You are on page 1of 9

Ikhlas

KHUTBAH PERTAMA




















.




..




































..













.

Jamaah Jumat rahimakumullah


yang ketakwaan dengan Taala Allah kepada ketakwaan tingkatkan kita Mari
dan oleh-Nya diperintahkan yang apa mengamalkan yaitu sebenar-benarnya,
dilarang yang apa menjauhi serta shallallahu alaihi wa sallam Rasul-Nya
shallallahu alaihi wa sallam. Rasul-Nya dan oleh-Nya
kita nabi kepada tercurah senantiasa semoga salam serta Shalawat
sahabat keluarga, kemudia shallallahu alaihi wa sallam, Muhammadzaman. akhir sampai pengikutnya serta sahabatnya,

Kaum muslimin jamaah Jumat rahimani wa


rahimakumullah
beribadah manusia agar adalah Islam agama utama tujuan Sesungguhnya
berfirman: Taala Allah ikhlas. dengan Taala Allah kepada










Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah
5). Bayyinah: Al dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (QS.
keikhlasan. dengan dimaksud yang apa Lalu

Tarif (Definisi) Ikhlas


Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan sesuatu dan membersihkannya
dari campuran. Secara istilah, ada beberapa tarif, di antaranya adalah:
Ikhlas adalah penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan
diri kepada Allah Taala. Noda di sini misalnya mencari perhatian
makhluk dan pujian mereka.
Ikhlas adalah pengesaan Allah Taala dalam niat dan ketaatan.
Ikhlas adalah melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari llah
Taala. antaranya adalah: ya dari campuran. perhatian al-Khaliq.
Ikhlas adalah seorang berniat mendekatkan diri kepada Allah dalam
ibadahnya.
Ikhlas adalah samanya perbuatan seorang hamba antara yang nampak
dan yang tersembunyi.
Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan
diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan
ingin mencari ridha-Nya.
Dzun Nun al-Mishriy rahimahullah berkata: Tiga tanda keikhlasan adalah: (1)
Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya, (2) Lupa melihat
amal dalam beramal, (3) Dan mengharapkan pahala amalnya di akhirat..

Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah asas keberhasilan dan keberuntungan di dunia dan
akhirat. Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat
ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri
kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh.
Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan
menjadikannya mati, tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau
dengan kata lain wujuuduhaa kaadamihaa. (keberadaannya sama seperti
ketidakadaannya).
Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal di samping sesuai dengan
sunah. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam hadis Qudsi:


















Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan
sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syirknya.. (HR.
Muslim).

Tempat Ikhlas

Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi baik dengan ikhlas,
maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya, jika hatinya
rusak, misalnya oleh riya, sumah, hubbusy syuhrah (agar dikenal),
mengharapkan dunia dalam amalnya, ujub (bangga diri) dsb. maka akan
rusaklah seluruh jasadnya. Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam bersabda:


.

















Apabila hati menjadi baik, maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan
apabila hati menjadi rusak, maka akan rusak seluruh jasadnya.. (HR.
Bukhari-Muslim)
Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh amal shalihnya, baik
shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar maruf dan nahi munkarnya,
serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya. Ibnu Masudradhiallahu
anhu berkata, Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal; agar dapat
mengalahkan orang-orang tidak tahu, agar dapat mendebat
para fuqaha dan agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian.
Niatkanlah dalam kata-kata dan perbuatan kalian untuk memperoleh apa
yang ada di sisi Allah, karena hal itu akan kekal, adapun selainnya akan
hilang..

Buah yang Dihasilkan dari


Keikhlasan
Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak, seorang
yang ikhlas dalam mengucapkan laa ilaaha illallah, maka Allah akan
mengharamkan neraka baginya. Seorang yang mengikuti ucapan muadzin
dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang
menuntut ilmu agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan ke surga. Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Bahkan perbuatan mubah akan
menjadi berpahala dengan keikhlasan. Rasulullahshallallahu alaihi wa
sallam bersabda:
















Sesungguhnya kamu tidaklah menafkahkah satu nafkah pun karena
mengharapkan keridhaan Allah, kecuali kamu akan diberikan pahala
terhadapnya sampai dalam suapan yang kamu masukkan ke dalam mulut
istrimu.. (HR. Bukhari-Muslim)

Perhatikanlah kisah tiga orang yang bermalam di sebuah gua, lalu jatuh
sebuah batu besar menutupi gua tersebut, sehingga mereka tidak bisa
keluar. Masing-masing mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan
amal shalih yang mereka kerjakan dengan ikhlas, akhirnya Allah
menyingkirkan batu tersebut dari gua, hingga mereka semua bisa keluar. Ini
sebuah contoh buah dari keikhlasan.

Akibat Tidak Ikhlas


Sebaliknya, jika amal shalih dikerjakan atas dasar niat yang tidak ikhlas,
bukan mendapatkan pahala, bahkan mendapatkan siksa.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah
orang yang mati syahid. Ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan
kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya,
Kamu gunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab, Aku (gunakan untuk)
berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid, Allah berfirman, Kamu
dusta, sebenarnya kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan
sudah dikatakan demikian, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar
dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke
neraka. (Kedua) seorang yang belajar agama, mengajarkannya dan
membaca Alquran, ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya
nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, Kamu
gunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab, Aku (gunakan untuk)
mempelajari agama, mengajarkannya dan membaca Alquran karena
Engkau, Allah berfirman: Kamu dusta, sebenarnya kamu belajar agama
agar dikatakan orang alim, dan membaca Alquran agar dikatakan qaari, dan
sudah dikatakan, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa,
lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka.
(Ketiga) seseorang yang dilapangkan rezekinya dan diberikan kepadanya
berbagai jenis harta, ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya
nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, Kamu
gunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab, Tidak ada satu pun jalan, di
mana Engkau suka dikeluarkan infak di sana kecuali aku keluarkan karena
Engkau. Allah berfirman, Kamu dusta, sebenarnya kamu lakukan hal itu
agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan sudah dikatakan,
kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam
keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka.. (HR. Muslim).

Contoh Riya dan Kurang Ikhlas


Berikut beberapa contoh riya dan amalan yang kurang ikhlas:
Seorang menambahkan lagi ketaatannya ketika dipuji, atau
mengurangi bahkan meninggalkan ketaatan ketika dicela.
Seseorang beramal shalih dan berakhlak mulia agar dicintai orangorang, diperlakukan secara baik dan mendapat tempat di hati mereka.
Jika hal itu tidak tercapai, ia pun berat sekali melakukannya.
Seseorang bersedekah karena ingin dilihat orang, jika tidak ada yang
melihatnya, ia tidak mau bersedekah.
Ibnu Rajab berkata, Dan termasuk penyakit riya yang tersembunyi
adalah bahwa seseorang terkadang merendahkan dirinya, di hadapan
manusia, mengharap dengan itu agar manusia melihat bahwa dirinya
adalah seorang tawadhu, sehingga terangkat kedudukannya di sisi
mereka dan mendapat pujian dari mereka...
Seorang yang berjihad agar ia terbiasa perang.

KHUTBAH KEDUA

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah


Manusia ketika beramal shalih memiliki motivasi yang beragam, hal ini perlu
kita ketahui bukan untuk mengoreksi pribadi orang lain, akan tetapi kita
muhasabah, kita koreksi diri kita masing-masing.

Keadaaan Manusia dalam Beramal


Shalih
Orang-orang dalam beramal shalih beraneka ragam sbb:

Ada yang beramal shalih, niatnya murni riya, seperti orang-orang


munafik. Di mana, amal yang dilakukan tidak lain agar mendapatkan
perhatian dari orang lain. Amalan ini sia-sia.
Seorang yang beramal shalih, niat asalnya karena Allah
bercampur riya dari awal hingga akhirnya. Nas-nas yang shahih
menunjukkan bahwa amalnya juga sia-sia.
Seorang yang beramal shalih, niat asalnya ikhlas lillah, namun
kedatangan riya di tengah-tengahnya. maka dalam hal ini ada dua
keadaan:
1. Awal ibadah dan akhirnya terpisah, maka yang awalnya sah dan yang
terakhirnya sia-sia. Contoh: Seseorang mempunyai 20.000,- yang ingin
disedekahkannya, ia pun menyedekahkan 10.000, yang pertama ikhlas lillah,
namun 10.000,- sisanya karena riya. Maka yang pertama sah, sedangkan
yang kedua sia-sia.
2. Awal ibadah dengan akhirnya menyatu. Dalam hal ini ada dua keadaan
juga:
1. Riya yang datang tiba-tiba dilawannya, kemudian berhasil
disingkirkan. Maka amal shalihnya tetap sah.
b. Riya yang datang tiba-tiba dibiarkannya, akhirnya dirinya terbawa
oleh riya tersebut. Maka dalam hal ini amalnya sia-sia.

Obat Riya
Di antara sebab timbulnya riya adalah karena lemahnya keimanan dan
karena kebodohan. Oleh karena itu, ketika iman lemah, seseorang mudah
berbuat maksiat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:




















Tidaklah berzina seorang pezina ketika dia sedang berzina sedang dia
seorang mukmin, dan tidaklah ia meminum khamr ketika dia sedang
meminumnya sedang dia mukmin. (HR. Bukhari)
Demikian juga, seseorang tidaklah berbuat kemaksiatan kecuali karena ia
jahil (bodoh), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Segala maksiat itu
bersumber pada kebodohan, dan seandainya manusia mengetahui ilmu yang
bermanfaat niscaya ia tidak melakukan maksiat.. Selanjutnya beliau berkata
ketika menafsirkan ayat:

Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah


ulama (QS. Al Fathir: 28).
Setiap orang takut kepada Allah dan taat kepada-Nya serta tidak
memaksiati-Nya maka dia adalah alim/berilmu..
Obat lemahnya iman dan kebodohan adalah dengan belajar dan beramal.
Termasuk sebab timbulnya riya juga adalah karena menyukai pujian, takut
celaan dan menyukai pemberian. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Tidak
mungkin berkumpul bersama antara ikhlas dengan mencintai pujian,
sanjungan serta tamak (rakus) terhadap harta manusia kecuali seperti
berkumpulnya air dengan api, binatang dhab (mirip biawak namun kecil)
dengan ikan besar (pemangsanya)..
Cara agar kita tidak cinta terhadap pujian manusia adalah dengan
mengetahui bahwa pujian seseorang tidaklah bermanfaat apa-apa, demikian
juga celaannya tidaklah berbahaya, yang bermanfaat adalah pujian
AllahSubhanahu wa Taala dan yang berbahaya adalah celaan-Nya.
Sedangkan cara agar kita tidak tamak terhadap harta manusia adalah
dengan mengetahui bahwa harta yang kita inginkan tersebut di tangan
Allah-lah perbendaharaan.
Termasuk cara agar dapat menghindarkan diri dari riya adalah dengan
menyembunyikan amal shalih. Hal ini telah diisyaratkan oleh
Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya tentang tujuh
golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada
naungan selain naungan-Nya, di antaranya, Seorang yang bersedekah lalu
ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya. (Sebagaimana
dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim)
Termasuk obat pernyakit riya adalah:
Seseorang mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Taala Maha
Mendengar dan Melihat serta mengetahui apa saja yang kita
sembunyikan dan kita tampakkan.
Meyakini bahwa pahala hanya milik Allah, selain-Nya tidak memiliki
pahala.
Mengetahui bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya dibanding akhirat.
Berdoa, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Syirk yang menimpamu lebih halus daripada rayapan semut. Maukah kamu
aku tunjukkan sesuatu yang jika kamu lakukan, niscaya akan dihilangkan
darimu syirk yang besar maupun yang kecil. Yaitu kamu
berkata:Allaahumma innii auudzu bika an usyrika bika wa ana alamu wa
astaghfiruka limaa laa alamu (artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahui,
dan aku meminta ampun kepada-Mu terhadap hal yang tidak aku ketahui..
(Shahihul Jami: 3625)
Kesimpulannya, bahwa amalan yang didasari motivasi mencari pujian dan
sanjungan manusia atau mengharapkan imbalan dari mereka merupakan
amalan tercela meskipun zhahirnya kelihatan sebagai amal shalih. Namun
demikian, tidaklah mengurangi keikhlasan jika ternyata ada orang lain yang
memuji amalnya, asalkan niatnya tetap ikhlas lillah berdasarkan hadis
riwayat Muslim bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallampernah ditanya
tentang seseorang yang beramal karena cinta kepada Allah, lalu orang-orang
memujinya, maka Beliau menjawab:







Itu adalah kabar gembira bagi seorang mukmin yang disegerakan..

Semoga Allah Subhanahu wa Taala menjadikan kita hamba-hambanya yang
ikhlas kepada-Nya dalam setiap amalan kita, kemudian memberi petunjuk
kepada kita untuk istiqomah di jalan tersebut.













.






.



















.

.















.

You might also like