kuratif), dan pemulihan (rehablitatif). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan selain untuk tenagakerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya. 2. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Di dalam peraturan ini peranan dokter penguji Kesehatan kerja dan dokter penasehat banyak menentukan derajat kecacatan serta dalam upaya pelayanan kesehatan kerja 3. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Di dalam peraturan ini tercantum daftar berbagai jenis penyakit yang ada kaitannya dengan bubungan kerja. Pelatihan Mandor Pembesian ! Penutangan Beton LUUJK,K3 dan POL ———— 4A, 4A. 44.2. Sebab Akibat Terjadinya Kecelakaan Kerja Kecelakaan Kecelakaan adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak direncanakan, tidak iingini, dan tidak diduga sebelumnya. Kecelakaan dapat terjadi sewaktu-waktu dan mempunyai sifat merugikan terhadap manusia (cedera) maupun peralatan atau mesin (kerusakan) yang mengakibatkan dampak negatif kecelakaan terhadap manusia, peralatan, dan produksi, yang akhimya dapat menyebabkan kegiatan (penambangan) tethenti secara menyeluruh Penyebab kecelakaan Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya yang tidak diketahui atau direncana-kan sebelumnya, Hasil studi memperihatkan grafik proporsi penyebab kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan karyawan tidak aman (88%), Kondisi kerja tidak aman (10%), dan diluar kemampuan manusia (2%). Grafik tersebut diperoleh dari hasil statistik tentang kecelakaan pekerja pada perusahaan industri secara umum tidak hanya industri pertambangan. Yang patut dicermati adalah bahwa manusia temyata sebagai penyebab terbesar kecelakaan. Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan tentang penyebab terjadinya kecelakaan, Adapun penyebab kecelakaan antara lain : 1) Tindakan karyawan yang tidak aman Dapat ditinjau dari pemiberi pekerjaan, yaitu bisa Pengawas, Foreman, Super- intendent, atau Manager, dan dari karyawannya sendir. a. Tanggung jawab» pemberi pekerjaan => Instruksi tidak diberikan > Instruksi diberikan tidak lengkap © Alat proteksi diri tidak disediakan © Pengawas kerja yang bertentangan © Tidak dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap mesin, peralatan, dan pekerjaan b. Tindakan atau kelakukan karyawan Tergesa-gesa atau ingin cepat selesai Alat proteksi diri yang tersedia tidak dipakal Bekerja sambil bergurau Tidak meneurahkan perhatian pada pekerjaan Tidak mengindahkan peraturan dan instruksi Tidak berpengataman BERTI G Potatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK_K3 dan POL Posisi badan yang salah Cara kerja yang tidak benar Memakai alat yang tidak tepat dan aman Tindakan teman sekerja Tidak mengerti instruksi disebabkan kesukaran bahasa yang dipakai GGA pemberi pekerjaan (misainya Pengawas, Foreman, dan sebagainya) 2) Kondisi kerja yang tidak aman Dapat ditinjau dari peralatan atau mesin yang bekerja secara tidak aman dan keadaan atau situasi kerja tidak nyaman dan aman a. Peralatan atau benda-benda yang tidak aman, > Mesin atau peralatan tidak dilindungi > Peralatan yang sudah rusak > Barang-barang yang rusak dan letaknya tidak teratur b. Keadaan tidak aman > Lampu penerangan tidak cukup > Ventilasi tidak cukup > Kebersihan tempat kerja © Lantai atau tempat kerja licin => Ruang tempat kerja terbatas © Bagian-bagian mesin berputar tidak difindungi 3) Diluar kemampuan manusia (Act of Goo) Penyebab kecelakaan ini dikategorixan terjadinya karena kehendak Tuhan atau takdir. Prosentase kejadiannya sangat kecil, maksimal 2%, dan kadang-kadang tidak masuk akal, sehingga sulit dijelaskan secara ilmiah. Dari uraian tentang penyebab kecelakaan di alas, maka penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendorong atau pembantu terjadinya kecelakaan, dan penyebab langsung kecelakaan. 4.4.3, Kerugian akibat kecelakaan Kecelakaan akan mendatangkan berbagal kerugian terhadap karaywan, keluarga karyawan, dan perusahaan. Di bawah ini adalah jenis-jenis kerugian yang muncul akibat kecelakaan, yaitu: 1) Terhadap karyawan 1.a. Kesakitan Petatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WUIK, K3 dan PDL, aa — EEE 4.b. Cacat atau cidera 4.c. Waktu dan penghasilan (uang) 2) Terhadap keluarga 2.a. Kesedinan 2.b. Pemasukan penghasilan terhambat atau terputus 2.c. Masa depan suram atau tidak sempurna 3) Terhadap perusahaan 3.a, Kehilangan tenaga kerja 3.b. Mesin atau peralatan rusak 3.c. Biaya perawatan dan pengobatan 3.d. Biaya penggantian dan pelatihan karyawan baru 3.¢. Biaya perbaikan kerusakan alat 3.f. Kehilangan waktu atau bekerja terhenti karena menolong yang kecelakaan 3.g. Gaji atau upah dan kompensasi harus dibayarkan 444, Pemeriksaan kecelakaan Untuk mencegah agar tidak terulang kecslakaan yang serupa perlu dilakukan pemeriksaan atau mencari penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Maksud pemeriksaan suatu kecelakaan antara lain untuk menciptakan: 1) Tindakan pencegahan kecelakaan 1.2. Memperkecil bahaya, mengurangi, atau meniadakan bagian-bagian yang berbahaya 1.b. Peralatan dan perlengkapan yang perlu diberi pengaman 1.¢. Bagian-bagian yang dapat mendatangkan kecelakaan periu diberi pengaman, seperti bagian berputar dari suatu mesin, pipa panas, dan sebagainya. 1.d. Tanda-tanda peringatan pada tempat yang berbahaya, seperti peralatan listrik tegangan tinggi, lubang berbanaya, bahan peledak, lalulintas, tempat penggalian batu, pembuatan terowongan, dan sebagainya. 2) Dasar pencegahan kecelakaan 2.2. Menciptakan dan memperbaiki kondisi kerja 2.b. Membuat tindakan berdasarkan fakta yang ada Pelatinan Mandor Pembesian Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL 4.4.5, Pendorong terjadinya kecelakaan 448. Hal-hal yang membantu atau mendorong terjadinya kecelakaan antara lain sebagai berikut: 1) Tuntunan mengenai keselamatan kerja (safety) > Tidak cukup instruksi > Peraturan dan perencanaan kurang lengkap > Bagian-bagian yang berbahaya tidak dilindungi, dsb 2) Mental para karyawan > Kurang koordinasi Kurang tanggap Cepat marah atau emosional atau bertemperamen tidak baik Mudah gugup atau nervous vvyv Mempunyai masalah keluarga, dsb 3) Kondisi fisik karyawan > Terlalu tetih > Kurang istirahat > Penglihatan kurang baik > Pendengaran kurang baik, dsb. Sebab langsung terjadinya kecelakaan Terdapat dua penyebab langsung terjadinya kecelakaan dengan beberapa rincian sebagai berikut: 1) Tindakan tidak aman * Tidak memakai alat proteksi diri © Cara bekerja yang membahayakan © Bekerja sambil bergurau © Menggunakan alat yang tidak benar 2) Kondisi tidak aman ‘© Alat yang digunakan tidak baik atau rusak = Pengaturan tempat kerja tidak baik dan membahayakan * Bagian-bagian mesin yang bergerak atau berputar dan dapat menimbuikan bahaya tidak ditindungi * Lampu penerangan kurang memadai © Ventilasi kurang baik atau bahkan tidak ada elatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUAK, K3 dan POL SS 44.7. 45. 451. 3) Terjadinya kecelakaan Yang dimaksud dengan terjadinya kecelakaan adalah peristiwa yang membentuk kecelakaan tersebut, diantaranya adalah: terpukul, terbentur terjatuh, tergelincir, kaki terkilir kemasukan benda baik melalui mulut atau hidung dan keracunan gas terbakar tertimbun, tenggelam, terperosok terjepit terkena aliran fistrik, dil ee ee eee Akibat kecelakaan ‘Seperti telah diurakian sebelumnya bahwa kecelakaan akan menimbulkan akibat negatif baik kepada karyawan dan keluarganya maupun perusahaan. Inti dari akibat kecelakaan adalah: % luka-luka atau kematian > kerusakan mesin atau peratatan 4 produksi tertunda. Alat Pelindung Diri Umum Sejak dahulu kala para pengurus/ pengusaha dan pekerja sudah berusaha untuk melindungi iri mereka dari terjadinya kecelakaan yang akan menimpa mereka baik itu merupakan pakaian dan topi yang melindungi mereka dari serangan cuaca ataupun sepatu yang kokoh agar mereka bisa bekerja dengan nyaman tanpa terganggu. Seiring dengan kemajuan teknologi Aiat Pelindung Diri semakin beragam bentuknya dan ini sangat membantu berkurangnye pekerja yang cedera atau meninggal disebabkan kecelakaan kerja. Dinegara berkembang seperti Indonesia ini kesadaran akan penggunaan Alat Pelindung Diri ini sangat kurang sehingga menurut data yang ada pada Jamsostek lebih dari 8000 kecelakaan terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari ada kecetakaan kerja terjadi , itu baru yang dilaporkan ke Jamsostek untuk memperoleh santunan, belum lagi yang didiamkan atau kecelakaan yang tidak berakibat fatal yang kadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh Kontraktor untuk menghindari masalah dengan pihak yang berwajib { Polisi dan Depnaker ). Kerugian yang ditimbulkan oleh kecslakaan kerja ini cukup besar disamping biaya pengobatan 4-18 olathan Mandor Pembesian Penulangan Beton WUNK, K3 dan PDL 4.5.2. terganggunya jadwal pekerjaan, waktu kerja yang hilang dan berkurangnya aset nasional berupa tenaga kerja yang trampil. Banyak para kontraktor yang secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk menyediakan Alat pelindung Diri (APD) yang memadai dengan alas an tidak ianggarkan dalam proyek dan dalam usahanya untuk mengejar target keuntungan yang sebesar-besarnya. Padahal dengan menyediakan APD ini kontraktor justru dijaga dari pengeluaran tak terduga yang timbul dari Kecelakaan kerja sehingga target keuntungan yang akan diraih takkan berkurang. Pemerintah dalam hal ini dengan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja_no. 1 tahun 1970 telah mewajibkan kepada pihak pengelola pekerjaan untuk menyediakan Alat Pelindung Diri dan mewajibkan kepada para pekerja untuk memakainya dan peraturan ini diperkuat lagi dengan Peraturan-peraturan dari menteri yang terkait seperti Peraturan Menaker dan Menkimpraswil / Pekerjaan Umum yang membuat Pedoman Keselamatan Kerja bagi pekerjaan Konstruksi. Penggunaan Alat pelindung Diri yang standar sangat dipertukan, karena banyak kasus dimana pekerja yang sudah memakai Alat Pelindung Diri masih bisa terkena celaka karena penggunaan Pelindung yang tidak standar. Modul ini sengaja disusun agar para pemakai mengetahui Alat Pelindung Diri yang dibutunkan standar yang diminta dan kegunaannya. Kewajiban Untuk Menyediakan Dan Memakai Alat Pelindung Diri Disamping bahwa kesadaran menyediakan dan memakai Alat pelindung Diri itu bagi Pengurus/Pengusaha dan Pekerja merupakan keuntungan kepada mereka, pemerintah dalam hal ini telah mewajibkannya dalam undang-undang .Kewajiban untuk menyediakan bagi Pelaksana (Pengurus) pekerjaan menyediakan dan memakai Alat Pelindung Diri bagi para pekerja ada pada Undang-Undang Keselamatan Kerja No, 1 tahun 1970 seperti_kutipan dibawah ini > Pelalinan Mendor embesian / Penuiangan Baton UUJK, K3 dan POL. 45.3. BAB V PEMBINAAN Pasal 9 (1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul ditempat kerjanya b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya. ¢. Alat Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. BAB Vill KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA. Pasal 12 Dengan peraturan dan perundangen diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk 1. Memakai Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan. 2. Memenuhi dan mentaati semua syarat syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. 3. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-syarat_keselamatan kerja yang diwajibkan diragukan olehnya dst BAB X KEWAJIBAN PENGURUS Pasal 14 ¢, Menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya ......dst KEBIASAAN UNTUK MENGGUNAKAN PELINDUNG Peralatan pelindung iri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu hendaknya diimbangi dengan kesungguhen Kontraktor menerapkan aturan penggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa segi yang perlu perhatian dan pemecahan sekaligus > Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu kerja dan ikat pinggang pengaman memang kurang menyenangkan pekerja. Memanjat dengan memakai sepatu bahkan akan terasa kurang aman bagi yang tidak jerbiasa, mula-mula terasa memperiambat pekerjaan. Memakai sarung tangan 418 Pelathan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UULK, K3 dan PDL, juga mula-mula akan terasa risih. Memang diperlukan waktu agar menggunakan alat pelidung dir! itu menjadi kebiasaan. Tetapi yang penting pada akhimya harus terbiasa. > Diperiukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan mengenakan sanksi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung tersebut, > Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah dlanggarkan oleh Kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan menggantikan alat pelindung diri oleh Kontraktor. 4.5.4, Jenis Alat Pelindung Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri dan jasa lain, digunakan juga dalam dunia Konstruksi, arena dunia konstruksi bukan hanya untuk membangun fasilitas baru tetapi digunakan pula dalam pemeliharaan dan perbaikan suatu fasilitas yang masih berjalan. a, Baju Kerja baju kerja dipakai selama melakukan tugas pekerjaan dengan ukuran yang pas dengan besar dan tingginya badan, para tenaga kerja dengan badan cukup memadai sesuai jenis pekerjaan. b. Pelindung Kepala Untuk pekindung kepala selalu digunakan Helm Pengaman, yang berguna untuk menghindari risiko kejatuhan benda-benda tajam dan berbahaya. Peralatan atau bahan kecil tetapi berat bila jatuh dari ketinggian dan menimpa kepala bisa berakibat mematikan. Kecelakaan yang menimpa kepala sering terjadi sewaktu bergerak dan berdiri dalam posisi berdiri atau ketika naik ketempat yang lebih tinggi. Terutama bila ditempat yang lebih tinggi pekerjaan sedang berlangsung. ‘Aturan yang lebin keras pada daerah seperti ini harus diberiakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang memasuki area tersebut. Upaya ini ditambah lefiet-eflet peringatan tertulis yang jelas dan mudah terbaca. Jenis Helm yang digunakan juga harus standar. Ada standar Nasional dan ada juga stander Internasional. Juga cara pemakaiannya harus betul, tali pengikat ke dagu harus terpasang sebagaimana mestinya sehingga tidak mudah terlepas. Pelatinan Mandor Pembesian Penulangan Beton UK, K3 dan POL SSE eeEeEEE—E— ¢. Pelindung Kaki Sepatu Keselamatan (Safety shoes) untuk menghindari kecelakan yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau kayu, terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar pada waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja pada pekerjaan tanah dan pengecoran beton. Pada umumnya di pekerjaan konstruksi, kecelakaan kerja terjadi_karena tertusuk > paku yang tidak dibengkokkan, terpasang vertical di papan sebagai bahan bangunan yang berserakan ditempat kerja. Ada beberapa jenis sepatu kerja : + Memakai pelindung kaki agar aman dari kejatuhan benda, + Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air. © Sepatu untuk memanjat. » Sepatu untuk pekerjaan berat. » Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan bahan sejenis. @. Pelindung Tangan Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera lecet atau terluka pada tangan seperti pekerjaan pembesian fabrikasi dan penyetelan, Pekerjaan las, membawa barang —barang berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali, Banyak kecelakaan luka terjadi di tangan dan pergelangan dibanding bagian tubuh lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak, terkelupas, terpotong, memar atau terbakar bisa berakibat vatal dan tidak dapat lagi bekerja. Diperlukan pedoman penguasaan peralatan teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti ‘Sarung Tangan. Pekerjaan-pekerjaan yang yang memerlukan pelidung tangan misalnya adalah : © Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar, tajam atau permukaan menoniol. © Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau zat- zat seperti aspal dan resin beracun ¢ Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik dan cuaca. ‘Ada berbagai sarung tangan yang dikenal a * Sarung Tangan Kulit Sarung Tangan Katun * Sarung Tangan Karet untuk isolasi Sarung Tangan Kulit digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan pemindahan pipa dit Petatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton WUJK, K3 dan POL ‘Sarung Tangan Katun digunakan pada pekerjaan besi beton , pekerjaan bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk pekerjaan ketinggian. ‘Sarung Tangan Karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak ada yang robek agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik. e. Pelindung Pernafasan Beberapa alat pelindung pernafasan ( masker) diberikan sebagai berikut, dengan penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi dlapangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan » 1). Masker Pelindung Pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman ( Shade of Lens ) yang disesuaikan dengan diameter batang las ( welding rod ) 2), Untuk welding rod 1/16" sampai 5/32" gunakan shade no.10 b). Untuk welding rod 3/16 sampai %“ gunakan shade no 13 2). Masker Gas dan Masker Debu adalah alat perlindungan untuk melindungi pernafasan dari gas beracun dan debu. Dalam pekerjaan di proyek banyak terdapat pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau gas yang berasal dari : + Peralatan pemecah dan batu, © Kecipratan pasir. * Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes. + Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi zinkum, nike! atau cadmium, * Cat semprot. * Semburan mendadak. Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun, pelindung perafasan harus segera dipakai. Jenis Pelindung Pernafasan yang harus Gipakai tergantung kepada bahaya dan kondisi kerja masing-masing. Juga diperlukan latihan cara menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk pihak berwenang untuk peralatan Pelindung Pemafasan ini Bekerja di ruang tertutup seperti gudang atau ruangan bawah tanah ada kemungkinan terdapat bahaya asap, gas berbahay atau bahan-bahan yang rapuh wajib pula menggunakan perlindungan pemafasan Juga terdapat alat Pelindung Pemafasan jenis setengah muka yang terdiri atas : Betatinan Mando Pombesian/Penulangan Baton UUJK, K3 dan PDL, * Yang memakai alat fiter atau penyaring katrid. Filter ini perlu diganti secara berkala, © Pelindung Pernafasan dari gas dan asap + Filter kombinasi penahan gas dan asap. Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka memakai filter yang bisa melindungi mata maupun muka Pelindung Pemafasan yang lain ialah yang melindungi seluruh muka yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan merupakan jenis yang terbaik, terutama bila di tempat kerja kurang dapat cksigen. Udara dialirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada iklim panas alat ini terasa sejuk dan menyenangkan. Alat ini lebih mandiri tapi memeriukan petatihan cara memakainya sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya, f. Pelindung Pendengaran Pelindung Pendengaran untuk mencegah rusaknya pendengaran akibat suara bising diatas ambang aman seperti pekerjaan plat ogam. (batasan nilai ambang bates akan diterangkan dalam modu! kesehatan) 9. Pelindung Mata Kaca Mata Pelindung (Protective goggles) untuk melindungi mata dari percikan Joga cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata pelindung untuk pekerjaan menggerinda dan pekerjaan berdebu Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan. Kecalakaan yang mengenai mata seringkali terjadi dalam: + Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu, pembetonan dan memasang bata dengan tangan atau alat kerja tangan menggunakan tenaga listrik + Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat + Penutupan atau penyumbatan baut. + Menggerinda dengan tenaga listrik. + Pengelasan dan pemotongan logam. Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan, kebocoran atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair. Persoalan yang banyak terjadi adalah, kemalasan tukang untuk memakai pelindung, alat tidak cocok, atau memang alatnya tidak tersedia sama sekali di proyek, Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, KS dan POL h. Tali Pengaman & Sabuk Keselamatan (safety belt) Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari Ketinggian. Pencegahan Utama ialah tersedianya jaring pengaman. Tetapi untuk keamanan individu perlu kat Pinggang Pengaman / Sabuk Pengaman ( Safety Belt ). Yang wajib digunakan untuk mencegah cidera yang lebih parah pada pekerja yang bekerja diketinggian ( > 2 M tinggi). Contoh jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan Tali Pengaman + Pekerjaan perawatan pada bangunan struktur seperti jembatan. Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali Pengaman, diperlukan petunjuk dari pihak yang kompeten tentang tali pengaman yang paling cocok untuk suatu jenis pekerjaan. Termasuk cara penggunaan dan perawatannya, Tali Pengaman yang lengkap harus selalu dipakai bersama ‘kat Pinggang Pengaman. ‘Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adaiah + Batas jatuh pemakai tidak boleh lebin dari dua meter dengan cara meloncat + Harus cukup kuat menahan berat badan, + Harus melekat di bangunan yag kuat melalui tik kait diatas tempat kerja. Demikianlah Alat Pelindung Diri yang umum dipakai dan sifatnya lebih mendasar, Karena diluar itu sangat banyak sekali ketentuan-ketentuan yang harus diingat baik bila mengerjakan sesuatu, menggunakan peralatan tertentu dan menangani bahan tertentu. Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan meialui sistim pelatihan, kecelakaan yang diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri seperti ini akan jauh berkurang. Sebab dalam sistim pelatihan diajarkan cara menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa membahayakan. Hampir semua pekerja tukang kita tidak pemah dibekali pengetahuan metalul sistim pelatihan. Hanya memupuk pengalaman sambil langsung bekerja. Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja tentang pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh lebih berhasil bila merupakan program dalam paket pelatihan sejak berstatus calon pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan penyeebab angka kecelakaan kerja bidang konstruksi di Indonesia termasuk tinggi Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL SESS 4.5, Hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD Alat Pelindung Diri akan berfungsi dengan sempuma apabila dipakal secara baik dan benar . a. Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memilki SNF atau standar Internasional lainnya yang diakui b. Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat. ¢. Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar. 4, Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidak nyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan untuk menolak memakainya . Alat Pelindung Dir tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau memang terasa tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut f. Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik g. Semua pekerjapengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi harus memakai alat pelindung dirl yang diwajibkan seperti Topi Keselamatan dll. 4.8.8, Contoh alat pelindung diri (APD) [aS TreIN a ened dee eeu iy x Feline ‘ Petatihan Mandor Pembesian ! Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL SSS Gambar. 4.1 - Alat Pelindung Diri Contoh penggunaan Safety belt yang benar Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WUAK, K3 dan POL ee 48, 46.1. ‘Gambar. 4.2 - Penggunaan Safety Belt Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Umum Suatu kecelakaan kerja dapat saja terjadi menimpa operator atau orang sekitamya pada saat pengoperasian peralatan dan tindakan pertama adalah memberikan pertolongan sesegera mungkin sebelum penderita mendapat perawatan medis lebih lanjut dari ahiinya (rumah sakit, poliklinik). Dari sisi peraturan keselamatan kerja, hal tersebut merupakan hak setiap tenaga kerja untuk mendapatkan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan kerja dan oleh sebab itu pihak perusahaan diwajibkan menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama tersebut dalam kotak P3K pada setiap alat Disamping itu perlu ada suatu pelatihan khusus dalam menangani kecelakaan kerja tersebut, sehingga pada sal terjadi kecelakaan telah dapat dilakukan pertolongan pertama dengan benar dan baik, Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WUJK, 3 dan PDL 46.2 Maksud Dan Tujuan 4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) diselenggarakan untuk memberikan pertolongan permulaan/awal yang diperlukan sebelum penderita dibawa ke Rumah Sakit/Poliklinik terdekat. Pertolongan pertama ini memegang peranan yang penting, karena tanpa pertolongan pertama yang baik, korban mungkin tidak akan tertolong lagi kalau harus menunggu pengangkutan ke rumah sakit. 2, Mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kematian, jika bahaya tersebut sudah ada, seperti pada koran yang shock, terjadi pendarahan yang luar biasa atau pada korban yang pingsan. 3. Mencegah bahaya cacat, baik cacat rohani ataupun cacat jasmani 4. Mencegah infeksi, artinya berusaha supaya infeksi tidak bertambah parah yang disebabkan perbuatan — perbuatan atau pertolongan yang salah. 5. Meringankan rasa sakit Perlu diingat bahwa pemberian pertolongan pertama tersebut harus dilaksanakan dengan cara-cara dan prosedur yang benar, karena cara atau prosedur yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi korban bertambah buruk. Oleh karena itu penotong harus paham benar dalam P3K, dan perlu latihan. 4.6.3. Pedoman Umum Untuk Penolong 1. Menilai situasi a. Pethatikan apa yang terjadi secara cepat tetapi tenang ; * Apakah korban pingsan. henti jantung atau henti nafas. * Apakah korban mengalami pendarahan atau Iuka. # Apakah korban mengalami patah tulang, Apakah korban mengalami rasa sangat sakit yang berlebihan. + Apakah korban mengalami luka baker. b. Perhatikan apakah ada bahaya tambahan yang mengancam korban atau penolong, a. Ingat jangan terialu berani mengambil resiko, perhatikan Keselamatan diri penolong, 2. Mengemankan tempat kejadian ‘+ Lindungi korban dari bahaya. Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK,K3 dan PDL ——————— eI + Jika perlu mintalah orang lain untuk membantu atau laporkan kepada agian terkait (misal Telpon No, 021 - 118 atau Rescue Team Perusahaan). 3. Memberi pertolongan a Rencanakan dan lakuken pertolongan berdasarkan tyjuan P3K sbb : ‘| Menciptakan lingkungan yang aman. + Mencegah kendisi korban bertambah buruk. « Mempercepat kesembuhan. ‘+ Melindungi korban yang tidak sadar. * Menenangkan korban/penderita yang terluka. * Mempertahankan daya tahan tubuh korban menunggu pertolongan yang lebih tepat dapat diberikan. Jika pertolongan pertama telah ditakukan, maka segera angkut korban tapi Jangan terburu-buru atau serahkan pertolongan selanjutnya kepada yang lebih ahli atau bagian yang bertugas menangani kecelakaan atau kirim ke Dokter atau rumah sakit terdekat. 4.6.4, Jenis Kecelakaan 4. Kecelakaan yang dapat membawa maut ‘Coma (collapse) Gejala — gejalanya: + Keluar keringat dingin. © Pucat. © Denyut nadi lemah. + Telinga berdengking + Mual + Mata berkunang — kunang © Badan lemas. Cara pertolongannya: + Tidurkan penderita terlentang dengan kepala agak direndahkan + Longgarkan pakaiannya. + Usahakan agar penderita dapat bernafas dengan udara seger. + Kalau ada beri selimut agar badannya menjadi hangat. + Selanjutnys kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat. Pelatinan Mandor Perbesian/ Penulangan Beton WUJK, K3.dan POL Se EEO b. Shock (gugat) Hal ini disebabkan oleh suatu keadaan yang timbul karena jumlah darah yang beredar dalam pembuluh darah sangat berkurang yang dapat disebabkan leh: 1. Pendarahan keluar atau ke dalam. 2. Luka bakar yang luas yang menyebabkan banyak cairan/serum darah yang keluar. Tandatandanya: « Nadi berdenyut cepat, lebih 100 kali/menit Kemudian melemah, lambat dan menghilang. + Pemafasan dangkal dan tidak teratur. ‘+ Bila keadaan tambah lanjut penderita jadi pingsan. + Penderita pucat dan dingin. + Penderita merasa mual, lemas, mata berkunang, Pandangan hampa dan tidak bercahaya. Pertotonga + Baringkan penderita ditempat yang udaranya segar dan kepala lebih rendah dari kaki. ‘+ Bersihkan mulut dan hidungnya dar! sumbatan. * Hentikan pendarahan bila ada. + Longgarkan pakaian penderita, ‘+ Kalau ada berikan selimut agar penderita menjadi hangat. © Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat. ‘© Jangan memberi minum. c. Pingsan Fungsi otak terganggu sehingga penderita tidak sadar. Gejala: + Penderita tidak sadar, tidak ada reaksi terhadap rangsangan. ‘+ Penderita berbaring dan tidak bergerak ‘+ Pernafasan dan denyut nadi dapat diraba. Pertolongan: Baringxan penderita di tempat teduh dan segar. Apabila mukanya merah, kepalanya ditinggikan, dan apabila pucat baringkan tanpa alas kepala. + Pakaiannya dilonggarkan. Platihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUSK, 43 dan PDL —_—_——— ESE ee * Penderita jangan ditinggalkan seorang din dan perlu dijaga. + Tenangkan bila gelisah « Kalau ada, berikan selimut agar badannya menjadi hangat. + Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat. ¢. Mati Suri Yaitu keadaan pingsan dimana peredaran darah dan pernafasan tidak mencukupi lagi Keadaan ini sudah merupakan keadaan yang gawat, karena penderita berada diantara pingsan dan mati. Gejala: + Perafasan tidak tampak dan nadi tidak teraba. * Pupil melebar dan tidak menyempit dengan penyinaran. + Muka pucat dan kebiru-biruan. Cara Pertolongan: + Baringkan terlentang dan longgarkan pakaian penderita. + Hilangkan semua barang yang dapat menyumbat pernafasan. « Berikan perafasan buatan. Pernafasan buatan adalah suatu usaha mencoba agar paru-paru penderita dapat bekerja kembali dengan cara mengembang dan mengempiskan paru — paru itu. ‘Setanjutnya di kirim ke Dokter atau rumah sakit terdekat Gambar 4-3 - Cara pernafasan buatan dari mulut ke mulut e. Pendarahan 1) Dilihat dari sudut keluamnya darah, pendarahan ada 2 macam yaitu: * Pendarahan keluar. Pelatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL SSS EE « Pendarahan ke dalam. 2) Dilihat dari sudut macamnya pembuluh darah yang putus, pendarahan ada 3 macam yaitu: « Pendarahan pembuluh nadi (arterial). * Pendarahan pembuluh balik (vena). ‘+ Pendarahan pembuluh rambut (capiler) 3) Untuk memberikan pertolongan terhadap penderita yang mengalami pendarahan dapat dilakukan dengan bermacam - macam cara diantaranya: Cara pertama + Penderita didudukan atau ditidurkan tergantung dani hebatnya pendarahan. + Bagian tubuh yang mengalami luka ditinggikan. + Hentikan pendarahan dengan menekan anggota bagian diatas luka. © Bersihkan luka dari kotoran yang ada. + Letakkan diatas luka, sepotong kain kasa steril berfipat dan tekan sampal darah berhenti keluar, kemudian pasang pembalut tekan (plester) 4) Untuk pendarahan yang hebat ditangan atau kaki dapat digunakan cara torniquet (torniket, penarat darah}. Tomiket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran daerah di bawahnya terhenti sama sekali, Perhatikan bila menggunakan penarat darah’ + Tiap 10 menit harus dikendorkan dengan memutar kayunya; | Memasang penarat darah antara luka dan jantung; + Penderita yang dikomiket harus segera dibawa ke rumah sakit untuk pertolongan lebih lanjut dan harus mendapat prioritas pertama, + Harus dicatat jam berapa penarat darah dipasang dan dibuka; + Cara tomiket ini hanya dianjurkan bagi mereka yang sudah menguasai. 2. Luka-fuka Luka adalah adanya jaringan kulit yang terputus atau rusak oleh suatu sebab. Menurut sebabnya dapat dikenal bermacam - macam luka yaitu sebagai berikut: Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton © Luka memar kena puku! © Luka gores © Luka tusuk Luka potong © Luka bacok © Luka robek © Luka tembak © Luka baker. UUJK, K3 dan PDL a. Memberikan pertolongan kepada penderita yang mengalami Juka pada dasarnya adalah: 1). Menghentikan pendarahan 2). Mencegah infeksi 3). Mencegah kerusakan tebih lanjut 4), Menggunakan cara yang memudahkan/ mempercepat penyembuhan. ». Cara memberikan pertoiongan pertama penderita yang mengalami luka adalah sebagai berikut: 1). Luka di kepala Gambar 4.4 - Cara memposisikan penderita luka di kepala Gamber 4.5 - Cara memposisikan penderita luka di dade Tidurkan penderita terlentang tanpa alas kepala jika disertai pingsan Oleskan obat merah dengan Tutup dengan kasa steril dan perban Segera bawa penderita ke Dokter atau rumah sakit terdekat kapas 2). Luka di dada terbuka tembus paru-paru ‘Tidurkan penderita setengah duduk Rawat lukanya seperti merawat Iuka biasa Berilah plester atau pembalut penekan supaya udara tidak masuk Segera bawa penderita ke Dokter atau rumah sakit terdekat Pelatinan Mandor Pembesi Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL, 3). Luka di perut melintang + Tidurkan pederita % duduk + Tutup lukanya dengan kasa steril ‘+ Balutah lukanya dengan kain segitiga * Jangan memberi makanan/minuman kepada penderta Gambar 4.6 - Cara memposisikan Per penderita luka di perut. © « +Segera bawa penderita ke Dokter atau ‘melintang rumah sakit terdekat 4), Luka perut membujur ‘+ Tidurkan penderita terlentang ‘© Selanjutnya lakukan seperti memberi pertolongan pada luka perut melintang Gambar 4.7- Cara memposisikan penderita luka di perut membujur 5). Luka bakar Dilihat dari berat tidaknya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa tingkat: a Luka bakar tingkat | (Erythema) + Wama luka kemerah-merahan * Yang terbakar hanya lapisan atas dari kul ari © Penderita merasakan sakit, dan luka bengkak Cara memberikan pertolongan: + Hapusken kekuatan dari bahan yang membakar * Berikan obat livertran zalf atau bio-placentan/obat luka bakar * Tutup iuka bakar dengan menggunakan kasa sterit * Balut dengan cara longgar-longgar + Berikan banyak minum kepada penderita Jaga agar penderita jangan sampai kedinginan Luka bakar tingkat II (Bullosa) Luka bakar tingkat II mempunyai tande-tanda sebagai berikut: + Kult melepuh, * Pembakaran sampai kulit ari + Terdapat gelembung-gelembung berisi cairan Petatinan Mandor Pembesian | dan PDL Cara memberikan pertolongan = Tutup luka dengan menggunakan kasa steril « Berikan banyak minum kepada penderita © Jaga agar penderita tidak sampai kedinginan ‘+ Bawa penderita ke rumah sakit ¢. Luka Bakar Tingkat Ill (Escarotica) Luka Bakar tingkat III mempunyai tanda-tanda sebagai berikut: + Pembakaran sampai pada kulit jangan © Warna luka hitam keputih-putihan Cara memberikan pertolongan adalah seperti memberikan pertolongan pertama pada penderita Iuka bakar tingkat Il. 4d. Luka Bakar tingkat IV (Camisasio) Luka Bakar tingkat IV mempunyal tanda-tanda sebagai berikut: + Pembakaran sampai pada jaringan ikat atau lebih + Kulit Bakar atau kulit jangat telah terbakar Cara memberikan pertolongan kepada penderita luka bakar tingkat IV sama seperti memberikan pertolongan pada penderita Iuka baker tingkat HV atau tingkat I, 3. Patah tulang Pertolongan pertama pada penderita yang mengalami patah tulang adalah merupakan salah satu pertolongan yang sangat penting, karena dengan memberikan pertolongan pertama berarti berusaha untuk mencegah penderita dari kehilangan salah satu anggota badan. Dilihat dari jenisnya patah tulang terdiri dari a. Patah tulang terbuka Artinya: tulang yang patah menonjol keluar yang langsung berhubungan dengan udara (ada Iuka diluar) b. Patah tulang tertutup Artinya: tulang yang patah, ujungnya masih tertutup (tidak berhubungan dengan udara luar) c. Gejala — gejala patah tulang : + Penderita tidak dapat menggerakan bagian badan yang patah ‘© Tempat tulang yang patah amat sakit dan akan terasa lebih sakit bila tempat yang patah tersentuh atau bila digerakkan Pelathan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL + Bentuk bagian badan itu berlainan dari biasanya + Disekitar tempat yang patah bengkak dan warnanya kebiru — biruan + Pada patah tulang terbuka, kulit dan daging robek, dan ujung tulang yang patah menjorok keluar d. Cara memberikan pertolongan pada penderita yang mengalami patah tulang: « Pakaian yang menutupi patah tulang tertutup tidak perlu dibuka, sedangkan patah tulang terbuka, pakaian harus dibuka (dirobekkan) agar dapat dibalut * Luka ditutup dengan kasa steril + Pada patah tulang terbuka hentikan pendarahan dengan pembalut + Kerjakan pembalutan yang memenuhi syarat © Anggota badan yang patah ditinggikan © Segera bawa ke rumah sakit @. Cara ~ cara pembidaian : * Bidai harus kedua seni dari tulang yang patah + Tidak boleh terlalu keras atau terlalu kendor ikatannya « Bidai dialasi agar jangan menambah perasaan sakit «© Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari atas dan dari bawah bagian yang patah ‘+ Sediakan dulu perlengkapan secukupnya sebelum melakukan pembidaian (1) Patah tulang paha Dibutuhkan 2 buah bidai © Satu bidai yang meliputi dari tumit sampai bagian atas paha Satu bidai yang lainnya sampai pinggang Gambar 4.8. Cara pertolongan «kat kedua bidai dengan menggunakan penderita patah mitella tulang paha (2) Patah tulang betis © Dibutunkan 2 buah bidai yang dapat meliputiimenutup dari tumit sampai paha iv ‘+ kat kedua bidai dengan menggunakan mittela Gambar 4.9 - Cara pertolongan enderita patah tulang betis Pelatinan Mandor Pembesian! Penulangan Beton (3) Patah tulang lengan atas Gambar ~ 4-12 Cara pertolongan penderita patah tulang selangka (6) Patah tulang rusuk as! Gambar 4-13 - Cara pertolongan penderita patah tulang rusuk * Tangan UUJK, K3 dan PDL * Sediakan bidai yang dapat metiputi tulang belikat sampai jari — jari dengan digendong siku pembalut (mittela) Gambar 4-10 - Cara pertolongan penderita patah tulang lengan atas Sediakan bidai yang meliputi sendi siku sampal jari — jari * Ikatkan bidai itu pada bagian atas dan bawah luka © Gendong lengan dengan siku pembalut (mittela) Gambar 4-11 - Cara pertolongan penderita patah tulang lengan bawah = Beri ransel perban dengan bagian yang diberi alas © Atau ikat kedua lengannya dipunggung + Atau diberi pembalut penunjang tinggi (mitela tinggi) © Beri pembalut lester menurut panjangnya'rusuk « Plester harus meliputi tulang dada sampai tulang punggung Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL EE ———————————— (7) Patah tulang belakang ~S 4, Bil ada luka + Tidurkan penderita terlungkup + Rawatlah luka terlebih dahulu + Di bawah dada serta di bawah kaki diberi alas + Bawa penderita ke rumah sakit 2. Bila tidak luka © Tidurkan penderita terlentang Gambar 4-14 - Cara pertolongan penderita patah tulang belakang * Di bawah pinggang diberi alas atau 1. Bila ada iuka - 2. Bila tidak luka bantal tipis 4.6.5. Pemakaian Obat-Obat PPPK 4. Mercurochroom Penggunaan —:_Untuk anti septik (anti infeks’) pada luka-luka dalam Cara penggunaan : Untuk mengobati iuka~iuka yang tidak dalam, lecet- lecet. Lukallecet yang kotor dibersinkan dahulu, lalu diolesi mercurochroom, jika luka-lukanya tidak berair biarkan dalam keadaan terbuka saja, tidak usah dibaiut. 2. Sutfanilamid powder steril Penggunaan =’ Sebagai anti septik (anti infeksi) untuk luka-luka dalam Cara penggunaan : Taburkan sulfanilamid powder steril pada luka-luka terutama luka dalam, lalu ditutup dengan kain steril 16 x 16 dan dibalut atau dipiester. 3. Larutan Rivanol Penggunaen ——:_ Sebagai anti septik (anti infeksi) Cara penggunaan : Mengobati lukaJuka yang kotor dengan jalan mengompres. Gunakan kasa steril 16 x 16, basahi dengan larutan rivanol dan kompreskan diatas luka, lalu dibalut. Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL eee eee ee 4. Levetraan Zalf Penggunaan Untuk mengobat Iuka bakar Cara penggunaan : Oleskan levetraan zalf diatas Iuka bakar, tutup dengan kain steril 16 x 16, kemudian luka dibalut atau diplester. 4.7. Penyakit Akibat Kerja Faktor -faktor penyebab penyakit akibat kerja Penyakit kerja adalah penyakit akibat dari apa yang dikerjakan atau yang dihasilkan di pekerjaan, maupun peralatan yang dipakai untuk kerja, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja dapat dibagi dalam beberapa golongan antara lain : a. Golongan Fisik, antara lain : 1) Suara gaduh, bising dapat mengakibatkan pekak atau tuli 2) Tekanan yang berubah-rubah dapat menyebabkan penyakit caisson, malaria, filariasis dan lain-tain 3) Bakteri, al : penyakit anthrax yang ditularkan hewan kepada manusia 4) Jamur dapat menyebabkan penyakit kul, panu (pityriasis versicolor), Blasomycosi 8) Tumbuh-tumbuhan, getah tumbuh-tumbuban dapat menyebabkan penyakit kulit (Demabosis) 6) Virus b. Golongan Faal 1) Sikap badan yang kurang baik maupun beban berat dapat menyebabkan keluhan-keluhan di pinggang. 2) Kesalahan-kesalahan konstruksi mesin/peralatan ienimbulkan kelelahan fisik, bahkan dapat terjadi perubahan fisik tubuh 3) Kerja yang berditi terus menerus dapat mengakibatkan varices pada tungkai bawah atau latvoet pada kaki tenaga kerja &. Golongan Mental Psikologik 1) Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat/minat dan pendidikan 2) Beban tanggung jawab yang berat diluar batas kemampuannya (manageriat ilines) 3) Tidak dapat bekerja sama dengan kawan sekerja, atasan maupun bawahan 4.7.2, 47.3. 47.4, for Pembosian f Penulangan Beton ‘dan POL Macam penyakit akibat kerja pada pengoperasian peralatan Pada operator peralatan termasuk operator mesin penggelar aspal (asphalt paver) kemungkinan terjadinya mengidap penyakit akibat kerja terutama berkaitan dengan kondisifxonstruksi alat (posisi kerja), kondisi lingkungan kerja dan kondisi lapangan yang dihadapi setiap harinya. Penyakit tersebut antara lain: a. Menimbulkan keletihan di bagian kaki b. Syndrom sciatica yaitu keluhan nyeri dan pegal pada tulang belakang dan kadang menjalar sampai_ ke tungkai kaki ¢. Menyebabkan terjadinya kerusakan kecil pada persediaan tulang belakang, hal ini dilihat dalam pemotretan sinar Rountgen (X-Ray) Gangguan pendengaran sampai dapat terjadi ketulian Pada tempat berdebu, menyebabkan gangguan pernafasan Heat Stroke Malaria, kasus penyakit ini temnyata cukup banyak pada dewasa ini terutama petugas lapangan h. Penyakit kulit akibat serangga, kupu-kupu, kumbang orp ea i. Gangguan pencemaan, mual muntah sampai terjadi peradangan (grastitis akut) Pencegahan penyakit akibat kerja Penyakit akibat kerja, disamping kecelakaan kerja, merupakan suatu hambatan pada tingkat pengamanan maupun keamanan dalam bekerja. Dalam hal ini perlu adanya pengertian serta usaha pencegahan, baik untuk keselamatan maupun kesehatan kerja. Selain perlu adanya hubungan baik antara semua tenaga kerja maupun pimpinan. Hasil penelitian di Amerika, Philipina maupun di Eropa, menunjukkan bahwa pemeriksaan Kesehatan sebelum dan sesudah bekerja ternyata merupakan suatu penghematan biaya (effective cost) dibandingkan dengan biaya pengobatan dan perawatan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Upaya pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja merupakan tanggung jawab perusahaan yang difuangkan dalam peraturan perundangan berupa jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarganya yang meliputi : 1. Rawat jalan tingkat pertama 2. Rawat jalan tingkat lanjutan Petatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UU, 3 dan POL Oe 475. Noose Rawat inap Pemeriksaan kehamitan dan pertolongan persalinan Penunjang diagnostic Pelayanan khusus Pelayanan gawat darurat Peningkatan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Perlu adanya perhatian dari perusahaan dan tenaga kerja untuk bersama-sama meningkatkan mutu kesehatan di tempat kerja antara lain : 1 2 Lingkungan tempat kerja a. Halaman harus selalu bersih dari kotoran, debu dan harus teratur b. Jalan dirawat sehingga tidak berdebu ¢. Kebutuhan air bersih terpenuhi d. Tempat penampungan tenaga kerja harus memenuhi syarat kesehatan (kamar tidur, kamar mandi dan WC) dalam keadaan terawat baik e. Ruang kerja harus cukup penerangan dan ventilasi Gambar 4-15 - Kebersihan Lingkungan dan Peralatan Bila diperiukan gunakan alat untuk dapat ‘membersihkan tempat kerja dan peralatan Perlengkapar/Sarana a. Tersediaperlengkapan PPPK/obat b. Tersedia perlengkapan keselamatan kerja (topifhelm, kacamata, masker, pelindung telinga, sarung tangan dan sepatu pengaman) Gambar 4-16 - Kotak PPPK Harus tersedia dilokasi yang mudah dilinat dan narus selalu terisi dengan obatobatan yang untuk pertolongan pertama TTersedia alat pemadam kebakaran, diperik sa dan harus dalam keadaan baik Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton WU. KS dan POL a 48. 48.1. 4.8.2 3. Pembinaan mental cc. Waktu istirahat cukup (sesuai peraturan) d. Ada waktu rekreasi ¢, Ada acara permbinaan mental keagamaan 4, Pembinaan tenaga Pada program pelatihan secara teratur bagi semua tenaga kerja dalam hal penanggulangan kebakaran, pelaksanaan PPPK, dan tindakan penyelamatan bila terjadi kecelakaan kerja. Pemadam Kebakaran, Rambu Keselamatan Kerja dan Listrik Umum Kecelakaan di tempat kerja salah satu penyebabnya adalah akibat terjadinya kebakaran di dalam lokasi pekerjaan. Dalam kondisi apapun kebakaran ini harus diatasi sesuai dengan prosedur, baik dilakukan secara perorangan dengan alat pemadam kebakaran ataupun oleh unit khusus pemadam kebakaran Untuk mengatasi keadaan tersebut, setiap operator perlu dibekali dengan pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran sehingga dapat menghadapi kebakaran dengan benar sesuai prosedur, dilakukan dengan tenang (tidak panik) dan dapat melakukan pemberitahuan/pelaporan ke unit terkait secara tepat (dinas kebakaran, rumah sakit, polklinik, dan lain sebagainya). ‘Akan lebih baik melakukan pencegahan dari pada melakukan pemadam kebakaran Timbulnya Kebakaran 1. Penyebab Kebakaran adalah suatu bencana yang ditimbulkan oleh api, sukar dikuasai, tidak dinarapkan dan sangat merugikan. b. Sebab-sebab kebakaran secara umum : 1) Kurangnya pengertian terhadap bahaya kebakaran, 2) Kelalaian (tidak disiplin dalam melaksanakan pemeriksaan alat-alat yang dipakaif dioperasikan}, 3) Tidak disiplin dalam mematuhi peraturan pencegahan kebakaran. 4) Akibat gejala alam (petir, gunung meletus dan lain-tain) 5) Penyalaan sendiri 6) Disengaj. Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Seton UUJK, K3 dan PDL ¢. Penyebab terjadinya kebakaran pada peralatan : 2) Percikan api akibat hubungan pendek/korisluiting pada rangkaian kabel iistrik 3) Komponen overheating yang terlalu lama sehingga ada bagian yang membaraterbakar. 4) Bahan bakar/minyak pelumas yang berceceran terkena percikan api. 5) Sampah kering atau kertas di dekat sumber api (misalnya battery) 6) Puntung rokok yang masih menyela dibuang sembarangan. 7) Pekerjaan pengelasan. 8) Merokok di daerah larangan merokok (daerah rawan kebakaran) 9) Penyebab lainnya (misalnya korek api tertinggal datam ruang operator). 2. Unsur Terjadinya Api ‘Ada 3 (tiga) benda yang menjadi bahan pokok dari api, yaitu A = Angin, 02 (oksigen); bisa didapat dari udara bebas P = Panas, terdapat dari sumber panas (matahari, kortsluiting listrik, kompresi, energi mekanik) Inti, bahan bakar; bahan ini bisa berupa gas, padat, cair yang memiliki titik bakar yang berbeda-beda 48.3. Klasifikasi Kebakaran 1. Kelas A Benda padat selain logam yang mudah terbakar, yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh benda padat selain logam seperti : kayu, kertas, bambu dan lain- lain. Alat pemadaman yang dipakai : air, pasir, lumpur. 2. KelasB Benda cair yang mudah terbakar; yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh bahan bakar cair (bensin, solar, minyak tanah) dan gas (LPG, Nitrogen, dan lain-lain). Alat pemadam kebakaran yang dipakai : Air dicampur diterjen, racun api, karung basah. 3. Kelas C Yaitu Kebakaran yang ditimbulkan oleh adanya sumber panas lisirik (akibat kortsluiting atau hubung pendek). Alat pemadam kebakaran yang dipakai : CO2, 8CF, Dry Chemical Powder. Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3-dan PDL, as — 4. Kelas D Yaitu kebakaran logam seperti magnesium, titanium, sodium, potassium dan lain- lain. Alat pemadam kebakaran yang dipakai adalah Dry Chemical Powder. Menghadapi Bahaya Kebakaran 1. Sikap ‘© Jangan panik, berpikir jernih dan tenangkan dir. + Beritahukan adanya kebakaran kepada orang lain atau instansi terkait (Dinas Kebakaran), ‘+ Mengarahkan yang tidak berkepentingan untuk segera meninggalkan tempat. + Pergunakan alat pemadam api yang sesuailcocok. ‘* Mintalah pertolongan orang Jain untuk membantu dengan alat pemadam kebakaran. «= Percaya diri akan kemampuan mempergunakan alat pemadam kebakeran. + Melakukan pemadaman dengan cepat dan tepat dengan memperhatixan arah angin. 2, Usaha Mencegah Kebakaran Secara Umum * Jagalah kebersinan di lingkungan kerja. * Simpan bahan yang mudah terbakar di tempat yang aman. ‘* Penyimpanan bahan bakar ditempat yang memenuhi syarat dan aman. + Periksa alat pemadam kebakaran dalam kondisi baik. © Memiliki keterampilan mempergunakan alat pemadam kebakaran. Pelajati cara penggunaan alat pemadam kebakaran tersebut pada label yang dilekatkan di tabung. 3. Usaha Pencegahan Kebakaran pada Peralatan a. Bahan bakar, minyak pelumas, aspal panas dan zat anti beku merupakan ‘ahan yang mudah terbakar, Jauhkan korek api dan jangan merokok di dekat bahan yang mudah terbakar tersebut. b. Bila mengisi bahan bakar, matikan engine dan jangan merokok. Jangan meninggalkan lokasi pada saat mengisi bahan bekar. Kuatkan tutup tangki bahan bakar dengan baik. ©. Periksa secara berkala rangkaian kabel listrik dari kemungkinan terjadinya hubungan pendek. + Kabel luka/terkoyak, segera dibungkus isolasi atau diganti * Sambungan/terminal yang longgar, kuatkan atau ganti baru Pelatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton WUJK, K3 dan POL eee ee ee d. Seialu bersihkan/keringkan bila ada ceceran bahan bakar atau minyak pelumas di lantai atau bagian mesin lain. e. Bersihkan battery dan di sekeliingnya dari sampah kering atau kertes yang mudah terbaker. {Bila merokok dalam ruang operator, matikan rokok dan buang puntungnya ke dalam asbak yang telah tersedia. Jangan membuang puntung sembarangan. g. Hindari pengelasan di dekat tangki bahan bakar atau pipa minyak. h. Harus yakin bahwa alat pemadam kebakaran telah berada di tempatnya dalam keadaan baik. Baca aturan penggunaannya agar dapat dipakai saat diperiukan. i. Harus mengerti apa yang harus dilakukan saat terjai kebakaran. j. Catat semua nomor telepon penting untuk dapat dihubungi sewaktu terjadi kebakaran (ambulan, petugas pernadam kebakaran), 4. Usaha Penyelamatan Dari Kebakaran Bila dalam pengoperasian terjadi kebakaran pada distributor, usaha penyelamatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Putar main switch ke posisi OFF, maiikan seluruh aliran listrik. b. Segera keluar dari tempat operasi . Bila masih sempat, gunakan alat pemadam kebakaran untuk mematikan api semampunya. Usaha tersebut sebagai langkah dasar dalam penyelamatan, dan sesuai kondisi lapangan dapat dicari upaya lainnya Untuk itu peritr diadakan latihan penyelamatan dari kebakaran 4.8.5. Peralatan Pemadam Kebakaran 4. Air (air sungai, air hujan, air selokan, hidran dan lainain) dan pasir. 2. Alat pemadam api menggunakan bahan busa/Foam; terdiri dari: natrium bicarbonat, aluminium sulfat, air. Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUAK, K3 dan POL See eee eee eee eee ss ee eee A. Aiat ini balk dipergunakan untuk kebakaran kelas_B. Cara menggunakannya : ‘* Balik/putar posisi alat pemadam, dan segera balikan lagi ke posisi asal. + Buka katup/pen pengaman. * Arahkan noseVnozile; dengan memperhatikan arah angin dan jarak dari tabung ke sumber api. Gambar 4-17 - Alat Pemadam Api Busa 3. Pemadam api dengan bahan pemadam CO2 (carbon dioksida) Dapat dipergunakan dengan baik bila tidak ada angin atau arus udara Cara mempergunakan : + Buka pen pengaman. + Tekan tangkai penekan. * Arahkan corong ke sumber api, dengan memperhatikan jarak dan arah angin. Gambar 4-18 - Alat Pemadam Api CO2 Keterangan gambar : 4. Tangkai penekan. Pen pengaman. Saluran pengeluaran Slang karet tekanan tinggi Horn (corong). ea eN 4. Pemadam api dengan bahan pemadam Dry Chemical Jenis ini efektif untuk kebakaran jenis B dan C, juga dapat dipergunakan pada kebakaran kelas A. Bahan yang dipergunakan ‘+ Serbuk sodium bicarbonatinatrium sulfa. Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton = Gas COMNitrogen. UUJK, K3 dan POL Cara mempergunakan = Buka pen pengaman. © Buka timah penutup. © Tekan tangkai penekan/pengatup. * Arahkan corong ke sumber api, dengan ‘memperhatikan jarak dan arah angin. Gambar 4-19 - Alat Pernadam Api Dry Chemical 5. Pemadam Api dengan Bahan Jenis BHF/Halon Keterangan gambar 1. Pengaman. 2. &3 Pengatup. 4. Bolt Valve. 5. Pipa saluran Gas. 6. Nozzle. 1. Lingkungan Kerja. Cara mempergunakan : * Buka pen pengaman «Tekan tangkai penekan/pengatup. * Arahkan coronginozile ke sumber api, dengan memperhatikan jarak dan arah angin. Gambar 4.20- Alat Pemadam Api Jenis BHF Rambu-Rambu Keselamatan Kerja Bebas dari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit seperti: debu, gas beracun, bising dan lain-tain Simpan bahan bakar dan pelumas di tempat yang aman. UUJK, K3 dan POL Gambar 4-21 - Peringatan Menjauhkan Sumber Api dari Bahan Bakar Jaga Kebersihan Lingkungan. Gambar 4-22 - Tidak boleh membuang kotoran dan limbah sembarangan 2. Petunjuk/Tanda Peringatan (Simbol) Danger, Warning, Caution Apabila melihat tanda atau seperti ini Dan Arti Tertulis Pada Alat Berat i seperti ini, usahakan untuk lebih berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya Kecelakaan kerja. DANGER WARNING Danger (bahaya) Artinya sebuah peringatan akan adanya bahaya yang mengancam (sangat dekat) dan dapat mengakibatkan cidera_bahkan, kematian . jika petunjuk tersebut tidak dilaksanakan Warning (Peringatan) Artinya sebuah peringatan akan adanya keadaan bahaya yang potensial yang jika tidak dijauhi (aihindari) dari radius kerja, a Pelatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan PDL 4.8.7. dapat mengancam keselamatan kerja yang ‘akan mengakibatkan cidera atau mati. Caution! (Perhatian) Artinya sebuah ~—peringatan yang CAUTION mengingatkan adanya situasi bahaya, yang jika tidak dihindati dapat_mengakibatkan kecelakaan. Gambar 4-23 - Tanda (Simbol) Peringatan Pemakaian listrik Listrik digunakan pada hampir semua kegiatan kehidupan masyarakat baik di rumah tangga, industri, telekomunikasi, perhubungan dan sebagainya Di rumah tangga listrik digunakan mulai dari penerangan sampal kepada penggunaan alat-alat rumah tangga seperti, setrika listrik, kompor, alat memasak dan lain sebagainya. Industri listrik digunakan disamping untuk penerangan, juga digunakan untuk menggerakkan seluruh mesin-mesin yang ada diindustri tersebut seperti mesin pintel pada industri tekstit, sampai kepada industri berat seperti pabrik baja logam Cilegon. Untuk menggerakkan peraiatan dan mesin, listrik tidak fangsung dapat menjalankannya. Untuk itu diperlukan alat-alat bantu yang disebut motor listrik. Jai motor listrik berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik. Listrik yang digunakan di dalam rumah tangga dan industri sebagian besar menggunakan listrik arus bolak-balik atau AC. ‘Ada sebagian peralatan rumah tangga atau industri yang menggunakan listrik aus searah (DC) seperti lampu baterai, mobil, motor arus searah dan sebagainya. Di dalam penggunaan listrik disamping mempunyai berbagai keuntungan, namun mengandung bahaya yang sangat potensial yang dapat _menyebabkan bahaya kecelakaan sampai kepada kematian seseorang disamping bahaya kebakaran yang tidak dapat kita perkirakan sebelumnya, Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUSK, K3 dan PDL —eeeeee—_————EEeE—————— a. Faktor penyebab kecelakaan listrik 1. Kecelakaan dan kebakaran akibat listrik disebabkan oleh: Mengaiimya arus listrik pada tubuh manusia melalui sentuh langsung maupun tidak langsung, + Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif peralatan listrik atau isolasi listik yang datam keadaan kerja normal bertegangan. ‘+ Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau instalasi listrk, yang dalam keadaan kerja normal tidak bertegangan tetapi menjadi bertegangan karena kegagalan isolasi. 2. Tingkat bahaya listrik pada manusia ditentukan oleh: © Besar keciinya arus listrik: 0-11 MA = _Batas arus yang diebut perception current, yang hanya menstimulir syaraf_ _perosa, hingga terasa suatu rangsangan/getaran, tetapi tidak menyebabkan apa-apa. 1,1-15 MA = Batas arus yang disebut /et go current, menyebabkan syaraf terasa sakit, tangan seperti kejang, telapi bagian tubuh yang tersentuh masih dapat melepaskan obyek yang dipegang. 15-20 MA = Syaraf terasa sakit, kejang akan menialar ke mulut dan sulit untuk di katupkan tekanan darah akan menarik 20-250 MA = — Batas arus yang mulai disebut Fibrillating current dan menyebabkan ventricular fibrifation yaitu rusaknya susunan syaraf eampai berhentinya denyut jantung sehingga akan berakibat kematian bagi penderita © denis Arus Arus bolak-balik mempunyai tingkat bahaya lebih tinggi dari arus searah yaitu kira-kira tiga kali lebih tinggi dari arus searah. + Waktu (lamanya) arus mengalir Waktu pengaliran arus ke dalam tubuh manusia menentukan tingkat bahaya bagi manusia. Hal ini dapat diambil rumusan besamya arus dan lamanya arus itu mengalir ke dalam tubuh manusia. Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL 10 1 =10— MA (IEC) t © Daerah atau bagian tubuh yang tersentuh oleh aliran listrik Oleh karena hanya tahanan untuk bagian-bagian tubuh manusia berbeda dan tidak merata, maka bagian tubuh yang tersentuh arus_listrik menentukan tingkat kecelakaan. (1) tidak meratanya kelenjar, keringat (2) banyaknya darah yang melalui pembuluh darah (2) pemeabiliter kul + Kondisi fisik & Kejiwaan Semua organ tubuh yang hidup mempunyai sifat Keaktifan sendiri ‘merubah harga tahanan tubuh sesuai situasi Kondisi dan tubuh pada sat itu + Efek rangsangan madan listrik tegangan tinggi ‘Sebagaimana diketahui bahwa arus akan mengalir dari potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah, 3. Hubungan Singkat Hubungan singkat adalah hubungan antara dua tik pada satu rangkaian melalui tahanan yang dapat diabaikan yang disebabkan oleh adanya gangguan. Arus listrik akan mengalir melalul dua penghantar yang berlalinan antara hantaran satu dengan lainnya yang dibatasi oleh isolasi, kecuali_ untuk hantaran tanpa isolasi/telanjang, Pada hubungan singkat, mengakibatkan bahwa: Anus (!) menjadi besar tak terhingga (~), karena: E Menurut hokum Ohm = Dimana: | =besararus, dalam kesatuan Ampere (A) E = besar tegangan, dalam kesatuan Volt (V) Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUSK, K3 dan POL, EES —————E—eee R_ =besar tahanan, dalam kesatuan Ohm (0) yang dalam hal ini adala no! (0) 4. Beban lebih Beban lebih disebabkan oleh ketidak mampuan suatu hantaran terhadap arus listrik yang mengalir padanya sehingga menimbulkan panas yang berlebihan Seperti diketahui bahwa suatu inti hantaran baik berisolasi maupun tanpa berisoiasi bila dialiri arus akan timbul panas besar: Q=lRT Dihubungkan dengan jenis logam yang digunakan dan luas penampangnya maka setiap inti dari hantaran mempunyai kekuatan/kemampuan yang disebut emampuan Hantar Arus (KHA). Hantaran dengan ukuran 1,5 mm? mempunyai KHA berbeda dengan hantaran dengan ukuran 2,5 mm? jadi beban lebih terjadi bila arus yang mengalir dalam hantaran lebih besar dari nilai yang maksimum yang diizinkan dalam hantaran tersebut. Hubungan singkat dan beban akan lebih mengakibatkari kebakaran dapat terjadi bila terdapat tiga unsure yaitu: udara, bahan yang dapat/mudah terbakar dan panas dengan perbandingan tertentu. Hubungan singkat dan beban lebih akan menimbulkan panas yang berlebinan sepanjang hantaran. Hubungan singkat ini dapat mengakibatkan Kebakaran, terjadinya korsleting listrik ini dapat kemungkinan dikarenakan penggunaan kabel yang sudah tua atau tidak memenuhi persyaratan dalam pemilihan kabel / perasangan: instalasi. Apabila panas ini telah mencapai titik nyala dan hantaran tersebut berada atau dekat dengan benda yang mudah terbakar maka akan terjadi kebakaran. 5. Usaha pencegahan terhadap bahaya listrik Secara keseluruhan telah ditetapkan di dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL)1977. Namun secara singkat akan diuraika prinsip-prinsip usah pencegahan terhadap bahaya listrik yaitu: Petatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUUK, K3 dan PDL SS SS a. Pengamanan terhadap bahaya sentub langsung Sentuh fangsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif dari peralatan listrik atau instalasi listrik. Bagian aktif peralatan listrik adalah bagian konduktif yang merupakan bagia dari rangkaian listriknya, yang dalam keadaan kerja normal bertegangan. Pengamanan tersebut digolongkan dalam 2 golongan: ‘© mencegah terjadinya sentuh langsung antara lain: isolasi konstruksi, lokalisasi, dan cara ini tidak berlaku pada ruang kerja listrik. * menghindari bahaya akibat sentuh fangsung antara lain: tegangan rendah pengaman, cara ini tidak berlaku pada ruang bahaya kebakaran atau bahaya peledaken. b. Pengamanan terhadap bahaya sentuh tak langsung ‘Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau instalasi istrik., yang dalam kerja normal tidak bertegangan tetapi menjadi bertegangan karena kegagalan isolasi. Kegagalan isolasi tersebut dapat dicegah dengan cara: = desain dan konstruksi yang cermat untuk peralatan listrik. isolasi yang tepat pada bagian aktif. ~- pemasangan instalasi yang memenuhi syarat. Di samping cara-cara ini juga dapat dicegah dengan tindakan-tindakan pengamanan sebagal berikut 1) Isolasi pengamanan. 2) Tegangan rendah pengamanan. 3) Pentanahan pengaman. 4) Pentanahan netral pengaman. 5) System hantaran pengaman. 6) Sakelar pengaman tegangan. 7) Sakelar pengaman arus sisa 8) Pemisah pengaman. ¢. Usaha pencegahan terhadap kebakaran karena listrik Usaha pencegahan terhadap kebakaran karena listrik adalah sebagai berikut: 0 2 3) 4) a. Di Setiap pemasangan instalasi listrik, baik pemasangan baru maupun perluasan harus direncanakan lebih dahulu. Rencana instalasi listrik terdiri atas: - Gambar situasi - Gambar instalasi - Diagram garis tunggal - Gambar detail ~ Perhitungan teknis - Daftar bahan ~ Uraian teknis. Pemeriksaan dan penguiian instalastlistrik dengan cara mengadakan: + Pengukuran tahanan isolasi dan dicatat hasilnya, menurut ketentuan dalam PUIL 1977 tahanan isolasi instalasi listrik harus mempunyai nilai sekurang-kurangnya: ~ 1000 chm/volt untuk instalasi dalam ruang normal = 1000 chm/volt untuk instalasi dalam ruang lembab. Apabila nilai tananan isolasi di bawah batas yang ditentukan maka instalasi listrik tersebut harus diperbaiki Dilarang menggunakan pengamanan tebur yang sudah rusak, dengan memasang kawat tambahan pada patron lebur dan atau menyambung langsung di luar pengaman lebur dengan kawat tambahan Pengukuran tahanan isolasi secara berkal (+ 5 tahun sekali) atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu. samping usaha-usaha tersebut, tidak kalah pentingnya adanya pelayanan dan pemeliharaan secara teratur. Pelayanan yang salah maupun pemeliharaan yang tidak teratur merupakan kemungkinan terjadinya bahaya listrik, Pelaihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton UUs. K3 dan POL 4.9. Pembuatan Daftar Simak K3 Pembesian/Penulangan Beton Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu daftar simak untuk "Penerapan Kelentuan K3" (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut DAFTAR SIMAK K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 1. Jenis Pekerjaan : Pembesian 2. Nama Proyek -s--.--Saluran Induk LODAGUNG 3. Lokasi Proyek ..Kabupaten Blitar dan Tulungagung. Akses Kerja 4.4. | Menyediakan pintu masuk dan pintu keluar darurat di tempat kerja, ‘Akses di lapangan maupun tempat Kerja dipastikan dalam kondisi 12 aman. 1.3. | Akses di lapangan yang dipakai rute pekerja dilengkapi dengan ‘rambultanda peringatan yang jelas. 1.4. | Lubang yang ada harus ditutup dan diberi tanda yang jelas, agar pekerja tidak terperosok kedalam lubang, 1.5. | Material dan peralatan yang berada jalur latu lintas pekrja harus disingkirkan’ 1.6. | Akses ditapangan harvs dijaga kebersihan dan kerapihannya. 1.7. | Akses Kerja yang ficin harus dihindari, jika akses Kerja dalam kondisi licin segera perbaiki sampai benar-benar aman. 4.8. | Akses di lapangan harus diberi penerangan yang cukup. 1.9. | Akses yang berbahaya harus dilengkapi dengan pengaman yang kuat 41.10. | Akses yang terjalicurem harus dibuatken tanga (stairway) yang memadai. 4.11.| Aliran listrik yang melewati akses kerja harus diberi proteksi dan diberi tanda, 4.12.) Jalan masuk, pintu darurat dan akseskerja lainnya harus dijaga dan dipalihara dengan baik L Petatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton Kebersihan dan Kerapihan (House Keeping) UUJK, K3 dan POL ‘Tempat kerja, tanga kerja, lorong-lorong tempat orang bekerja atau sering dilalu, harus diberikan penerangan yang cukup sesuai dengan kebutuhan. 2.2. ‘Semva tempat kerja haris mempunyai ventiiasi atau lubang anginyang cukup sehingga dapat mengurangi terhadap bahaya, pengap, ruangan panas, debu, uap, asap dan bahaya lainnya. 23, Kebersinan dan kerapinan di tempat kerja harus dijaga dan dipelinara sehingga bahan-banan yang berserakan, sampah, alat- atat kerja tidak merintangi atau menimbulkan bahaya. 2.4. ‘Sampah yang menimbulkan bau atau berasal dari bahan organic, segera disingkitkan, 25, Menjaga dan memellhara semua peralatan, bahan-bahan, bangunan dalam keadaari bersin dan tertib 26. Sebelum meninggalkan pekerjaan, aletvelat_ kerja harus, dibersinkan dan disimpan dengan baik, kotoran dan bahan-bahan sisa harus dibueng atau dikumpikan di tempat yang telah disediakan serta lokasi pekerjaan sebelum ditinggalkan harus dalam kondisi bersih dan tertib. 27. Peralatan yang tajam dan runcing harus disimpan dengan baik dan tidak diperbolehkan_meninggalkan alat-alat dalam posisi tergeletak sembarangan karena dapat menimbulkan bahaye. 28. ‘Tempat-tempat kerja yang licin yang disebabkan oleh air, minyak atau Zat-zat lainnya harus dibersinkan segera. 29. Kain bekas, kertas, sampah dil. Segera dibuang dan tidak boleh dibiarkan menumpuk, 2.10 ‘Semua personil dan pekerja diwajibkan untuk menyingkirkan paku yang berserakan, kawat yang menonjol, potongan logam yang tajam dan bahan lainnya yang membahayakan dari tempat kera. 211 Memasang tanda peringatan, misalnya “Jagalah Kebersihan* dil 2.12 Kebersinan, kerapinan dan ketertiban merupakan tanggung jawab semua personil dan dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan, Pekerjaan Cetakan Beton (Bekisting) a4 Jalan keluar masuk yang aman harus disediakan pada tiap kegiatan bangunan 32. Bagian-bagian bentuk perancah dari pada pendukung rangkanya bekisting yang menyebabkan tergelincir harus tertutup rapat dengan papan Pelatihan Mandor Pembesian / Penulangan Beton USK, K3 dan POL 3.3. | Bentuk sambungan rangka bekisting menara harus direncanakan mampu menerima beban eksternal dan factor keselamatan harus. diperhitungkan, termasuk angka keamanannya. 3.4. | Titik-tiik penjangkaran perancah gantung yang mendukung bekisting harus terpancang dan mempunyai daya tahan yang kuat. 3.5. | Pelindung bahan material yang hendak jatun harus dipasang pada bagian datam dan fuar dari dasar cerobong selama pemasangan atau reparasi. 4, | Pengerjaan Besi Beton 4.1. | Pakai jenis peralatan yang cocok untuk setiap jenis pekerjaan. 4.2. | Peralatan selalu dalam keadaan tajam, 4.3. | Peralatan diperlukan secara teratur untuk menjaga agar selalu pada kondisi layak pakai dan aman 4,4. | Peralatan yang rusak segera diperbaiki. 4.8. | Jangan menempatkan peralatan pada bagian pekerjaan yang sudah selesai. 4.6. | Penempatan peralatan agar mudah diambil pada waktu pelaksanaan pekerjaan 4.7. | Jangan menempatkan peralatan di tempat. 4.8. | Memastikan bahwa semua perkakas tangan hanya dipergunakan ‘leh personil yang berkompeten. 4.9. | Pegangan pada semua perkakas tangan harus terpasang secara ‘cermat dan terikat secara kuat. 4.10. | Menggunakan aiat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan jenis perkakas tangan yang dipergunakan, seperti : sarung tangan, kaca mata pelindung, helm dan sepatu bot 4.11.| Setiap pekerja harus dilatin untuk penggunaan perkakas tangan (hand tool) 4.12. | Perkakas tangan (hand tool) atau pelindungnya tidak boleh diubah dan tidak diperbolehkan memakai perkakas buatan sendii. 4.13, | Perkekas milik pekerja (pribadi) akan diperiksa setiap saat. 4.14. | Memastikan penggunaan perkakas tangan mengikuti aturan atau ppetunjuk yang dikeluarkan olen pabrik 4.15, | Dipllin perkakas yang tepat sesuai dengan jenis pekerfaan yang ditangani Petatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton .| Tidak diperkenankan memaksakan penggunaan perkekas melebihi kemampuan perkakas tersebut. UUJK, K3 dan PDL .| Semua perkakas tangan yang menggunaken aliran listrik sewaktu digunakan harus terlindung dari percikan air dan djaga dari bahaya lainnya yang dapat menimbulkan hubungan arus pendek atau tersengat aliran listrik 4.18, Kabel listik diusahakan tidaka ada sambungan, ka ada sambungan kabel lisirik harus disolasi sehingga benar-benar terlindung dan ditempatkan di daereh yang aman dan rapi. 419. ‘Menyimpan semua perkakas tangan di tempat yang aman dan ‘api, bla periu dibuatkan wadah atau tempat tetsendit, 420. Memastikan bahwa semua perkakas tangan setelah selesai dipergunakan harus dibersihkan dari kotoran yang menempel atau melekat. 421 Melakukan pemeriksaan secara berkala semua perkakas tangan, bila ditemukan perkakas tangan dalam kondisi rusak maka harus ‘segera diperbaiki atau diganti 5 Pengangkutan Secara Manual 5A. Semva _pekerjaan yang _melibatkan _pengangkutan dan Penanganan beban secara manual harus dilakukan evaluasi terhadap kernampuan angkut maksimum pekerja (50 kg) untuk mencegah punggung dari terpelintr pada saat mengangkut 52. Beban berat yang akan dipindahkan atau diangkut yang melebihi batas maksimum kemampuan angkut pekerja, benda yang Sulit ditangani atau benda yang ujung-ujungnye tajam harus menggunakan jenis peralatan angkut yang sesuai, 53. Apabila _kondisinya sedemikian rupa _sehingga tidak memungkinkan menggunakan peraiatan untuk mengangkat beban tersebut, maka harus dikembangkan suatu rencana _altematif pengangkutan beden secara manual dengan menilai tingkat bahayanya dan memastikan tingkat keselamatan yang memadai untuk mencegah cidara 54. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain -sepatu bot, heim dan sarung tangan. 55. ‘Memeriksa beban yang akan diangkut untuk mengetahui ukuran, bentuk, sifat, jenis, stabilitas dan tempat tujuan yang akan dicapai. 86. Memeriksa jalur lintasan yang akan dilalui untuk memastikan terbebas dart rintangan atau hal-hal yang membanayakan, 87. Pengangkutan beban secara manual harus dilakukan secara hati- hati atau tidak tergesa-gesa UULK, K3 dan PDL 6. | Pekerjaan Pembesian 6.1. | Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja yang cukup juniahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk mencegah besi beton tersebut meliukmelengkung dan jatuh. 6.2. | Pada waktu memasang besi beton yang vertical pekerja harus berhati-hati ager besi beton tidak metengkung misainya dengan cara mengikatkan bambu atau kayu sementara. 6.3. | Memasang besi beton ditempat tinggi harus. memakal perancah dilarang keras menaiki/menuruni bes! beton yang sudah terpasang. 6.4. | Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditulup dengan potongan bamboo dan sebagainya baik secara individual (setiap batang bes!) atau secara Kelompok batang besi untuk mencegah kecelakaan fatal 6.5. | Bila menggunakan crane untuk mengangkat/ menurunkan sejumlah besi beton, harus menggunakan kawat atau sling kabel untuk mengikat besi beton menjadi satu dan pada seat pengangkat/penurunan tersebut harus dipandu oleh petugas yang ‘memakai peluivsempritan. 68. | Semua pekerja yang mengerjakan pekerjaan tersabut di atas (bekerja di tempat tinggi) harus dilengkapi dengan sabuk pengaman dan selalu memakai sarung tangan, helm dan sepatu pengaman, 7. | Pertolongan Pertama pada Kecelakaan 7.4. | Terkena Aliran Listrik a. Amati’ kenali kondisi/ keadaan sekitarnya, b. Matikan listrik, bila mengetahui sumbernya segera matkan sumbernya, . Gunakan alat pelindung non iogam seperti : kertas Koran, kayu dan sebagainya, untuk metepaskan/ menarik korban dari sumber. Baringkan kepala korban lebih rendah dari kaki. @. Bila korban sadar berikan minum air gula. Bila korban pingsan/ tidak sadar Iakuken bantuan nafas buaten, 9. Bila kondisi korban belum membaik, segera bawa ke rumah sakit 7.2, | Terkena Petir a. Siam’ rendam dengan air dengin 10 — 15 menit. b. Berikan obat penawer nyeri Pelathan Mandor Pembesian Penulangan Beton UUJK, K3 dan POL oe ¢. Menutup bagian luka dengan kain bersih 6. Berikan minum air putin. €. Segera bawa ke rumah sakid kink terdekat 7.3, | Luka bakar @. Menyiram air ke pakaien korban tapi jangan_berlebihan {membasahken pakaian) untuk mengurangi iuka baka . Tutup anggota tubuh yang terbakar dengan kain bersin, basahi ain tersebut tapi jangan berlebinan untuk mengurangi rasa panas. ©. Baringkan koran, atur sehingga Kepala lebih rendah dari tubuh, jka mungkin posisi kaki dinggikan Jlka korban sadar beri minum, Segera bawa ke rumah sakit untuk pertolongan lanjutan. 7.4. | Keracunan Makanan Segera bawa korban ke rumah sakit terdekat dan berkan informasi yang jelas kepada dokter yang menangani tentang recun yang termakan 7.5. | Terkena Gigitan Uiar 2. Jangan panik dan baringkan korban jika mungkin b, Segera bawa korban ke rumah sakit terdekat dan berkan informasi yang jelas kepada dokler yang menangani tentang lar yang menggiginya 8. _| Bekerja Di Malam Hari dan Tempat Gelap 8.1. | Merencanakan instalasi penerangan secara permanent dengan dilengkapi penyanggal tiang yang kuat dan penempatannya tidak mengganggu jalur! jalan kerja, terbebas dan genangan air serta dapat menjangkau lokasi kerja 8.2. | Petugas dipastixan sudah menyiapkan instalasi penerangan pada waktu Kondisi masin terang, tidak diperkenankan menyiapken instalasi penerangan pada seat gelep, kecuali dalam kondisi darurat 8.3. | Memasang lampu penerangan yang memedai pada lokasi kerja, jalan kerja, rambu-rambu dan alat pendukung kerja utama. 8.4, | Memeriksa dan melakukan uji coba mesin pembangkit/ genset dan instatasi strc sebelum digunakan, 8.5. | Menyediakan tempu cadangan yang dipersiapkan untuk ‘mengganti ampu yang mat 8.6. | Menunjuk petugas untuk menjaga mesin pembangkit/ genset egar tetap beroperasi, memperbaiki bila instalasi tidak berfungsi dan ‘menggenti ampu bila sewaktu-waktu math Petatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, 19 dan POL Kendaraan atau alat berat yang beroperasi di malam hari atau di ‘tempat yang gelap harus menyalakan fampu perlengkapannya dan apabila ada lampu yang tidak berfungsi harus segera digant Barang-barang atau material yang menghambat kerja di matam hari harus segera disingkirkan. 89. Pekeria tidak diperkenankan bekerja dalam kondisi gelap tanpa penerangan, 8.10] Apabila pekerja akan bekerja dalam kondisi gelap tanpa penerangan. 811 ‘Lampu yang terpasang dipastikan tidak mengganggu penglinatan atau membuat silau pekerja. 8.12 Melengkapi pekerja dengan lampu di kepala bila bekerja di terowongan atau di tempat yang tdak ada _instalasi penerangannya, 6.13, Dalam Kondisi darurat atau tidak terdapet instalasi penerangan, dipebolehkan menggunakan lampu yang berasap seperti petromax, tetapi harus dipastikan tefjaga aman dari bahaya Kebakaren dan lampu i tempatkan gi daeran aman. 814, Pekerja yang tidak tahu mengenai listrik! tidak ali dilarang menyambung kabel listrik atau memperbaiki fistrik sewaktu aliran listrik masih hidup. 845. Lampu penerangan yang didesain dapat di pindah-pindah, tidak diperbolehkan menggunakan kabel yang disambung, jika kabel tidak mencukupi dan harus disambung, maka sembungan kabel harus dibungkus rapat dengan isolasi dan ditempatkan di area yang terlindung dari air! hujan dan tidak di tempatkan pada jalur {alu fintas pekerja 2.16. ‘Selama lampu peneranigan dipakai pada saat kerja malam atau di tempat yang gelap, petugas harus memeriksa seluruh jaringan list yang digunakan, dan jika _ditemukan hathal yang ‘membahayakan harus segera diadakan tindekan perbalkan Petatinan Mandor Penbesian / Penvlangan Beton UUJK, K3 dan POL RANGKUMAN 1. Pengetahuan dasar K3 merupakan salah satu modul untuk membentuk Anli K3 Konstruksi dengan cakupan materi + Pengenalan terjadinya kecelakaan kerja + Pengenalan alat pelindung diri * Tata laksana baku + Pengenalan asuransi kerja. 2. Untuk memasyarakatkan pengertian dan pentingnya K3 dapat dilakukan dengan melakukan pembinaan melalui : + Penyuluhan terus menerus * Membentuk panitia keselamatan + Pendidikan dan pelatihan, 3. Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan antara lain + Tindakan tenaga kerja/karyawan yang tidak aman + Kondisi kerja yang tidak aman *Diluar kemampuan manusia. 4. Pendorong terjadinya kecelakaan + Tuntutan mengenai KS + Mental para tenaga kerja + Kondisi fisik karyawan. 5. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja mewajibkan kepada pihak pengelola pekerjaan untuk menyediakan APD (Alat Pelindung Dirip 6. Untuk membangun keblasaan menggunakan APD dapat dilakukan dengan kesungguhan dan disiplin yang tinggi terhadap penggunaan APD secara benar dan tepat dalam setiap melakukan pekerjaan. 7. Alat Pelindung Diri (APD) utama terdiri dari: Pelindung kepala Pelindung kaki Pelindung tangan Pelindung pernafasan Pelindung pendengaran Pelindung mata e-eeope Tali pengaman dan sabuk keselamatan. Pelatinan Mandor Pembesian / Penulangan Beton (UUJK, K3 dan PDL ee 8. Para tenaga kerja perlu diberi pengertian tentang adanya asuransi yaitu upaya yang ditakukan saat ini untuk mencegah kerugian yang mungkin timbul dimasa datang terutama adanya ancaman kecelakaan dan kesehatan kerja bagi para pekerja yang terlibat. 9. Santunan kecelakaan kerja diberikan bila tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja dalam hal ini termasuk meninggal dunia akibat kecelakaan Kerja. Pelatinan Mandor Pembesian / Penutangan Beton UUUK, K3 dan PDL, ae eee a ee eee SSS LATIHAN Isilah fitik-tiik dari jembar pertanyaan atau jawab pertanyaan secara benar, singkat dan jelas. 1 10. “1 Jelaskan secara singkat dan jelas pengertian umum dari keselamatan kerja. Jelaskan secara singkat dan jelas : tujuan dari keselamatan kerja. Sebutkan kerugian yang terjadi akibat kecelakaan, Jelaskan fungsi APD (Alal Pelindung Diri). ‘Sebutkan kewajiban dan hak tenaga kerja Jelaskan pengertian kecelakaan kerja dalam pekerjaan konsiruksi ‘Sebutkan nomor UU. dan PP. tentang jaminan sosial tenaga kerja Sebutkan beberapa butir penting kewajiban manajemen perusahaan/pengusaha yang berkaitan dengan K3. Bahaya kerja menurut undang-undang K3 adalah "Sumber Bahaya” yang berkaitan dengan apa saja : Sebutkan ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja yang tertuang pada UU. No. 3/1992 Jelaskan perpanjangan singkatan P3K dan P2. Pelatinan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUJK, 13 dan PDL, SE 5.4, 544, BABS PERLINDUNGAN DAMPAK LINGKUNGAN KERJA Pengertian Da: r Lingkungan Hidup Konsep Lingkungan Hidup {stilah Lingkungan Hidup berasal dari kata “Environment’ (iingkungan sekitar), sedangkan Emil Salim mengemukakan bahwa secara umum lingkungan hidup dapat diartikan sebagai benda, kondisi dan keadaannya, serta pengaruh yang terdapat pada ruang yang kita tempati dan mempengaruhi makhluk hidup, termasuk kehidupan manusia Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan, makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dari berbagai dimensi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup pada dasamya terdiri atas 4 unsur, yaitu materi, energi, ruang dan kondisi/situasi setempat, dengan uraian sebagai berikut a. Unsur Materi. Materi adalah zat yang dapat berbentuk biotik (hewan, tumbuhan, manusia), atau abiotik (tanah, air, udara, dsb). Kedua unsur tersebut mempunyai hubungan timbal balik, dan saling pengaruh mempengaruhi secara ekologis. b. Unsur Energi Semua makhluk yang bergerak untuk dapat hidup memerukan energi, demikian pula untuk dapat berinteraksi diperlukan adanya energi. ‘Sumber energi yang berlimpah berasal dari cahaya matahari, energi ini dapat menyebabkan pohon dan tumbuhan yang berdaun hijau akan dapat molakukan proses photo sintesa untuk tumbuh menuju suatu proses kehidupan. Demiklan pula dengan bij-biji dapat tumbuh dan berkembang karena adanya energi matahari ini. Polatihan Mandor Pembesian/ Penulangan Beton UUSK, 3 dan PDL rr . Unsur Ruang Ruang adalah tempat atau wadah dimana lingkungan hidup berada, suatu ekosistem habitat tertentu akan berada pada suatu ruang tertentu, artinya mempunyai batas-batas tertentu yang dapat dilihat secara fisik. Dengan mengetahui ruang habitat suatu ekosistem maka pengelolaan lingkungan dapat lebih mudah ditangani secara spesifik. d._ Unsur Kondisi/Situasi Kondis! atau situasi tertentu dapat mempengaruhi lingkungan hidup, misalnya karena desakan ekonomi masyarakat pada suatu daerah tertentu, maka penduduk di wilayah tersebut terpaksa melakukan pembakaran hutan untuk usaha pertanian, yang dapat menimbulkan ancaman erosi lahan. 6.1.2. Ekologi dan Ekosistem 1. Dalam Lingkungan Hidup dikenal adanya is keduanya sangat terkait dengan masalah lingkungan hidup. Ekologi berasal dari kata Yunani, oikos (= rumah tangga) dan logos (= ilmu), lah ekologi dan ekosistem, yang dengan demikian ekologi dapat didefinisikan sebagai suatu ifmu tentang rumah tangga alami. Menurut Otto Sumarwoto, ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbai balk antara makhiuk hidup dan lingkungan hidupnya, baik biotis maupun abiotis. Oleh Karena itu pada hakekatnya masalah lingkungan hidup adalah masalah ekologi. Perbedaan utama antara disiplin Lingkungan Hidup dan disiplin Ekologi terletak pada penekanannya. Lingkungan Hidup lebih menonjolkan peran manusianya, sehingga faktor manusia lebin dominan, misalnya bagaimana aktivitas manusia agar tidak merusak atau mencemari lingkungen. Sedangkan ekologi sebagai cabang I mu Biologi mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya ditinjau dari disiplin biologi, misalnya bagaimana terselenggaranya mata rantai makanan, sistem reproduksi atau karakteristik habitat makhluk pada suatu ekosistem. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa ilmu lingkungan hidup lebih bersifat imu aplikatif (applied science), yaitu menggunakan pengetahuan ekologi untuk kepentingan kelangsungan hidup manusia yang lebih lestari. 2. Ekosistem adalah hubungan timbal balik yang terjalin sangat erat antara makhluk hidup dan lingkungannya dan membentuk suatu sistem Petatinan Mandor Pembesian Penulangan Beton WUJK, K3 dan POL SR 5.1.3. Baku Mutu Lingkungan Dalam pekerjaan konstruksi perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya perubahan kualitas lingkungan akibat masuknya bahan pencemar yang ditimbuikan oleh rencana kegiatan, yang pada umumnya terjadi pada komponen fisik kimia, namun bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen lingkungan lain seperti biologi atau sosial ekonomi dan sosial budaya. Untuk mengetahui apakah perubahan lingkungan tersebut mencapai toleransi mutu lingkungan yang diperkenankan, dikenal adanya standar baku mutu lingkungan yang ditetapkan secara nasional oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup atau tingkat Daerah oleh Gubernur. Baku Mutu Air Baku mutu air atau sumber air adalah batas kadar yang dibolehkan bagi zat atau ibahan pencemar pada air, namun air tetap berfungsi sesuai peruntukannya. Penentuan baku mutu air didasarkan atas daya dukung air pada sumber air, yang disesuaikan dengan peruntukan air tersebut sebagai berikut : a. Golongan A, air yang dipakai sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan lebih dulu. b. Golongan B, air yang dapat dipakai sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan untuk keperluan rumah tanga. c. Golongan C, air yang dapat dipakai untuk keperiuan perikanan dan peternakan. d. Golongan D, air yang dapat dipakai untuk keperiuan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrk tenaga air. Selain baku mutu air, dikenal pula istilah baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar yang dibolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang ke dalam air atau sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air. Penentuan baku mutu limbah cair ini ditetapkan dengan pertimbangan beban maksimal yang dapat diterima air dan sumber air, dan dibedakan atas 4 golongan baku mutu air limbah, yakni Golongan, 1,1, Ill dan IV. Besamya kadar pencemaran yang diperbolehkan untuk setiap parameter kualitas air dan air limbah dapat dilinat pada pedoman penentuan baku mutu lingkungan yang iterbitkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup seperti terlihat pada lampiran.

You might also like