Education in Finland and Indonesia

It has been widely known that Finland is the country with the best education system in the
world. It is proven from the result of Program for International Student Assessment (PISA)
test which shows that Finland students achieve either the first or the second place, beating
other students from many countries. Indonesia, however, is in the 57 th place. This discrepancy
must have something to do with the education system in both countries. What makes Finland
students perform better than Indonesian students? There are three factors that affect the
system of education in Finland and Indonesia, which are the society, the school hours, and the
teachers.
The fact that Indonesia is a plural country is one of the factors which affect its education
system. Indonesia consists of thousands of races, cultures, and religions which dwell in
different parts of the country. If New York City is called as Melting Pot, the same term may
fit Indonesia as well. The number of immigrants in Indonesia is also high. Data from Badan
Pusat Statistik show that every year, the number of immigrant increases. This makes the
society become more and more plural and it may affect the education system. How?
Pluralism creates different perspectives in education, social conflicts between social groups,
and many others. In comparison with Indonesia, Finland has very low level of immigrants.
Only 3.8% of its people are foreigners. The rest are native Finland, so social conflicts among
different groups are very few. In this kind of peaceful society, the students do not have to deal
with major social conflicts. They live in homogenous society. Unlike Indonesians, they are
similar in many ways to each other.
The second point of differences is the school hours. Indonesian students spend a lot of time at
school, from early morning to late afternoon. Even after that, additional lesson might still be
given to the students, which means that the students need to spend some more hours at
school. Indonesian students spend seven hours a day in school. This is one of the causes of
depression among Indonesian students. Because they feel depressed, they do not perform well
in their studies. Now look at Finland students who spend very short time at school. Finland
has the shortest school hours in the world, only around five hours a day. In that short term,
they do not study in a way most Indonesians do. They do a lot of activities and the class
atmosphere created by the teachers is friendly and casual. There is no pressure in learning. As
a result, Finland students have desires to learn. The reduction of pressures should be done if
Indonesia wants to have students who are keen to learning.
Finally, the main difference between Indonesian and Finland education system is the teacher.
In Indonesia, teachers are not highly respected. Some people even look down at teachers
because they think being a teacher is not a promising job. Unfortunately, it is not indeed.
Some teachers do not even get good salary although they have worked very hard. In some
places, especially in the remote ones, teachers only get around 200 until 300 thousand rupiah
per month. The amount is far below the regional minimum wage. How can education in
remote places be good if nobody wants to go there? And how can people go there if their
lives are not even supported? The opposite happens in Finland. Teaching is a very prestigious
job there. Teachers are highly respected and teaching is done professionally. The teachers are
selected from the top ten universities and only ten percent of them can finally be teachers.
They also have to undergo various trainings before they are placed in classrooms. By all these
requirements and procedures, the quality of the teachers is not necessarily questioned.

Teacher is one of the factors which make Finland education become the best in the world. If
only Indonesians value their teachers more, the quality of education, I believe, will get better.
Those three aspects above are only some of many factors that make Finland education better
than that of Indonesia. Just like the city of Rome which was not built in a day, Finlands
success in their education is also a long process. It takes many years, people, policies, and
considerations to contribute. Indonesian education, however, is not all bad, but it does need to
be fixed in many aspects, especially the one related to teachers. Things, like pluralism, are
unchangeable, but the others are still possible.

Telah diketahui secara luas bahwa Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik
di dunia. Hal ini terbukti dari hasil Program for International Student Assessment (PISA) tes
yang menunjukkan bahwa siswa Finlandia mencapai baik yang pertama atau yang kedua,
mengalahkan siswa lain dari berbagai negara. Indonesia, bagaimanapun, adalah di tempat ke57. Perbedaan ini harus memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan sistem pendidikan di kedua
negara. Apa yang membuat siswa Finlandia tampil lebih baik daripada mahasiswa Indonesia?
Ada tiga faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan di Finlandia dan Indonesia, yang
merupakan masyarakat, jam sekolah, dan guru.
Fakta bahwa Indonesia adalah negara plural adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
sistem pendidikan. Indonesia terdiri dari ribuan ras, budaya, dan agama yang tinggal di
berbagai negara. Jumlah imigran di Indonesia juga tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik
menunjukkan bahwa setiap tahun, jumlah imigran meningkat. Hal ini membuat masyarakat
menjadi lebih dan lebih plural dan dapat mempengaruhi sistem pendidikan. Bagaimana?
Pluralisme menciptakan perspektif yang berbeda dalam pendidikan, konflik sosial antar
kelompok sosial, dan banyak lainnya. Dibandingkan dengan Indonesia, Finlandia memiliki
tingkat yang sangat rendah imigran. Hanya 3,8% dari rakyatnya adalah orang asing. Sisanya
adalah asli Finlandia, sehingga konflik sosial antara kelompok-kelompok yang berbeda
sangat sedikit. Dalam jenis masyarakat yang damai, siswa tidak harus berurusan dengan
konflik sosial yang besar. Mereka hidup dalam masyarakat yang homogen. Tidak seperti
orang Indonesia, mereka serupa dalam banyak cara untuk satu sama lain.
Titik kedua perbedaan adalah jam sekolah. mahasiswa Indonesia menghabiskan banyak
waktu di sekolah, dari pagi hingga sore hari. Bahkan setelah itu, pelajaran tambahan mungkin
masih diberikan kepada siswa, yang berarti bahwa siswa perlu untuk menghabiskan beberapa
jam lebih di sekolah. mahasiswa Indonesia menghabiskan tujuh jam sehari di sekolah. Ini
adalah salah satu penyebab depresi di kalangan mahasiswa Indonesia. Karena mereka merasa
tertekan, mereka tidak melakukan dengan baik dalam studi mereka. Sekarang melihat siswa
Finlandia yang menghabiskan waktu yang sangat singkat di sekolah. Finlandia memiliki jam
sekolah terpendek di dunia, hanya sekitar lima jam sehari. Dalam jangka pendek, mereka
tidak belajar dengan cara kebanyakan orang Indonesia lakukan. Mereka melakukan banyak
kegiatan dan suasana kelas yang dibuat oleh guru yang ramah dan santai. Tidak ada tekanan
dalam belajar. Akibatnya, siswa Finlandia memiliki keinginan untuk belajar. Penurunan
tekanan harus dilakukan jika Indonesia ingin memiliki siswa yang tertarik untuk belajar.

Akhirnya, perbedaan utama antara sistem pendidikan di Indonesia dan Finlandia adalah guru.
Di Indonesia, guru tidak sangat dihormati. Beberapa orang bahkan melihat ke bawah guru
karena mereka berpikir menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang menjanjikan.
Sayangnya, itu tidak benar. Beberapa guru bahkan tidak mendapatkan gaji yang baik
meskipun mereka telah bekerja sangat keras. Di beberapa tempat, terutama di yang terpencil,
guru hanya mendapatkan sekitar 200 sampai 300 ribu rupiah per bulan. Jumlah tersebut jauh
di bawah upah minimum regional. Bagaimana pendidikan di tempat-tempat terpencil dapat
baik jika tak seorang pun ingin pergi ke sana? Dan bagaimana orang bisa pergi ke sana jika
hidup mereka bahkan tidak didukung? sebaliknya terjadi di Finlandia. Mengajar adalah
pekerjaan yang sangat bergengsi di sana. Guru sangat dihormati dan mengajar dilakukan
secara profesional. Para guru yang dipilih dari sepuluh universitas dan hanya sepuluh persen
dari mereka akhirnya bisa guru. Mereka juga harus menjalani berbagai pelatihan sebelum
mereka ditempatkan di ruang kelas. Dengan semua persyaratan ini dan prosedur, kualitas
guru belum tentu dipertanyakan. Guru merupakan salah satu faktor yang membuat
pendidikan Finlandia menjadi yang terbaik di dunia. Kalau saja Indonesia menghargai guru
mereka lagi, kualitas pendidikan, saya yakin, akan lebih baik.
Ketiga aspek di atas hanya beberapa dari banyak faktor yang membuat pendidikan Finlandia
lebih baik dari Indonesia. Sama seperti kota Roma yang tidak dibangun dalam sehari,
keberhasilan Finlandia dalam pendidikan mereka juga merupakan proses yang panjang.
Dibutuhkan bertahun-tahun, orang, kebijakan, dan pertimbangan untuk berkontribusi.
pendidikan di Indonesia, bagaimanapun, tidak semua buruk, tapi itu tidak perlu diperbaiki
dalam banyak aspek, terutama yang terkait dengan guru. Hal, seperti pluralisme, yang tidak
berubah, tapi yang lain masih mungkin.