{3} BRJSKesehatan
@x4@ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Nomor — 228/11.02/1015 Dumai, 06 Oktober 2015
Hal Penanganan Peserta TB
Yth. Pimpinan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Swasta
di
Tempat
Bersama ini kami sampaikan bahwa berdasarkan Permenkes No 59 tahun 2014
pasal 19 disebutkan bahwa obat yang merupakan obat program pemerintah atan
pemerintah daerah tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Sesuai dengan SE Menkes
Nomor HK/Menkes/32/V/2014 salah satu obat pemerintah tersebut adalah obat program
Tuberculosis (TB). Untuk itu, kami himbau agar FKTP swasta dapat melaporkan peserta
yang terdiagnosa TB ke Puskesmas setempat diwilayah kerja masing-masing FKTP.
‘Adapun prosedur yang harus diketahui mengenai penanganan awal Tuberculosis terlampir.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan
terima kasih.
AKeoai
Adi Siswadi
CABANG DUMAI
4. Jend. Sudieman No. 136 Dumal
Tolp.0765 438018 Fax. 0765 438058
wr bpje-Kesehatan.goidSOP PENANGANAN PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS
(khusus pasien terdaftar di FKTP Swasta)
Penyakit yang telah dijamin oleh program pemerintah tidak menjadi jaminan BPJS
Kesehatan, termasuk program pengelolaan penyakit TB Paru.
Program pengelolaan penyakit TB Paru dilaksanakan di Puskesmas dengan mengikuti
prosedur sebagai berikut:
a. Peserta yang telah terindikasi TB paru di FKTP Swasta dirujuk ke Puskesmas
(sesuai dengan wilayah kerja masing-masing) untuk menjalani_ pemeriksaan
sputum BTA dengan membawa surat
b. Pasien dengan hasil BTA (+++) dan (++) akan menjalani pengobatan dots di
Puskesmas selama 6-9 bulan.
c. Pasien dengan hasil BTA (+--) sesuai dengan pertimbangan dokter akan menjalani
pemeriksaan foto toraks ke dokter Spesialis Paru dengan rujukan dari FKTP
‘Swasta tempat peserta terdaftar. Penegakkan diagnosa TB Paru dilakukan oleh
dokter spesialis. Peserta positif TB paru akan dirujuk kembali oleh dokter di FKTP
Swasta ke Puskesmas untuk mendapatkan terapi dots dengan membawa surat
keterangan dari dokter spesialis dan pengantar dari FKTP perujuk.
d. Pasien dengan hasil BTA (--) dikembalikan ke FKTP Swasta tempat peserta
terdaftar untuk mendapatkan terapi Antibiotik Non-OAT. Apabila tidak ada
perbaikan maka dilakukan pemeriksaan sputum BTA kembali di Puskesmas. Bila
hasil BTA (+++), (++), dan (+-] akan menjalani pengobatan dots di Puskesmas
selama 6-9bulan, sedangkan hasil BTA (---) sesuai dengan pertimbangan dokter
akan menjalani pemeriksaan foto toraks ke dokter Spesialis Paru dengan rujukan
dari FKTP Swasta tempat peserta terdaftar. Penegakkan diagnosa TB Paru
dilakukan oleh dokter spesialis. Peserta positif TB paru akan dirujuk kembali oleh
dokter di FTP Swasta ke Puskesmas untuk mendapatkan terapi dots dengan
membawa surat keterangan dari dokter spesialis dan pengantar dari FKTP
perujuk.
e. Apabila dalam proses pengobatan terdapat komplikasi pada peserta, maka
peserta dikembalikan ke FKTP Swasta tempat peserta terdaftar untuk
mendapatkan pengobatan ke dokter spesialis.
f. Bagi FKTP Swasta yang ingin mendapatkan dropping obat TB dari Puskesmas di
wilayah kerjanya harus memberikan pelaporan mengenai jumizh pasien positif
terdiagnosa 78 Paru (sesuai alur diatas) dan jumlah obat yang dibutuhkan ke
Puskesmas, serta setelah pengobatan 6 bulan, peserta harus diperiksa kembali
oleh dokter di Puskesmas untuk melihat keberhasilan terapi yang dilakukan.