Professional Documents
Culture Documents
Naskah Publikasi SITI
Naskah Publikasi SITI
Disusun oleh:
SITI KHOIROH MUFLIHATIN
04/175233/EIK/00399
Stroke merupakan serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat
kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Stroke adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke dapat menggunakan NANDA, NOC dan NIC,
karena NANDA, NOC dan NIC merupakan standar bahasa keperawatan yang dapat
diterapkan pada semua area keperawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kesesuaian
penggunaan diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi keperawatan dan implementasi
dengan diagnosa keperawatan NANDA, NOC dan NIC pada pasien stroke di rumah
sakit dr. Sardjito Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan tehnik analisis
dokumen (content analisis). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan
jumlah sampel 46 status rekam medis pasien. Pengumpulan data dilakukan secara
studi dokumentasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien stroke.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan NANDA sebesar 34,5 %, tujuan yang sesuai kemaknaannya dengan NOC
sebesar 71,4 %, intervensi yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebesar 74 % dan
implementasi yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebesar 49,1 %. Diagnosa
keperawatan yang ada di SAK yang sesuai dengan NANDA sebesar 77,8 %, tujuan
yang ada di SAK yang sesuai kemaknaannya dengan NOC sebesar 79,5 % dan
intervensi yang ada di SAK yang sesuai kemaknaannya dengan NIC sebesar 69,7 %.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien stroke untuk diagnosa
keperawatan kesesuaiannya dengan NANDA termasuk kategori tidak baik, tujuan
kesesuaiannya dengan NOC termasuk kategori cukup, intervensi kesesuaiannya
dengan NIC termasuk kategori cukup dan implementasi kesesuaiannya dengan NIC
termasuk kategori kurang. Diagnosa keperawatan yang ada di SAK kesesuaiannya
dengan NANDA termasuk kategori baik. Tujuan yang ada di SAK kesesuaiannya
dengan NOC termasuk kategori baik dan intervensi yang ada di SAK kesesuaiannya
dengan NIC termasuk dalam kategori cukup.
Kata kunci : Analisis kesesuaian, diagnosa NANDA, NOC, NIC, pasien stroke.
------------------------------------------------------------------------------------------------1
Mahasiswa program studi ilmu keperawatan FK-UGM Yogyakarta.
2
Program Studi Ilmu Keperawatan FK-UGM Yogyakarta
PENDAHULUAN
Stroke merupakan serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat
kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Stroke atau cerebro vascular
accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Sering ini merupakan kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun1.
Stroke merupakan masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun
upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun
terakhir, stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan
cancer. Di Indonesia jumlah penderita stroke dari tahun ke tahun terus meningkat.
Stroke di Indonesia merupakan penyebab kematian ke tiga setelah penyakit infeksi
dan jantung koroner2.
Menurut data yang didapatkan di rekam medik Rumah Sakit dr. Sardjito
Yogyakarta, penderita stroke pada tahun 2003 berjumlah 295 (1,54%) dari jumlah
total pasien 19096 yang dirawat, sedangkan pada tahun 2004 sebanyak 401 (1,98%)
dari jumlah total pasien 20257 yang dirawat. Hal ini berarti bahwa terdapat
peningkatan jumlah kasus stroke pada tahun 2004 meskipun tidak terlalu tinggi3.
Stroke perlu dikenali lebih awal dan ditangani dengan cepat dan baik karena
jika tidak ditangani dengan cepat dan baik stroke bisa menyebabkan kelumpuhan dan
bahkan kematian. Penanganan stroke di rumah sakit memerlukan kerjasama dari
beberapa petugas kesehatan baik perawat, dokter, ahli gizi, fisioterapi maupun tenaga
kesehatan lain yang terkait. Perawat dalam menangani pasien dengan stroke dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian keperawatan, penyusunan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan tehnik wawancara dengan kepala
ruangan dan perawat diruangan dahlia 2 dan stroke center bahwa pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien di rumah sakit dr. Sardjito yokyakarta juga menggunakan
metode proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Dalam merumuskan diagnosa, tujuan dan
intervensi pada pasien perawat mengacu pada standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan.
Istilah standarisasi keperawatan dikenal dengan istilah sistem klasifikasi,
taxonomi atau bahasa telah berkembang untuk meningkatkan kualitas perawatan
pasien yang akan terlihat dalam dokumentasi keperawatan sebagai informasi nyata
dari praktek keperawatan. Diagnosa keperawatan NANDA, NOC dan NIC merupakan
standar bahasa keperawatan yang dapat digunakan untuk asuhan keperawatan4.
Penggunaan Standar bahasa dapat diterima untuk mempermudah administrasi
dan pengambilan keputusan (ANA, 1995). Sistem NANDA, NOC dan NIC dapat
diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan, kecuali pengkajian.
NANDA, NOC dan NIC didukung oleh penelitian untuk memfasilitasi perawatan
lanjutan pada semua area, dan merupakan standar bahasa yang dapat diterapkan pada
semua area keperawatan termasuk pada pasien stroke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kesesuaian
penggunaan diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi keperawatan dan implementasi
dengan diagnosa keperawatan NANDA, NOC (Nursing Outcome Clasification) dan
NIC (Nursing Intervention Classification) pada pasien stroke di Rumah Sakit dr.
Sardjito Yogyakarta.
METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan tehnik analisis dokumen (content analysis)5. Cara pengambilan sampel
dengan purposive sampling6. Sampel pada penelitian ini berjumlah 46 status rekam
medik pasien stroke dengan kriteria inklusi : pasien yang didiagnosis stroke tanpa
diagnosis sekunder yang lain yang dirawat di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta
dari bulan Januari sampai dengan Juli 2005.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumentasi yaitu dengan
melihat diagnosa keperawatan, tujuan & kriteria hasil, intervensi dan implementasi
yang dirumuskan dan didokumentasikan oleh perawat kemudian oleh peneliti dicatat
ulang pada format yang telah ditentukan. Pengolahan data dilakukan dengan analisis
prosentasi dan disajikan dalam bentuk tabel.
Diagnosa
Variasi diagnosa
keperawatan menurut
keperawatan yg muncul
NANDA
Perfusi jaringan tidak Gangguan perfusi jaringan
efektif : cerebral
serebal.
Perfusi jaringan tidak efektif :
cerebral
Defisit suplai O2 ke perifer.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Kerusakan mobilitas
fisik
Kerusakan komunikasi
verbal.
Devisit perawatan diri :
mandi / kebersihan.
Devisit perawatan diri :
berpakaian / berhias.
Devisit perawatan diri :
toileting.
Defisit perawatan diri :
makan.
Intoleransi aktifitas.
Intoleransi aktifitas
Gannguan aktifitas fisik
Ketidakseimbangan
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
kebutuhan tubuh.
Perubahan pola nutrisi
Resiko kerusakan
Resiko kerusakan integritas
integritas kulit.
kulit
Resiko cidera
Resiko cidera
Gangguan rasa nyeri*
Resiko infeksi*
JUMLAH
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jmlh
16
25%
10
15,6%
1,6%
1,6%
1
3
3
1
1,6%
4,9%
4,9%
1,6%
2
1
1
1
3,1%
1,6%
1,6%
1,6%
10,9%
1
2
2
1
1,6%
3,1%
3,1%
1,6%
1
2
1,6%
3,1%
1
1
1
64
1,6%
1,6%
1,6%
100%
dirumuskan
oleh
perawat
pada
46
status
pasien
stroke
Resiko cidera
1
1
100
0
0
JUMLAH
58
20
34,5
38
65,5
Tabel 2 diatas menunjukkan dari 58 label diagnosa keperawatan yang
didokumentasikan perawat terdapat 20 (34,5 %) rumusan label diagnosa yang
sesuai dengan rumusan label diagnosa NANDA, sedangkan yang tidak sesuai
dengan rumusan label diagnosa NANDA sebanyak 38 (65,5 %) rumusan label
diagnosa.
Diagnosa yang muncul dan merupakan rumusan yang paling banyak
adalah perfusi jaringan tidak efektif : cerebral, yaitu sebanyak 27 rumusan dari
jumlah keseluruhan 58 rumusan diagnosa keperawatan. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Indayani (2000)7, bahwa pada pasien stroke
mempunyai masalah gangguan perfusi jaringan serebral sebanyak 100%.
Menurut Hudak & Gallo (1996)8, bahwa pada pasien stroke aliran darah
kesetiap bagian otak terhambat karena trombus atau embolus, sehingga
jaringan otak terjadi kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran dan dapat menyebabkan nekrosis
mikroskopi neuron-neuron dimana area nekrotik akan mengalami infark.
Infark pada area tersebut bisa menyebabkan gangguan pada neurovaskuler
seperti infark pada bagian aspek lateral hemisfer cerebri bisa menyebabkan
defisit kolateral motorik dan sensorik, timbul masalah bicara, disfagi dan lain
lain
Yang tidak sesuai untuk diagnosa perfusi jaringan tidak efektif oleh
perawat dirumuskan dengan gangguan perfusi jaringan cerebral. Kalau
dihubungkan dengan diagnosa keperawatan NANDA taksonomi II diagnosa
gangguan perfusi jaringan serebral tidak sesuai meskipun memiliki kesamaan
arti. Diagnosa tersebut sesuai dengan rumusan diagnosa keperawatan NANDA
taxonomi I.
Menurut Brunner & Suddart (2002)1, manifestasi klinis pada penderita
stroke salah satunya adalah kehilangan motorik. Stroke merupakan penyakit
motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan otot foluntar
terhadap
mobilitas fisik sudah tepat dirumuskan karena sudah sesuai dengan teori, hal
ini juga didukung oleh penelitian Indayani (2000)7 bahwa pada pasien stroke
mengalami masalah mobilitas fisik sebanyak 100 %,
rumusan diagnosa keperawatan ini ada 4 diagnosa yang tidak sesuai dengan
rumusan diagnosa keperawatan NANDA yaitu gangguan kerusakan mobilitas
fisik dan kelemahan anggota gerak sebelah kiri.
Untuk diagnosa kerusakan komunikasi verbal, dari 3 diagnosa yang
dirumuskan perawat ada satu diagnosa yang tidak sesuai dengan rumusan
diagnosa NANDA tetapi mempunyai kesamaan arti dengan diagnosa NANDA
yaitu gangguan komunikasi verbal. Diagnosa kerusakan komunikasi verbal
sudah tepat dirumuskan pada pasien stroke. Menurut Brunner & Suddart
(2002)1 pada penderita stroke akan mengalami kehilangan komunikasi. Stroke
merupakan penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
pada pasien stroke dapat dimanifestasikan dengan disartria, disfagia/afasia
dan apraksia.
Rumusan diagnosa defisit perawatan diri, dari 10 diagnosa
keperawatan yang dibuat oleh perawat semuanya tidak sesuai dengan rumusan
diagnosa NANDA taksonomi II. Dalam NANDA taksonomi II penulisan label
defisit perawatan diri dispesifikasikan yaitu defisit perawatan diri : mandi /
kebersihan, berpakaian/berhias, makan dan toileting. Sedangkan di RS. Dr.
Sardjito yogyakarta tidak ada spesifikasi, bahkan diagnosa yang paling banyak
muncul adalah gangguan pemenuhan kebutuhan ADL, dimana diagnosa
tersebut tidak ada dalam label diagnosa keperawatan menurut NANDA.
Diagnosa keperawatan yang ada dalam standar penilaian tetapi tidak
muncul ada 3 yaitu kerusakan menelan, gangguan persepsi sensori dan kurang
pengetahuan. Diagnosa ini seharusnya muncul pada pasien stroke. Menurut
Brunner & Suddart (2002)1 pada pasien stroke terjadi defisit motorik yaitu
disfagia (kesulitan dalam menelan), selain itu pada penderita stroke juga
terjadi gangguan persepsi sensori dimana pasien tidak mampu untuk
menginterpretasikan sensori. Stroke mengakibatkan disfungsi persepsi visual,
gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori yang dapat
Diagnosa
Keperawatan
Perfusi jaringan tidak
efektif : cerebral.
Brsihan jalan nafas
tidak efektif.
Kerusakan mobilitas
fisik.
Kerusakan
komunikasi verbal.
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktifitas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Resiko kerusakan
integritas kulit
Resiko cidera
JUMLAH
Jumlah
kriteria hasil
yang dibuat
80
Sesuai NOC
Tidak sesuai
NOC
Jumlah %
10
12,5
Jumlah
70
%
87,5
100
37,5
62,5
100
15
9
5
6
3
2
40
33,3
40
9
6
3
60
66,7
60
3
126
0
90
0
71,4
3
36
100
28,6
Diagnosa
Keperawatan
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah
intervensi
yang dibuat
149
Sesuai NIC
Tidak sesuai
NIC
Jumlah
%
17
11,4
Jumlah
132
%
88,6
80
20
31
19
61,3
12
38,7
13
61,5
38,5
44
18
10
17
13
8
38,6
72,2
80
27
5
2
61,4
27,8
20
100
6
278
3
206
50
74 %
3
72
50
26 %
intervensi yang ditetapkan perawat) belum ada. Hal ini sesuai dengan hasil
laporan praktek manajemen
Tabel 6 :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Diagnosa keperawatan
yang ada di SAK
Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Perfusi jaringan tidak
efektif : cerebral
Intoleransi aktifitas
Kerusakan komunikasi
verbal.
Kerusakan mobilitas fisik
Sindroma defisit perawatan
diri
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh.
Perubahan persepsi sensori
Kurang Pengetahuan
Hipertermi*
PK peningkatan tekanan
intra kranial*
JUMLAH
Sesuai NANDA
Tidak sesuai
NANDA
Jumlah
%
0
0
Jumlah
1
%
11,1 %
11,1 %
1
1
11,1 %
11,1 %
0
0
0
0
1
0
11,1 %
0
0
1
0
11,1 %
11,1 %
0
1
0
11,1 %
1
0
11,1 %
0
77,8%
22,2%
yang tidak sesuai dengan rumusan diagnosa NANDA adalah sindroma defisit
perawatan diri dan perubahan persepsi sensori.
Diagnosa sindroma defisit perawatan diri tidak sesuai karena dalam
NANDA taksonomi II penulisan label diagnosa defisit perawatan diri
dispesifikasikan yaitu defisit perawatan diri : mandi / kebersihan, berhias /
berpakaian, makan dan toileting. Diagnosa tersebut masing-masing berdiri
sendiri dan tidak digabung menjadi satu.
Diagnosa perubahan persepsi sensori tidak sesuai dengan rumusan
diagnosa NANDA taksonomi II. Dalam NANDA taksonomi II rumusan
diagnosa yang benar adalah gangguan persepsi sensori, sedangkan perubahan
persepsi sensori dalam rumusan diagnosa NANDA taksonomi II merupakan
etiologi (faktor yang berhubungan) untuk diagnosa gangguan pesepsi sensori.
Ada dua rumusan diagnosa yang tidak ada dalam standar penilaian
yaitu diagnosa keperawatan hipertermi dan PK peningkatan tekanan
intrakranial (PTIK)
Diagnosa keperawatan hipertermi sebenarnya menurut rumusan
diagnosa NANDA sudah sesuai dengan diagnosa NANDA taksonomi II, akan
tetapi diagnosa ini tidak ditegakkan dalam standar penilaian pada penelitian
ini. Hal ini terjadi karena berdasakan tinjauan literatur dari beberapa sumber,
diagnosa keperawatan hipertermi tidak muncul pada pasien stroke, pada pasien
stroke tidak ada tanda dan gejala peningkatan suhu tubuh. Dalam standar
asuhan keperawatan (SAK) yang dibuat oleh RS. Dr. Sardjito Yogyakarta
muncul diagnosa hipertermi, hal ini mungkin dikarenakan pada pasien stroke
masalah yang banyak / sering muncul diantaranya adalah peningkatan suhu
tubuh (hipertermi). Kemungkinan permasalahan ini muncul bukan karena
stroke nya akan tetapi karena adanya penyakit lain yang menyertai.
Diagnosa PK peningkatan tekanan intracranial (PTIK) tidak ada dalam
standar penilaian karena pada rumusan diagnosa NANDA taksonomi II tidak
terdapat diagnosa PK peningkatan tekanan intracranial. Didalam diagnosa
NANDA untuk penanganan peningkatan tekanan intracranial sudah masuk
dalam diagnosa perfusi jaringan cerebral tidak efektif. Diagnosa ini bisa
muncul pada SAK di RSUP. Dr. Sardjito yogyakarta, hal ini bisa terjadi karena
perawat dalam menyusun standar asuhan keperawatan tidak hanya
menggunakan sumber dari NANDA akan tetapi juga menggunakan dari
berbagai sumber yaitu dari Doenges dan
Diagnosa
keperawatan
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah
Sesuai NOC
kriteria hasil
yg ditetapkan Jumlah
%
3
1
33,3
Tidak sesuai
NOC
Jumlah
%
2
66,7
12
12
100
5
4
5
3
100
75
0
1
0
25
100
100
87,5
12,5
50
50
3
44
3
35
100
79,5%
0
9
0
20,5%
hasil yang tidak sesuai kemaknaannya dengan NOC sebanyak 20,5 %. Hasil
prosentasi tersebut apabila ditafsirkan secara
Diagnosa
keperawatan
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah
intervensi yg
ditetapkan
10
Sesuai NIC
Tidak sesuai
NiC
Jumlah
%
1
10
Jumlah
9
%
90
12
11
91,7
8,3
12
11
9
6
75
54,5
3
5
25
45,5
11
72,7
27,3
100
11
81,8
18,2
57,1
42,9
8
89
6
62
75
69,7%
2
27
25
30,3%
SARAN
1. Bagi RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan kepada rumah sakit
selaku pemberi layanan kesehatan untuk menentukan kebijakan dalam melakukan
asuhan keperawatan secara efektif serta mengevaluasi pendokumentasian yang
dilakukan perawat sehingga dalam menulis asuhan keperawatan legkap.
Dokumentasi sebagai bukti tertulis keperawatan yang dilakukan dan merupakan
tanggung gugat perawat bila terjadi kasus yang dituntut oleh pasien dan
keluarganya.
2. Bagi peneliti lain
a. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan penerapan diagnosa NANDA, NOC dan NIC sehingga dapat
diketahui hambatan ataupun peluang untuk dilaksanakan penerapan NANDA,
NOC DAN NIC.
b. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang kesesuain implementasi dengan
intervensi yang ditetapkan oleh perawat sehingga diketahui apakah perawat
sudah benar-benar melaksanakan intervensi yang dibuat atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth., 2002, Buku ajar keperawatan medical bedah vol 3, EGC,
Jakarta.
2. Mangoenprasodjo., 2005, Stroke jangan lagi dijadikan hantu, Thinkfresh,
Yogyakarta
3. Bagian rekam medis rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
4. NANDA., 2001, Nursing diagnosis : definitiaon and classification, Nanda
International, Philedelphia
5. Arikunto, S., 2005, Manajemen penelitian, edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta
6. Arikunto, S., 2002, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta,
Jakarta.
7. Indayani,P., 2000, Provil intervensi keperawatan pada pasien stroke di bangsal
syaraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, PSIK FK UGM, Yogyakarta. (Karya tulis
ilmiah, tidak dipublikasikan).
8. Hudak & Gallo., 1996, Keperawatan ktitis, pendekatan holistik, volume II, edisi
IV, EGC, Jakarta.
9. Carpenito., 1999, Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan, diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif, EGC, Jakarta.
10. Mc Closkey & G..M Bulechek., 1996, Nursing intervention classification, St
Louis, Mosby.