You are on page 1of 21

NASKAH PUBLIKASI

ANALYSIS TO THE APPROPRIATENESS THE USE OF NURSING


DIAGNOSE, OUTCOME AND INTERVENTION BY NANDA, NOC (Nursing
Outcome Classification) AND NIC (Nursing Intervention Classification)
OF STROKE PATIENTS AT DR. SARDJITO
HOSPITAL IN YOGYAKARTA

ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN DIAGNOSA KEPERAWATAN,


TUJUAN DAN INTERVENSI DENGAN NANDA, NOC (Nursing Outcome
Classification) DAN NIC (Nursing Intervention Classification) PADA
PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
SITI KHOIROH MUFLIHATIN
04/175233/EIK/00399

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2006

ANALYSIS TO THE APPROPRIATENESS THE USE OF NURSING


DIAGNOSE, OUTCOME AND INTERVENTION BY NANDA, NOC (Nursing
Outcome Classification) AND NIC (Nursing Intervention Classification)
OF STROKE PATIENTS AT DR. SARDJITO
HOSPITAL IN YOGYAKARTA
Analisis kesesuaian penggunaan diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensi dengan
NANDA,NOC (Nursing Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervention
Classification) pada pasien stroke di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
Siti Khoiroh Muflihatin1, Khudazi Aulawi2, Dwi Harjanto2
ABSTRAK
Stroke is a brain attack that suddenly occurred and may cause fatality or
paralysis of the bodys part. It is a lose function of brain due to discontinuing blood
suply to brain part. Nursing process of patients with stroke can be used NANDA,
NOC and NIC, because NANDA, NOC and NIC are standard nursing language that
chould be applied to all nursing area.
This research is purposed to obtain description of appropriateness in using of
nursing diagnosis, outcome, intervention and implementation with the nursing
diagnoses of NANDA, NOC and NIC to the patients with stroke at general hospital
Dr. Sardjito Yogyakarta.
The type of this research is descriptive using technical approach of content
analysis. Samples were taken through a purposive sampling with a number of 46
medical record patients. Data was gathered by content study of nursing process to
patients with stroke.
The result of this research showed that nursing diagnosis that is appropriate to
NANDA was 34,5%, outcome that has an appropriate implication to NOC was
71,4% , intervention with appropriate implication to NIC was 74% and
implementation with appropriate implication NIC was 49,1%. Nursing diagnosis in
SAK that is appropriate to NANDA was 77,8 %, Outcome in SAK that has an
appropriate implication to NOC was 79,5 % and intervention in SAK with appropriate
implication to NIC was 69,7 %.
Nursing process that was given to patients with stroke for nursing diagnosis
had a poor category of appropriateness to NANDA, for outcome had a moderate
category of appropriateness to NOC, for intervention had moderate category of
appropriateness to NIC, and for implementation
had a poor category of
appropriateness to NIC. Nursing diagnosis in SAK had a good category of
appropriateness to NANDA, outcome in SAK had a good category of appropriateness
to NOC and intervention in SAK had moderate category of appropriateness to NIC.
Keywords : Analysis of appropriateness, diagnose of NANDA, NOC and NIC,
Patients Stroke.
-------------------------------------------------------------------------------------------------1
Student School of Nursing, Medical faculty, Gadjah Mada Uneversity, Yogyakarta

School of Nursing, Medical faculty, Gadjah Mada Uneversity, Yogyakarta


ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN DIAGNOSA KEPERAWATAN,
TUJUAN DAN INTERVENSI DENGAN NANDA, NOC (Nursing Outcome
Classification) DAN NIC (Nursing Intervention Classification)
PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT
Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Siti Khoiroh Muflihatin1, Khudazi Aulawi2, Dwi Harjanto2
INTISARI

Stroke merupakan serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat
kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Stroke adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke dapat menggunakan NANDA, NOC dan NIC,
karena NANDA, NOC dan NIC merupakan standar bahasa keperawatan yang dapat
diterapkan pada semua area keperawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kesesuaian
penggunaan diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi keperawatan dan implementasi
dengan diagnosa keperawatan NANDA, NOC dan NIC pada pasien stroke di rumah
sakit dr. Sardjito Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan tehnik analisis
dokumen (content analisis). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan
jumlah sampel 46 status rekam medis pasien. Pengumpulan data dilakukan secara
studi dokumentasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien stroke.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan NANDA sebesar 34,5 %, tujuan yang sesuai kemaknaannya dengan NOC
sebesar 71,4 %, intervensi yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebesar 74 % dan
implementasi yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebesar 49,1 %. Diagnosa
keperawatan yang ada di SAK yang sesuai dengan NANDA sebesar 77,8 %, tujuan
yang ada di SAK yang sesuai kemaknaannya dengan NOC sebesar 79,5 % dan
intervensi yang ada di SAK yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebesar 69,7 %.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien stroke untuk diagnosa
keperawatan kesesuaiannya dengan NANDA termasuk kategori tidak baik, tujuan
kesesuaiannya dengan NOC termasuk kategori cukup, intervensi kesesuaiannya
dengan NIC termasuk kategori cukup dan implementasi kesesuaiannya dengan NIC
termasuk kategori kurang. Diagnosa keperawatan yang ada di SAK kesesuaiannya
dengan NANDA termasuk kategori baik. Tujuan yang ada di SAK kesesuaiannya
dengan NOC termasuk kategori baik dan intervensi yang ada di SAK kesesuaiannya
dengan NIC termasuk dalam kategori cukup.
Kata kunci : Analisis kesesuaian, diagnosa NANDA, NOC, NIC, pasien stroke.
------------------------------------------------------------------------------------------------1
Mahasiswa program studi ilmu keperawatan FK-UGM Yogyakarta.
2
Program Studi Ilmu Keperawatan FK-UGM Yogyakarta

PENDAHULUAN
Stroke merupakan serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat
kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Stroke atau cerebro vascular
accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Sering ini merupakan kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun1.
Stroke merupakan masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun
upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun
terakhir, stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan
cancer. Di Indonesia jumlah penderita stroke dari tahun ke tahun terus meningkat.
Stroke di Indonesia merupakan penyebab kematian ke tiga setelah penyakit infeksi
dan jantung koroner2.
Menurut data yang didapatkan di rekam medik Rumah Sakit dr. Sardjito
Yogyakarta, penderita stroke pada tahun 2003 berjumlah 295 (1,54%) dari jumlah
total pasien 19096 yang dirawat, sedangkan pada tahun 2004 sebanyak 401 (1,98%)
dari jumlah total pasien 20257 yang dirawat. Hal ini berarti bahwa terdapat
peningkatan jumlah kasus stroke pada tahun 2004 meskipun tidak terlalu tinggi3.
Stroke perlu dikenali lebih awal dan ditangani dengan cepat dan baik karena
jika tidak ditangani dengan cepat dan baik stroke bisa menyebabkan kelumpuhan dan
bahkan kematian. Penanganan stroke di rumah sakit memerlukan kerjasama dari
beberapa petugas kesehatan baik perawat, dokter, ahli gizi, fisioterapi maupun tenaga
kesehatan lain yang terkait. Perawat dalam menangani pasien dengan stroke dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian keperawatan, penyusunan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan tehnik wawancara dengan kepala
ruangan dan perawat diruangan dahlia 2 dan stroke center bahwa pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien di rumah sakit dr. Sardjito yokyakarta juga menggunakan
metode proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Dalam merumuskan diagnosa, tujuan dan

intervensi pada pasien perawat mengacu pada standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan.
Istilah standarisasi keperawatan dikenal dengan istilah sistem klasifikasi,
taxonomi atau bahasa telah berkembang untuk meningkatkan kualitas perawatan
pasien yang akan terlihat dalam dokumentasi keperawatan sebagai informasi nyata
dari praktek keperawatan. Diagnosa keperawatan NANDA, NOC dan NIC merupakan
standar bahasa keperawatan yang dapat digunakan untuk asuhan keperawatan4.
Penggunaan Standar bahasa dapat diterima untuk mempermudah administrasi
dan pengambilan keputusan (ANA, 1995). Sistem NANDA, NOC dan NIC dapat
diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan, kecuali pengkajian.
NANDA, NOC dan NIC didukung oleh penelitian untuk memfasilitasi perawatan
lanjutan pada semua area, dan merupakan standar bahasa yang dapat diterapkan pada
semua area keperawatan termasuk pada pasien stroke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kesesuaian
penggunaan diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi keperawatan dan implementasi
dengan diagnosa keperawatan NANDA, NOC (Nursing Outcome Clasification) dan
NIC (Nursing Intervention Classification) pada pasien stroke di Rumah Sakit dr.
Sardjito Yogyakarta.
METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan tehnik analisis dokumen (content analysis)5. Cara pengambilan sampel
dengan purposive sampling6. Sampel pada penelitian ini berjumlah 46 status rekam
medik pasien stroke dengan kriteria inklusi : pasien yang didiagnosis stroke tanpa
diagnosis sekunder yang lain yang dirawat di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta
dari bulan Januari sampai dengan Juli 2005.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumentasi yaitu dengan
melihat diagnosa keperawatan, tujuan & kriteria hasil, intervensi dan implementasi
yang dirumuskan dan didokumentasikan oleh perawat kemudian oleh peneliti dicatat
ulang pada format yang telah ditentukan. Pengolahan data dilakukan dengan analisis
prosentasi dan disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai tanggal 17 Desember 2005
di ruang Instalasi Rekam Medik RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Sampel yang
didapatkan dalam penelitian ini sebanyak 68 status rekam medik dimana yang bisa
digunakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah 46 status rekam medik pasien
stroke yang memenuhi kriteria inklusi, sedangkan sebanyak 22 status rekam medik
pasien stroke gugur/ tidak menjadi sampel. Dari 22 status rekam medik pasien yang
gugur, 14 status karena form asuhan keperawatan tidak ada (11 tidak ada form asuhan
keperawatan dan 3 ada form asuhan keperawatan tetapi tidak diisi oleh perawat) dan 8
status gugur karena diagnosa yang ditegakkan tidak ada dalam standar penilaian yang
dibuat oleh peneliti.
Penelitian ini dilakukan dengan cara studi dokumentasi terhadap rumusan
diagnosa, tujuan dan kriteria hasil, intervensi dan implementasi yang dibuat oleh
perawat di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Selain itu juga dilakukan studi
dokumentasi terhadap SAK yang ada di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Adapun hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Status Rekam Medik Pasien Stroke
1. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Data ini diperoleh dari studi dokumentasi status rekam medik pasien.
a. Rumusan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke di RSUP.
Dr. Sardjito Yogyakarta adalah sebagaimana terdapat dalam tabel 1 berikut
:

Tabel 1 : Rumusan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke


di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta dengan rumusan diagnosa
NANDA pada bulan Januari Juli 2005
No
1

Diagnosa
Variasi diagnosa
keperawatan menurut
keperawatan yg muncul
NANDA
Perfusi jaringan tidak Gangguan perfusi jaringan
efektif : cerebral
serebal.
Perfusi jaringan tidak efektif :
cerebral
Defisit suplai O2 ke perifer.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Resiko sumbatan jalan nafas


Pola nafas tidak efektif.
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
Kelemahan anggota gerak
sebelah kiri
Kerusakan komunikasi verbal
Gangguan komunikasi verbal
Defisit perawatan diri
Sindroma defisit perawatan
diri mandi, berpakaian,
makan, toileting.
Gangguan pemenuham
kebutuhan ADL
Ketergantungan ADL

Kerusakan mobilitas
fisik

Kerusakan komunikasi
verbal.
Devisit perawatan diri :
mandi / kebersihan.
Devisit perawatan diri :
berpakaian / berhias.
Devisit perawatan diri :
toileting.
Defisit perawatan diri :
makan.
Intoleransi aktifitas.
Intoleransi aktifitas
Gannguan aktifitas fisik
Ketidakseimbangan
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
kebutuhan tubuh.
Perubahan pola nutrisi
Resiko kerusakan
Resiko kerusakan integritas
integritas kulit.
kulit
Resiko cidera
Resiko cidera
Gangguan rasa nyeri*
Resiko infeksi*
JUMLAH

5
6
7
8
9
10

11
12
13
14

Jmlh

16

25%

10

15,6%

1,6%

1,6%

1
3
3
1

1,6%
4,9%
4,9%
1,6%

2
1
1
1

3,1%
1,6%
1,6%
1,6%

10,9%

1
2
2
1

1,6%
3,1%
3,1%
1,6%

1
2

1,6%
3,1%

1
1
1
64

1,6%
1,6%
1,6%
100%

Sumber : Data rekam medik

Ket : * Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam standar penilaian.

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 64 diagnosa keperawatan


yang

dirumuskan

oleh

perawat

pada

46

status

pasien

stroke

menggambarkan bahwa diagnosa keperawatan perfusi jaringan tidak


efektif : cerebral mempunyai presentasi paling besar yaitu 42,2 %
(Gangguan perfusi jaringan cerebral 25 %, perfusi jaringan tidak efektif :
cerebral 15,6 % dan defisit suplai O2 ke perifer 1,6 %).
Dari 64 diagnosa keperawatan yang dirumuskan perawat, 6
diagnosa tidak ada dalam standar yaitu diagnosa keperawatan nyeri yang
berjumlah 5 diagnosa dan 1 diagnosa resiko infeksi. Diagnosa keperawatan
nyeri dan resiko infeksi tidak ada dalam standar tetapi muncul pada pasien
stroke, hal ini bisa terjadi, menurut Brunner & Suddart (2002)1 sakit
kepala, pusing merupakan tanda awal yang dikeluhkan pasien baik stroke
iskemik maupun hemorogik. Resiko infeksi juga tidak muncul pada
standar akan tetapi bisa muncul pada semua pasien stroke atau pasien yang
lain oleh karena tindakan infasif.
b. Label diagnosa keperawatan yang dirumuskan, tingkat kesesuaiannya
dapat dilihat dalam tabel 2 berikut :
Tabel 2 :

Kesesuaian label diagnosa keperawatan yang dirumuskan


dengan label diagnosa keperawatan NANDA
No
Diagnosa Keperawatan
Jumlah
Sesuai
Tidak sesuai
diagnosa
NANDA
NANDA
yang dibuat Jumlah
%
Jumlah %
1 Perfusi jaringan tidak
27
10
37
17
63
efektif : cerebral
2 Bersihan jalan nafas tidak
2
0
0
2
100
efektif.
3 Kerusakan mobilitas fisik.
7
3
42,9
4
57,1
4 Kerusakan komunikasi
3
2
66,7
1
33,3
verbal.
5 Defisit perawatan diri
10
0
0
10
100
6 Intoleransi aktifitas
4
2
50
2
50
7 Ketidakseimbangan nutrisi
2
0
0
2
100
kurang dari kebutuhan
tubuh.
8 Resiko kerusakan integritas
2
2
100
0
0
kulit

Resiko cidera
1
1
100
0
0
JUMLAH
58
20
34,5
38
65,5
Tabel 2 diatas menunjukkan dari 58 label diagnosa keperawatan yang
didokumentasikan perawat terdapat 20 (34,5 %) rumusan label diagnosa yang
sesuai dengan rumusan label diagnosa NANDA, sedangkan yang tidak sesuai
dengan rumusan label diagnosa NANDA sebanyak 38 (65,5 %) rumusan label
diagnosa.
Diagnosa yang muncul dan merupakan rumusan yang paling banyak
adalah perfusi jaringan tidak efektif : cerebral, yaitu sebanyak 27 rumusan dari
jumlah keseluruhan 58 rumusan diagnosa keperawatan. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Indayani (2000)7, bahwa pada pasien stroke
mempunyai masalah gangguan perfusi jaringan serebral sebanyak 100%.
Menurut Hudak & Gallo (1996)8, bahwa pada pasien stroke aliran darah
kesetiap bagian otak terhambat karena trombus atau embolus, sehingga
jaringan otak terjadi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran dan dapat menyebabkan nekrosis
mikroskopi neuron-neuron dimana area nekrotik akan mengalami infark.
Infark pada area tersebut bisa menyebabkan gangguan pada neurovaskuler
seperti infark pada bagian aspek lateral hemisfer cerebri bisa menyebabkan
defisit kolateral motorik dan sensorik, timbul masalah bicara, disfagi dan lain
lain
Yang tidak sesuai untuk diagnosa perfusi jaringan tidak efektif oleh
perawat dirumuskan dengan gangguan perfusi jaringan cerebral. Kalau
dihubungkan dengan diagnosa keperawatan NANDA taksonomi II diagnosa
gangguan perfusi jaringan serebral tidak sesuai meskipun memiliki kesamaan
arti. Diagnosa tersebut sesuai dengan rumusan diagnosa keperawatan NANDA
taxonomi I.
Menurut Brunner & Suddart (2002)1, manifestasi klinis pada penderita
stroke salah satunya adalah kehilangan motorik. Stroke merupakan penyakit
motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan otot foluntar

terhadap

gerakan motorik. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegi dan


hemiparese (kelemahan salah satu sisi tubuh). Rumusan diagnosa kerusakan

mobilitas fisik sudah tepat dirumuskan karena sudah sesuai dengan teori, hal
ini juga didukung oleh penelitian Indayani (2000)7 bahwa pada pasien stroke
mengalami masalah mobilitas fisik sebanyak 100 %,

akan tetapi pada

rumusan diagnosa keperawatan ini ada 4 diagnosa yang tidak sesuai dengan
rumusan diagnosa keperawatan NANDA yaitu gangguan kerusakan mobilitas
fisik dan kelemahan anggota gerak sebelah kiri.
Untuk diagnosa kerusakan komunikasi verbal, dari 3 diagnosa yang
dirumuskan perawat ada satu diagnosa yang tidak sesuai dengan rumusan
diagnosa NANDA tetapi mempunyai kesamaan arti dengan diagnosa NANDA
yaitu gangguan komunikasi verbal. Diagnosa kerusakan komunikasi verbal
sudah tepat dirumuskan pada pasien stroke. Menurut Brunner & Suddart
(2002)1 pada penderita stroke akan mengalami kehilangan komunikasi. Stroke
merupakan penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
pada pasien stroke dapat dimanifestasikan dengan disartria, disfagia/afasia
dan apraksia.
Rumusan diagnosa defisit perawatan diri, dari 10 diagnosa
keperawatan yang dibuat oleh perawat semuanya tidak sesuai dengan rumusan
diagnosa NANDA taksonomi II. Dalam NANDA taksonomi II penulisan label
defisit perawatan diri dispesifikasikan yaitu defisit perawatan diri : mandi /
kebersihan, berpakaian/berhias, makan dan toileting. Sedangkan di RS. Dr.
Sardjito yogyakarta tidak ada spesifikasi, bahkan diagnosa yang paling banyak
muncul adalah gangguan pemenuhan kebutuhan ADL, dimana diagnosa
tersebut tidak ada dalam label diagnosa keperawatan menurut NANDA.
Diagnosa keperawatan yang ada dalam standar penilaian tetapi tidak
muncul ada 3 yaitu kerusakan menelan, gangguan persepsi sensori dan kurang
pengetahuan. Diagnosa ini seharusnya muncul pada pasien stroke. Menurut
Brunner & Suddart (2002)1 pada pasien stroke terjadi defisit motorik yaitu
disfagia (kesulitan dalam menelan), selain itu pada penderita stroke juga
terjadi gangguan persepsi sensori dimana pasien tidak mampu untuk
menginterpretasikan sensori. Stroke mengakibatkan disfungsi persepsi visual,
gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori yang dapat

berupa kerusakan sentuhan ringan atau berat serta kesulitan dalam


menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.
Dari label diagnosa keperawatan yang disusun perawat, diagnosa yang
sesuai dengan label pada diagnosa NANDA diperoleh hasil 34,5 % dan bila
ditafsirkan secara kualitatif termasuk dalam kategori tidak baik yaitu < 40 %6.
2. Rumusan Nursig Outcame Classification (NOC)
Rumusan tujuan dan criteria hasil dalam penelitian ini didapatkan
melalui studi dokumentasi pada status rekam medik pasien stroke. Adapun
hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Kesesuaian kriteria hasil yang dirumuskan dibandingkan dengan
rumusan NOC
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Diagnosa
Keperawatan
Perfusi jaringan tidak
efektif : cerebral.
Brsihan jalan nafas
tidak efektif.
Kerusakan mobilitas
fisik.
Kerusakan
komunikasi verbal.
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktifitas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Resiko kerusakan
integritas kulit
Resiko cidera
JUMLAH

Jumlah
kriteria hasil
yang dibuat
80

Sesuai NOC

Tidak sesuai
NOC
Jumlah %
10
12,5

Jumlah
70

%
87,5

100

37,5

62,5

100

15
9
5

6
3
2

40
33,3
40

9
6
3

60
66,7
60

3
126

0
90

0
71,4

3
36

100
28,6

Sumber : Data primer

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa hasil rata-rata rumusan kriteria


hasil yang sesuai maknanya dengan rumusan NOC adalah 71,4 %, sedangkan
rumusan kriteria hasil yang tidak sesuai maknanya dengan rumusan NOC
adalah 28,6 %. Hasil prosentasi tersebut jika ditafsirkan secara kualitatif
menurut Arikunto (1998) termasuk dalam kategori cukup (56% - 75%).

Kriteria hasil yang tidak sesuai yang didokumentasikan oleh perawat


pelaksana di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta dikarenakan beberapa hal antara lain
adalah sebagai berikut :
a. NOC belum sepenuhnya diaplikasikan di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta.
Meskipun dalam SAK untuk tujuan sudah sesuai dengan label NOC akan
tetapi untuk indicator masih ada yang belum sesuai dengan NOC.
b. NOC merupakan klasifikasi dari kriteria hasil pasien yang komprehensif
yang dibuat berdasarkan riset dibeberapa negara yang secara demografi,
cultur, kondisi pelayanan kesehatan berbeda dengan indonesia.
c. NOC merupakan hal yang baru khususnya bagi perawat di Indonesia.
3. Rumusan Nursing Intervention Classification (NIC)
Rumusan intervensi dalam penelitian ini didapatkan dari hasil
dokumentasi asuhan keperawatan pada status rekam medik pasien stroke,
adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4 : Kesesuaian intervensi yang dibuat dengan rumusan NIC
No

Diagnosa
Keperawatan

Perfusi jaringan tidak


efektif : cerebral.
Brsihan jalan nafas
tidak efektif.
Kerusakan mobilitas
fisik.
Kerusakan komunikasi
verbal.
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktifitas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Resiko kerusakan
integritas kulit
Resiko cidera
JUMLAH

2
3
4
5
6
7
8
9

Jumlah
intervensi
yang dibuat
149

Sesuai NIC

Tidak sesuai
NIC
Jumlah
%
17
11,4

Jumlah
132

%
88,6

80

20

31

19

61,3

12

38,7

13

61,5

38,5

44
18
10

17
13
8

38,6
72,2
80

27
5
2

61,4
27,8
20

100

6
278

3
206

50
74 %

3
72

50
26 %

Sumber : Data primer

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rumusan intervensi yang dibuat


oleh perawat yang sesuai maknanya dengan rumusan NIC adalah 74 %,

sedangkan rumusan intervensi yang tidak sesuai maknanya dengan rumusan


NIC adalah 26 %. Hasil prosentasi tersebut jika ditafsirkan secara kualitatif
menurut Arikunto (1998) termasuk dalam kategori cukup (56% - 75%).
Standar intervensi dan tindakan keperawatan pada rumah sakit dr.
Sardjito Yogyakarta lebih banyak mengacu pada standar asuhan keperawatan
yang merupakan akomodasi dari berbagai sumber baik dari Carpenito,
Doenges, maupun NIC. Alasan inilah yang menyebabkan tingkat kesesuaian
rumusan intervensi yang dibuat oleh perawat pelaksana rumah sakit dr.
Sardjito sehingga hasilnya termasuk dalam kategori cukup.
4. Rumusan Implementasi
Rumusan implementasi pada penelitian ini didapatkan melalui studi
dokumentasi pada status rekam medik pasien stroke di RS. Dr. Sardjito
Yogyakarta, dimana yang ditulis adalah dokumentasi pelaksanaan tindakan
keperawatan selama 4 hari perawatan, adapun hasilnya adalah :
Tabel 5 : Kesesuaian Implementasi yang didokumentasikan dengan rumusan
NIC
No
Diagnosa
Jumlah
Sesuai NIC
Tidak sesuai
Keperawatan
implementasi yg
NIC
didokumentasikan Jumlah
%
Jumlah
%
1 Perfusi jaringan
445
226
50,9
219
49,1
tidak efektif :
cerebral.
2 Bersihan jalan
36
15
41,7
21
58,3
nafas tidak efektif.
3 Kerusakan
112
56
50
56
50
mobilitas fisik.
4 Kerusakan
44
7
16
37
84
komunikasi verbal.
5 Defisit perawatan
161
74
46
87
54
diri
6 Intoleransi aktifitas
57
38
66,7
19
33,3
7 Ketidakseimbangan
32
19
59,4
13
40,6
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
8 Resiko kerusakan
28
15
53,6
13
46,4
integritas kulit
9 Resiko cidera
10
4
40
6
60
JUMLAH
925
454
49,1%
471
50,9%
Sumber : Data primer

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa hasil implementasi yang sesuai


maknanya dengan rumusan NIC adalah 49,1 % sedangkan yang tidak sesuai
maknanya dengan NIC adalah sebesar 50,9 %. Hasil prosentasi tersebut
apabila ditafsirkan secara kualitatif menurut Arikunto (1998) termasuk dalam
kategori kurang (40% - 55%).
Kurangnya kesesuaian antara tindakan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat dengan standar rumusan NIC tersebut karena perawat pelaksana
dalam memberikan asuhan keperawatan masih cenderung melakukan tindakan
rutinitas seperti mengobservasi keadaan umum pasien, menyiapkan air hangat
untuk mandi, memandikan pasien, mengukur vital sign, mengelola obat oral,
memberikan injeksi sesuai program, mengganti linen, melakukan dressing
infus, mengobservasi dan memotivasi diit pasien, memberikan extra diit dan
tindakan-tindakan yang lebih banyak mengarah ke aspek kolaboratif seperti
pengobatan dan prosedur pengobatan tanpa melihat masalah keperawatan yang
ditegakkan,

padahal untuk intervensi / tindakan keperawatan seharusnya

mengacu pada masalah yang dihadapi pasien bukan sekedar diberikan


tindakan yang bersifat rutinitas.
Selain hal tersebut, perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
belum sepenuhnya mengacu pada rencana keperawatan yang ditetapkan,
meskipun penelitian tetang hal ini

(kesesuaian implementasi dengan

intervensi yang ditetapkan perawat) belum ada. Hal ini sesuai dengan hasil
laporan praktek manajemen

keperawatan di ruang Dahlia (2005) dimana

disebutkan bahwa implementasi / tindakan keperawatan belum mengacu pada


rencana keperawatan yang ditetapkan.
B. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
1. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Rumusan diagnosa keperawatan dibawah ini didapatkan dari studi
dokumentasi pada standar asuhan keperawatan (SAK) syaraf yang ada di RS.
Dr. Sardjito Yogyakarta. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 6 :

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kesesuaian rumusan diagnosa keperawatan yang ada di SAK


dengan rumusan diagnosa NANDA pada pasien stroke di RSUP.
Dr. Sardjito Yogyakarta.

Diagnosa keperawatan
yang ada di SAK
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Perfusi jaringan tidak
efektif : cerebral
Intoleransi aktifitas
Kerusakan komunikasi
verbal.
Kerusakan mobilitas fisik
Sindroma defisit perawatan
diri
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh.
Perubahan persepsi sensori
Kurang Pengetahuan
Hipertermi*
PK peningkatan tekanan
intra kranial*
JUMLAH

Sesuai NANDA

Tidak sesuai
NANDA
Jumlah
%
0
0

Jumlah
1

%
11,1 %

11,1 %

1
1

11,1 %
11,1 %

0
0

0
0

1
0

11,1 %
0

0
1

0
11,1 %

11,1 %

0
1

0
11,1 %

1
0

11,1 %
0

77,8%

22,2%

Sumber : Data primer

Ket : * Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam standar penilaian.


Tabel 6 menunjukkan bahwa rumusan diagnosa keperawatan yang
ditegakkan di SAK terdapat 11 rumusan diagnosa. Dari 11 diagnosa tersebut
yang sesuai dengan kriteria rumusan diagnosa NANDA ada 7 (77,8 %)
diagnosa, yang tidak sesuai dengan rumusan diagnosa NANDA ada 2 (22,2 %)
dan yang tidak sesuai / tidak ada dalam standar penilaian ada 2 diagnosa.
Rumusan diagnosa keperawatan yang ada di SAK yang sesuai dengan
rumusan diagnosa NANDA adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, perfusi
jaringan tidak efektif : cerebral, intoleransi aktifitas, kerusakan komunikasi
verbal, kerusakan mobilitas fisik, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan kurang pengetahuan. Sedangkan diagnosa keperawatan

yang tidak sesuai dengan rumusan diagnosa NANDA adalah sindroma defisit
perawatan diri dan perubahan persepsi sensori.
Diagnosa sindroma defisit perawatan diri tidak sesuai karena dalam
NANDA taksonomi II penulisan label diagnosa defisit perawatan diri
dispesifikasikan yaitu defisit perawatan diri : mandi / kebersihan, berhias /
berpakaian, makan dan toileting. Diagnosa tersebut masing-masing berdiri
sendiri dan tidak digabung menjadi satu.
Diagnosa perubahan persepsi sensori tidak sesuai dengan rumusan
diagnosa NANDA taksonomi II. Dalam NANDA taksonomi II rumusan
diagnosa yang benar adalah gangguan persepsi sensori, sedangkan perubahan
persepsi sensori dalam rumusan diagnosa NANDA taksonomi II merupakan
etiologi (faktor yang berhubungan) untuk diagnosa gangguan pesepsi sensori.
Ada dua rumusan diagnosa yang tidak ada dalam standar penilaian
yaitu diagnosa keperawatan hipertermi dan PK peningkatan tekanan
intrakranial (PTIK)
Diagnosa keperawatan hipertermi sebenarnya menurut rumusan
diagnosa NANDA sudah sesuai dengan diagnosa NANDA taksonomi II, akan
tetapi diagnosa ini tidak ditegakkan dalam standar penilaian pada penelitian
ini. Hal ini terjadi karena berdasakan tinjauan literatur dari beberapa sumber,
diagnosa keperawatan hipertermi tidak muncul pada pasien stroke, pada pasien
stroke tidak ada tanda dan gejala peningkatan suhu tubuh. Dalam standar
asuhan keperawatan (SAK) yang dibuat oleh RS. Dr. Sardjito Yogyakarta
muncul diagnosa hipertermi, hal ini mungkin dikarenakan pada pasien stroke
masalah yang banyak / sering muncul diantaranya adalah peningkatan suhu
tubuh (hipertermi). Kemungkinan permasalahan ini muncul bukan karena
stroke nya akan tetapi karena adanya penyakit lain yang menyertai.
Diagnosa PK peningkatan tekanan intracranial (PTIK) tidak ada dalam
standar penilaian karena pada rumusan diagnosa NANDA taksonomi II tidak
terdapat diagnosa PK peningkatan tekanan intracranial. Didalam diagnosa
NANDA untuk penanganan peningkatan tekanan intracranial sudah masuk
dalam diagnosa perfusi jaringan cerebral tidak efektif. Diagnosa ini bisa

muncul pada SAK di RSUP. Dr. Sardjito yogyakarta, hal ini bisa terjadi karena
perawat dalam menyusun standar asuhan keperawatan tidak hanya
menggunakan sumber dari NANDA akan tetapi juga menggunakan dari
berbagai sumber yaitu dari Doenges dan

Carpenito. Menurut Carpenito

(1999)9 diagnosa keperawatan potensial komplikasi peningkatan tekanan


intracranial merupakan diagnosis masalah kolaboratif dan diagnosa ini
dilaporkan untuk lebih sering dipantau atau ditangani karena pemantauan TIK
merupakan indicator perfusi cerebral.
2. Rumusan Nursing Outcome Classification (NOC)
Rumusan tujuan dan criteria hasil dibawah ini didapatkan dari studi
dokumentasi pada standar asuhan keperawatan (SAK) syaraf yang ada di RS.
Dr. Sardjito Yogyakarta. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut
Tabel 7 : Kesesuaian tujuan dan criteria hasil yang ada di SAK dengan NOC
pada pasien stroke di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta.
No

Diagnosa
keperawatan

Bersihan jalan nafas


tidak efektif.
Perfusi jaringan tidak
efektif : cerebral
Intoleransi aktifitas
Kerusakan
komunikasi verbal.
Kerusakan mobilitas
fisik
Sindroma defisit
perawatan diri
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Perubahan persepsi
sensori
Kurang pengetahuan
JUMLAH

2
3
4
5
6
7
8
9

Jumlah
Sesuai NOC
kriteria hasil
yg ditetapkan Jumlah
%
3
1
33,3

Tidak sesuai
NOC
Jumlah
%
2
66,7

12

12

100

5
4

5
3

100
75

0
1

0
25

100

100

87,5

12,5

50

50

3
44

3
35

100
79,5%

0
9

0
20,5%

Sumber : Data primer

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa kriteria hasil yang ada di SAK


yang sesuai kemaknaannya dengan NOC adalah 79,5 % sedangkan kriteria

hasil yang tidak sesuai kemaknaannya dengan NOC sebanyak 20,5 %. Hasil
prosentasi tersebut apabila ditafsirkan secara

kualitatif menurut Arikunto

(1998) termasuk dalam kategori baik (76% - 100%).


Ketidaksesuaian rumusan tujuan dan kriteria hasil yang ada dalam
SAK tersebut dikarenakan pada penyusunan SAK tidak sepenuhnya
menggunakan sumber dari NOC akan tetapi juga menggunakan sumber lain
seperti dari Doenges maupun Carpenito.
3. Rumusan Nursing Intervention Classification (NIC)
Rumusan intervensi dibawah ini didapatkan dari studi dokumentasi
pada standar asuhan keperawatan (SAK) syaraf yang ada di RS. Dr. Sardjito
Yogyakarta. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 8 : Kesesuaian intervensi yang ada di SAK dengan NIC pada pasien
stroke di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta.
No

Diagnosa
keperawatan

Bersihan jalan nafas


tidak efektif.
Perfusi jaringan tidak
efektif : cerebral
Intoleransi aktifitas
Kerusakan
komunikasi verbal.
Kerusakan mobilitas
fisik
Sindroma defisit
perawatan diri
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Perubahan persepsi
sensori
Kurang pengetahuan
JUMLAH

2
3
4
5
6
7
8
9

Jumlah
intervensi yg
ditetapkan
10

Sesuai NIC

Tidak sesuai
NiC
Jumlah
%
1
10

Jumlah
9

%
90

12

11

91,7

8,3

12
11

9
6

75
54,5

3
5

25
45,5

11

72,7

27,3

100

11

81,8

18,2

57,1

42,9

8
89

6
62

75
69,7%

2
27

25
30,3%

Sumber : Data primer

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa rumusan intervensi yang ada di


SAK yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebanyak 69,7 % sedangkan
rumusan intervensi yang tidak sesuai kemaknaannya dengan NIC sebanyak

30,3 %. Hasil presentasi tersebut apabila ditafsirkan secara kualitatif termasuk


kategori cukup yaitu antara 56 -75%6.
Ketidaksesuaian rumusan intervensi yang ada dalam SAK tersebut
dikarenakan pada penyusunan SAK tidak sepenuhnya menggunakan sumber
dari NIC akan tetapi juga menggunakan sumber lain seperti dari Doenges
maupun Carpenito.
Ketidaksesuaian antara intervensi yang ada di SAK dengan intervensi
NIC bisa terjadi karena dalam penyusunan standar asuhan keperawatan pada
pasien stroke di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta tidak hanya mendapatkan
sumber dari NIC saja tetapi juga masih menggunakan sumber-sumber literatur
yang lainnya yaitu dari Doenges, Carpenito, Tucker dan lain-lain.
NIC merupakan standar klasifikasi pertama yang komprehensif tentang
tindakan keperawatan. Klasifikasi ini meliputi intervensi yang dilakukan
terhadap pasien baik tindakan mandiri maupun tindakan kolaboratif serta
tindakan langsung maupun tidak langsung. Intervensi dalam NIC juga meliputi
fisiologi, psikososial, perawatan penyakit, peningkatan kesehatan, intervensi
untuk individu, keluarga maupun masyarakat10.
KESIMPULAN
1. Gambaran penggunaan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan label diagnosa
keperawatan NANDA taxonomi II secara keseluruhan adalah sebesar 34,5% dan
termasuk dalam kategori tidak baik.
2. Gambaran kriteria hasil yang sesuai maknanya dengan NOC secara keseluruhan
adalah sebesar 71,4 % dan termasuk dalam kategori cukup.
3. Gambaran intervensi yang sesuai maknanya dengan NIC secara keseluruhan
adalah sebesar 74 % dan termasuk dalam kategori cukup.
4. Gambaran implementasi yang sesuai maknanya dengan NIC secara keseluruhan
adalah sebesar 41,9 % dan termasuk dalam kategori kurang.
5. Gambaran kesesuaian diagnosa keperawatan yang ada di SAK dengan diagnosa
NANDA menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar 77,8 %, kesesuaian kriteria
hasil dengan NOC menunjukkan hasil yang baik yaitu 79, 5 % dan kesesuaian
intervensi dengan NIC menunjukkan hasil yang cukup yaitu sebesar 69,7 %.

SARAN
1. Bagi RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan kepada rumah sakit
selaku pemberi layanan kesehatan untuk menentukan kebijakan dalam melakukan
asuhan keperawatan secara efektif serta mengevaluasi pendokumentasian yang
dilakukan perawat sehingga dalam menulis asuhan keperawatan legkap.
Dokumentasi sebagai bukti tertulis keperawatan yang dilakukan dan merupakan
tanggung gugat perawat bila terjadi kasus yang dituntut oleh pasien dan
keluarganya.
2. Bagi peneliti lain
a. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan penerapan diagnosa NANDA, NOC dan NIC sehingga dapat
diketahui hambatan ataupun peluang untuk dilaksanakan penerapan NANDA,
NOC DAN NIC.
b. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang kesesuain implementasi dengan
intervensi yang ditetapkan oleh perawat sehingga diketahui apakah perawat
sudah benar-benar melaksanakan intervensi yang dibuat atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth., 2002, Buku ajar keperawatan medical bedah vol 3, EGC,
Jakarta.
2. Mangoenprasodjo., 2005, Stroke jangan lagi dijadikan hantu, Thinkfresh,
Yogyakarta
3. Bagian rekam medis rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
4. NANDA., 2001, Nursing diagnosis : definitiaon and classification, Nanda
International, Philedelphia
5. Arikunto, S., 2005, Manajemen penelitian, edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta
6. Arikunto, S., 2002, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta,
Jakarta.
7. Indayani,P., 2000, Provil intervensi keperawatan pada pasien stroke di bangsal
syaraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, PSIK FK UGM, Yogyakarta. (Karya tulis
ilmiah, tidak dipublikasikan).
8. Hudak & Gallo., 1996, Keperawatan ktitis, pendekatan holistik, volume II, edisi
IV, EGC, Jakarta.
9. Carpenito., 1999, Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan, diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif, EGC, Jakarta.
10. Mc Closkey & G..M Bulechek., 1996, Nursing intervention classification, St
Louis, Mosby.

You might also like