Professional Documents
Culture Documents
Tautomer merupakan suatu perubahan kimia dimana perubahan tersebut disebabkan oleh
perubahan sederhana dari struktur yang tidak stabil ke struktur lainnya, dan kemudian dapat
kembali lagi ke bentuk semula apabila kondisi awal dicapai lagi. Tautomerisasi terjadi secara
spontan. Berubahnya struktur berarti pula berubahnya sifat senyawa tersebut.
Yang dapat menyebabkan tautomer : ikatan hidrogen, keelektronegatifan, pH, lone pair,
resonansi pada aromatik, pelarut.
Perubahan pH dapat mempengaruhi bentuk keto enol. Akan tetapi pH tidak selalu menjadi
faktor terjadinya tautomerisasi.
Katritzky et al. [21] have enunciated the principle that the most polar tautomer of a given
compound is generally the one to be found in the solid state; an equally valid principle is that
liquid tautomers are generally dominated by the least polar tautomer. ( belum pasti)
In the foregoing sections, we have outlined some of the difficulties in the study of
tautomerism, which, as indicated, have been present from the very first until the most recent
investigations. The small free energy difference between tautomers and the low barrier
between them make it impossible to study them in isolation and make them very sensitive to
the properties of the local environment and to parameters like pH, temperature, and salt
concentration indeed almost anything that influences the energy and entropy of the
molecule in solution. Accurate calculation of the properties in the ground and excited states is
equally problematic as long as the current accuracy of numericalmethods is not at least
improved by one or two orders of magnitude. Quantum aspects of the proton transfer reaction
present a particular theoretical challenge. Most of the work has a high phenomenological
content, and the parameters used in solvent descriptions (dielectric constant, proton donating,
or accepting properties) are themselves hard to calculate from first principles. The study of
tautomers will remain a challenging field for some time to come.
Tautomerism: Methods and Theories, First Edition. Edited by Liudmil Antonov.
2014 Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Published 2014 by Wiley-VCH Verlag
GmbH & Co. KGaA.
Tautomer adalah senyawa-senyawa organik yang dapat melakukan reaksi antarperubahan
yang disebut tautomerisasi. Seperti yang umumnya dijumpai, reaksi ini dihasilkan oleh
perpindahan atom hidrogen atau proton yang diikuti dengan pergantian ikatan tunggal dengan
ikatan ganda di sebelahnya. Dalam larutan di mana tautomerisasi dapat terjadi,
kesetimbangan kimia tautomer dapat dicapai. Rasio tautomer ini tergantung pada beberapa
faktor, meliputi temperatur, pelarut, dan pH. Konsep tautomer yang dapat melakukan
antarubahan dengan tautomerisasi disebut tautomerisme. Di dalam hal yang sederhana (R =
H, alkil, OR, dst), kesetimbangan terletak di sebelah kiri. Alasan untuk itu dapat diuji melalui
energi ikat. Bentuk keto berbeda dari bentuk enol dalam hal pemilikan ikatan C-H, C-C, dan
C=O, di mana enol mempunyai ikatan C=C, C-O, dan O-H. Jumlah energi ikat untuk deret
tiga ikatan yang pertama di atas adalah 360 kkal/mol dan untuk deret yang kedua adalah 345
kkal/mol. Bentuk keto lebih stabil sekitar 15 kkal/mol. Jika R mengandung ikatan rangkap
yang dapat berkonjugasi dengan ikatan rangkap enol, jumlah enol menjadi besar dan bahkan
bisa menjadi dominan. Keberadaan enol sangat dipengaruhi oleh pelarut, konsentrasi, dan
suhu. Bagi fenol yang paling sederhana, di dalam setimbangan ini terletak pada sisi fenol
karena hanya pada sisi ini terdapat kearomatikan. Bagi fenol sendiri, tidak ada fakta untuk
keberadaan bentuk keto. Meskipun demikian, bentuk keto menjadi penting dan mungkin
dominan apabila: (1) adanya gugus tertentu, seperti gugus OH kedua atau gugus N=O, (2)
dalam sistem aromatik yang dipadukan, dan (3) di dalam sistem heterosiklik. Bagi
kebanyakan senyawa heterosiklik dalam fase cair atau dalam larutan, bentuk keto adalah
bentuk yang lebih stabil; meskipun di dalam fase uap, posisi kesetimbangan menjadi berbalik.
pH 11-13 phloroglucinol cenderung bertindak sebagai keto. Degui Wang, Knut
Hildenbrand, Johannes Leitich, Heinz-Peter Schuchmann, and Clemens von Sonntag
These data suggested that increasing aliphatic steric bulk increased stability of the enol
structure. able to rationalize that the keto form appears to have a steric clash that is somewhat
relieved in the enol form. Students observed that the electron-withdrawing groups favored the
enol form. Students observed the cumulative effects of aliphatic steric bulk or an aromatic
electron-withdrawing group (that favors enol) and lone pair conjugation (that favors keto) in
the values of Ke/k for compounds K and L: in both cases, the lone-pair resonance effect
trumped the other effects (D versus A; K versus F). Kyle T. Smith, Sherri C. Young,
James W. DeBlasio, and Christian S. Hamann
yang paling negatif (tabel 1), sehingga timbul dugaan bahwa selain efek sterik, efek
konjugasi merupakan efek lain yang memegang peranan penting dalam tautomeri keto-enol
kurkumin dan turunan kurkumin yang diteliti dalam penelitian ini Penambahan substituen
metoksi pada posisi para, dalam hal ini senyawa 4-(pmetoksifenil) kurkumin, juga masih
mempengaruhi kesetimbangan tautomeri keto-enolnya. Kesetimbangan tersebut cenderung
bergeser ke arah tautomer keto seiring dengan penambahan halangan sterik ditemukan
sebagai tautomer enol dalam spektrum 1H-NMR (pelarut CDCl3) hasil eksperimen Supardjan
(1999). Penambahan substituen metoksi diharapkan dapat meningkatkan halangan sterik dari
substituen, namun dengan penambahan substituen metoksi tersebut tidak ditemukan 4-(pmetoksifenil)kurkumin sebagai tautomer keto (Supardjan, 1999). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian menggunakan perhitungan kimia kuantum metode semiempirik AM1 pada
tautomer keto maupun enol 4-(p-metoksi-fenil)kurkumin, dan juga analognya, 4-(ometoksifenil) kurkumin. Terlihat bahwa Hf senyawasenyawa tersebut bernilai negatif,
namun terlihat pula bahwa Hf tersebut semakin positif dengan adanya penambahan
substituen tersebut. Hal tersebut juga semakin memperkuat dugaan bahwa efek sterik
memegang peran penting dalam tautomeri keto-enol turunan kurkumin tersubstitusi metilen
aktif, namun dalam hal turunan 4-fenilkurkumin peran efek konjugasi lebih dominan,
sehingga senyawa turunan 4-fenilkurkumin yang diteliti dalam penelitian ini ditemukan lebih
stabil dalam bentuk enol.
Penelitian mengenai tautomeri ketoenol kurkumin dan beberapa turunan kurkumin
tersubstitusi C-4-nya dengan menggunakan parameter entalpi pembentukan (Hf) yang
dihitung menggunakan perhitungan kimia kuantum semiempirik AM1 menunjukkan bahwa
substitusi pada C-4 dari kurkumin berupa metil, etil, n-propil, isopropil, nbutil, dan benzil
mempengaruhi kesetimbangan tautomeri keto-enol dengan menggeser kesetimbangan ke arah
tautomer oleh substituen pada C-4 dari kurkumin. Selain halangan sterik, pada perhitungan
tersebut terlihat bahwa efek konjugasi dengan substituen, dalam hal ini fenil dan metoksifenil
sebagai substituen, juga berpengaruh pada kesetimbangan keto-enol. Konjugasi tersebut
mempengaruhi kesetimbangan keto-enol dengan mempertahankan kecenderungan tautomeri
untuk tetap stabil sebagai tautomer enol, seperti halnya dengan kurkumin.