You are on page 1of 29

Konsep Dasar Mutu Pelayanan

Disusun untuk memenuhi tugas Mutu Layanan Kebidanan

Disusun oleh:
AMANDA AYU RAHMAWATIE

P3.73.24.2.15.081

ANNISA MUTIARA SUCI

P3.73.24.2.15.086

BIANCA LARAS CITARI

P3.73.24.2.15. 089

DEWI ANGGRAENI

TINGKAT II REGULER C JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah Mutu Layanan Kebidanan untuk
mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan.
Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi mahasiswa di insitusi
pendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dari seluruh civitas akademika
kebidanan di manapun berada demi penyempurnaan edisi-edisi berikutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga makalah ini dapat
selesai.

Bekasi, 9 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.4
1.2 Rumusan Masalah4
1.3 Tujuan..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Standar Pelayanan Kebidanan Dasar...5
2.4 Sertifikasi30
2.5 Akreditasi30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................31
3.2 Saran...............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..32

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin meningkatnya demokratisasi dan tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka sebagai penyedia layanan kesehatan dihadapkan
kepada tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanannya. Saat ini masih banyak
dijumpai kelemahan dalam pemberian pelayanan kesehatan secara umum sehingga belum
dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ada
banyaknya keluhan dari pasien yang disampaikan di media massa sehingga menurunkan
kredibilitas tenaga kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan.
Ketika tingkat pendidikan, pendapatan dan awareness masyarakat meningkat, maka
pelayanan kesehatan yang tidak bermutu akan ditinggalkan, dan beralih ke penyedia layanan
kesehatan yang lebih baik mutunya. Sebagai contoh, bila pelayanan kesehatan dalam negeri
mempunyai kualitas pelayanan yang buruk, maka masyarakat berpenghasilan tinggi yang
membutuhkan pelayanan kesehatan akan beralih ke sarana kesehatan lain di luar negeri yang
mutunya lebih baik sebagaimana fenomena ini mulai terlihat pada golongan ekonomi
menengah atas. Jika hal ini terus berlanjut maka akan didapatkan pelayanan kesehatan kita
hanya akan dipergunakan oleh masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah yang tidak
mempunyai pilihan lain karena keterbatasan anggaran. Bila masyarakat miskin mendapat
pelayanan kesehatan yang buruk, maka gangguan kesehatan yang dialaminya tidak dapat
ditanggulangi. Kesehatan seseorang yang buruk menyebabkan penurunan produktivitas
karena tidak dapat bekerja dengan efektif. Bila penyakit semakin berat, anggota keluarga
yang harus membantu merawat anggota keluarga yang sakit akan kehilangan waktu untuk
mendapatkan penghasilan dari pekerjaan. Pada akhirnya hal tersebut semakin menyebabkan
penurunan pendapatan keluarga miskin.
Demi mencegah terjadinya rantai masalah kesehatan tersebut, salah satu tindakan yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu barang pada
umumnya secara langsung dapat diukur, namun mutu jasa layanan kesehatan agak sulit untuk
diukur karena multidimensi dan subjektif bergantung dengan persepsi, latar belakang, sosial
ekonomi, norma, pendidikan, budaya bahkan kepribadian seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu standarisasi?
2. Apa itu Sertifikasi?
3.Apa itu Akreditasi?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah dan untuk
mengetahui apa itu perubahan psikologis ibu pada setiap kala dalam persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN

STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN


2.1 Standar Pelayanan Kebidanan Dasar
2.1.1 Pengertian Standar Pelayanan Kebidanan
Standar merupakan masalah mutu yang muncul setelah ditemukan penyimpangan
terhadap standar yang telah ditetapkan. Untuk dapat melaksanakan program menjaga mutu,
seharusnya terlebih dahulu memahami tentang arti yang dimaksud standar.
Standar adalah :
1) Standar pelayanan kebidanan adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan.
2) Standar pelayanan kebidanan adalah kisaran variasi yang masih dapat diterima
3) Standar pelayanan kebidanan adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan
4) Standar pelayanan kebidanan adalah spesifikasi dan fungsi atau tujuan yang harus
dipenuhi oleh sebuah sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan kesehatan
dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan
5) Standar pelayanan kebidanan adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan
6) Standar pelayanan kebidanan adalah tujuan produksi yang numerik, lazimnya ditetapkan
secara sendiri. Namun, bersifat mengikat yang dipakai sebagai pedoman untuk
memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang dapat diterima dengan
baik.
Dari banyaknya pengertian mengenai standar di atas yryspi pengertian yang
terkandung di dalamnya adalah sama. Untuk

mengarahkan para pelaksana pelayanan

kebidanan agar tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan, sebaiknya dibuat
petunjuk pelaksanaan yang disusun secara sistematis yang dapat dipakai sebagai pedoman
pada penyelengraan pelayanan kebidanan, makin di patuhi petunjuk pelaksanaan tersebut,
makin tercapai standar yang telah di tetapkan.
2.1.2 Syarat Standar
Standar pelayanan kebidanan mempunyai syarat standar :
1) Standar pelayanan kebidanan mempunyai pernyataan yang menjadi pedoman pelaksanaan
2) Standar pelayanan kebidanan mengharapkan suatu hasil yang harus di capai
5

3) Standar pelayanan kebidanan mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi


4) Standar pelayanan kebidanan mempunyai proses, yang merupakan rangkaian dari
langkah-langkah pokok yang dilaksanakan dalam pelayanan kebidanan yang perlu
dilakukan untuk penerapan standar pelayanan
5) Standar pelayanan kebidanan harus dapat diobservasi dan diukur, yaitu kegiatan
pelayanan pada unit-unit pelayanan kebidanan dapat dilakukan pemantauan dan
pencermatan terutama pada unit pelayanan yang dianggap terdapat permasalahan dan
rawan timbulnya penyimpangan standar. Metode observasi dilaksanakan secara langsung
dengan pembentukan tim pemantau atau dilakukan dengan penelitian administrasi
pelaksanaan pelayanan. Pengukuran hasil pelayanan dilakukan dengan jalan membuat
isian (daftar tilik) untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelayanan yang telah
dilaksanakan.
6) Standar pelayanan kebidanan harusrealistik, yaitu kegiatan pelayanan kebidanan
dilaksanakan secara terorganisir atau mandiri yang hasilnya dapat dinikmati oleh pasien
dengan pasti. Pelayanan kebidanan yang bermutu karena pelayanan yang dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Standar pelayanan kebidanan harus
mudah dilakukan dan dibutuhkan, pelayanan kebidanan dapat dilakukan setiap saat
sehingga pasien akan dapat melakukan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pelayanan
bayi baru lahir sesuai kebutuhannya.
2.1.3 Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan
strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan
kematian Bayi (AKB) karena :
1) Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna
2) Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berfokus pada aspek pencegahan,
promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
3) Bidan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani
siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada.
Untuk menjami kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk
melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian
profesinya kepada individu, keluarga dan Masyarakat, baik dari aspek input, proses dan
output.

Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang


diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari
Standar pelayanan kebidanan yang dapat digunakan untuk menilai mutu pelayanan :
a) Pelayanan kebidanan yang dilakukan harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat
b) Bersama tim kesehatan dan tokoh masayarakat mengkaji kebutuhan terutama yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan
program pelayanan kebidanan di wilayah kerja.
c) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat
d) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kebidanan masyarakat khususnya kesehatan ibu
dan anak serta sesuai dengan rencana
e) Dengan makin terlihatnya ketersediaan sumber daya termasuk pembiayaan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, penentuan kegiatan prioritas yang berlangsung memengaruhi
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sangat
penting. Untuk itu, program harus mampu merencanakan kegiatan dengan biaya seefektif mungkin berdasarkan sumber daya yang ada dan menggali sumber daya dari
sektor lain, baik berasal dari swasta maupun dari masyarakat.
f) Pelayanan kebidanan yang dilakukan harus memanfaatkan fasilitas sesuai standar yang
dibutuhkan
g) Menyusun rencana diklat bidan dengan pengembangan kurikulum pendidikan bidan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan yang
berteknologi tinggi dan pendidikan dengan kurikulum praktis yang didukung dengan
praktek klinik yang bermutu.
2.2 Standar Pelayanan Kebidanan Minimal (Minimum Requirement Standard)
Standar persyaratan pelayanan kebidanan minimal adalah keadaan yang menunjukkan
persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh bidan untuk dapat menjamin melaksanakan
pelayanan kebidanan yang bermutu. Standar persyaratan pelayanan kebidanan minimal ini
dibedakan atas 3 macam.
1. Standar masukan
a) Jenis kegiatan pelayanan kebidanan yaitu jenis jenis kegiatan pelayanan kebidanan
yang di programkan
b) Jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, yang sering dikenal dengan Standar keTenagaan yaitu rincian jumlah dan jenis kualifikasi pelayanan kebidanan yang ada
pada setiap unit-unit pelayanan

c) Jumlah dan kualifikasi sarana, yang sering dikenal dengan standar sarana yaitu jenis
dan jumlah peralatan dan tempat yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan
kebidanan
d) Jumlah dana (modal) yaitu ketersediaan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pelayanan kebidanan
e) Ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang menjadi landasan hukum
pelaksanaan pelayanan kebidanan yang bermutu.
2. Standar lingkungan
a) Garis ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang menajdi landasan
hukum pelaksanaan pelayanan kebidanan yang bermutu, garis besar kebijakan
b) Pola organisasi, yaitu bentuk dan jenis organisasi yang diperlukan untuk
terselenggaranya pelayanan kebidanan yang bermutu
c) Sistem manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kebidanan
1) Kebersihan kamar tempat pelayanan kebidanan
2) Prosedur kerja
3) Tata letak ruangan tempat pelayanan kebidanan
4) Tingkat disiplin kerja para petugas pelayanan kebidanan
5) Keramahan para petugas pelayanan kebidanan
Standar lingkungan ini disebut juga standar organisasi dan manajemen.
3. Standar Proses
1) Tindakan medis, yaitu langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seorang bidan
dalam melakukan pelayanan kebidanan sebagai berikut :
a. Pelayanan antenatal
b. Pelayanan persalinan
c. Pelayanan nifas
d. Penanganan Kegawatdaruratan obstetri-neonatal.
2) Tindakan non medis
a. Pelayanan kehidupan keluarga sehat, yaitu bidan harus memberikan pelayanan
kebidanan kepada masyarakat untuk hidup sehat dengan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan kehamilan, gizi, keluarga berencana, kesiapan keluarga dalam
menghadapi kehamilan untuk menjadi orang tua dan lain-lain kebiasaan yang
dapat menyebabkan kehamilan beresiko tinggi yang berpengaruh terhadap ibu
dan janin pada waktu melahirkan seperti merokok, minum alkohol dan obat-obat
terlarang lainnya.
b. Pelayanan pencatatan dan pelaporan, yaitu bidan harus melakukan pencatatan
semua kegiatan yang dilakukannya seperti registrasi semua ibu hamil diwiliyah
kerjanya, rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, bayi baru lahir dan semua kunjungan rumah dan kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat.
2.3 Standar Pelayanan Minimal (minimum performance standard)
A. Standar pelayanan umum
Standar 1 : Persiapan untuk hidup keluarga sehat
Bidan memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab, untuk
itu bidan harus selalu memberikan penyuluhan dan nassehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap semua hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
kesehatan umum, gizi, keluarga berencana (KB)dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan
dan menjadi orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan
yang baik dengan maksud untuk mendapatkan hasil dimana masyarakat dan perorangan ikut
serta dalam upaya mencapai kehamilan sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat
pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda
dan tanda-tanda bahaya pada kehamilan pada usia muda dan tanda-tanda bahaya pada
kehamilan diketahui oleh keluarga dan masyarakat.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut bidan harus bekerjasama dengan
kader kesehatan dan sektor yang terkait sesuai dengan kebutuhan, bidan yang telah terdidik
dan terlatih dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan, dapat berkomunikasi dan mempunyai
keterampilan konseling dasar dan pengetahuan tentang siklus menstruasi, perkembangan
kehamilan, metode kontrasepsi, gizi, bahaya kehamilan pada usia muda, kebersihan dan
kesehatan diri, kesehatan/kematangan seksual dan tanda bahya pada kehamilan serta tersedia
peralatan yang mendukung pelaksanaan penyuluhan.
Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
Bidan mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja dengan melakukan pencatatan
semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu
pencatatan semua ibu hamil di wilayah kinerjanya, rincian pelayanan yang telah diberikan
sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil. Ibu bersalin, ibu nifas dan byi baru lahir semua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu bidan dalam
pelaksanaan penyuluhan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu
9

hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses
melahirkan, ibu dalam masa nifas dan bayi baru lahir. Bidan hendaknya juga meninjau secara
teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk
meningkatkan pelayanan demi mencapai hasil sebagai berikut :
a. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik
b. Tersedianya data untuk pelaksanaan audit dan pengembangan diri
Semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang terlibat dalam penanganan kehamilan,
kelahiran dan pelayanan kebidanan.
B. Standar Pelayanan Antenatal
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan dapat mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksa kehamilannya
dimana bidan dapat melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya
agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur untuk
mendapatkan ahsil yang diharapkan sebagai berikut :
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilannya
2. Ibu, suami dan anggota masyarakat menaydari manfaatn pemeriksaan kehamilan secara
teratur serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16
minggu
Untuk melaksanakan identifikasi ibu hamil tersebut diatas bidan perlu :
1) Bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan dan memastikan
ibu hamil bahwa semuanya telah memeriksakan kehamilan secara dini dan teratur.
2) Memahami tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak memeriksakan
3)
4)
5)
6)

kehamilannya secara dini


Memahami tanda-tanda dan gejala kehamilan
Memahami keterampilan berkomunikasi secara efektif
Menyediakan bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan
Membuat catatan secara baik hasil pemeriksaan dalam KMS ibu hamil/buku KIA dan

kartu ibu
7) Menyiapkan transportasi yang akan di gunakan setiap melakukan kunjungan kepada
masyarakat.
Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan

10

Bidan melaksanakan pelayanan antenatal yang berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan dengan sedikitnya 4 kali mekaukan pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal atau terjadi kehamilan risti/kelainan
khsusunya anemia, kurang gizi, hipertensi, infeksi menular seksual, HIV. Bidan juga
memberikan pelayanan imunisasi nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas, bidan membuat catatan data yang benar setiap
melaksanakan kunjungan dimana data yang benar setiap melaksanakan kunjungan dimana
bila menemukan kelainan sebaiknya langsung melakukan tindakan yang diperlukan sesuai
kewenangannya dan bila harus melakukan rujukan segera untuk langkah selanjutnya bila
diperlukan. pelayanan tersebut dilakukan dalam upaya untuk mencapai hasil yang diharapkan
sebagai berikut
1. Terlaksananya pelayanan antenatal bagi ibu hamil minimal 4 kali selama
kehamilannya
2. Semakin meningkatnya pelayanan kesehatan deteksi dini dan penanganan komplikasi
bagi masyarakat
3. Semakin meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami, kelaurga dan masyarakat
tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan bila terjadi langkah-langkah yang
harus mereka lakukan
4. Tersedianya transporatsi yang dipakai dalam merujuk pasien bila sewaktu-waktu
terjadi kasus kegawatdaruratan.
Untuk melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan pemantauan antenatak bagi ibu hamil
tersebut diatas bidan perlu :
1) Memahami standar mutu pelayanan sehingga yang bersangkutan mampu
melaksanakan pelayanan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasaan
terhadap masyarakat.
2) Selalu menyediakan perlatan yang mendukung tugas pelayanannya dalam keadaan
baik, steril sehingga dapat berfungsi kapan pun digunakan\
3) Selalu menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan terutama obat penyakit yang sering
menyerang masyarakat di wilayah kerjanya
4) Selalu mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauannya dalam buku KIA/PMS ibu
hamil dan kartu ibu
5) Selalu menyiapkan peralatan untuk melakukan rujukan bila diperlukan
Stamdar 5 : Palpasi Abdominal
11

Bidan melakukan perkiraan usia kehamilan ibu, pertumbuhan janinnya, penentuan


letak dan posisi bagian bawah janin dengan melakukan pemeriksaan abdomen dengan
seksama dan melakukan partisipasi untuk dapat memperkirakan usia kehamilan. Pada saat
umur kehamilan semakin bertambah dapat melanjutkan pemeriksaan posisi, bagian terendah
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul.
Bidan melakukan pemeriksaan dengan teliti untuk mengamati adanya kelainan atau
komplikasi dan melakukan rujukan ke tempat-tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai
peralatan yang lebih lengkap dan kewenangan untuk melakukan tindkaan selanjutnya.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Pada standar ini bidan melakukan pelayanan pemeriksaan anemia secara dini kepada
ibu hamil untuk menemukan tanda-tanda adanya anemia yang merupakan masalah besar yang
dapat berpengaruh buruk terhadap kehamilan/persalinan baik terhadap ibu hamil maupun
terhadap kesehatan bayinya untuk perlu penanganan dengan hati-hati dengan mencari
penyebabnya dan melaukan tindak lanjut yang diperlukan untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung dengan melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan
makanan yang bergizi, penemuan dan penanganannya serta melakukan rujukan sesuai
ketentuan yang berlaku upaya melaksanakan rujukan sesuai ketentuan yang berlaku upaya
melaksanakan pengelolaan anemia pada kehamilan pada setiap kunjungan antenatal bagi ibu
hamil tersebut diatas adalah untuk mencapai hasil yang diharapkan sebagai berikut :
1. Terlaksananya rujukan bagi ibu hamil yang ditemukan menderita anemia berat
2. Terlaksananya penurunan jumlah ibu yang melahirkan dengan anemia
3. Terlaksananya penurunan jumlah bayi yang baru lahir yang tidak menderita anemia
Untuk terlaksananya pengelolaan anemia pada kehamilan pada setiap kunjungan
antenatal bagi ibu hamil tersebut, bidan perlu :
1. Memahami pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan
2. Mampu maengenali dan mengelola anemia pada kehamilan standar kualitas
pelayanan yang baik
3. Mampu menyiapkan bahan dan berkomunikasi dengan baik pada pelaksanaan
penyuluhan gizi dalam usaha pencegahan anemia
4. Menyiapkan peraltan pengukur kadar Hb yang berfungsi baik dan siap digunakan
5. Menyediakan obat-oabatan dan tablet zat besi untuk diberikan kepada ibu hamil yang
sewaktu-waktu memerlukan

12

6. Melakukan pencatatan tentang pelaksanaan pelayanan yang telah dilakukan secara


lengkap dan benar
Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Tercapainya pengenalan dan penemuan bidan secara dini tentang adanya hipertensi
pada ibu hamil dan tindakan-tindakan yang dilakukan bila diperlukan dimana bidan akan
dapat menemukan hipertensi pada ibu hamil pada setiap kenaikan tekanan darah dan dapat
mengenali tanda dan gejala pre-eklampsia lainnya dan segera mengambil tindakan yang tepat
dan melakukan rujukan bila diperlukan.
Pelayanan pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan pada setiap kunjungan antenatal
terhadap ibu hamil tersebut diatas diharapkan untuk mencapai hasil sebagai berikut :
1. Terlaksananya perawatan tanda-tanda pre-eklampsia yang memadai dan tepat waktu
pada ibu hamil
2. Terlaksananya penurunan jumlah angka kesakitan dan kematian akibat dari eklampsia
Untuk terlaksannya pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan pada setiap kunjungan
antenatal bagi ibu hamil tersebut diatas bidan perlu :
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala dan pengukuran tekanan darah ibu
hamil
2. Mempunyai kemampuan untuk melakukan pengukuran tekanan darah dengan teliti
sehingga didapatkan hasil pengukuran yang benar
3. Mempunyai kemampuan untuk mengenali tanda-tanda pre-eklampsia
4. Mempunyai kemampuan untuk mendeteksi hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan ketentuan
5. Menyediakan peralatan tensimeter air raksa dan stetoskop yang baik dan dapat
menghasilkan pengukuran yang tepat dan benar
6. Melaukan pencatatan hasil pemeriksaan pada PMS ibu hamil, buku KIA dan kartu
ibu
7. Menyediakan alat pemeriksaan protein urine
Standar 8: persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada
trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk
melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.

13

Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk
merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di tempat yang
aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi
untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila
diperkirakan .
Standar Pertolongan Persalinan
Standar 9 : Asuhan persalinan kala I
TUJUAN
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman utnuk ibu dan bayi
PERNYATAAN STANDAR
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikankkebutuhan ibu, selama
proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan
kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi
ibuserta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih orang yang
akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran
HASIL

ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila

diperlukan
Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga

kesehatan terlatih
Berkurangnya kemtian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama

PRASYARAT
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban sudah pecah
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk :
memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
penggunaan partograf dan pembacaannya
4. adanya alat untuk pertolongan persalinan termsuk beberapa sarung tangan DTT/Steril
5. adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air
bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih ( satu
untuk mengeringkan bayi, yang lain dipakai untuk kemudian ), pembalut wanita dan

14

tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang
steril.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan
7. Menggunakan KMS/buku KIA, partograf, dan Kartu Ibu
8. System rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric yang efektif

PROSES
Bidan harus :
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran
2. Segera mendatangi ibu ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ ketuban sudah pecah
3. Cuci tangan dengan sabun da air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betulbetul kering dengan handuk setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan
pasien. ( kuku harus dipotong pendek dan bersih ). Gunakan sarung tangan bersih
kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah stsu csirsn tubuh. Gunakan
sarung tangan DTT/ steril untuk semua pemeriksaan vagina
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap ( dengan memberikan perhatian terhadap
tekanan darah, DJJ, frekuensi dan lama kontraksi dan apakah ketuban pecah )
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan ( jika HIS
teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau HIS lemah tapi tanda-tanda vital
ibu/ janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan pemeriksan dalam )
7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan harus selalu secara
aseptic
8. Janagn melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari
jumlah normal bercak darah/ show yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam proses
persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti plasenta previa, segera rujuk ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat
9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama padakartu ibu dan
partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera
berikan perawatan yang memadai dan rujuk ke puskesmas/ rumah sakit yang tepat
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan
catatan kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih sering
jika diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan DJJ, periksa dalam, pechnya
ketuban, perdarahan/ cairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tanda vitall ibu ( suhu, nadi,
15

dan tekanan darah ), urine, minuman, obat-obat yang diberikan, dan informasi yang
berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu ibupada saat ibu sampai dengan fase aktif
( pembukaan 4 cm atau lebih )
12. Lengakapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf
adalah alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan.
Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini
komplikasi dalam prose persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf
secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang perawatan ibu
pada waktu yang tepat dan memungkinkan rujukan dini jika diperlukan
13. Memantau dan mencatat DJJ sedikitnya setiap 30 menit selama proses persalinan, jika
ada tanda-tanda gawat janin 9 DJJ kurang dari 100 kali/menit atau lebih dari 180 kali
/menit, harus dilakukan setiap 15 menit. DJJ harus didengarkan selama dan segera setelah
kontraksi uterus. Jika ada tanda-tanda gawat janin bidan harus mempersiapkan rujukan ke
fasilitas yang memadai
14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam ( lebih sering
jika ada indikasi medis ). Pada setiap periksa dalam, evaluasi, dan catat penyusupan
kepala janin dan cairan vagina/ air ketuban.
15. Catat pada partograf kontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan
lamanya kontraksi selama 10 menit
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4
jam dan teruskan setiap periksa dalam
17. Pantau dan catat pada partograf :
Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi
Nadi setiap setengah jam
18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf
jumlah pengeluaran urine setip kali ibu buang air kecil
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang
dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepalasementara ketuban sudah
pecah ( jangan perbolehkan ibu dalam proses persalinan berbaring terlentang. Ibu harus
selalu berbaring miring, duduk, berdiri atau jongkok. Berbaring terlentang mungkin
menyebabkan gawat janin
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu cukup minum guna menghindari dehidrasi dan
gawat janin
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/ keluarga/ orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada

16

orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyaman
dan dukungan kepada ibu selama persalinan
22. Jelaskan proses persalinan yan sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu
kemajuan persalinan secara berkala
23. Lakukan pertolongan persalinan yang baersih dan aman.
Standar 10 :persalinan kala II yang aman
Tercapainya kepastian persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi dengan
melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta pada tempat yang telah dipersiapkan
sesuai rencana yaitu di ruangan yang bersih dan aman dan terlindungi dari jangkauan
pandangan orang lain selain bidan penolong dan suami yang mendampingi dan bidan selalu
mendukung ibu dengan sikap sopan dan penghargaan hak pribadi ibu serta memperhatikan
tradisi setempat.
Pelayanan pada Asuhan persalinan kala II yang aman terhadap ibu hamil tersebut
diharapkan untuk dapat mencapai hasil sebagai berikut :
1. Terlaksananya persalinan yang bersih dan aman
2. Meningkatnya kepercayaan terhadap kompetensi bidan dalam melakukan pertolongan
persalinan terutama di dareah-daerah yang masih memilih persalinan dengan dukun bayi
3. Meningkatkan jumlah persalinan yang di tolong oleh bidan dibanding dengan persalinan
yang ditolong oleh dokter atau dukun bayi
4. Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfeksia neonatorium, trauma
kelahiran
5. Menurunnya jumlah angka sepsis puerperalis.
Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Tercapainya secara efektif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
untuk mengurangi keajdian perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan
kala III, mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta, dengan secara rutin bidan
melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala II.
Pelayanan pada peantalaksanaan aktif persalinan kala III terhadap ibu hamil tersebut
diharapkan untuk mencapai hasil dengan :
1.
2.
3.
4.
5.

Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala III


Menurunkan terjadinya atonia uteri
Menurunkan terjadinya retensio plasenta
Memperpendek waktu persalinan kala III
Menurunkan terjadinya perdarahan postpartum akibat salah penanganan kala III
17

Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi


Untuk mempercepat persalinan dnegan melakukan episiotomi jika sudah ada tandatanda gawat janin disaat kepala janin meregangkan perineum untuk itu bidan secepatnya
mengenali tanda-tanda gawat janin pada kala II dan segera melakukan episiotomi dengan
aman untuk memperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perineum dengan tujuan
untuk menurunkan kejadian asfiksia neonatrum berat dan kejadian lahir mati pada kala II
Untuk terlaksananya penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi pada
proses persalinan tersebut :
1. Bidan sudah terlatih untuk melaksanakan episiotomi dan menjahit perineum secara benar
2. Bidan menyiapkan sarung tangan/alat/perlengkapan untuk melakukan episiotomi
termasuk gunting tajam yang steril/DTT, dan alat bahan yang steril/DTT untuk penjahitan
perineum dapat dilakukan anestesi lokal misalnya dengan 10 ml lidokain 1% dan alat
suntik/jarum hipotermik steril.
3. Bidan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dalam kartu ibu, partograf, dan buku KIA
D. Standar Pelayanan Nifas
Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipoglikemia dan infeksi maka sebaiknya bidan melakukan
pemeriksaan bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia,
menentukan kealinan dan melakukan tindakan atau merujuk sesui dengan kebutuhan.
Pelayanan perawatan bayi abru lahir tersebut diharapkan dapat mencapai hasil sebagai
berikut :
1. Terlaksananya perawatan bayi baru lahir dengan segera dan tepat
2. Terlaksananya perawatan bayi baru lahir yang tepat untuk memulai pernafasan dengan
baik
3. Menurunnya keajdian hipotermia, asfiksia, infeksi dan hipoglikemia pada bayi baru lahir
4. Menurunnya kematian bayi baru lahir.
Standar 14 : penanganan kala IV atau pada 2 jam setelah persalinan
Untuk dapat mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
persalinan kala IV untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi, meningkatkan asuhan sayang
ibu dan sayang bayi, memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan
18

dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. Bidan melakukan pemantauan
ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan,
serta melakukan tindakan yang diperlukan. disamping itu bidan membrikan penjelasan
tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
Pelayanan penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan tersebut diharapkan dapat
mencapai hasil sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Komplikasi segera di deteksi dan dilakukan tindakan rujukan


Menurunnya kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir
Menurunnya kematian akibat perdarahan pasca persalinan primer
Terlaksananya pemberian ASI yang dimulai setelah persalinan sampai 1 jam

Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas\


Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau
melalui kunjungan ke rumah pada hari ke tiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali
pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan yang mungkin terjadi pada masa nifas,
serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,
makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemeberian ASI, imunisasi dan KB sampai 42 hari
setelah persalinan dengan harapan :
1. Komplikasi pada masa nifas segera di deteksi dan dirujuk pada saat yang tepat
2. Mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif
3. Mendukung cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk menghindari
kebiasaan yang merugikan
4. Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi
5. Masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga berencana/penjarangan kelahiran
6. Meningkatkan pelaksanaan imunisasi pada bayi.
E. Standar Penanganan Kegawatan Obstetrik dan Neonatus
Standar 16 : penanganan perdarahan dalam kehamilan trimester III
TUJUAN
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester III kehamilan
PERNYATAAN STANDAR
19

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya
HASIL

Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III khamilan segera mendapat pertolongan

yang cepat dan tepat


Kematian ibu dan janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan antepartum

berkurang
Meningkatnnya pemanaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat darurat

PRASYARAT
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2. Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
1) mengetahui penyebab, mengenali, tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada
trimester III kehamilan
2) pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk pemberian cairan IV
3) Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok
4. Tersedianya alat perlengkapan penting misalnya sabun air bersih yang mengalir, handuk
bersih, untuk mengeringkan tangan, alat suntuik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan
18 G,Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, set infus, 3 pasang sarung tanagn bersih.
5. Penggunaan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu, buku KIA
6. System rujukan yang efektif, termasuk ban darah berjalan dengan baik untuk ibu yang
mengalami perdarahan selama kehamilan

PROSES
Bidan harus :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul0betul kering dengn handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menanagani benda-benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
2. Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahnn dari jalan lahir ( semua
perdarahan yang bukan show, adalah kelainan
3. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi
lahir keada ibu dan suami/ keluarganya pada setiap kunjunga
4. Nasehati ibu hamil, suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi
perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam kehamilan
20

5. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia kehamilannya


6. Jangan melakukan periksa dalam ( perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu
biassanya karena plasenta previa. Periksa dalam akan memperburuk perdarahan )
7. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke rumah sakit terdekat
8. Jika anda dan gejala syok jelas terlihat atau jika ibu mengalami perdarahan hebta, rujuk
segera. Sebaiknya baringkan ibu dalam posisi miring ke sisi kiri dan ganjal tungkainya
dengan bantal. Berikan cairan intravena NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Infus diberikan
dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu. Dengan menggunakan teknik aseptic mulai IV
dengan RL atau NaCl 0,9%, menggunakan jarum lubang besar ( 16 atau 18 G ). Berikan
cairan IV dengan tetesan cepat hingga denyut nadi ibu membaik. Damping ibu ke tempat
rujukan. Periksa dan catat dengan seksama tanda-tanda vitalm (pernapasan, nadi, dan
tekanan darah ) setiap 15 menit sampai tiba di rumah sakit Selimuti ibu dan jaga agar
tetap hangat selama perjalanan ke tempat rujukan, jangan membuat ibu kepanasan
9. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilanagn darah. ( seringkali perkiraan jumlah
kehilangan darah kurang dari jumlah sebenarnya ). Cara yang lebih tepat untuk
memperkirakan jumlah kehilanagan darah adalah dengan menimbang semua bahan yang
terkena darah )
10. Buat catatan lengkap. ( keteranagn mengenai perdarahan, golongan, jumlah perdarahan,
riwayat tentang kapan terjadinya perdarahan, hal ini penting untuk diagnose banding dan
perkiraan penggantian cairan ). Dokumentasi dengan seksama semua perawatan yang
diberikan
11. Damping ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan mintalah keluarga yang akan
menyumbangkan darahnya untuk ikut serta
12. Mengikuti langkah-langkah untuk merujuk
Standar 17 : penanganan kegawatan pada eklampsia
TUJUAN
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester III kehamilan
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya
HASIL

Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III khamilan segera mendapat pertolongan

yang cepat dan tepat


Kematian ibu dan janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan perdarahan antepartum
berkurang
21

Meningkatnnya pemanaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat darurat

PRASYARAT
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2. Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
1) mengetahui penyebab, mengenali, tanda-tanda dan penanganan perdarahan pada
trimester III kehamilan
2) pertolongan pertama pada gawat darurat, termasuk pemberian cairan IV
3) Mengetahui tanda-tanda dan penanganan syok
4. Tersedianya alat perlengkapan penting misalnya sabun air bersih yang mengalir, handuk
bersih, untuk mengeringkan tangan, alat suntuik steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan
18 G,Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, set infus, 3 pasang sarung tanagn bersih.
5. Penggunaan KMS Ibu Hamil/ Kartu Ibu, buku KIA
6. System rujukan yang efektif, termasuk ban darah berjalan dengan baik untuk ibu yang
mengalami perdarahan selama kehamilan

PROSES
1. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul0betul kering dengn handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menanagani benda-benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
2. Memeriksa dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahnn dari jalan lahir ( semua
perdarahan yang bukan show, adalah kelainan )
3. Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi
lahir keada ibu dan suami/ keluarganya pada setiap kunjungan
4. Nasehati ibu hamil, suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi
perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam kehamilan
5. Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan perkirakan usia kehamilannya
6. Jangan melakukan periksa dalam ( perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu
biassanya karena plasenta previa. Periksa dalam akan memperburuk perdarahan )
7. Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke rumah sakit terdekat
8. Jika anda dan gejala syok jelas terlihat atau jika ibu mengalami perdarahan hebta, rujuk
segera. Sebaiknya baringkan ibu dalam posisi miring ke sisi kiri dan ganjal tungkainya
dengan bantal. Berikan cairan intravena NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Infus diberikan
dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu. Dengan menggunakan teknik aseptic mulai IV
dengan RL atau NaCl 0,9%, menggunakan jarum lubang besar ( 16 atau 18 G ). Berikan
cairan IV dengan tetesan cepat hingga denyut nadi ibu membaik. Damping ibu ke tempat
22

rujukan. Periksa dan catat dengan seksama tanda-tanda vital ( pernapasan, nadi, dan
tekanan darah ) setiap 15 menit sampai tiba di rumah sakit. Selimuti ibu dan jaga agar
tetap hangat selama perjalanan ke tempat rujukan, jangan membuat ibu kepanasan
9. Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilanagn darah. ( seringkali perkiraan jumlah
kehilangan darah kurang dari jumlah sebenarnya ). Cara yang lebih tepat untuk
memperkirakan jumlah kehilanagan darah adalah dengan menimbang semua bahan yang
terkena darah )
10. Buat catatan lengkap. ( keteranagn mengenai perdarahan, golongan, jumlah perdarahan,
riwayat tentang kapan terjadinya perdarahan, hal ini penting untuk diagnose banding dan
perkiraan penggantian cairan ). Dokumentasi dengan seksama semua perawatan yang
diberikan
11. Damping ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit dan mintalah keluarga yang akan
menyumbangkan darahnya untuk ikut serta
12. Mengikuti langkah-langkah untuk merujuk

Standar 18 : penanganan kegawatdaruratan pada partus lama/macet


TUJUAN
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus lama/
macet
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala partus macet. Bidan akan mengambil
tindakan yang tepat, memulai perawatan, merujuk ibu dan / melaksanakan penanganan
kegawatdaruratan yang tepat.
HASIL

Mengenali secara dini gejala dan tanda partus lama serta tindakan yang tepat
Penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalina
Penurunan kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama
Ibu mendapat perawatan kegawatdaruratan obstetric yang cepat dan tepat

PRASYARAT
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk :
1) menggunakan partograf dan catatan persalinan
2) melakukan periksa dalam secara baik
3) mengenali hal-hal yang menyebabkan partus lama/ macet
4) mengidentifikasi presentasi abnormal ( selain vertex/ presentasi belakanag kepala )
kehamilan
23

5) penatalaksanaan penting yang tepat untuk partus lama dan macet


3. tesedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk beberapa pasang sarung
tangan dan kateter steril/ DTT
4. tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air
bersih yang mengalir, sabun dan handuk bersih, dua handuk/ kain hangat yang bersih
( satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian ), pembalut wanita,
dan tempat plasenta. Bidan menggunakan sarung tangan.
5. Tersedianya partograf dan Kartu Ibu, buku KIA. Partograf digunakan dengan tepat untuk
setiap ibu dalam proses persalinan, semua perawatan dan pengamatan dicatat tepat waktu.
Tindakan tepat diambil sesuai dengan temuan yang dicatat pada parograf
PROSES
Bidan harus :
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan
persalinan pada partograf dan catatan persalinan. Lengkapi semua komponen pada
partograf dengan cermat pada saat pengamatan dilakukan
2. Jika terdapat penyimpangan dlam kemajuan persalinan ( misalnya garis waspada pada
partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/ lemah sekali, nadi melemah dan epat, atau DJJ
menjadi cepat/ tidak teratur/ lambat ), maka lakukan palpasi uterus dengan teliti untuk
mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaran retraksi patologis/ lingkaran Bandl
3. Jaga ibu agar mendapat hidrasi yang baik salaam proses persalinan, anjurkan ibu agar
sering minum
4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, dan merubah posisi selama proses persalinan dan
kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring terlentang selama proses persalinan dan kelahiran
5. Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan ( sedikitnya setiap 2 jam ).
Kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bayi dan membuat ibu tidak
nyaman. Pakailah kateter hanya bil aibu tidak bisa kencing sendiri dan kandung kemih
dapat dipalpasi. Hanya gunakan kateter dari karet. ( hati-hati bila memasang kateter,
sebab uretra mudah terluka pada partus lama/ macet )
6. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi abdomen, menilai
penurunan janin, dan periksa dalam, menilai penyusupan janin, dan pembukaan serviks
paling sedikit setiap 4 jam selama fase laten dan aktif persalinan. Catat semua temuan
pada partograf. Lihat standar 9 untuk melihat semua pengamatan yang diperlukan untuk
partograf
7. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan cepat dan tepat jika hal
ini terjadi
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
24

kontak dengan pasien ( kuku harus dipotong pendek dan bersih ). Gunakan sarung tangan
DTT/ steril untuk semua periksa dalam. Selalu menggunakan teknik aseptic pada saat
melakukan periksa dalam. Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya ( jika vagina
panas/ gejala infeksi dan kering/ gejala ketuban minimal, maka menunjukkan ibu dalam
keadaan bahaya ). Periksa juga letak janin, pembukaan seviks serta apakah serviks tipis,
tegang, atau mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan
kepala. Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada partograf dilewati persiapkan
rujukan yang tepat.
Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang ( 0-4 cm ) :

berlangsung lebih dari 8 jam


Rujuk dengan tepat untuk fase aktif yang memanjang, kurang adri 1cm/jam dan

garis waspada pada partograf telah dilewat


Rujuk dengan tepat untuk kala II persalinan yang memanjang :
2 jam meneran untuk primipara
1 jam meneran untuk multipara
9. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau tanda bahaya pada ibu,

maka ibu dibaringkan ke sis ikiri dan berikancairan IV RL. Rujuk ke rumah sakit.
Damping ibu untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu, suami/
keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke rumah sakit
10. Jika dicurigai adanya rupture uteri ( his tiba-tiba berhenti atau syok berat ), maka rujuk
segera. Berikan antibiotika dan cairan IV (RL), iasanya diberikan ampisilin1 gr IM,
diikuti pemberian 500mg setiap 6 jam secara IM, lalu 500mg per oral setiap 6 jam setelah
bayi lahir
11. Bila kondisi ibu/ bayi buruk, dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka bantu
kelahiran bayi dengan ekstraksi vacuum ( lihat standar 19 )
12. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepal lahir ( distosia bayi ) :

Lakukan episiotomy
Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang, minta ibu melipat kedua paha, dan menekuk
lutut kea rah dada sedekat mungkin. ( minta dua orang untuk membantu, mungkin suami atau
anggota keluarga lainnya, untuk menekan lutu ibu dengan mantap kearah dada. Maneuver Mc

Robert )
Gunakan sarung tangan DTT/ steril
Lakukan tarikan curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan. Hindarkan tarikan
berlebihan pada kepal akarena mungkin akan melukai bayi
Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk melakukan tekanan
suprapubis ke bawah untuk membantu kelahiran bahu. Janagn pernah melakukan dororngan
pada fundus! Pemberian dorongan pada fundus naninya akan dapat mempengaruhi bahu lebih
jauh dan menyebabkan rupture uteri
25

Jika bayi tetap tidak lahir :


Dengan menggunakan sarung tangan DTT/ steril, msukkan satu tanga ke dalam vagina
Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah sternum bayi untuk mengurangi diameter

bahu
Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir
Masukkan satu tangan ke dalam vagina
Pegang tulang lengan atas yang berada-pada posisi posterior, lengan fleksi dibagian siku,
tempatkan lengan melintang di dada. Cara ini akan memberikan ruang untuk bahu anterior

bergerak di bawah simpisis pubis


Mematahkan clavikula bayi hanya dilakukan jika semua pilihan telah gagal

13. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan lengkap dan menyeluruh.
Jika ibu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas kirimkan satu copy partograf ibu dan
dokumen lain bersama ibu.
Standar 19 : persalinan dengan penggunaan vacum ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum dengan mealukannya secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu,
janin atau bayinya. Tindakan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut :
1. Terjadinya penurunan kesakitan atau keamtian bagi ibu dan bayinya akibat persalinan
lama dengan mendapatkan pelayanan kebidanan darurat obstetri yang cepat dan tepat
2. Penggunaan ekstraksi vakum yang dapat dilakukan dengan benar dan aman.
Standar 20 : penanganan kegawatdaruratan retensio plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan dapat memberikan pertolongan
pertama, termsuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
Tindakan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut :
1. Menurunkan keajdian perdarahan hebat akibat retensio plasenta
2. Terlaksananya penanganan yang cepat dan tepat terhadap ibu dengan retensio plasenta
3. Meningkatnya penyelamatan ibu yang mengalami retensio plasenta

Standar 21 : penanganan pendarahan postpartum primer


Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan

(perdarahan

postpartum)dan

segera

melakukan

pertolongan

pertama

kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tindakan tersebut diharapkan dapat


memebrikan hasil :
26

1. Menurunkan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan pospartum primer


2. Meningkatnya pemanfaatan pelayanan kebidanan oleh bidan
3. Melaksanakan rujukan secara dini kepada ibu yang mengalami perdarahan postpartum
primer ketempat rujukan yang memiliki sarana pelayanan kebidnan yang memadai
Standar 22 : penanganan pendarahan postpartum sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala pendarahan
postpartum sekunder dan segera mealkukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa
ibu atau merujuknya. Tindakan tersebut diharapkan dapat memeberikan hasil sebagai
berikut :
1. Menurunnya kasus kematian dan kesakitan ibu akibat dari perdarahan postpartum
sekunder
2. Ditemukannya secara dini untuk penanganan yang memadai terhadap ibu yang
mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum sekunder.
Standar 23 : penanganan sepsis puerperalis
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerpiralis sehingga
dapat melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya. Tindakan tersebut diharapkan
dapat memberikan hasil :
1. Ibu dengan sepsis puerpiralis segera memdapatkan penanganan yang memadai dan
tepat waktu
2. Menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat sepsis puerpiralis
3. Meningkatkan jumlah bidan dalam pelayanan nifas
Standar 24 : penanganan Asfiksia neonaturum
Bidan secepatnya dapat mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia untuk
segera melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir dan mengusahakan
bantuan medis yang diperlukan, melakukan rujukan bayi baru lahir dengan tepat dan
mealukukan perawatan lanjutan yang tepat. Tindakan tersebut diharapkan dapat memebrikan
hasil :
1. Penuruanan angka kematian bayi akibat asfiksia neonaturum
2. Penurunan kasus kesakitan akibat asfiksia neonaturum
3. Meningkatkan pemanfaatan bidan dalam pelayanan kebidanan asfiksia neonaturum.
2.4 Sertifikasi
a. Perizinan (licensure)
27

Sekalipun standarisasi telah terpenuhi, bukan lalu berarti mutu pelayanan kesehatan
selalu dapat dipertanggung jawabkan. Untuk mencegah pelayanan kesehatan yang tidak
bermutu, standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang lazimnya ditinjau secara
berkala. Izin menyelenggarakan pelayanan kesehatan hanya diberikan kepada institusi
kesehatan dan atau tenaga pelaksana yang memenuhi persyaratan. Lisensi adalah proses
administasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwewenang berupa surat izin
praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan
mandiri.
Tujuan lisensi:
1)Tujuan umum lisensi :
Melindungi masyarakat dari pelayanan profesi.
2)Tujuan khusus lisensi :
Memberi kejelasan batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.
b. Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah tindak lanjut dari perizinan,yakni memberikan sertifikat
(pengakuan) kepada institusi kesehatan dan atau tenaga pelaksanan yang benar-benar
memenuhi persyaratan.
2.5 Akreditasi
Akreditasi merupakan bentuk lain dari sertifikasi yang nilainya dipandang lebih
tinggi. Lazimnya akreditasi dilaksanakan secara bertingkat sesuai dengan kemampuan
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada ringkat pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin
baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan
keputusan ini telah diterima secara luas , namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat
subjektif. Tiap orang, tergantung dari kepuasan yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu
sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien,
namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak
terpenuhi.
Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara
penyelenggaraannya juga sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
28

3.2 Saran
1. Bagi pembaca semoga makalah ini dapat dijadikan sumber referensi dan tambahan
pengetahuan.
2 Bagi penulis untuk meningkatkan kualitas dalam penulisan makalah

DAFTAR PUSTAKA
Jenny J.S.sondakh. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Nanny Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas. Jakarta: Salemba Medika

29

You might also like