You are on page 1of 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan


2.1.1 Definisi
Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat
dibuka pasang oleh pasien.1 Perawatan dengan gigitiruan sebagian lepasan adalah
perawatan yang dapat dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar
pasien yang kehilangan gigi sebagian karena biayanya yang lebih terjangkau.3,25
Beberapa akibat kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan adalah
migrasi dan rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi
kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan
pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan mulut,
atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak. Fungsi gigitiruan sebagian
lepasan antara lain memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik,
meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada
agar tetap sehat.1
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian
Rehabilitasi keadaan rongga mulut dengan gigitiruan, baik cekat maupun
lepasan, memiliki peranan yang penting untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan
sistemik pasien yang mengalami kehilangan gigi. Keuntungan perawatan gigitiruan
sebagian lepasan dibandingkan dengan gigitiruan cekat adalah biaya yang lebih

Universitas Sumatera Utara

terjangkau dan prosedur pemeliharaan kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena
gigitiruan jenis ini dapat dibuka pasang.26
Salah satu kerugian pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat
merusak jaringan mulut yang tersisa. Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan
meningkatkan penumpukan sisa makanan pada bagian yang berkontak dengan
permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing oleh lidah dan bukal
selama proses pengunyahan.4 Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan juga
berperan dalam perkembangan bakteri pada rongga mulut dan pembentukan plak.27
Plak gigitiruan mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan terhadap gigi
penyangga yang sangat penting perannya terhadap perawatan gigitiruan sebagian
lepasan. Penumpukan plak pada gigi penyangga lebih banyak daripada gigi asli yang
lain. Hal ini disebabkan terhambatnya aksi self-cleansing oleh cangkolan yang
terdapat pada gigitiruan sebagian lepasan.28 Gigitiruan sebagian lepasan harus
didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan
tepi gingiva dari gigi penyangga.29
2.2 Pemeliharaan Kebersihan Gigitiruan Setelah Pemasangan
Pemakaian gigitiruan terbukti berkaitan erat dengan pemeliharaan kesehatan
rongga mulut.1 Pemeliharaan gigitiruan yang baik dan benar sangat penting bagi
pasien, tidak hanya untuk memperbaiki estetis dan fungsional, tetapi juga untuk
kesehatan jaringan pendukung dan perlindungan terhadap gigitiruan itu sendiri.11
Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan yang tidak baik adalah alasan
utama meningkatnya pembentukan plak gigitiruan.30 Plak memegang peranan penting
dalam proses kerusakan jaringan gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak

Universitas Sumatera Utara

sekitar gigi.31 Evaluasi terhadap 74 pasien yang telah memakai gigitiruan sebagian
lepasan selama 10 tahun menemukan bahwa hanya 36% pemakai gigitiruan yang
bebas dari segala masalah kesehatan rongga mulut. (Wagner dan Kern cit. Preshaw
dkk, 2011). Pemeliharaan kesehatan rongga mulut sangat penting sekali untuk
keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.29
2.2.1 Tujuan/Manfaat
Plak dapat melekat pada permukaan gigitiruan secepat dan semudah
perlekatannya terhadap permukaan gigi asli, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan
terhadap gigitiruan sebagian lepasan. Cara pemeliharaan gigitiruan sebagian lepasan
meliputi cara penyimpanan dan pembersihan. Tujuan pemeliharaan kebersihan
gigitiruan sebagian lepasan antara lain agar gigitiruan sebagian lepasan dapat tahan
lama, mencegah penumpukan plak, memelihara kesehatan rongga mulut, mencegah
penyakit mulut dan bau mulut yang tidak enak.29 Pentingnya memelihara kebersihan
gigi asli yang masih ada, mukosa jaringan rongga mulut, dan gigitiruan harus
ditegaskan berkali-kali kepada pasien untuk keberhasilan perawatan jangka
panjang.32
2.2.1.1 Kesehatan Rongga Mulut
Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan mulut yang ada. Penumpukan stein dan debris pada gigitiruan sebagian
lepasan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada kesehatan rongga
mulut pasien.4 Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dikaitkan dengan meningkatnya
penumpukan plak, tidak hanya pada permukaan gigi asli yang secara langsung
berkontak dengan permukaan gigitiruan, tetapi juga pada gigi asli yang ada di

Universitas Sumatera Utara

lengkung rahang yang berlawanan, dan bahkan dalam beberapa kasus, pada
permukaan bukal gigi asli yang masih ada.27 Penumpukan plak pada sekeliling gigi
asli yang masih ada dan pada gigitiruan dapat menyebabkan karies, dekalsifikasi
enamel, dan gingivitis.4
Perawatan prostodontik dapat meningkatkan resiko karies pada pasien.
Aktivitas karies yang tinggi ditemukan pada pasien pemakai gigitiruan sebagian
lepasan lebih berhubungan dengan buruknya pemeliharaan kesehatan rongga mulut
oleh pasien daripada akibat secara langsung dari pemakaian gigitiruan itu sendiri.
Skor plak, resiko karies, dan resiko kerusakan gigi penyangga meningkat secara
signifikan pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan. 33
Moimas dkk (2006) menyatakan bahwa pemakaian gigitiruan sebagian
lepasan berhubungan dengan terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dikaitkan
dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, meningkatnya plak dan kalkulus, dan
transmisi kekuatan transversal yang berlebihan pada struktur periodontal gigi asli dari
permukaan oklusal gigitiruan.27
Menurut Sesma dkk (2005), stomatitis akibat gigitiruan adalah salah satu
infeksi rongga mulut yang berhubungan dengan pemakaian gigitiruan. Stomatitis
akibat gigitiruan adalah inflamasi kronis yang terlokalisasi/generalisasi atau inflamasi
hiperplasia papiler yang dapat terjadi pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan.34
Etiologi dari penyakit stomatitis akibat gigitiruan antara lain terdiri dari trauma akibat
gigitiruan, pemeliharaan kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang buruk,
pemakaian gigitiruan secara terus-menerus, infeksi jamur, dan hipersensitifitas

Universitas Sumatera Utara

terhadap bahan basis gigitiruan. Pasien dengan kebersihan gigitiruan yang baik sangat
jarang terkena stomatitis akibat gigitiruan.35
2.2.1.2 Kebersihan Gigitiruan
Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak terjaga kebersihannya dapat
mengendapkan berbagai deposit yang berasal dari saliva dan substansi lain termasuk
sisa makanan dan bakteri rongga mulut. Deposit yang menumpuk pada gigitiruan
tersebut selain memberikan kesan kotor pada gigitiruan, juga akan mengeluarkan bau
yang kurang enak.4 Plak yang melekat pada gigitiruan berhubungan dengan
penampilan yang tidak estetis, serta rasa dan bau tidak enak yang timbul. 36
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari
pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan
gigitiruannya.9 Usaha-usaha untuk memberikan edukasi tentang pemeliharaan
kebersihan gigitiruan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dokter
gigi dan pasien akan pentingnya pemeliharaan gigitiruan setelah pemasangan agar
gigitiruan sebagian lepasan dapat dipelihara dengan baik dan dapat digantikan segera
apabila timbul indikasi.3 Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan
sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan
kebersihan gigitiruan.17
2.2.2.1 Dokter Gigi
Pengetahuan seorang dokter gigi tentang pemeliharaan gigi asli yang masih
ada, akar, tulang alveolar, dan mukosa rongga mulut adalah faktor yang penting
untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan.3 Tanggung jawab utama

Universitas Sumatera Utara

dokter gigi adalah menjamin bahwa gigi dan jaringan yang masih tinggal telah
dirawat dalam keadaan sehat.1 Dokter gigi harus memberikan instruksi kepada pasien
setelah pemasangan gigitiruan dilakukan.35 Instruksi lisan dan tulisan sangat efektif
untuk menambah pengetahuan pasien tentang menjaga kebersihan gigitiruan dan
jaringan mulut yang tersisa. Salinan ringkas dari informasi dan instruksi tersebut
harus diberikan kepada pasien. Instruksi tulisan tersebut termasuk penjelasan kepada
pasien tentang terbatasnya penggunaan gigitiruan dan pentingnya peran pasien untuk
keberhasilan perawatan, instruksi untuk membersihkan gigi asli yang masih ada,
instruksi untuk melepaskan gigitiruan selama 6-8 jam per hari, instruksi untuk
membersihkan gigitiruan, dan instruksi untuk melakukan kontrol berkala minimal
setahun sekali. Instruksi tulisan ini harus ditambah dengan instruksi lisan yang sesuai
dengan kebutuhan individu, yang diberikan oleh dokter gigi apabila diperlukan. Telah
ditemukan bahwa pengetahuan dan kebiasaan yang positif meningkat karena
pemberian instruksi tulisan kepada pasien.11 Pasien perlu diinstruksikan untuk
membersihkan gigitiruan dan rongga mulut mereka setiap setelah makan, merendam
gigitiruannya dalam larutan pembersih non-bleaching, dan untuk menghindari
memakai gigitiruan mereka selama tidur.35 Apabila pasien responsif terhadap
instruksi pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulutnya, resiko pemakaian
gigitiruan sebagian lepasan menjadi berkurang.1
2.2.2.2 Pasien
Edukasi dan motivasi kepada pasien untuk memelihara kesehatan rongga
mulut merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan perawatan gigitiruan
sebagian lepasan.3 Pasien dengan daya tahan dan adaptasi yang tinggi dapat

Universitas Sumatera Utara

mentoleransi desain gigitiruan sebagian lepasan yang kurang baik, tetapi tetap harus
menyadari bahaya kerusakan yang mungkin timbul, sehingga ia harus selalu berupaya
melaksanakan instruksi pemeliharaan dan kesehatan mulutnya.1 Pentingnya kebiasaan
pasien untuk melakukan usaha menjaga kesehatan rongga mulut di rumah dan
seringnya melakukan kontrol berkala, mempengaruhi keberhasilan perawatan
gigitiruan sebagian lepasan.37 Penumpukan plak dan perubahan yang terjadi pada
jaringan mulut yang tersisa, seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan lesi pada
mukosa, berhubungan dengan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan. Efek yang
tidak diinginkan pada gigi asli dan jaringan pendukung ini akan berkurang apabila
pasien melakukan program pemeliharaan kebersihan, mencakup motivasi dan
instruksi kebersihan yang diberikan, sama halnya dengan melakukan kontrol berkala
ke dokter gigi.26 Pasien yang dapat termotivasi untuk menjaga tingkat kebersihan
yang tinggi, dan dengan program pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang baik
dilakukan, indeks plak, indeks gingiva, skor kalkulus dan stein dari gigitiruan
sebagian lepasan dapat dijaga tetap dalam level atau tingkatan yang rendah.12
2.2.2.3 Bahan Basis Gigitiruan Sebagian Lepasan
Bahan basis gigitiruan sebagian lepasan terdiri atas logam atau akrilik.17
Semua jenis gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut setiap setelah
makan untuk dibersihkan. Memelihara gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam
pada dasarnya sama dengan memelihara gigitiruan sebagian lepasan resin
akrilik. Gigitiruan kerangka logam memiliki keuntungan dimana gigitiruan sebagian
lepasan jenis ini lebih mudah dibersihkan daripada gigitiruan sebagian lepasan resin

Universitas Sumatera Utara

akrilik.38 Penelitian yang dilakukan terhadap 74 pasien pemakai gigitiruan sebagian


lepasan, pada 36% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan resin
akriliknya, dan hanya pada 14% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan
kerangka logamnya (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011).
2.2.2.3.1 Resin Akrilik
Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigitiruan
di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan kekuatan
relatif baik serta mudah dimanipulasi, tetapi kekurangannya, resin akrilik mempunyai
sifat porus.39 Resin akrilik memiliki pori-pori yang irregular dan mikroskopis
yang dapat menjadi tempat penumpukan plak serta berkembangnya koloni bakteri
dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan rongga mulut.34,38 Menurut Silva dkk
(2009), gigitiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya
stein dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air, sehingga
mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman sehingga akan berpengaruh
buruk terhadap kesehatan rongga mulut si pemakai. Permukaan gigitiruan yang tidak
dilakukan pemolesan juga mempermudah melekatnya plak dan merupakan tempat
yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat menjadi lebih buruk apabila gigitiruan tersebut
kotor, oleh karena itu pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus benar-benar menjaga
kebersihan gigitiruannya.40
2.2.2.3.2 Logam
Logam adalah bahan yang tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya
tetap licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini membuat

Universitas Sumatera Utara

deposit makanan dan kalkulus sulit melekat, sehingga dapat dengan mudah
dibersihkan secara mekanis. Karakteristik ini membuat basis logam disebut
naturally cleaner dibandingkan dengan resin akrilik.1 Keuntungan lain yang juga
dimiliki gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam adalah dapat mencegah bau tak
sedap pada rongga mulut karena gigitiruan jenis ini tidak memiliki mikroporus yang
dapat menjadi tempat melekatnya plak dan bakteri yang dapat menghasilkan bau
mulut.38
2.3 Kondisi Kebersihan Gigitiruan
Plak, stein, kalkulus, dan deposit lain yang melekat pada gigitiruan
menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan antara lain kondisi gigitiruan
menjadi kotor, dan adanya rasa serta bau yang tidak menyenangkan.22 Dikbas dkk.
(2006) dalam penelitiannya menetapkan kondisi kebersihan gigitiruan berdasarkan
ada atau tidaknya debris, stein dan kalkulus pada gigitiruan dengan kategori sebagai
berikut: gigitiruan bersih dimana tidak terdapat debris lunak, kalkulus atau stein pada
gigitiruan; gigitiruan kotor dimana terdapat debris lunak di antara anasir gigitiruan
setelah dicuci di bawah air mengalir dan atau terdapat kalkulus atau stein di sekeliling
tepi gingiva anasir gigitiruan; dan gigitiruan sangat kotor dimana debris lunak
terdapat di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan atau terdapat
kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang
menutupi mukosa rongga mulut dan palatum.10 Kondisi gigitiruan yang kotor
berhubungan dengan kurangnya instruksi kebersihan yang diterima, desain gigitiruan
yang buruk, kurangnya kemampuan pasien untuk memelihara kebersihan
gigitiruannya, dan tidak tersedianya bahan pembersih gigitiruan di pasaran.22 Dikbas

Universitas Sumatera Utara

dkk (2006), Baran dan Nalcaci (2009), serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa
kebanyakan pasien pemakai gigitiruan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan
mereka secara teratur dan terus memakai gigitiruan dengan kondisi yang kotor.10,16,19
2.4 Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan
Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan,
frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi
pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda.7 Beberapa faktor yang
berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien
berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan
dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan
penghasilan yang rendah.18 Lansia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk
memelihara kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya, dimana hal ini merupakan
kunci keberhasilan perawatan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan (Strayer dkk cit.
Barreiro dkk, 2009). Efek preventif yang didapatkan dari memelihara kebersihan
rongga mulut oleh lansia tidak sebaik yang didapatkan oleh pasien yang lebih muda.
Hal ini disebabkan menurunnya penglihatan, kepikunan yang berat (demensia), dan
menurunnya keadaan fisik yang mempengaruhi kemampuan untuk mengurus diri
sendiri. Pasien lansia mengerti bahwa mereka harus menjaga kebersihan rongga
mulutnya dengan baik, namun tidak mengetahui bahwa usaha mereka kurang dapat
membuahkan hasil yang baik.9 Maupome dkk (1998) menyatakan bahwa kesehatan
rongga mulut yang lebih baik biasanya ditemukan pada pasien yang lebih muda dan
pada pasien yang mendapatkan dukungan dari teman, sahabat, dan keluarganya.41

Universitas Sumatera Utara

Baran dan Nalcaci (2009) serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa pasien
perempuan lebih banyak memakai gigitiruan yang bersih dibandingkan dengan pasien
laki-laki.16,19 Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan
cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik.16 Dalam Third National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III), etnis dan ras berhubungan
dengan kehilangan gigi selain usia dan jenis kelamin, dimana pasien non-Hispanic
yang berkulit gelap merupakan yang paling banyak mengalami kehilangan gigi
dibandingkan pasien yang berkulit terang, karena tidak menjaga kesehatan rongga
mulutnya.42 Pasien yang bertempat tinggal di daerah pedesaan mengalami lebih
banyak kerusakan pada gigi seperti lesi karies (Jamieson dkk cit. Willershausen dkk,
2010). Pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah memiliki
kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada pasien dengan tingkat pendidikan
dan penghasilan yang tinggi (Chavers dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien
dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap kebersihan rongga
mulut, dimana mereka lebih sering pergi ke dokter gigi untuk melakukan kontrol
berkala. Penelitian yang dilakukan pada pasien dewasa berusia 35-44 dan 64-75
tahun, pasien dengan latar belakang pendidikan yang rendah lebih sering menderita
penyakit periodontal daripada pasien dengan latar belakang pendidikan yang lebih
tinggi (Krustrup dan Petersen cit. Willershausen dkk, 2010).
2.4.1 Frekuensi Pembersihan
Setiap satu kali sehari sebelum tidur, sangat penting untuk melepas gigitiruan
dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersih untuk membunuh

Universitas Sumatera Utara

mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada, yang


diikuti menyikat dengan pasta gigi setiap selesai makan.14,24 Hasil penelitian Barbosa
dkk (2008) menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari
dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih, dimana hal ini cukup
memuaskan. Frekuensi tidak mengindikasikan prosedur pembersihan yang efisien.
(Nevalainen dkk cit. Barbosa dkk, 2008). Kualitas dari pembersihan jauh lebih
penting daripada frekuensi pembersihan dalam usaha menjaga kesehatan dan
kebersihan rongga mulut (Bellini dkk cit. Watt dan Roy, 1984).
2.4.2 Waktu Pembersihan
Gigitiruan dan rongga mulut harus dibersihkan setiap setelah makan. Pada
malam hari, gigitiruan harus dilepas dan direndam dalam larutan pembersih
gigitiruan.4,5,13 Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan
sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit tergantung dari bahan pembersih yang
digunakan.34
2.4.3 Cara Pembersihan
Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu
sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan.12 Gigitiruan sebagian lepasan
dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya.13 Cara yang
sering dilakukan untuk pembersihan gigitiruan, yaitu cara mekanis dilakukan dengan
sikat gigi atau alat pembersih ultrasonik. Pembersihan dengan cara mekanis
menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa bahan abrasif bersifat efektif dalam
menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

keausan pada plat gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik yang nantinya dapat
menyebabkan gigitiruan menjadi tidak retentif.34 Pembersihan dengan cara ini mudah
dilakukan, efektif jika digunakan dengan keahlian yang tepat dan tidak mahal, namun
teknik penyikatan dengan penuh antusias dan kasar dapat menyebabkan kerusakan
basis gigitiruan. Kerugian lainnya adalah cara ini tidak dapat dilakukan oleh orangorang dengan ketidakmampuan manual, misalnya cacat, dimana pembersih ultrasonik
atau pembersih kemis merupakan pilihan yang tepat.15 Pembersihan dengan energi
ultrasonik merupakan salah satu cara pembersihan secara mekanis yang jarang
digunakan karena masih sedikitnya pengetahuan tentang cara ini dan biayanya yang
relatif mahal.22 Pembersih ultrasonik ini dapat membersihkan bagian-bagian
gigitiruan yang tidak terjangkau oleh sikat biasa dan dapat membersihkan gigitiruan
hanya dalam waktu beberapa menit saja.43

Gambar 1. Pembersih
Ultrasonik
(http://www.valplast.ca/)
Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih,
pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave.22 Bahan pembersih
kimia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok yaitu alkalin peroksida, alkalin

Universitas Sumatera Utara

hipoklorit, asam, desinfektan, dan enzim.15 Pemaparan oksigen dengan air-drying


jarang digunakan oleh pemakai gigitiruan sebagian lepasan karena dua alasan, yang
pertama karena gigitiruan yang kotor jika dibiarkan terpapar dengan udara akan
membuat deposit yang melekat menjadi lebih lengket sehingga akan sangat susah
membersihkan antigen mikrobial yang ada di permukaan gigitiruan, dan alasan yang
kedua adalah karena pemaparan terhadap udara akan merusak kontur gigitiruan
tersebut. Desinfeksi gigitiruan lepasan menggunakan radiasi microwave merupakan
cara yang efektif, cepat, mudah, dan biayanya tidak mahal serta dapat dilakukan oleh
dokter gigi, tekniker, dan pasien untuk membunuh mikroorganisme yang tidak aktif.
Radiasi microwave bekerja efektif untuk menurunkan jumlah organisme pada
permukaan gigitiruan (Webb dkk cit. Garg, 2010). Pembersihan secara kemis
memiliki keuntungan yaitu sangat mudah digunakan, tetapi kerugiannya pembersih
kemis ini harganya relatif mahal dan dapat menyebabkan korosi pada gigitiruan
lepasan basis logam dan juga bleaching pada gigitiruan lepasan basis resin akrilik.6
Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan
untuk kontrol plak yang lebih baik.10 Cara pembersihan gigitiruan lepasan secara
gabungan mekanis dan kemis lebih efektif. Contohnya adalah menyikat gigitiruan
lebih dulu kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigitiruan.44
Menurut penelitian Silva dkk (2009), penyikatan yang diikuti dengan perendaman
cukup efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur.40

Universitas Sumatera Utara

You might also like