Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
AMANDA AYU RAHMAWATIE
P3.73.24.2.15.081
P3.73.24.2.15.086
P3.73.24.2.15. 089
DEWI ANGGRAENI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah Mutu Layanan Kebidanan untuk
mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi mahasiswa di insitusi
pendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dari seluruh civitas akademika
kebidanan di manapun berada demi penyempurnaan edisi-edisi berikutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga makalah ini dapat
selesai.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.4
1.2 Rumusan Masalah4
1.3 Tujuan..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Standar Pelayanan Kebidanan Dasar...5
2.4 Sertifikasi30
2.5 Akreditasi30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................31
3.2 Saran...............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..32
BAB I
PENDAHULUAN
kebidanan agar tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan, sebaiknya dibuat
petunjuk pelaksanaan yang disusun secara sistematis yang dapat dipakai sebagai pedoman
pada penyelengraan pelayanan kebidanan, makin di patuhi petunjuk pelaksanaan tersebut,
makin tercapai standar yang telah di tetapkan.
2.1.2 Syarat Standar
Standar pelayanan kebidanan mempunyai syarat standar :
1) Standar pelayanan kebidanan mempunyai pernyataan yang menjadi pedoman pelaksanaan
2) Standar pelayanan kebidanan mengharapkan suatu hasil yang harus di capai
5
c) Jumlah dan kualifikasi sarana, yang sering dikenal dengan standar sarana yaitu jenis
dan jumlah peralatan dan tempat yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan
kebidanan
d) Jumlah dana (modal) yaitu ketersediaan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pelayanan kebidanan
e) Ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang menjadi landasan hukum
pelaksanaan pelayanan kebidanan yang bermutu.
2. Standar lingkungan
a) Garis ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang menajdi landasan
hukum pelaksanaan pelayanan kebidanan yang bermutu, garis besar kebijakan
b) Pola organisasi, yaitu bentuk dan jenis organisasi yang diperlukan untuk
terselenggaranya pelayanan kebidanan yang bermutu
c) Sistem manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kebidanan
1) Kebersihan kamar tempat pelayanan kebidanan
2) Prosedur kerja
3) Tata letak ruangan tempat pelayanan kebidanan
4) Tingkat disiplin kerja para petugas pelayanan kebidanan
5) Keramahan para petugas pelayanan kebidanan
Standar lingkungan ini disebut juga standar organisasi dan manajemen.
3. Standar Proses
1) Tindakan medis, yaitu langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seorang bidan
dalam melakukan pelayanan kebidanan sebagai berikut :
a. Pelayanan antenatal
b. Pelayanan persalinan
c. Pelayanan nifas
d. Penanganan Kegawatdaruratan obstetri-neonatal.
2) Tindakan non medis
a. Pelayanan kehidupan keluarga sehat, yaitu bidan harus memberikan pelayanan
kebidanan kepada masyarakat untuk hidup sehat dengan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan kehamilan, gizi, keluarga berencana, kesiapan keluarga dalam
menghadapi kehamilan untuk menjadi orang tua dan lain-lain kebiasaan yang
dapat menyebabkan kehamilan beresiko tinggi yang berpengaruh terhadap ibu
dan janin pada waktu melahirkan seperti merokok, minum alkohol dan obat-obat
terlarang lainnya.
b. Pelayanan pencatatan dan pelaporan, yaitu bidan harus melakukan pencatatan
semua kegiatan yang dilakukannya seperti registrasi semua ibu hamil diwiliyah
kerjanya, rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi baru lahir dan semua kunjungan rumah dan kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat.
2.3 Standar Pelayanan Minimal (minimum performance standard)
A. Standar pelayanan umum
Standar 1 : Persiapan untuk hidup keluarga sehat
Bidan memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab, untuk
itu bidan harus selalu memberikan penyuluhan dan nassehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap semua hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, keluarga berencana (KB)dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan
dan menjadi orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan
yang baik dengan maksud untuk mendapatkan hasil dimana masyarakat dan perorangan ikut
serta dalam upaya mencapai kehamilan sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat
pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda
dan tanda-tanda bahaya pada kehamilan pada usia muda dan tanda-tanda bahaya pada
kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut bidan harus bekerjasama dengan
kader kesehatan dan sektor yang terkait sesuai dengan kebutuhan, bidan yang telah terdidik
dan terlatih dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan, dapat berkomunikasi dan mempunyai
keterampilan konseling dasar dan pengetahuan tentang siklus menstruasi, perkembangan
kehamilan, metode kontrasepsi, gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan
kesehatan diri, kesehatan/kematangan seksual dan tanda bahya pada kehamilan serta tersedia
peralatan yang mendukung pelaksanaan penyuluhan.
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
Bidan mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja dengan melakukan pencatatan
semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu
pencatatan semua ibu hamil di wilayah kinerjanya, rincian pelayanan yang telah diberikan
sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil. Ibu bersalin, ibu nifas dan byi baru lahir semua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu bidan dalam
pelaksanaan penyuluhan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu
9
hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses
melahirkan, ibu dalam masa nifas dan bayi baru lahir. Bidan hendaknya juga meninjau secara
teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk
meningkatkan pelayanan demi mencapai hasil sebagai berikut :
a. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik
b. Tersedianya data untuk pelaksanaan audit dan pengembangan diri
Semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terlibat dalam penanganan kehamilan,
kelahiran dan pelayanan kebidanan.
B. Standar Pelayanan Antenatal
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan dapat mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksa kehamilannya
dimana bidan dapat melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya
agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur untuk
mendapatkan ahsil yang diharapkan sebagai berikut :
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilannya
2. Ibu, suami dan anggota masyarakat menaydari manfaatn pemeriksaan kehamilan secara
teratur serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16
minggu
Untuk melaksanakan identifikasi ibu hamil tersebut diatas bidan perlu :
1) Bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan dan memastikan
ibu hamil bahwa semuanya telah memeriksakan kehamilan secara dini dan teratur.
2) Memahami tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak memeriksakan
3)
4)
5)
6)
kartu ibu
7) Menyiapkan transportasi yang akan di gunakan setiap melakukan kunjungan kepada
masyarakat.
Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan
10
Bidan melaksanakan pelayanan antenatal yang berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan dengan sedikitnya 4 kali mekaukan pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal atau terjadi kehamilan risti/kelainan
khsusunya anemia, kurang gizi, hipertensi, infeksi menular seksual, HIV. Bidan juga
memberikan pelayanan imunisasi nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas, bidan membuat catatan data yang benar setiap
melaksanakan kunjungan dimana data yang benar setiap melaksanakan kunjungan dimana
bila menemukan kelainan sebaiknya langsung melakukan tindakan yang diperlukan sesuai
kewenangannya dan bila harus melakukan rujukan segera untuk langkah selanjutnya bila
diperlukan. pelayanan tersebut dilakukan dalam upaya untuk mencapai hasil yang diharapkan
sebagai berikut
1. Terlaksananya pelayanan antenatal bagi ibu hamil minimal 4 kali selama
kehamilannya
2. Semakin meningkatnya pelayanan kesehatan deteksi dini dan penanganan komplikasi
bagi masyarakat
3. Semakin meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami, kelaurga dan masyarakat
tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan bila terjadi langkah-langkah yang
harus mereka lakukan
4. Tersedianya transporatsi yang dipakai dalam merujuk pasien bila sewaktu-waktu
terjadi kasus kegawatdaruratan.
Untuk melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan pemantauan antenatak bagi ibu hamil
tersebut diatas bidan perlu :
1) Memahami standar mutu pelayanan sehingga yang bersangkutan mampu
melaksanakan pelayanan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasaan
terhadap masyarakat.
2) Selalu menyediakan perlatan yang mendukung tugas pelayanannya dalam keadaan
baik, steril sehingga dapat berfungsi kapan pun digunakan\
3) Selalu menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan terutama obat penyakit yang sering
menyerang masyarakat di wilayah kerjanya
4) Selalu mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauannya dalam buku KIA/PMS ibu
hamil dan kartu ibu
5) Selalu menyiapkan peralatan untuk melakukan rujukan bila diperlukan
Stamdar 5 : Palpasi Abdominal
11
12
13
Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk
merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di tempat yang
aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi
untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila
diperkirakan .
Standar Pertolongan Persalinan
Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
TUJUAN
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman utnuk ibu dan bayi
PERNYATAAN STANDAR
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikankkebutuhan ibu, selama
proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan
kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi
ibuserta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih orang yang
akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran
HASIL
ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila
diperlukan
Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih
Berkurangnya kemtian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama
PRASYARAT
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban sudah pecah
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk :
memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
penggunaan partograf dan pembacaannya
4. adanya alat untuk pertolongan persalinan termsuk beberapa sarung tangan DTT/Steril
5. adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air
bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih ( satu
untuk mengeringkan bayi, yang lain dipakai untuk kemudian ), pembalut wanita dan
14
tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang
steril.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan
7. Menggunakan KMS/buku KIA, partograf, dan Kartu Ibu
8. System rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric yang efektif
PROSES
Bidan harus :
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran
2. Segera mendatangi ibu ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ ketuban sudah pecah
3. Cuci tangan dengan sabun da air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betulbetul kering dengan handuk setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan
pasien. ( kuku harus dipotong pendek dan bersih ). Gunakan sarung tangan bersih
kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah stsu csirsn tubuh. Gunakan
sarung tangan DTT/ steril untuk semua pemeriksaan vagina
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap ( dengan memberikan perhatian terhadap
tekanan darah, DJJ, frekuensi dan lama kontraksi dan apakah ketuban pecah )
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan ( jika HIS
teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau HIS lemah tapi tanda-tanda vital
ibu/ janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan pemeriksan dalam )
7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan harus selalu secara
aseptic
8. Janagn melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari
jumlah normal bercak darah/ show yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam proses
persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti plasenta previa, segera rujuk ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat
9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama padakartu ibu dan
partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera
berikan perawatan yang memadai dan rujuk ke puskesmas/ rumah sakit yang tepat
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan
catatan kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih sering
jika diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan DJJ, periksa dalam, pechnya
ketuban, perdarahan/ cairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tanda vitall ibu ( suhu, nadi,
15
dan tekanan darah ), urine, minuman, obat-obat yang diberikan, dan informasi yang
berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu ibupada saat ibu sampai dengan fase aktif
( pembukaan 4 cm atau lebih )
12. Lengakapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf
adalah alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan.
Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini
komplikasi dalam prose persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf
secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang perawatan ibu
pada waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan dini jika diperlukan
13. Memantau dan mencatat DJJ sedikitnya setiap 30 menit selama proses persalinan, jika
ada tanda-tanda gawat janin 9 DJJ kurang dari 100 kali/menit atau lebih dari 180 kali
/menit, harus dilakukan setiap 15 menit. DJJ harus didengarkan selama dan segera setelah
kontraksi uterus. Jika ada tanda-tanda gawat janin bidan harus mempersiapkan rujukan ke
fasilitas yang memadai
14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam ( lebih sering
jika ada indikasi medis ). Pada setiap periksa dalam, evaluasi, dan catat penyusupan
kepala janin dan cairan vagina/ air ketuban.
15. Catat pada partograf kontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan
lamanya kontraksi selama 10 menit
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4
jam dan teruskan setiap periksa dalam
17. Pantau dan catat pada partograf :
Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi
Nadi setiap setengah jam
18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf
jumlah pengeluaran urine setip kali ibu buang air kecil
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang
dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepalasementara ketuban sudah
pecah ( jangan perbolehkan ibu dalam proses persalinan berbaring terlentang. Ibu harus
selalu berbaring miring, duduk, berdiri atau jongkok. Berbaring terlentang mungkin
menyebabkan gawat janin
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu cukup minum guna menghindari dehidrasi dan
gawat janin
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/ keluarga/ orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada
16
orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyaman
dan dukungan kepada ibu selama persalinan
22. Jelaskan proses persalinan yan sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu
kemajuan persalinan secara berkala
23. Lakukan pertolongan persalinan yang baersih dan aman.
Standar 10 :persalinan kala II yang aman
Tercapainya kepastian persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi dengan
melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta pada tempat yang telah dipersiapkan
sesuai rencana yaitu di ruangan yang bersih dan aman dan terlindungi dari jangkauan
pandangan orang lain selain bidan penolong dan suami yang mendampingi dan bidan selalu
mendukung ibu dengan sikap sopan dan penghargaan hak pribadi ibu serta memperhatikan
tradisi setempat.
Pelayanan pada Asuhan persalinan kala II yang aman terhadap ibu hamil tersebut
diharapkan untuk dapat mencapai hasil sebagai berikut :
1. Terlaksananya persalinan yang bersih dan aman
2. Meningkatnya kepercayaan terhadap kompetensi bidan dalam melakukan pertolongan
persalinan terutama di dareah-daerah yang masih memilih persalinan dengan dukun bayi
3. Meningkatkan jumlah persalinan yang di tolong oleh bidan dibanding dengan persalinan
yang ditolong oleh dokter atau dukun bayi
4. Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfeksia neonatorium, trauma
kelahiran
5. Menurunnya jumlah angka sepsis puerperalis.
Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Tercapainya secara efektif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
untuk mengurangi keajdian perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan
kala III, mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta, dengan secara rutin bidan
melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala II.
Pelayanan pada peantalaksanaan aktif persalinan kala III terhadap ibu hamil tersebut
diharapkan untuk mencapai hasil dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. Bidan melakukan pemantauan
ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan,
serta melakukan tindakan yang diperlukan. disamping itu bidan membrikan penjelasan
tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
Pelayanan penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan tersebut diharapkan dapat
mencapai hasil sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya
HASIL
Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III khamilan segera mendapat pertolongan
berkurang
Meningkatnnya pemanaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat darurat
PRASYARAT
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2. Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
1) mengetahui penyebab, mengenali, tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada
trimester III kehamilan
2) pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk pemberian cairan IV
3) Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok
4. Tersedianya alat perlengkapan penting misalnya sabun air bersih yang mengalir, handuk
bersih, untuk mengeringkan tangan, alat suntuik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan
18 G,Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, set infus, 3 pasang sarung tanagn bersih.
5. Penggunaan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu, buku KIA
6. System rujukan yang efektif, termasuk ban darah berjalan dengan baik untuk ibu yang
mengalami perdarahan selama kehamilan
PROSES
Bidan harus :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul0betul kering dengn handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menanagani benda-benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
2. Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahnn dari jalan lahir ( semua
perdarahan yang bukan show, adalah kelainan
3. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi
lahir keada ibu dan suami/ keluarganya pada setiap kunjunga
4. Nasehati ibu hamil, suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi
perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam kehamilan
20
Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III khamilan segera mendapat pertolongan
PRASYARAT
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2. Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
1) mengetahui penyebab, mengenali, tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada
trimester III kehamilan
2) pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk pemberian cairan IV
3) Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok
4. Tersedianya alat perlengkapan penting misalnya sabun air bersih yang mengalir, handuk
bersih, untuk mengeringkan tangan, alat suntuik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan
18 G,Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, set infus, 3 pasang sarung tanagn bersih.
5. Penggunaan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu, buku KIA
6. System rujukan yang efektif, termasuk ban darah berjalan dengan baik untuk ibu yang
mengalami perdarahan selama kehamilan
PROSES
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul0betul kering dengn handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menanagani benda-benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
2. Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahnn dari jalan lahir ( semua
perdarahan yang bukan show, adalah kelainan )
3. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi
lahir keada ibu dan suami/ keluarganya pada setiap kunjungan
4. Nasehati ibu hamil, suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi
perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam kehamilan
5. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia kehamilannya
6. Jangan melakukan periksa dalam ( perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu
biassanya karena plasenta previa. Periksa dalam akan memperburuk perdarahan )
7. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke rumah sakit terdekat
8. Jika anda dan gejala syok jelas terlihat atau jika ibu mengalami perdarahan hebta, rujuk
segera. Sebaiknya baringkan ibu dalam posisi miring ke sisi kiri dan ganjal tungkainya
dengan bantal. Berikan cairan intravena NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Infus diberikan
dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu. Dengan menggunakan teknik aseptic mulai IV
dengan RL atau NaCl 0,9%, menggunakan jarum lubang besar ( 16 atau 18 G ). Berikan
cairan IV dengan tetesan cepat hingga denyut nadi ibu membaik. Damping ibu ke tempat
22
rujukan. Periksa dan catat dengan seksama tanda-tanda vital ( pernapasan, nadi, dan
tekanan darah ) setiap 15 menit sampai tiba di rumah sakit. Selimuti ibu dan jaga agar
tetap hangat selama perjalanan ke tempat rujukan, jangan membuat ibu kepanasan
9. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilanagn darah. ( seringkali perkiraan jumlah
kehilangan darah kurang dari jumlah sebenarnya ). Cara yang lebih tepat untuk
memperkirakan jumlah kehilanagan darah adalah dengan menimbang semua bahan yang
terkena darah )
10. Buat catatan lengkap. ( keteranagn mengenai perdarahan, golongan, jumlah perdarahan,
riwayat tentang kapan terjadinya perdarahan, hal ini penting untuk diagnose banding dan
perkiraan penggantian cairan ). Dokumentasi dengan seksama semua perawatan yang
diberikan
11. Damping ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan mintalah keluarga yang akan
menyumbangkan darahnya untuk ikut serta
12. Mengikuti langkah-langkah untuk merujuk
Mengenali secara dini gejala dan tanda partus lama serta tindakan yang tepat
Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalina
Penurunan kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama
Ibu mendapat perawatan kegawatdaruratan obstetric yang cepat dan tepat
PRASYARAT
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk :
1) menggunakan partograf dan catatan persalinan
2) melakukan periksa dalam secara baik
3) mengenali hal-hal yang menyebabkan partus lama/ macet
4) mengidentifikasi presentasi abnormal ( selain vertex/ presentasi belakanag kepala )
kehamilan
23
kontak dengan pasien ( kuku harus dipotong pendek dan bersih ). Gunakan sarung tangan
DTT/ steril untuk semua periksa dalam. Selalu menggunakan teknik aseptic pada saat
melakukan periksa dalam. Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya ( jika vagina
panas/ gejala infeksi dan kering/ gejala ketuban minimal, maka menunjukkan ibu dalam
keadaan bahaya ). Periksa juga letak janin, pembukaan seviks serta apakah serviks tipis,
tegang, atau mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan
kepala. Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada partograf dilewati persiapkan
rujukan yang tepat.
Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang ( 0-4 cm ) :
maka ibu dibaringkan ke sis ikiri dan berikancairan IV RL. Rujuk ke rumah sakit.
Damping ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu, suami/
keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke rumah sakit
10. Jika dicurigai adanya rupture uteri ( his tiba-tiba berhenti atau syok berat ), maka rujuk
segera. Berikan antibiotika dan cairan IV (RL), iasanya diberikan ampisilin1 gr IM,
diikuti pemberian 500mg setiap 6 jam secara IM, lalu 500mg per oral setiap 6 jam setelah
bayi lahir
11. Bila kondisi ibu/ bayi buruk, dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka bantu
kelahiran bayi dengan ekstraksi vacuum ( lihat standar 19 )
12. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepal lahir ( distosia bayi ) :
Lakukan episiotomy
Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang, minta ibu melipat kedua paha, dan menekuk
lutut kea rah dada sedekat mungkin. ( minta dua orang untuk membantu, mungkin suami atau
anggota keluarga lainnya, untuk menekan lutu ibu dengan mantap kearah dada. Maneuver Mc
Robert )
Gunakan sarung tangan DTT/ steril
Lakukan tarikan curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan. Hindarkan tarikan
berlebihan pada kepal akarena mungkin akan melukai bayi
Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk melakukan tekanan
suprapubis ke bawah untuk membantu kelahiran bahu. Janagn pernah melakukan dororngan
pada fundus! Pemberian dorongan pada fundus naninya akan dapat mempengaruhi bahu lebih
jauh dan menyebabkan rupture uteri
25
bahu
Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir
Masukkan satu tangan ke dalam vagina
Pegang tulang lengan atas yang berada-pada posisi posterior, lengan fleksi dibagian siku,
tempatkan lengan melintang di dada. Cara ini akan memberikan ruang untuk bahu anterior
13. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan lengkap dan menyeluruh.
Jika ibu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas kirimkan satu copy partograf ibu dan
dokumen lain bersama ibu.
Standar 19 : persalinan dengan penggunaan vacum ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum dengan mealukannya secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu,
janin atau bayinya. Tindakan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut :
1. Terjadinya penurunan kesakitan atau keamtian bagi ibu dan bayinya akibat persalinan
lama dengan mendapatkan pelayanan kebidanan darurat obstetri yang cepat dan tepat
2. Penggunaan ekstraksi vakum yang dapat dilakukan dengan benar dan aman.
Standar 20 : penanganan kegawatdaruratan retensio plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan dapat memberikan pertolongan
pertama, termsuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
Tindakan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut :
1. Menurunkan keajdian perdarahan hebat akibat retensio plasenta
2. Terlaksananya penanganan yang cepat dan tepat terhadap ibu dengan retensio plasenta
3. Meningkatnya penyelamatan ibu yang mengalami retensio plasenta
(perdarahan
postpartum)dan
segera
melakukan
pertolongan
pertama
Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan kesehatan
selalu dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah pelayanan kesehatan yang tidak
bermutu, standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang lazimnya ditinjau secara
berkala. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada institusi
kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang memenuhi persyaratan. Lisensi adalah proses
administasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwewenang berupa surat izin
praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan
mandiri.
Tujuan lisensi:
1)Tujuan umum lisensi :
Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi.
2)Tujuan khusus lisensi :
Memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.
b. Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan,yakni memberikan sertifikat
(pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksanan yang benar-benar
memenuhi persyaratan.
2.5 Akreditasi
Akreditasi merupakan bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih
tinggi. Lazimnya akreditasi dilaksanakan secara bertingkat sesuai dengan kemampuan
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada ringkat pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin
baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan
keputusan ini telah diterima secara luas , namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat
subjektif. Tiap orang, tergantung dari kepuasan yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu
sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien,
namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak
terpenuhi.
Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara
penyelenggaraannya juga sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
28
3.2 Saran
1. Bagi pembaca semoga makalah ini dapat dijadikan sumber referensi dan tambahan
pengetahuan.
2 Bagi penulis untuk meningkatkan kualitas dalam penulisan makalah
DAFTAR PUSTAKA
Jenny J.S.sondakh. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Nanny Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas. Jakarta: Salemba Medika
29