You are on page 1of 8

MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM FILM KUPU-KUPU SIANG

Tugas UAS Mata Kuliah Pengelolaan Organisasi Dan Sumber Daya Manusia
PENDAHULUAN
Setiap individu atau kelompok dalam suatu organisasi akan menghadapi
situasi di mana ada beberapa pilihan yang harus dipilih salah satu. Baik individu
maupun kelompok keduanya berhak untuk mengambil atau membuat keputusan
yang terbaik bagi mereka berdasarkan berbagai macam pilihan. Pengambilan
keputusan bukan hanya sebatas wewenang seorang pimpinan saja, melainkan
karyawan nonmanajerial juga berhak untuk mengambil keputusan yang berkaitan
dengan pekerjaan atau organisasi tempat di mana ia bekerja. Seperti pengambilan
keputusan untuk memilih pekerjaan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu,
mengikuti atau menolak permintaan atasan, atau mengambil keputusan apakah
masuk kerja atau tidak.
Jadi, semua individu dalam sebuah organisasi memiliki hak untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan terdapat dua atau
lebih alternatif pilihan, alternatif pilihan biasanya ada apabila dalam pengambilan
keputusan di awal kurang tepat atau tidak sesuai dengan tujuan. Oleh karena itu,
adanya alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk
mengatisipasi terjadinya kesalahan dan konsekuensinya sangat menentukan di
masa selanjutnya. Pengambilan keputusan diterapkan untuk mengatasi konflik atas
berbagai macam pilihan dalam mencapai tujuan. Banyaknya pilihan yang ada
menuntut individu yang menghadapinya harus lebih selektif dan cermat untuk
memilah-milah pilihan mana yang tepat sebagai keputusan yang akan diambil.
Film berjudul Kupu-Kupu Siang yang diproduksi oleh kelompok 1 kelas
Psikologi E 2014 yaitu Accuracy Event Organizer dengan tema motivasi kerja. Dalam
film tersebut, terdapat banyak teori-teori yang mendukung motivasi kerja, salah
satunya adalah pengambilan keputusan. Kasus pengambilan keputusan yang
terdapat dalam film ini digambarkan dengan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh salah satu karyawan perusahaan, ia mengambil keputusan dengan
memilih untuk mengkuti perintah atasan meskipun perintah atasan tersebut
menyulitkannya. Namun, disini ia tidak dapat menolak permintaan atasan
dikarenakan ia merasa bahwa perintah atasan harus dihormati dan diikuti. Oleh
karena itu, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana
sebuah keputusan itu terjadi, dan bagaimana proses pengambilan keputusan yang
baik.

1 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

ISI
KAJIAN TEORI
Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah indakan penentuan suatu pendapat atau pilihan diantara
sekian banyak alternatif. Sehingga membuat keputusan itu adalah mengambil atau
memilih alternatif, oleh Ardana, Mujiati, & Sriathi (2009, dalam Usman , 2013).
Pengambilan keputusan adalah proses memilih sejumlah alternatif.
Pengambilan keputusan penting bagi menajer administrator karena proses
pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi,
kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi (Usman , 2013).
Mengambil keputusan ialah memilihalternatif dari dua atau beberapa alternatif
yang ada untuk menentukan arah tujuan yang ingiin dicapai. Alternatif-alternatif
tersebut dapat berupa suatu kondisi fisik, atau uasah-uasaha yang kreatif, atau
tempat menghimpun pemikiran, perasaan dan pengetahuan untuk melaksanakan
sauatu tindakan (Terry, 2012). Pengambilan keputusan adalah proses di mana
orang harus memilih antar berbagai macam kelompok tindakan-tindakan alternatif.
Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan salah satau keterampilan
manajerial esensial diungkapkan oleh Winardi (2004, dalam Usman , 2013).
Menurut Sumaryanto (2011, dalam Terry, 2012) menyatakan bahwa untuk
mengembangkan kemampuan guna membuat keputusan-keputusan, dibutuhkan
beberapa bekal untuk melakukan hal tersebut. Pertama, dibutuhkan kemampuan
nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah meneliti semua faktor yang
berhubungan dengan suatu masalah dan segenap alternatif pemecahannya, mampu
menetapkan suatu pemecahan terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan
juga dituntut untuk memiliki wawasan yang jauh kedepan agar dapat
mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat reaksi
tersebut. Kedua, harus mempunyai sifat tegas yang diperlukan untuk membuat
keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu
dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil-hasil sesuai yang diharapkan.
Proses Pengambilan Keputusan
Moerika (2008, dalam Terry, 2012) menyatakan bahwa proses pengambilan
keputusan adalah proses yang melibatkan pencarian informasi, penilaian
pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari
keputusan tersebut, dan pemahaman terhadap tujuan yang mendasari keputusan
tersebut.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari beberapa langkah. (Usman, 2013;
Terry, 2012; Hartman & Desjardins, 2011) menjelaskan langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan, antara lain:
Identifikasi Masalah, masalah yang dapat terlihat jelas cenderung memiliki
peluang lebih tinggi untuk diseleksi dari pada masalah yang penting. Karena kita
2 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

dapat menawarkan paling sedikit dua alasan. Pertama, lebih mudah mengenali
masalah-masalah yang terlihat. Masalah yang terlihat lebih mungkin untuk menarik
perhatian untuk mengambil keputusan. Kedua, Para pengambil keputusan ingin
terlihat kompeten dan berada di puncak masalah. Keinginan ini dapat memotivasi
untuk fokus pada masalah-masalah yang tampak bagi orang lain. Langkah ini sangat
penting untuk secara tepat ditelaah. Dari identifikasi ini dapat diketahui pokok
permasalahannya. Keliru dalam mengidentifikasi masalah atau konflik tersebut
akan berakibat kekeliruan pula dalam menentukan cara untuk mengatasinya.
Mencari Alternatif Pilihan, beberapa alternatif dalam memecahkan
masalah perlu dirumuskan dalam rangka mencari pemecahan yang terbaik diantara
berbagi pilihan alternatif. Setelah mendapat pemahaman yang baik terhadap
masalah yang dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan yang bisa
ia lakukan. Namun, saat tindakannya tersebut dianggap tidak tepat lagi, individu
mulai memusatkan perhatian pada beberapa alternatif pilihan, individu akan
mencari informasi atau mencari masukan dari pihak lain yang dianggapnya lebih
kompeten dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Mempertimbangkan Alternatif Pilihan, individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternatif pilihan.
Pertimbangan akan resiko juga menjadi dasar perbandingan dari tiap alternatif
pilihan. Biasanya individu akan memperhatikan informasi lain yang mungkin
terlewat, sehingga tidak jarang individu mengalami kebimbangan pada tahap ini.
Pembuatan Pilihan untuk menghindari informasi yang terlalu banyak, para
pengambil keputusan menyandarkan pada heuristik atau jalan pintas penilaian,
dalam pengambilan keputusan. Setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan
yang tepat bagi masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusannya dalam
kehidupannya. Bias lain yang sering dibuat oleh pangambil keputusan adalah
kecenderungan untuk meningkatkan komitmen pada serangkaian tindakan yang
gagal.
Mempersiapkan Diri Menghadapi Umpan Balik, keputusan individu telah
dianggapnya tepat, dan ia yakin akan keputusannya tersebut. Ia pun harus
mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya umpan balik yang
negatif.
Dalam pengambilan keputusan, proses yang dilakukan terkadang tidak
selalu berurutan. Adapula pengambilan keputusan yang dilakukan secara tidak
berurutan. Ada kalanya individu mengambil keputusan dengan proses yang cepat.
Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua tahap sekaligus.
Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Setiap individu memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan yang diambil setiap individu pasti memiliki
pertimbangan. Hal ini dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan. Adapun faktor yang mempengaruhi individu dalam
mengambil keputusan menurut Usman (2013) adalah sebagai berikut:
3 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

a. Perbedaan Individu
Perbedaan individu dapat mempengaruhi pengambilan keputusan setiap
orang. Di mana karakteristik setiap individu yang berbeda-beda sangat
menentukan langkah pengambilan keputusan yang akan diambil. Adapun
masing-masing individu memiliki gaya pengambilan keputusan serta tingkat
pengembangan moral yang berbeda. Kedua hal ini merupakan bagian dari faktor
perbedaan indvidu yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Gaya Pengambilan Keputusan
Model gaya pengambilan keputusan mengidentifikasikan empat
perbedaan pendekatan individu dalam pengambilan keputusan. Pertama
orang yang menggunakan gaya perintah memiliki toleransi rendah terhadap
ketidakjelasan dan mencari rasionalitas. Mereka efisien dan logis, namun
perhatian mereka terhadap efisiensi mengakibatkan pengambilan
keputusan mereka hanya dengan informasi yang minimal dan hanya menilai
sedikit alternatif. Gaya perintah membuat keputusan dengan cepat, dan
mereka fokus pada jangka pendek. Kedua, orang yang menggunakan gaya
analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ketidakpastian
dari pada pengambil keputusan perintah. Mereka menginginkan lebih
banyak informasi dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif dari pada
tipe perintah. Ketiga, orang dengan gaya konseptual cenderung sangat luas
dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus
mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat baik dalam menemukan
solusi kreatif terhadap suatu masalah. Keempat, orang dengan gaya perilaku
mencirikan pengambilan keputusan yang bekerja baik dengan orang lain.
Mereka memperhatikan pencapaian dari rekan kerja dan bawahan. Mereka
mudah menerima saran dari orang lain dan sangat menyandarkan pada
pertemuan untuk komunikasi.
2. Tingkat Pengembangan Moral
Sebuah badan penelitian memastikan keberadaan tiga tingkatan
pengembangan moral. Tingkat pertama adalah prekonvensional, pada tahap
ini individu mau mengikuti hanya bila terdapat konsekuensi terhadap
pribadinya, seperti hukuman fisik, penghargaan, atau pertukaran hadiah.
Kedua, pertimbangan pada tingkat konvensional mengindikasikan bahwa
nilai moral terletak pada pemeliharaan aturan konvensional dan ekspektasi
orang lain. Ketiga, dalam tingkat prinsipal individu membuat upaya yang
jelas untuk mendefinisikan prinsip-prinsip moral terlepas dari otoritas
kelompok di mana ia menjadi bagiannya atau dari otoritas masyarakat
secara umum.
b. Hambatan Organisasi
Situasi yang terdapat dalam organisasi terkadang menyulitkan para
pengambil keputusan. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam organisasi yang diungkapkan oleh Robbins (2001, dalam
4 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

Hartman & Desjardins, 2011). Pertama Evaluasi kerja, hasil evaluasi kerja dapat
mempengaruhi seorang atasan dalam mengambil tindakan untuk pengambilan
keputusan terhadap bawahannya. Di mana evaluasi kerja ini digunakan sebagai
pedoman atasan untuk memberlakukan kebijakan terhadap karyawannya.
Kedua adalah Sistem penghargaan, sistem penghargaan organisasi
mempengaruhi seorang pengambil keputusan dengan menyarankannya untuk
memilih pilihan yang sesuai dengan sistem penghargaan yang ada.
Ketiga adalah Sistem penentuan tanggat waktu, organisasi menentukan
tenggat waktu dalam pengambilan keputusan. Tenggat waktu atau batas waktu
yang ditentukan dapat menimbulakn tekanan pada pengambil keputusan dan
sering membuatnya sulit, karena untuk mengumpulkan informasi yang
diinginkan harus selesai sebelum waktu membuat suatu keputusan tiba.
Keempat adalah Pengaruh keputusan sebelumnya, keputusan yang dibuat
pada masa lampau dapat menjadi cermin atau tolak ukur, dan secara terus
menerus membayangi seseorang dalam pengambilan keputusan berikutnya. Di
mana setiap individu diharapkan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan
mengingat keputusan yang sebelumnya dapat menjadi standar bagi pengambil
keputusan berikutnya.
c. Perbedaan Budaya
Latar belakang budaya dari seseorang pengambil keputusan maupun latar
belakang dari organisasi tempat di mana sesorang bernaung memiliki pengaruh
yang signifikan pada penyeleksian masalah, kedalaman analisis, tingkat
pentingnya masalah yang dianggap logis dan rasional. Karena setiap budaya
memiliki perbedaan dalam hal orientasi waktu, pentingnya rasionalitas,
kepercayaan terhadap kemampuan orang untuk memecahkan masalah, dan
prefensi pada pengambilan keputusan kolektif.
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan dan ditulis dalam makalah ini adalah berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang terdapat dalam jurnal nasional maupun
jurnal internasional. Di mana masing-masing dari jurnal tersebut akan dijabarkan
mengenai hasil dan pembahasannya sebagai hasil penelitian dalam makalah ini.
Pertama, hasil penelitian ini diperoleh dari jurnal nasional yang berjudul
Persepsi Pegawai Terhadap Pengambilan Keputusan Oleh Pimpinan pada Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Agam yang ditulis oleh Litdia Diana
dari program studi Administrasi Pendidikan FIP UNP. Dalam jurnal ini pegawai
menilai bahwa pimpinan mereka dalam pengambilan keputusan cukup baik.
Pengambilan keputusan yang diterapkan oleh pemimpin melalui proses-proses
sesuai dengan yang disebutkan pada teori di atas, selain itu dalam pengambilan
keputusan pimpinan menerapkan gaya delegasi, yaitu melibatkan perwakilan dari
bawahan-bawahannya untuk menyumbangkan masukkannya sebagai bahan
alternatif pilihan.
5 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

Kedua, hasil penelitian diperoleh dari jurnal nasional yang berjudul


Hubungan Antara Pengambilan Keputusan dengan Kematangan Emosi dan SelfEfficacy pada Remaja yang ditulis oleh Florence J. Peilouw dan M. Nursalim dari
jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
Berdasaran jurnal ini proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kematangan
emosi dan self-efficacy pada remaja. Di mana semakin tinggi kematangan emosi,
maka semakin tinggi pula pengambilan keputusannya. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah kematangan emosi, maka semakin rendah pengambilan keputusan
yang dicapai. Selain itu semakin tinggi self-efficacy remaja, maka semakin tinggi pula
pengambilan keputusannya. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy remaja, maka
semakin rendah pengambilan keputusan yang dicapai.
Ketiga, hasil penelitian diperoleh dari jurnal internasional yang berjudul
Strategic Decision Making Under Uncertainty From The Foundations of Creativity,
Psychology, and Management Research: An Examination and Synthesis yang ditulis
oleh Elisabeth J. Teal, Ph.D. dari North Georgia College & State University. Dalam
jurnal ini, seseorang yang melakukan pengambilan keputusan sangat dipengaruhi
oleh strategi yang berupa daya kreativitasnya, kondisi psikologisnya, manajemen
perspektif, dan strategi men-konsep kerangka kerja. Semakin banyak dan baik
seseorang memiliki strategi tersebut, maka semakin baik pula pengambilan
keputusannya. Bagitu pula sebaliknya, semakin sedikit dan buruk strategi yang
dimiliki maka semakin rendah kemampuan seseorang tersebut dalam mengambil
keputusan.
Keempat, hasil penelitian keempat diperoleh dari jurnal internasional yang
berjudul The Effect of Organizational Trust on Employee Decision Making Style yang
ditulis oleh Zeynep Oktug dari Departement of Psychology, Istanbul Kultur University,
Bakirkoy, Istanbul, Turkey. Menurut jurnal tersebut pengaruh terkuat dari
pengambilan keputusan adalah perilaku waspada. Orang yang memiliki perilaku
waspada membawa keuntungan dalam pengambilan keputusan. Di mana orang
yang memiliki kewaspadaan tidak akan fokus pada satu alternatif saja. Namun ia
memiliki pilihan alternatif lain ketika pengambilan keputuasan. Dalam pengambilan
keputusan gender juga dapat menjadi pengaruh. Perempuan lebih peka dan tajam
ketika harus memikirkan tentang kejadian yang akan ditimbulkan atau dampak dari
keputusan yang akan diambil. Sedangkan laki-laki lebih cekatan dalam mengambil
keputusan namun kurang peka untuk menganalisis kejadian yang akan terjadi ke
depannya. Sehingga tidak jarang ketika keputusan yang diambil ternyata kurang
tepat.
Kelima, hasil penelitian berikut ini diperoleh dari jurnal internasional yang
berjudul Decision Making in Organizational yang ditulis oleh Fred C. Lunenburg
dari Sam Houston State University. Di dalam jurnal tersebut diperoleh hasil
penelitian bahwa keputusan dalam organisasi dapat dibuat oleh kelompokkelompok, tim, atau komite. Manfaat dari pembuatan keputusan ini meliputi
meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang tersedia untuk memecahkan
masalah, lebih banyak alternatif yang diperiksa, membuat keputusan akhir yang
lebih baik dipahami dan diterima oleh semua anggota kelompok, dan ada komitmen
yang lebih di antara semua anggota kemlompok untuk membuat karya keputusan
akhir.
6 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

ANALISIS KASUS
Pengambilan keputusan dalam film tersebut terdapat pada scene 6. Di mana
dalam scene tersebut Shynthia sebagai sekretaris perusahaan Accuracy Event
Organizer mendapatkan tugas dari direktur untuk meng-handle semua pembuatan
proposal yang akan diajukan untuk menjalin kerjasama dengan pihak sponsor, dan
juga meng-handle semua laporan pertanggung jawaban atas terselenggarakannya
kegiatan kepada direktur. Tugas yang begitu banyak tersebut membuat Shynthia
merasa keberatan, namun ia tetap menerima tugas yang diberikan oleh direktur
dengan terpaksa.
Berdasarkan adegan yang digambarkan pada film tersebut, terlihat bahwa
tindakan Shynthia dalam mengambil keputusan tidak berdasarkan proses yang
berurutan. Ia mengambil keputusan menerima semua tugas dari atasan tersebut
hanya spontanitas berdasarkan pada proses pembuatan pilihan saja. Ia melewati
proses identifikasi masalah, mencari alternatif pilihan, mempertimbangkan
alternatif pilihan, dan mempersiapkan diri menghadapi umpan balik. Dalam
pengambilan keputusan ini Shynthia hanya mengikuti kata direktur saja, tanpa
mempertimbangakan matang-matang dampak yang akan ia dapat ketika mengambil
keputusan tersebut. Ia menganggap bahwa semua perintah atasan harus dipenuhi,
karena ia merasa posisinya sebagai sekretaris berada di bawah direktur. Oleh
kerena itu, budaya direktur harus dihormati mempengaruhinya dalam mengambil
keputusan.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Hartman &
Desjardins, 2011) yang menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan, proses
yang dilakukan terkadang tidak selalu berurutan. Ada kalanya individu mengambil
keputusan dengan proses yang cepat. Dalam hal ini, ia dapat melewati satu atau dua
tahap sekaligus. Selain itu, sebagai seorang sekretaris Shynthia merupakan tipe
orang yang memiliki gaya pengambilan keputusan berdasarkan perintah. Orang
yang menggunakan gaya perintah memiliki toleransi rendah terhadap
ketidakjelasan dan mencari rasionalitas. Mereka efisien dan logis, namun perhatian
mereka terhadap efisiensi mengakibatkan pengambilan keputusan mereka hanya
dengan informasi yang minimal dan hanya menilai sedikit alternatif. Gaya perintah
membuat keputusan dengan cepat, dan mereka fokus pada jangka pendek (Usman ,
2013). Berdasarkan teori tesebut, Shynthia memang mengambil keputusan untuk
meng-handle semua tugas dari direktur secara cepat hanya dengan informasi yang
minimal, ia juga tidak memikirkan alternatif yang harus ia lakukan dalam
pengambilan keputusan, ia hanya fokus pada perintah dari direktur saja.
Selain itu, budaya dalam organisasi di mana bawahan harus menghormati
atasan menjadi pertimbangan Shynthia dalam mengambil keputusan. Ia memilih
untuk mematuhi perintah direktur untuk menyelesaikan semua tugas. Meskipun
tugas yang diberikan direktur tersebut merupakan tekanan baginya.

7 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh kesimpulan bahwa Shynthia
sebagai skretaris dalam film tersebut tidak melewati semua proses pengambilan
keputusan. Proses pengambilan keputusan yang ia terapkan hanya berdasarkan
tahapan pembuatan pilihan. Dalam pengambilan keputusan ini Shynthia tidak
melewati tahapan identifikasi malasah, mencari alternatif pilihan,
mepertimbangkan alternatif pilihan, dan mempersiapkan diri menghadapi umpan
balik. Selain itu, dalam proses pengambilan keputusan ia termasuk orang yang
menggunakan gaya perintah. Adapun faktor budaya organisasi dalam perusahaan
tersebut yaitu bawahan harus menghormati atasannya menjadi tolak ukur Shynthia
dalam mengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Diana, L. (2013, Oktober 1). Persepsi Pegawai Terhadap Pengambilan Keputusan
Oleh Pimpinan Pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Agam. Jurnal Administrasi Pendidikan, I, 101-461.
Hartman, L. P., & Desjardins, J. (2011). Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integrasi Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. (A. Maulana, Penyunt., & D.
Pujiati, Penerj.) Jakarta: Erlangga.
Lunenburg, F. C. (2011). Decision Making in Organizational. International Journal of
Management, Business, And Administration, XV.
Oktug, Z. (2012). The Effect of Organizational Trust on Employee Decision Making
Style. British Journal of Art and Social Science, IX. Dipetik Mei 22, 2015, dari
www.bjournal.co.uk/BJASS.aspx
Pielouw, F. J., & Nursalim, M. (2013). Hubungan Antara Pengambilan Keputusan
dengan Kematangan Emosi dan Self-Efficacy pada Remaja. Jurnal Psikologi, I.
Teal, E. J. (2011). Strategic Decision Making Under Uncertainty From The
Foundarions of Creativity, Psychology, and Management Research: An
Examination And Synthesis. Journal of Business Administration Online, X.
Terry, G. R. (2012). Prinsip-Prinsip Manajemen. (J. Smith, Penerj.) Jakarta: Bumi
Aksara.
Usman , H. (2013). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (4 ed.). Jakarta:
Bumi Aksara.
Wahjono, Imam, S. (2010). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

8 Accuracy Event Organizer {Kelompok 1}

Oleh : Feby Yutika Anshori


201410230311271
Psikologi E 2014

You might also like