You are on page 1of 64

Brooks Bab 2 PERILAKU ETIKA BISNIS

Prilaku Etika Bisnis Lingkungan bisnis yang mempunyai prilaku etika, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa
hal yang diperhatikan antara lain adalah pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan
jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, dan menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar.
A. Lingkungan Bisnis Lingkungan bisnis
Adalah segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembanga organisasi atau perubahan. Faktor
factor yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah :
1. Lingkungan internal Segala sesuatu didalam organisasi atau perusahaan yang akan mempengaruhi organisasi atau
perusahaan tersebut.
2. Lingkungan Eksternal Segala sesuatu di luar batas-batas organisasi atau perusahaan yang mempengaruhi organisasi
atau perusahaan. Perubahan lingkungan bisnis yang semakin tidak menentu dan situasi bisnis yang semakin
komperatif menimbulkan pesaingan yang semakin tajam.
B. Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Diakui bahwa sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika
untuk bisnis dapat dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi
timbangan atau takaran, berbohong merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis.
C. Etika Bisnis
merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.
Macam-macam teori etika bisnis, yaitu:
a. Utilitarisme (utilitarianism) Utilitarisme berarti suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat
itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan jadi tidak boleh
dimengerti dengan cara egoistis.
b. Deontologi Deontologi lebih menekankan pada perbuatan yang tidak dihalalkan karena tujuannya maksudnya kita
tidak pernah boleh melakukan sesuatu yang jahat supaya dihasilkan sesuatu yang baik.
c. Teori Hak Teori Hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teri deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban.
d. Teori Keutamaan Dalam teori keutamaan, baik buruknya perilaku manusia dipastikan berdasarkan suatu prinsip
atau norma. Kalau sesuai dengan norma, suatu perbuatan adalah baik, kalau tidak sesuai, perbuatan adalah buruk.
Resume BAB 3
ETIKA GOVERNMENT
1. Pengertian Etika Government
Etika Government yaitu penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan
bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.

2. Masalah-masalah praktis etika bisnis


Banyak sudah terjadi kejahatan ekonomi dan kecurangan bisnis yang dilakukan oleh banyak korporasi atau pelaku
bisnis dan ekonomi yang telah merugikan warga Negara, setidaknya dalam segi keuntungan financial (pajak) dan
kepercayaan public terhadap peranan Negara (pemerintah) dalam mengawasi dinamika ekonomi, khususnya
proses produksi, eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam dan pelestarian lingkungan hidup.
Masih saja terjadi persaingan tidak sehat danmonpoli terhadap sektor-sektor ekonomi dengan menggunakan teori
konspirasidimana-mana. Dalam skala global, hal tersebut terjadi di beberapa Negara.Keadilan dan demokrasi ekonomi
acap dipaktekan dengan mendapat sokongan justrudari penguasa Negara. Kasus-kasus actual, misalnya pemebebasan
tanah utuk bisnisproperty.
Kejahatan perbankan, keuangan (pasar modal) dan perpajakan juga sering dilakukan oleh banyak orang. Penggelapan
pajak, penipuan dengan kartu kredit atau kejahatan maya (cyber crime), penyalahgunaan kredit, dan penggelapa pajak
sangat sulit diatasi, sebab selain masih rendahya penegakan hokum, etika bisnis dan perilaku juga mengalami distorsi
luar biasa.
Control lembaga legislatif (parlemen) juga sangat lemah, sebab ada juga anggota parlemen tingkat pusat dan tingkat
daerah yang ikut melakukan kejahatan bisnis, atau sengaja membiarka terjadi tanpa ada upaya melaporkannya.
Sebagian aparatur pemerintah juga melakukan hal yang sama. Para penegak hukum (beberapa hakim, jaksa,polisi dan
pengacara) juga terlibat dalam kejahatan bisnis/ekonomi.
Masih banyak pelaku bisnis yang tidak memiliki etika bisnis, dan oknum pemerintah banyak yang tidak memiliki etika
dalam pembangunan ekonomi, perdagangan dan korporasi.
BEBERAPA SOLUSI PERMASALAH ETIKA BISNIS
1. Untuk mengatasi kejahatan bisnis/ ekonomi yang terjadi seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
telah melahirkan revolusi industri perdagangan, perbankan dan khususnya korporasi, dalam skala global,
sebaliknya semua negara memperkuat komitmen politiknya untuk lebih memartabatkan kegiatan ekonomi dan bisnis.
2. Pemerintah harus merancang sebuah pemikiran strategik mengenal politik penanggulangan kesejahteraan bisnis
secara rasional. LSM yang menaruh perhatian pernuh terhadap upaya penccegahan dan pemberantasan korupsi harus
tetap menekan pemerintah, terutama aparat penegak hukum untuk mengukum siapapun seberat-beratnya bila
mengganggu stabilitas
Resume BAB 4
AKUNTANSI SEBAGAI PROFESI DAN ETIKA DALAM AKUNTAN PUBLIK
A. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan.
Akuntansi sebagai Profesi dan Peran Akuntansi
Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun non-Atestasi kepada masyarakat
dengan dibatasi kode etik yang ada.
Peran akuntan antara lain :
1. Akuntan Publik (Public Accountants) ; Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yangmemberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant) ; Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi.
3. Akuntan Pemerintah (Government Accountants) ; Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembagalembaga pemerintah, misalnya dikantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas
Keuangan (BPK).
4. Akuntan Pendidik ; Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, melakukan
penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan
tinggi.
B. Ekspektasi Publik
Masyarakat pada umumnya mengatakan akuntan sebagai orang yang profesional khususnya di dalam bidang
akuntansi.

C. Nilai-nilai Etika vs Teknik Akuntansi/Auditing


Integritas
Kerjasama
Inovasi
Simplisitas
D. Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan publik
Dari profesi akuntan publik inilah Masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas Tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan Keuangan oleh manajemen perusahaan. Profesi akuntan
publik menghasilkan berbagai jasa.
Resume BAB 5
KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI
Setiap anggota IAI, khususnya untuk Kompartemen Akuntansi Sektor Publik harus mematuhi delapan Prinsip Etika
dalam Kode Etika IAI beserta Aturan Etikanya.
A. Kode Perilaku Profesional.
Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah :
a) Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.
b) Hindari menyakiti orang lain.
c) Bersikap jujur dan dapat dipercaya
d) Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan
prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah.
e) Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.
f) Memberikan kredit yang pantas untuk properti intelektual
g) Menghormati privasi orang lain
h) Kepercayan
B. Prinsip-prinsip Etika
1. prinsip-prinsip Etika berdasarakan AICPA
a. Tanggung Jawab
b. Kepentingan Publik
c. Integritas
d. Objektivitas & Independensi
e. Kehati-hatian (due care)
f. Ruang Iingkup dan Sifat Jasa

2. Prinsip Etika Profesi menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Untuk mencapai tujuan profesi 4 (empat) kebutuan
dasar yang harus dipenuhi :
a.
b.
c.
d.

Kredibilitas.
Profesionalisme.
Kualitas Jasa.
Kepercayaan.

Berikut adalah delapan prinsip etika yang telah ditentukan ketetapannya:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tanggung Jawab Profesi


Kepentingan Publik
Integritas
Objektivitas
Kerahasiaan
Kompetensi dan Kehati hatian Profesional
Perilaku Profesional
Standar Teknis

3. Pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC menurut Brooks (2007) :
1) Memahami Struktur Kode Etik
2) Memahami Kerangka Dasar Kode Etik untuk melakukan penilaian yang bijak
3) Proses Menjamin Independensi Pikiran (independece in mind) dan Independensi Penampilan (indepencence in
appearance)
4) Pengamanan untuk mengurangi Risiko Situasi Konflik Kepentingan.
Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC:
1) Integritas (2) Objektivitas (3) Kompetensi profesional dan kehati-hatian
(4) Kerahasiaan (5) Perilaku Profesional
Resume BAB 6
TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK DAN KRISIS PROFESI AKUNTAN
1. TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
a. ATESTASI
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah
asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. AUDIT
Audit pada umunya dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:(1). Audit Laporan Keuangan (2). Audit
Kesesuaian. (3). Audit Operasional
Pihak yang melakukan audit disebut sebagai auditor. Auditor dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1). Auditor
Pemerintah (2). Auditor Intern (3). Auditor Independen atau Akuntan Publik
c.

KOMPILASI DAN REVIEW

Review dilakukan melalui prosedur permintaan keterangan dan analisis yang harus menjadi hal yang memadai
bagi akuntan, sedangkan untuk kompilasi akuntan tidak memberikan keyakinan seperti itu.
d. LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTIF
Laporan keuangan prospektif berisi informasi keuangan yang merupakan bagian dari ramalan keuangan maupun
proyeksi keuangan.
e.

PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjaga mutu pekerjaan kantor akuntan publik (KAP), organisasi profesi mewajibkan setiap KAP untuk
memiliki suatu sistem pengendalian mutu.

f. PERATURAN MENTERI KEUANGAN, UU PASAR MODAL DAN PERATURAN BAPEPAM, PERATURAN


BANK INDONESIA
- PMK

No. 17 Tahun 2008 pasal 44 ayat (1).

Pasal 80

UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

-Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-86/BL/2011
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank

PERATURAN MENTERI KEUANGAN, UU PASAR MODAL DAN PERATURAN BAPEPAM, PERATURAN BANK
INDONESIA
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan PMK No. 17 Tahun 2008 pasal 44 ayat (1) menyatakan akuntan publik dan/atau KAP
bertanggung jawab atas seluruh jasa yang diberikan dan ayat (2) menyatakan Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor
Independen dan Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan selama 10 (sepuluh) tahun.
Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam Pasal 80 UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan Akuntan Publik sebagai jasa
professional ikut bertanggung jawab bila Pernyataan Pendaftaran Emiten yang dijaminnya tidak memuat informasi mengenai Fakta
Material sesuai Undang-Undang sehingga informasi tersebut menyesatkan. Namun tanggung jawab auditor terbatas pada pendapat
yang diberikannya.
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP86/BL/2011 tentang independensi akuntan yang memberikan jasa di pasar modal, pada pasal 7 menyatakan dalam penerimaan
penugasan profesional, Akuntan wajib mempertimbangkan secara profesional dan memiliki independensi yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan
Bank, pada pasal 19 menyatakan Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib :
a) Melakukan audit sesuai dengan standar professional akuntan publik serta perjanjian kerja dan lingkup audit yang disepakati Bank dan
Kantor Akuntan Publik
b) Memberitahukan pelanggaran perundang-undangan dan keadaan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank selambatlambatnya 7 ari setelah ditemukan.
c) Menyampaikan hasil audit dan Management Letter kepada Bank Indonesia.
d) Memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.

2. KRISIS PROFESI AKUNTAN


(1) Akuntansi Sebagai Bisnis (2)Tanggung Jawab Sebagai Bisnis
3. KESIMPULAN
Komitmen profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap ketaatan pelaksanaan etika profesi akuntan publik,
dimana semakin tinggi komitmen profesionalisme akan membuat ketaatan pelaksanaan etika profesi akuntan publik
semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah komitmen profesionalisme akan membuat ketaatan
pelaksanaan etika profesi akuntan publik makin rendah.
Resume BAB 7
ETIKA DALAM AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
A. Etika Dalam Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi akuntansi oleh para
manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian
dan evaluasi, serta pengambilan keputusan.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen lebih luas dibandingkan tanggung jawab seorang
akuntan keuangan, yaitu:

a.
b.
c.
d.
e.

Perencanaan
Pengevaluasian
Pengendalian
Menjamin pertanggungjawaban sumber
Pelaporan eksternal

B. Etika Profesional Akuntan Manajemen


Ada empat standar etika untuk akuntan manajemen yaitu:
1. Kompetensi
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
3. Integritas (Integrity)
4. Objektivitas (Objectifity)
C. Creative Accounting
Menurut Susiawan (2003) creative accounting adalah aktifitas badan usaha untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan
akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan, seperti penyajian nilai laba atau asset yang lebih tinggi atau lebih
rendah tergantung motivasi mereka melakukannya.
Dua jenis pengungkapan yang dapat diberikan dalam laporan keuangan yaitu:
a. Mandatory disclosure (pengungkapan wajib)
b. Voluntary discolure (pengungkapan sukarela)
D. Whistle Blowing
Whistle blowing merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk
membocorkan kecurangan baik yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
-Whistle Blowing internal
Whistle Blowing eksternal
Resume BAB 8
ETIKA AKUNTANSI DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL
1. Pengertian Akuntansi Internasional
Pada tahun 1971, Prof. Thomas R. Weirich, Clarence G. Avery dan Henry R. Anderson mengemukakan tiga
pendekatan berbeda:
a. Sistem universal
b. Pendekatan deskriptif dan informative yang mencakup semua metode dan standar dari semua negara
c. Praktik-praktik akuntansi dari anak-anak perusahaan yang ada di luar negeri dan perusahaan-perusahaan induk.
2. Klasifikasi Akuntansi Internasional
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara,yaitu : dengan pertimbangan dan secara empiris.
Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi, dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris
menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan basis data prinsip dan praktik akuntansi seluruh dunia.
Ada empat pendekatan terhadap perkembangan akuntansi, yaitu :
a. Pendekatan Makroekonomi
b. Pendekatan Mikroekonomi
c. Pendekatan Independent
d. Pendekatan yang Seragam
3. Faktor-faktor dalam Perkembangan Akuntansi Internasional
Faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi internasional, yaitu:
1) Sumber Pendanaan
2) Sistem Hukum
3) Perpajakan

4)
5)
6)
7)
8)

Ikatan Politik dan Ekonomi


Inflasi
Tingkat Perkembangan Ekonomi
Tingkat Pendidikan
Budaya

4. Profesi Akuntansi Internasional terdiri dari:


1) Certified Public Accountant
2) Certified Internal Auditor
3) Certified General Accountant
4) Chartered Accountant
5. Isu Etika dari Dunia Bisnis dan Profesi
Isu-isu general dalam etika bisnis yaitu:
1. Corporate Social Responsibility
2. Professional ethics
3. Ethics of (sales and) marketing
4. Ethics of human resource management
5. Ethics of production
6. Ethics of intellectual property, knowledge & skills
Untuk memahami perkembangan etika bisnis De George membedakannya kepada lima periode:
(1) Situasi Dahulu
(2) Masa Peralihan 1960-an
(3) Etika Bisnis Lahir di AS 1970-an
(4) Etika Bisnis Meluas ke Eropa
(5) Etika Bisnis menjadi Fenomena Global
CHAPTER 1: DUSKA
SIFAT DASAR AKUNTANSI DAN KESULITAN UTAMA ETIKA: PENGUNGKAPAN YANG SEBENARNYA
Pada Bulan Oktober tahun 2001, perekonomian dunia dikejutkan dengan berita runtuhnya perusahaan besar
Enron. Salah satu KAP The Big Five yaitu Arthur Andersen merupakan Kantor Akuntan Publik yang mengaudit
Perusahaan Enron. Pada tanggal 15 Juni 2002, Pengadilan Negeri Amerika Serikat memutuskan bahwa KAP
Arthur

Andersen

merupakan

terpidana

yang

telah

mengakibatkan

Perusahaan

Enron

mengalami

kebangkrutan. United States Securities and Exchange Commission (SEC) tidak mengijinkan KAP Andersen untuk
mengaudit perusahaan publik karena KAP Arthur Andersen telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan.
Perusahaan Akuntansi menyetujui agar izin praktek dan gelar akuntan publik KAP Andersen dicabut. Skandal
perusahaan Enron tersebut merupakan salah satu bukti betapa besar peranan perilaku etika dalam seluruh
aspek kehidupan.
Meskipun kebangkrutan Enron dan Andersen pada tahun 2001-2002 merupakan titik penentu dalam sejarah
akuntansi, namun permasalahan, praktek, konflik dan isu-isu yang menyatakan kebangkrutan bukanlah hal baru
dan masih belum teratasi. Bahkan sebelum kasus Enron mencuat, terdapat beberapa permasalahan dan kasuskasus serupa terjadi. Berdasarkan artikel yang dimuat di harianThe Washington Post pada tahun 1998, Ketua
SEC (United States Securities and Exchange Commission) Arthur Levitt, menyebutkan istilah numbers
game bagi perusahaan yang memanipulasi data akuntansi agar dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang
diinginkan. Pemanipulasian data tersebut membuat laporan keuangan seolah-olah terlihat indah dengan cara
mempermak angka untuk memperlancar laporan triwulan /kuartalan sehingga terus menerus memperlihatkan

peningkatan yang berdampak baik bagi perusahaan. Menurut Levitt, proses tersebut bertahun-tahun telah
berkembang menjadi suatu hal terbaik yang dapat dikategorikan sebagai permainan yang dilakukan oleh
para market participant.
Bagaimana sesungguhnya hal tersebut dapat terjadi? Kita mungkin mengira bahwa kebanyakan para akuntan
mungkin tidak memahami peranan dan tujuan mereka di dalam suatu lingkungan masyarakat. Tujuan dasar dari
akuntansi pada dasarnya adalah sangat sederhana yakni memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan
oleh akuntan tepat dan dapat diukur. Untuk memahami lebih lanjut perihal tugas utama dari seorang akuntan
kita harus memahami terlebih dahulu sifat dasar akuntansi itu sendiri.
1.

1.

Sifat Dasar Akuntansi

Akuntansi merupakan suatu tehnik, dan prakteknya adalah seni atau keahlian yang dibentuk untuk membantu
orang-orang memonitor transaksi ekonomi mereka. Akuntansi memberikan gambaran bagi orang-orang tentang
bagaimana transaksi keuangan mereka. Tujuan utama akuntansi adalah menyediakan informasi tentang
kegiatan ekonomi dari suatu organisasi maupun individu. Pada awalnya hanya individu atau organisasi yang
membutuhan informasi. Kemudian pemerintah membutuhkan informasi. Hingga dapat dikatakan, kegiatan
ekonomi menjadi sedemikian komplek dan teratur, jumlah orang-orang yang membutuhkan informasi
jumlah users atau pengguna informasi ekonomi menjadi semakin meningkat. Tingkat kepentingan bagi
pengguna (users) meningkatkan faktor etika yang mengatur perkembangan dan pengeluaran dari informasi
tersebut. Beberapa orang memiliki hak dan kewenangan terhadap akses informasi tersebut sedangkan beberapa
orang lainnya tidak.
Akuntan menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Manajer dari suatu
perusahaan menggunakan informasi untuk menolong mereka menyusun rencana dan mengawasi kegiatan
operasional perusahaan. pemilik perusahaan, manajer, pemilik dana, supplier, karyawan dan orang lainnya
menggunakan informasi untuk membantu mereka memutuskan berapa banyak waktu atau uang yang harus
disediakan untuk kepentingan bisnis mereka. Pada akhirnya, pemerintah menggunakan informasi tersebut untuk
menentukan berapa banyak pajak yang harus dibayarkan oleh suatu perusahaan.
Agar pasar keuangan dapat beroperasi dengan baik, analis saham dan investor harus mendapatkan gambaran
perusahaan yang sebenarnya. Tergantung dari tehnik yang akan digunakan, akuntan dari suatu perusahaan
dapat membuat perusahaan tersebut menjadi terlihat bagus ataupun buruk. Untuk tujuan pinjaman, akuntan
dapat membuat lapaoran keuangan menjadi bagus, tapi untuk menghindari pajak akuntan dapat membuat
laporan keuangan menjadi kelihatan buruk.
Secara umum ada empat komponen laporan keuangan:
1.

Neraca (Balance Sheet); terdiri atas tiga elemen:

Aset; terdiri dari asset berwujud dan asset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan

Kewajiban (Liabilities); merupakan utang yang dimiliki perusahaan serta uang atau jasa yang dihutangkan
perusahaan kepada orang lain.

Ekuitas Pemilik Modal (Owners Equity); dana yang disediakan oleh pemilk modal dan akumulasi
pendapatan atau kerugian yang diperoleh selama setahun.
Total Aset = Total Liabilities + Owners Equity

1.

Laporan Laba-Rugi (Income Statement); laporan laba-rugi menunjukkan laba apabila pendapatan melebihi
beban/biaya, sedangkan rugi apabila beban/biaya melebihi pendapatan.

2.

Laporan Laba Ditahan (Statement of Changes in Retained Earnings); laporan laba ditahan menunjukkan
perubahan laba selama masa pelaopran: Aset kurang kewajiban sama dengan paid in capital danretained
earning.

3.

Laporan Arus Kas (Statement of Changes in Cash Flow).

1.

2.

Etika Pengungkaan Informasi Akuntansi

Akuntansi menyediakan informasi yang berguna bagi users, jika pelaopran informasi akuntansi sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan dilaporkan dengan benar maka tidak akan muncul permasalahan etika. Namun
jika informasi akuntansi mempengaruhi para pengguna (users) untuk mengmbil tindakan, dan tindakan mereka
apakah menguntungkan atau merugikan orang yang menerima atau yang mendapatkan informasi, maka
informasi tersebut akan memberikan dampak terhadap pentingnya etika. Tergantung pada penggunaannya,
penyampaian informasi sama seperti berjualan. Sebagai contoh, seorang CEO akan mendapatkan peningkatan
bonus apabila informasi yang disampaikan tidak mengecewakan dewan komisaris dan pemegang saham.
Intinya, informasi yang disampaikan oleh CEO tergantung dari bagaimana penyampaian informasi yang
disampaikan, tentunya untuk mendapatkan bonus maka informasi yang disajikan haruslah informasi yang
menyenangkan.
Penting untuk dicamkan bahwa berbohong tidak sama dengan mengatakan sesuatu yang salah. Kadangkala
orang secara tidak sengaja bebuat kesalahan atau salah dalam berucap. Dalam situasi tersebut, mereka
mengatakan sesuatu yang salah namun tindakan mereka menggambarkan suatu kebohongan. Mengatakan
suatu kebohongan lebih mudah dibandingkan berkata jujur. Hakikat dari kebohongan tersebut dapat terlihat dari
tujuannya, yakni untuk mengubah perilaku orang lain. Apabila seorang CEO menyampaikan informasi yang
benar, mungkin para dewan direksi atau pemegang saham akan bertindak atau mengambil keputusan yang
dapat membahayakan posisi sang CEO tersebut, maka dengan berbohong CEO dapat mengubah perilaku pihak
yang berkepentingan untuk bertindak sesuai dengan koridor yang diinginkan oleh CEO.
Sebuah pepatah lama menyebutkan jangan lakukan hal yang anda tidak suka kepada orang lain. Kita ingin
mengetahui apa yang kita dapat saat membeli sesuatu, begitu juga dengan orang lain. Oleh karena itu, saat kita
akan mengatakan suatu kebohongan maka kita harus sadar dan mengingat bagaimana posisi kita jika
dibohongi.
Contoh lainnya misalnya rekan sejawat anda bertanya pada anda bagaimana penampilannya pada hari tersebut?
Meskipun dalam hati anda ingin mengatakan betapa berantakannya penampilan rekan kerja anda pada hari
tersebut namun anda bisa tidak mengungkapkannya. Informasi yang tidak diungkapkan tersebut (nondisclosure)
dapat diterima karena anda tidak berusaha mengubah perilaku orang lain dalam bertindak atau mengambil
keputusan sehingga anda dapat mengambil keuntungan dari kejadian tersebut. Oleh karena itu, jika anda tidak
mengutarakan suatu kebenaran untuk alasan-alasan tertentu tanpa berusaha mempengaruhi persepsi lawan
bicara anda maka mungkin hal tersebut diperbolehkan, kejadian seperti itulah yang sering disebut dengan
white lie (bohong untuk kebaikan).
1.

3.

Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dan dibuat oleh akuntan yang bekerja pada perusahaan. Akuntan publik yang akan
mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh akuntan perusahaan. Akuntan yang mengaudit laporan
keuangan tersebut menyatakan dengan sebenarnya bahwa laopran keuangan yang disusun bebas dari salah saji
material dan dapat diterima sesuai standar dan prinsip akuntansi. Satandar atau prinsip yang dapat diterima

umum adalah GAAP (Generally Accepted Accounting Principle). Prinsip berterima umum tersebut disusun dan
disupervisi oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, bukan SEC.
Meskipun adanya aturan yang mengacu pada GAAP, permasalahan pengungkapan masih seringkali terjadi.
Sebagai contoh, masalah dalam menentukan nilai asset. Pengukuran asset menyebabkan permasalahan karena
pengukuran tersebut dapat didasarkan pada biaya asset atau apakah asset tersebut dapat dijual dari sekarang.
Kasus tersebut juga dapat dimanipulasi. Jika demikian, apakah yang dimaksud dengan nilai asset? Nilai asset
(Aset Value) adalah nilai yang dimiliki oleh pemilik atau jumlah yang dibayarkan oleh pembeli pada pemilik, yang
dapat ditentukan dari ekspektasi perusahaan terhadap pengelolaan asset. Nilai asset tergantung pada tiga hal:
jumlah cash flow, waktu, dan tingkat suku bunga.
Beberapa konsep dan tehnik yang digunakan akuntan terdiri dari:

Net Income, mengindikasikan perubahan kekayaan perusahaan.

Transaction Approach

Recognition of income

Historical cost less depreciation, untuk mengetahui nilai asset maka ada beberapa asset yang harus
disusutkan (depresiasi). Ada beberapa jenis rumus yang digunakan untuk menghitung akumulasi penyusutan
aset, beberapa diantaranya yaitu: metode garis lurus, metode saldo menurun berganda dan sebagainya.

Cost of Good Sold Formula, untuk menentukan harga pokok penjualan, akuntan dapat menggunakan
beberapa metode pengukuran yaitu; FIFO (First in First Out), LIFO (Last in First Out), dan Average (rata-rata).

1.

4.

Aturan-Aturan yang Dapat Dipenuhi Oleh Akuntan

Meskipun tujuan utama akuntan adalah menyediakan gambaran keuangan suatu perusahaan, namun akuntan
memiliki peranan lain yang dapat dilakukan. Beberapa diantaranya yaitu:
a)

Aditing

b)

Managerial accounting

c)

Tax accounting

d)

Financial planning

e)

Consulting

Sumber: Duska, R., B.S Duska, and J. Ragatz. 2011. Accounting Ethics. Second Edition. United
Kingdom: John Willey and Sons.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 17/PMK.01/2008

TENTANG

JASA AKUNTAN PUBLIK

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang

a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung


perekonomian yang sehat dan efisien, diperlukan Akuntan Publik dan
Kantor Akuntan Publik yang profesional dan handal melalui
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan;
b. bahwe untuk menciptakan pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan yang efektif dan berkesinambungan serta dalam
rangka melindungi kepentingan umum, Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan
Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tidak memadai lagi sehingga
dipandang perlu mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan
mengganti Keputusan Menteri Keuangan dimaksud;
c.

Mengingat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Jasa
Akuntan Publik;

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar


Akuntan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor
103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 705);
2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94
Tahun 2006;

3. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi


dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denga Peraturan
Presiden Nomor 63 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 54/PMK.01/2007.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK.


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :
1. Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau
sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari
Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
3. Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan
usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi
Akuntan Publik dalam memberikan jasanya.
4. Cabang Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut Cabang KAP
adalah kantor yang dibuka oleh KAP untuk memberikan jasa Akuntan
Publik yang dipimpin oleh salah satu Rekan KAP yang bersangkutan.

5. Kantor Akuntan Publik Asing atau disingkat KAPA adalah badan


usaha jasa profesi di luar negeri yang memiliki izin dari otoritas di
negara yang bersangkutan untuk melakukan kegiatan usaha paling
sedikit di bidang audit umum atas laporan keuangan.
6. Organisasi Audit Asing atau disingkat OAA adalah organisasi di luar
negeri, yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
di negara yang bersangkutan, yang anggotanya terdiri dari badan
usaha jasa profesi yang melakukan kegiatan usaha paling sedikit di
bidang audit umum atas laporan keuangan.
7. Atestasi suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang
yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu etintas
sesuai, dalam hal yang material, dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
8. Laporan Auditor Independen adalah laporan yang ditandatangani
oleh Akuntas Publik yang memuat pernyataan pendapat atau
pertimbangan Akuntan Publik tentang apakah asersi suatu entitas
sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang
ditetapkan.
9. Institut Akuntan Publik Indonesia yang selanjutnya disebut IAPI
adalah Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diakui Pemerintah.
10. Pemimpin atau Pemimpin Rekan adalah Akuntan Publik yang
bertindak sebagai pemimpin pada KAP.
11. Pemimpin Cabang adalah Akuntan Publik yang bertindak sebagai
pemimpin pada Cabang KAP.
12. Rekan adalah Akuntan Publik atau seseorang yang bertindak
sebagai sekutu pada KAP berbentuk usaha persekutuan.,
13. Domisili adalah tempat kedudukan Akuntan Publik, KAP atau Cabang
KAP dalam suatu wilayah Kota atau Kabupaten.
14. Standar Profesional Akuntan Publik yang selanjutnya disebut SPAP
adalah panduan teknis yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik
dalam memberikan j asanya.

15. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.


16. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Departemen
Keuangan.
17. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai atau disingkat PPAJP
adalah Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, Sekretariat
Jenderal, Departemen Keuangan.
18. Kepala Puat adalah Kepala PPAJP.
BAB II
BIDANG JASA

Bagian Pertama
Jenis Jasa

Pasal 2
(1) B) Bidang jasa Akuntan Publik dan KAP adalah atestasi, yang
meliputi:
a. jasa audit umum atas laporan keuangan;
b. jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
c.

jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;

d. jasa reviu atas laporan keuangan; dan


e. jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP.
(2) Jasa sebataimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan
oleh Akuntan Publik.

(3) Selain jasa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Akuntan
Publik dan KAP dapat memberikan jasa audit lainnya dan jasa yang
berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi,
perpajakan, dan konsultan sesuai dengan kompetensi Akuntan
Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pembatasan Masa Pemberian Jasa

Pasal 3
(1) Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas sebagaimna dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturutturut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga)
tahun buku berturut-turut.
(2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menerima kembali penugasan audit umum untuk klien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak
memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.
(3) Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali
kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah 1 (satu) tahun buku tidak diberikan melalui KAP
tersebut.
(4) Dalam hal KAP yang telah menyelenggarakan audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas melakukan perubahan
komposisi Akuntan Publiknya, maka terhadap KAP tersebut tetap
diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) KAP yang melakukan perubahan komposisi Akuntan Publik yang
mengakibatkan jumlah Akuntan Publiknya 50% (lima puluh per
seratus) atau lebih berasal dari KAP yang telah menyelenggarakan
audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas, diberlakukan
sebagai kelanjutan KAP asal Akuntan Publik yang bersangkutan dan
tetap diberlakukan pembatasan penyelenggaraan audit umum atas
laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(6) Pendirian atau perubahan nama KAP yang komposisi Akuntan


Publiknya 50% (lima puluh per seratus) atau lebih berasal dari KAP
yang telah menyelenggarakan audit umum atas laporan keuangan
dari suatu entitas, diberlakukan sebagai kelanjutan KAP asal Akuntan
Publik yang bersangkutan dan tetap diberlakukan pembatasan
penyelenggaraan audit umum atas laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
BAB III
AKUNTAN PUBLIK

Bagian Pertama
Perizinan

Pasal 4
(1) Menteri berwenang memberikan izin kepada Akuntan untuk menjadi
Akuntan Publik.
(2) (3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri.
Pasal 5
Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
Akuntan mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal
u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki nomor Register Negara untuk Akuntan;
b. memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP) yang diselenggarakan oleh IAPI;
c.

dalam hal tanggal kelulusan USAP sebagaimana dimaksud pada


huruf b telah melewati masa 2 (dua) tahun, maka wajib
menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional

Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 (enam puluh) Satuan Kredit PPL


(SKP) dalam 2 (dua) tahun terakhir;
d. berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan
keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun
terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya
memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang
disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP;
e. berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f.

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

g. tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin Akuntan Publik; dan


h. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin
Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap
jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat
pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data
persyaratan yang disampaikan adalah benar dengan menggunakan
Lampiran I sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 6
(1) Izin Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
diterbitkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak
permohonan izin diterima secara lengkap
(2) Permohonan izin Akuntan Publik dinyatakan tidak lengkap
disampaikan melalui pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan
diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis ditetapkan.

(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) tidak dipenuhi, maka permohonan izin Akuntan Publik tidak
dapat diproses dan pemohon dapat mengajukan permohonan baru
dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud. dalam Pasal
5.
Pasal 7
(1) Akuntan Publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai KAP.
(2) Kewajiban mempunyai KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak izin Akuntan Publik
diterbitkan.
(3) Akuntan Publik yang telah mengundurkan diri dari suatu KAP, wajib
mempunyai KAP paling lama 6 (enam) bulan sejak pengunduran diri.
(4) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau
ayat (3) tidak dipenuhi, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
mencabut izin Akuntan Publik yang bersangkutan.
Bagian Kedua.
Penghentian Pemberian Jasa Akuntan Publik
untuk Sementara Waktu atas Permintaan Sendiri

Pasal 8
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan penghentian
pemberian jasa Akuntan Publik untuk sementara waktu atas
permintaan sendiri kepada Sekretaris Jenderal.
(2) Sekretaris Jenderal memberikan persetujuan penghentian pemberian
jasa untuk sementara waktu kepada Akuntan Publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Permohonan untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan oleh Akuntan Publik yang bersangkutan
secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat, dengan

melampirkan :
a. surat rekomendasi dari KAP bagi Akuntan Publik yang menjadi
Rekan pada KAP;
b. alamat lengkap selama menjalani penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik untuk sementara waktu;
c.

jangka waktu yang dimohonkan untuk menjalani penghentian


pemberian jasa Akuntan Publik untuk sementara waktu;

d. alasan penghentian pemberian jasa Akuntan Publik untuk


sementara waktu;
e. pernyataan dari IAPI bahwa :
1) yang bersangkutan tidak sedang menjalani reviu oleh IAPI;
2) IAPI I tidak menerima pengaduan dari pihak lain yang layak
ditindaklanjuti, yang berkaitan dengan jasa yang telah
diberikan oleh yang bersangkutan;
3) yang bersangkutan tidak sedang menjalani sanksi dari IAPI;
dan
f.

membuat Surat Permohonan dan melengkapi formulir


Penghentian Pemberian Jasa Akuntan Publik untuk Sementara
Waktu atas Permintaan Sendiri sebagaimana terlampir pada.
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.

(4) Sekretaris Jenderal menolak permohonan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), apabila yang bersangkutan :
a. tidak melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3);
b. sedang diperiksa oleh Sekretaris Jenderal atau diadukan oleh
pihak lain yang layak ditindaklanjuti;

c.

telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 2 (dua) kali dalam


jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir terhitung
saat permohonan disampaikan secara lengkap;

d. sedang menjalani kewajiban yang harus dilakukan berdasarkan


rekomendasi Sekretaris Jenderal; atau
e. sedang menjalani sanksi pembekuan izin.
Pasal 9
(1) Persetujuan penghentian pemberian jasa Akuntan Publik untuk
sementara waktu atas permintaan sendiri diterbitkan dalam jangka
waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara
lengkap.
(2) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak dipenuhi, maka permohonan tidak dapat diproses dan
pemohon dapat kembali mengajukan permohonan baru dengan
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3).
Pasal 10
Persetujuan penghentian pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (2) diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun.
Pasal 11

(1) Akuntan Publik yang akan mengakhiri masa penghentian pemberian


jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), untuk dapat
memberikan jasa Akuntan Publik kembali wajib mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :
a. bukti telah mengikuti PPL paling sedikit 30 SKP yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) untuk
periode 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa penghentian
pemberian jasa;
b. bukti keanggotaan IAPI yang masih berlaku;
c.

bukti domisili; dan

d. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan


mengakhiri Penghentian Pemberian Jasa Akuntan Publik untuk
sementara Waktu atas Permintaan Sendiri, membuat surat
pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai
cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang
disampaikan adalah benar dengan menggunakan Lampiran III
sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) Menteri berwenang mencabut izin Akuntan Publik yang tidak
mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan berakhirnya masa penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik.
(3) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan pencabutan izin
Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Permohonan persetujuan untuk penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) hanya
dapat diajukan kembali paling singkat 5 (lima) tahun sejak
berakhirnya persetujuan penghentian pemberian jasa Akuntan Publik
sebelumnya.

Bagian Ketiga
Pengaktifan Izin Akuntan Publik yang dikenakan
Sanksi Pembekuan Izin

Pasal 12
(1) Menteri memberikan persetujuan kepada Akuntan Publik untuk
memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 kembali
setelah berakhirnya masa pembekuan izin.
(2) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, apabila masa
pembekuan tersebut telah berakhir dan akan memberikan jasanya
kembali, wajib mengajukan permohonan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat
untuk memberikan jasa dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. mengikuti PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a;
b. berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan
dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c.

tidak pernah mengundurkan diri dari keanggotaan IAPI; dan

d. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Persetujuan


untuk Memberikan Jasa Kembali bagi Akuntan Publik yang
Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin, membuat surat pernyataan
tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang
menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah
benar dengan menggunakan Lampiran IV sebagaimana terlampir
dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

(4) Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, dilarang


memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebelum
mendapatkan persetujuan untuk memberikan jasa kembali oleh
Menteri.
Pasal 13
(1) Permohonan persetujuan sebagaimana, dimaksud dalam Pasal 12
ayat (3) dapat diajukan paling singkat 20 (dua puluh) hari sebelum
berakhirnya masa sanksi pembekuan izin Akuntan Publik.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dalam
jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima
secara lengkap.
(3) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(4) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis.
(5) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tidak dipenuhi, permohonan tidak dapat diproses dan pemohon
dapat mengajukan permohonan baru dengan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3).
Bagian Keempat
Pengunduran Diri dan Tidak Berlakunya Izin

Pasal 14
(1) Akuntan Publik dapat mengajukan permohonan pengunduran diri
sebagai untan Publik kepada Menteri.
(2) Menteri berwenang memberikan persetujuan pengunduran diri
sebagaim. a dimalcsud pada ayat (1).

(3) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan persetujuan


sebagaim. a dimaksud pada ayat, (2).
(4) Permoho an pengunduran diri Akuntan Publik disampaikan secara
tertulis o eh Akuntan Publik yang bersangkutan kepada Sekretaris
Jenderal .p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. memo at surat pernyataan yang ditandatangani oleh Akuntan
Publi, yang bersangkutan tentang pengunduran dirinya;
b. memb, at surat pernyataan mengenai penyelesaian perikatan
profes onal antara Akuntan Publik dengan kliennya yang ditand
tangani oleh Akuntan Publik yang bersangkutan;
c.

meny;rahkan asli surat izin Akuntan Publik; dan

d. memb at Surat Permohonan dan melengkapi formulir Pengu


duran Diri Akuntan Publik dengan menggunakan Lampiran V seb
- gaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(5) Sekretaris Jenderal menolak permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), apabila yang bersangkutan :
a. sedang diperiksa oleh Sekretaris Jenderal atau diadukan oleh
pihak lain yang layak ditindaklanjuti;
b. telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 2 (dua) kali dalam
jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir terhitung
sejak saat permohonan disampaikan secara lengkap;
c.

c. sedang menjalani kewajiban yang harus dilakukan


berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; atau

d. sedang menjalani sanksi pembekuan izin.


(6) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan dalam
jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima

secara lengkap.
(7) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri mencabut izin Akuntan Publik
yang memenuhi persyaratan dan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).
(8) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dinyatakan tidak lengkap, Kepala Pusat dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima menyampaikan
pemberitahuan tertulis kepada pemohon.
(9) Apaila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan kelengkapan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak dipenuhi,
maka permohonan pengunduran diri Akuntan Publik tidak dapat
diproses.
(10 Dalam hal persetujuan sebagaimana, dimaksud pada, ayat (2)
)
diberikan kepada Akuntan Publik yang pernah dikenakan sanksi
pembekuan izin, maka ketentuan Pasal 67 ayat (2) tetap berlaku
apabila yang bersangkutan menjadi Akuntan Publik kembali.
Pasal 15
(1) Izin Akuntan Publik dinyatakan tidak berlaku apabila yang
bersangkutan meninggal dunia.
(2) Dalam hal Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki KAP berbentuk badan usaha perseorangan, maka izin usaha
KAP yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku.
BAB IV
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Bagian Pertama
Bentuk Badan Usaha

Pasal 16
(1) Badan usaha KAP dapat berbentuk :

a. Perseorangan; atau
b. Persekutuan.
(2) KAP yang berbentuk badan usaha perseorangan hanya dapat
didirikan dan dijalankan oleh seorang Akuntan Publik yang sekaligus
bertindak sebagai pemimpin.
(3) KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah persekutuan perdata atau
persekutuan firma.
(4) KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan hanya dapat
didirikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang Akuntan Publik, dimana
masing-masing sekutu merupakan rekan dan salah seorang sekutu
bertindak sebagai Pemimpin Rekan.
(5) Dalam hal KAP berbentuk usaha persekutuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b mempunyai rekan non Akuntan
Publik, persekutuan dapat didirikan dan dijalankan apabila paling
kurang 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari seluruh sekutu
adalah Akuntan Publik.
Bagian Kedua
Perizinan

Pasal 17
(1) (1) Menteri berwenang memberikan izin usaha KAP.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pads ayat (1) ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri.
Pasal 18

(1) Untuk mendapatkan izin usaha KAP sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 17 ayat (1) yang berbentuk badan usaha perseorangan,
Pemimpin KAP mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. memiliki izin Akuntan Publik;
b. menjadi anggota IAPI;
c.

mempunyai paling sedikit 3 (tiga) orang auditor tetap dengan


tingka pendidikan formal bidang akuntansi yang paling rendah
berijazah setara, Diploma III dan paling sedikit 1 (satu) orang
diantaranya memiliki register negara untuk akuntan;

d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);


e. memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang
memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling
kurang mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur
pengendalian mutu;
f.

domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP;

g. memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor


yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain; dan
h. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan
Izin usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat
pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data
persyaratan yang disampaikan adalah benar dengan
menggunakan Lampiran VI sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) Untuk mendapatkan izin usaha KAP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) yang berbentuk badan usaha persekutuan,
Pemimpin Rekan KAP mengajukan permohonan tertulis kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1);


b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPW) KAP;
c.

memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris bagi


KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan yang paling
sedikit memuat:
1) pihak-pihak yang melakukan persekutuan;
2) alamat para sekutu;
3) bentuk badan usaha persekutuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (3);
4) nama dan domisili KAP;
5) hak dan kewajiban para pihak/sekutu;
6) sekutu yang berhak mengadakan perikatan, untuk dan atas
nama KAP, dengan pihak ketiga berkaitan dengan jasa yang
diberikan; dan
7) penyelesaian sengketa dalam hal terjadi perselisihan.

d. memiliki surat izin Akuntan Publik bagi Pemimpin Rekan dan


Rekan yang Akuntan Publik;
e. memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi
Pemimpin Rekan dan Rekan yang Akuntan Publik;
f.

memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai


penunjukan salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan; dan

g. memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.


(3) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk

melakukan penelitian fisik langsung atas permohonan izin usaha KAP


yang diajukan.
Pasal 19
(1) Izin usaha KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
diterbitkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak
permohonan izin diterima secara lengkap.
(2) Permohonan izin usaha KAP dinyatakan tidak lengkap disampaikan
melalui pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat, dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis.
(4) (3) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak dipenuhi, maka permohonan baru dapat kembali
diajukan pemohon dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18.
Bagian Ketiga
Cabang KAP

Pasal 20
(1) Cabang KAP hanya dapat dibuka oleh KAP yang berbentuk badan
usaha persekutuan dengan nama yang sama dengan nama KAP.
(2) Cabang KAP dipimpin oleh seorang Akuntan Publik yang merupakan
Rekan KAP yang bersangkutan.
(3) Cabang KAP dapat dibuka di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Pasal 21
(1) Menteri berwenang memberikan izin pembukaan Cabang KAP.

(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri.
Pasal 22
(1) Untuk mendapatkan izin pembukaan Cabang KAP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), Pemimpin Rekan KAP
mengajukan permohonan tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan :
a. memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai
penunjukan salah satu Rekan yang Akuntan Publik menjadi
Pemimpin Cabang;
b. memiliki tanda bukti domisili Pemimpin Cabang yang sesuai
dengan domisili cabang KAP yang bersangkutan;
c.

memiliki paling sedikit 2 (dua) orang auditor tetap dengan


tingkat pendidikan formal bidang akuntansi yang paling rendah
berijazah setara Diploma III dan paling sedikit 1 (satu) orang
diantaranya memiliki register negara untuk akuntan;

d. memiliki NPWP Cabang KAP;


e. memiliki tanda bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah
kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain;
dan
f.

membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan


Pembukaan Izin Cabang KAP, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan
yang disampaikan adalah benar dengan menggunakan Lampiran
VII sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan
ini.

(2) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk


melakukan penelitian fisik langsung atas permohonan izin

pembukaan Cabang KAP yang diajukan.


Pasal 23
(1) Izin pembukaan Cabang KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) diterbitkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak permohonan izin diterima secara lengkap.
(2) Permohonan izin pembukaan Cabang KAP dinyatakan tidak lengkap
disampaikan melalui pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat,
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan
diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak dipenuhi, maka permohonan tidak dapat diproses dan
pemohon dapat kembali mengajukan permohonan baru dengan
memenuh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
Bagian Keempat
Penggunaan Nama Kantor

Pasal 24
(1) KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama
Akuntan Publik yang bersangkutan.
(2) KAP berbentuk badan usaha persekutuan menggunakan nama salah
seorang atau lebih Akuntan Publik yang merupakan rekan KAP yang
bersangkutan.
(3) Nama KAP sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang menggunakan singkatan atau penggalan nama.
(4) Dalam hal nama Akuntan Publik lebih dari 1 (satu) kata, nama KAP
harus menggunakan paling sedikit 1 (satu) kata yang merupakan

bagian dari nama lengkap Akuntan Publik dimaksud.


(5) Bagi KAP yang berbentuk badan usaha persekutuan penambahan
kata "& Rekan" di belakang nama KAP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hanya dapat diperkenankan apabila jumlah Akuntan Publik
pada KAP yang bersangkutan lebih banyak dari jumlah Akuntan
Publik yang namanya tercantum sebagai nama KAP.
(6) KAP dapat mempertahankan nama Akuntan Publik yang telah
mengundurkan diri atau meninggal dunia sebagai nama KAP
sepanjang mendapat persetujuan tertulis yang disahkan dengan
Akta Notaris dari anggota persekutuan yang mengundurkan diri
tersebut atau dari ahli waris Akuntan Publik yang meninggal dunia.
(7) Ketentuan sebagaimana, dimaksud pada ayat (6) hanya
diperkenankan bagi KAP berbentuk badan usaha persekutuan.
Bagian Kelima
Pengaktifan Kembali Izin KAP dan Izin Pembukaan
Cabang KAP yang Dikenakan Sanksi Pembekuan

Pasal 25
(1) Menteri berwenang memberikan persetujuan kepada Kantor Akuntan
Publik atau Cabang KAP untuk memberikan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 setelah berakhirnya masa pembekuan izin.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri.
(3) KAP atau Cabang KAP yang dikenakan sanksi pembekuan izin,
apabila masa pembekuan tersebut telah berakhir dan akan
memberikan jasanya kembali, pemimpin atau pemimpin rekan KAP
wajib mengajukan permohonan persetujuan untuk memberikan jasa
kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memenuhi
persyaratan :
a. bagi KAP berbentuk usaha perseorangan, wajib melampirkan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)

huruf c, f, dan g;
b. bagi KAP berbentuk usaha persekutuan wajib melampirkan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
huruf c, f, dan g serta ayat (2) huruf b;
c.

bagi Cabang KAP wajib melampirkan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b, c, d, dan e; dan

d. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan


Persetujuan untuk Memberikan Jasa Kembali setelah Dikenakan
Sanksi Pembekuan Izin, dan membuat surat pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan
yang disampaikan adalah benar dengan menggunakan Lampiran
VIII untuk KAP atau Lampiran IX untuk Cabang KAP sebagaimana
terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) KAP atau Cabang KAP yang dikenakan sanksi pembekuan izin,
dilarang memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
sebelum mendapatkan persetujuan untuk memberikan jasa kembali
oleh Menteri.
Pasal 26
(1) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (3) dapat diajukan paling singkat 20 (dua puluh) hari sebelum
masa pembekuan izin berakhir.
(2) Persetujauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
diterbitkan dalam jangka waktu. 20 (dua puluh) hari kerja sejak
permohonan lengkap diterima.
(3) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (3) dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(4) Permohonan dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan
tertulis.

(5) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) tidak dipenuhi, permohonan tidak dapat diproses dan pemohon
dapat kembali mengajukan permohonan baru dengan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3).
BAB V
KERJASAMA DENGAN KAPA ATAU OAA
Bagian Pertama
Kerjasama dan Pencantuman Nama

Pasal 27
(1) KAP hanya dapat mencantumkan nama KAPA atau OAA pada nama
kantor, Kepala surat, dokumen, dan media lainnya setelah mendapat
persetujuan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
(2) Penulisan huruf pada nama KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilarang melebihi besamya huruf nama KAP tersebut.
(3) Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a. melakukan perjanjian kerja sama secara langsung dengan satu
KAPA atau OAA;
b. kerja sama bersifat berkelanjutan yaitu tidak terbatas hanya
untuk suatu penugasan tertentu yang dinyatakan dalam
perjanjian kerja sama;
c.

terdapat reviu mutu paling sedikit sekali dalam 4 (empat) tahun


oleh KAPA atau OAA yang dinyatakan dalam perjanjian kerja
sama;

d. kerja sama yang dilakukan paling sedikit mencakup bidang jasa


audit umum atas laporan keuangan yang dinyatakan dalam
perjanjian kerja sama;
e. tidak menggunakan nama KAPA atau OAA yang sedang

digunakan oleh KAP lain;


f.

perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada huruf a


sampai dengan huruf e harus disahkan notaris;

g. keanggotaan OAA paling sedikit diikuti oleh KAPA yang terdapat


di 20 (dua puluh) negara di dunia; dan
h. membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan
Persetujuan Pencantuman Nama KAPA atau OAA Bersama-sama
dengan Nama KAP, dan membuat Surat pemyataan bermeterai
cukup bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar
dengan menggunakan Lampiran X sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri berwenang membatalkan
persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), apabila :
a. KAP tidak lagi memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3);
b. KAPA dicabut izin usahanya oleh negara asal KAPA;
c.

OAA bubar; atau

d. KAP dicabut izin usahanya;


(5) Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak berlaku, apabila izin usaha
KAP dinyatakan tidak berlaku.
Bagian Kedua
Persetujuan Pencantuman Nama KAPA atau OAA

Pasal 28

(1) Permohonan untuk mendapatktin persetujuan pencantuman nama


KAPA atau OAA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)
diajukan secara tertulis oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. menyerahkan profil KAPA atau OAA;
b.

menyerahkan fotocopy perjanjian kerja sama sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3); dan

c.

membuat Surat Permohonan dan melengkapi formulir


Permohonan Persetujuan Pencantuman Nama KAPA atau OAA
Bersama-sama dengan Nama KAP dengan menggunakan
Lampiran X sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.

(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
paling sedikit memuat :
a. pihak-pihak yang melakukan perjanjian;
b. sifat dan ruang lingkup kerja sama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (3) huruf b dan d;
c.

hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melakukan


perjanjian kerja sama;

d. hak KAP untuk mencantumkan nama KAPA atau OAA;


e. penyelesaian sengketa dalam hal terjadi perselisihan;
f.

kewajiban reviu mutu secara periodik oleh KAPA atau OAA; dan

g. pernyataan bahwa kerja sama pencantuman nama KAPA atau


OAA hanya dengan KAP tersebut.
Pasal 29

(1) Persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA diterbitkan dalam


jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin
diterima secara lengkap.
(2) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana, dimaksud pada ayat
(3) tidak dipenuhi, maka permohonan baru dapat kembali diajukan
pemohon dengan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1).
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 30
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan
Publik dan KAP.
(2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Jenderal.
(3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Jenderal dapat meminta
pendapat atau masukan dari IAPI dan/atau pihak yang terkait.
Bagian Pertama
Pembinaan

Pasal 31
(1) Akuntan Publik wajib menandatangani Laporan Auditor Independen
dan/atau laporan hasil pemberian jasa lainnya dengan
mencantumkan Nomor Izin Akuntan Publik (NIAP) dan Nomor Izin

Usaha KAP yang bersangkutan.


(2) Nomor laporan wajib dicantumkan pada Laporan Auditor Independen
di lembar opini.
(3) Nomor Laporan Auditor Independen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibuat secara berurutan berdasarkan tanggal penerbitannya
dalam KAP atau Cabang KAP.
Pasal 32
(1) Akuntan Publik wajib berdomisili di wilayah Republik Indonesia.
(2) Akuntan Publik wajib menjadi anggota IAPI.
Pasal 33
(1) Kewajiban domisili sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1)
tidak berlaku bagi Akuntan Publik yang menjalani masa penghentian
pemberian jasa Akuntan Publik untuk sementara waktu atas
permintaan sendiri.
(2) Akuntan Publik yang menjalani masa penghentian pemberian jasa
Akuntan Publik untuk semenfara waktu atas permintaan sendiri
dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP.
(3) Akuntan Publik yang sedang menjalani masa penghentian
pemberian jasa untuk sementara waktu atas permintaan sendiri,
tetap wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
sebanyak 30 (tiga puluh) Satuan Kredit PPL (SKP) dengan paling
sedikit 15 (lima belas) SKP diantaranya di bidang auditing dan
akuntansi untuk periode 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa
penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu.
Pasal 34
(1) Akuntan Publik wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan
(PPL) yang diselenggarakan dan/atau yang diakui oleh IAPI dan

PPAJP.
(2) Jumlah Satuan Kredit PPL (SKP) yang wajib diikuti oleh Akuntan
Publik paling sedikit berjumlah 30 (tiga puluh) SKP setiap tahun,
dengan paling sedikit :
a. 4 (empat) SKP diantaranya berkaitan dengan pembinaan dan
pengawasan Akuntan Publik; dan
b. 4 (empat) SKP diantaranya berkaitan dengan bidang auditing
dan akuntansi.
(3) Akuntan Publik mengajukan penyetaraan jumlah SKP kepada IAPI
apabila mengikuti PPL yang diselenggarakan oleh selain IAPI dan
PPAJP.
(4) Akuntan Publik yang dalam waktu 1 (satu) tahun tidak melakukan
audit umum atas laporan keuangan, wajib mengikuti PPL di bidang
auditing dan akuntansi paling sedikit sebanyak 15 (lima belas) SKP
pada tahun berikutnya, yang merupakan bagian dari jumlah SKP
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(5) Akuntan Publik wajib menyampaikan laporan realisasi PPL tahunan
dengan lengkap kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling
lama pada akhir bulan Januari tahun berikutnya dengan
menggunakan formulir Realisasi PPL pada Lampiran XI sebagaimana
terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 35
(1) Akuntan Publik wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat paling lambat 1 (satu) bulan sejak :
a. menjadi Rekan KAP dengan melampirkan perjanjian kerja sama
yang disahkan oleh notaris;
b. mengundurkan diri dari KAP; atau
c.

pindah alamat tempat tinggal.

(2) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud. pada ayat (1) dilakukan


dengan menggunakan formulir Pemberitahuan Pindah Alamat atau
Status Rekan KAP pada Lampiran XII sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 36
(1) KAP wajib menyampaikan dengan lengkap kepada Sekretaris
Jenderal u.p. Kepala Pusat laporan tahunan sebagai berikut :
a. laporan kegiatan usaha;
b. laporan keuangan KAP; dan
c.

laporan realisasi program kerja Tenaga Asing.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


disampaikan paling lama pada akhir bulan April tahun berikutnya.
(3) Penyampaian laporan tahunan dilaksanakan dengan menggunakan
formulir Laporan Kegiatan Usaha, Laporan Keuangan KAP, dan
Realisasi Program Tenaga Kerja Asing, serta Surat Pernyataan
bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data yang disampaikan
adalah benar pada Lampiran XIII sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(4) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diserahkan dalam bentuk hard copy dansoft copy.
(5) KAP yang bekerjasam dengan KAPA atau OAA, wajib menyampaikan
hasil reviu mutu kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling
sedikit sekali dalam 4 (empat) tahun sejak tanggal perjanjian
kerjasama.
(6) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk
melakukan penelitian langsung terhadap laporan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).


Pasal 37
KAP yang mempekerjakan tenaga asing wajib menyampaikan laporan
kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat yang paling kurang
memuat nama, izin kerja tenaga asing yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang, kewarganegaraan, keahlian, rencana kerja, dan jangka
waktu penugasan, paling lama 1 (satu) bulan sejak tenaga asing yang
bersangkutan dipekerjakan.
Pasal 38
(1) KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat paling lama 1 (satu) bulan sejak terjadinya :
a. perubahan alamat dengan melampirkan tanda bukti kepemilikan
atau sewa kantor dan denah kantor yang menunjukkan kantor
terisolasi dari kegiatan lain;
b. perubahan susunan Rekan dengan melampirkan perjanjian kerja
sama yang disahkan oleh notaris;
c.

perubahan Pemimpin Rekan dan/atau Pemimpin Cabang KAP


dengan melampirkan bukti domisili dan surat persetujuan dari
seluruh Rekan mengenai perubahan atau surat penunjukan
menjadi Pemimpin Cabang KAP; atau

d. pemimpin rekan dan/atau rekan KAP mengundurkan diri atau


meninggal dunia.
(2) KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat paling lambat 1 (satu) bulan sejakn :
a. KAPA yang melakukan perjanjian kerjasama dengan KAP oleh
negara asal dicabut izin usahanya;
b. OAA yang melakukan perjanjian dengan KAP bubar; atau

c.

perubahan dan/atau berakhirnya kerja sama dengan KAPA atau


OAA.

(3) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan


dengan menggunakan formulir Pemberitahuan Pindah Alamat KAP
dan/atau Cabang KAP, Perubahan Susunan Rekan KAP, Perubahan
Pemimpin/Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP pada
Lampiran XIV sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(4) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud pads ayat (2) dilakukan
dengan menggunakan formulir Permohonan untuk Mengakhiri
Kerjasama Pencantuman Nama KAPA atau OAA Bersama-sama
dengan nama KAP pada Lampiran XV sebagaimana terlampir dalam
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(5) Kepala Pusat menyampaikan surat pemberitahuan kepada KAP atas
laporan perubahan sebagaimana dimaksud pads ayat (1).
(6) Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau petugas untuk
melakukan penelitian fisik langsung terhadap laporan perubahan
alamat KAP.
Pasal 39
(1) Cabang KAP wajib dipimpin oleh Pemimpin Cabang yang berdomisili
sesuai dengan domisili Cabang KAP yang bersangkutan.
(2) Dalam hal Cabang KAP tidak mempunyai pemimpin Cabang dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan, Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
mengenakan sanksi pencabutan izin pembukaan Cabang KAP.
Pasal 40
Dalam memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Akuntan
Publik dan KAP wajib mematuhi :
a. SPAP yang ditetapkan oleh IAPI;

b. Etika Profesi yang ditetapkan oleh IAPI; dan


c.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan


dengan bidang jasa yang diberikan.
Pasal 41

KAP dan Cabang KAP wajib :


a. dipimpin oleh Akuntan Publik;
b. mempunyai auditor tetap paling sedikit 3 (tiga) orang untuk KAP
atau 2 (dua) orang untuk Cabang KAP dengan tingkat pendidikan
formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara
Diploma III dan paling sedikit 1 (satu) orang diantaranya mempunyai
register negara untuk akuntan;
c.

mempunyai kantor yang terisolasi dari kegiatan lain;

d. melaksanakan sistem pengendalian mutu sesuai dengan SPAP; dan


e. menyelenggarakan dan memelihara catatan mengenai jam kerja
setiap auditor termasuk Akuntan Publik dalam penugasan audit
urnum atas laporan keuangan dan/atau jasa atestasi lainnya.
Pasal 42
(1) KAP wajib memasang nama lengkap, kantor dan nomor izin Cabang
KAP pada bagian depan kantor.
(2) Cabang KAP wajib memasang nama lengkap, kantor dan nomor izin
pembukaan Cabang KAP pada bagian depan kantor.
(3) KAP dan Cabang KAP wajib mencantumkan pada kepala surat paling
sedikit nama lengkap kantor, alamat kantor, dan nomor izin usaha
KAP atau izin pembukaan Cabang KAP.
(4) KAP dan Cabang KAP hanya dapat menggunakan nama KAP atau

Cabang KAP sesuai dengan nama yang tercantum dalam izin usaha
atau izin pembukaan Cabang KAP.
Pasal 43
(1) Setiap perubahan nama, bentuk badan usaha, domisili KAP,
dan/atau domisili Cabang KAP wajib mendapat izin dari Menteri.
(2) Kewajiban mendapatkan izin dari Menteri untuk perubahan domisili
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan untuk wilayah
Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
(3) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pimpinan atau Pemimpin Rekan KAP wajib mengajukan permohonan
tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(1) atau (2) dan/atau Pasal 22 ayat (1) serta melampirkan surat izin
asli yang telah ditetapkan sebelumnya.
(5) Dengan diberikannya surat izin yang baru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), surat izin yang telah diterbitkan sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 44
(1) Akuntan Publik dan/atau KAP bertanggung jawab atas seluruh jasa
yang diberikan.
(2) Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor Independen
dan kertas Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan selama 10
(sepuluh) tahun.
(3) Akuntan Publik dan/atau KAP wajib memelihara Laporan Auditor
Independen, Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan,
dan dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan pemberian
jasa selama 10 (sepuluh) tahun.

(4) Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mencantumkan namanya


pada dokumen atau komunikasi tertulis yang memuat laporan
keuangan atau bagian-bagian dari suatu laporan keuangan, kecuali
Akuntan Publik dan/atai KAP yang bersangkutan, telah melakukan
audit atau kompilasi atau reviu atas laporan keuangan atau bagianbagian dari laporan keuangan dimaksud.
Pasal 45
(1) Akuntan Publik yang telah bekerja pada Koperasi Jasa Audit
dianggap telah memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan melakukan
pekerjaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku tentang Koperasi Jasa Audit.
(2) Koperasi Jasa Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan koperasi yang dibentuk oleh Gerakan Koperasi dan
beranggotakan Badan Hukum Koperasi yang melakukan audit
terhadap Koperasi
(3) Akuntan Publik yang bekerja pada Koperasi Jasa Audit wajib
menyampaikan Laporan Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36.
Pasal 46
(1) Akuntan Publik dilarang memiliki atau menjadi rekan pada lebih dari
1 (satu) KAP.
(2) Akuntan Publik dilarang merangkap jabatan sebagai :
a. pejabat negara;
b. pimpinan, anggota, atau pegawai pada lembaga pemerintahan,
lembaga negara, atau lembaga lainnya yang dibentuk dengan
peraturan perundang-undangan;
c.

pimpinan, pengurus, atau pegawai pada badan usaha milik


negara, daerah, swasta, atau rekan pada badan usaha lainnya;

d. pimpinan, pengurus, atau pegawai pada badan hukum lainnya;


e. pimpinan atau pengurus pada partai politik;
f.

pimpinan, pengurus, atau pegawai pada lembaga pendidikan;


atau

g. Komisaris, komite yang bertanggung jawab kepada komisaris,


atau jabatan lain yang menjalankan fungsi yang sama dengan
komisaris atau komite dimaksud pada lebih dari 2 (dua) badan
usaha milik negara, daerah, swasta, atau badan hukum lainnya.
(3) Larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan bagi Akuntan Publik yang merangkap sebagai :
a. dosen pada perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan
sebagai rektor, pembantu rektor, dekan, pembantu dekan, ketua
sekolah tinggi, direktur, atau jabatan yang setara;
b. komisaris, komite yang bertanggung jawab kepada komisaris,
atau jabatan lain yang menjalankan ftingsi yang sama dengan
komisaris atau komite dimaksud, pada tidak lebih dari 2 (dua)
badan usaha milik negara, daerah, swasta, atau badan hukum
lainnya; atau
c.

pimpinan, pengurus, atau pegawai pada Ikatan Akuntan


Indonesia, IAPI, yayasan keagamaan, atau badan hukum lain
yang semata-mata didirikan untuk kepentingan sosial.

(4) Akuntan Publik yang dikecualikan dari ketentuan larangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib melaporkan kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak perangkapan jabatan.
Pasal 47
(1) KAP dilarang membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk
kantor Cabang KAP.

(2) KAP dilarang menggunakan nama Akuntan Publik yang dikenakan


sanksi pencabutan izin.
(3) KAP dilarang mencantumkan nama KAPA atau OAA yang telah bubar.
Pasal 48
(1) Pemimpin Rekan dilarang merangkap sebagai Pemimpin Cabang
KAP.
(2) Seorang rekan dilarang memimpin lebih dari satu Cabang KAP.
Pasal 49
Izin Akuntan Publik, izin usaha KAP, atau izin pembukaan cabang KAP
berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Pasal 50
(1) Penutupan KAP dan/atau Cabang KAP wajib mendapatkan izin
menteri.
(2) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menetapkan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Permohonan penutupan KAP dan/atau Cabang KAP disampaikan
secara tertulis oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin
KAP untuk KAP berbentuk badan usaha perseorangan atau oleh
seluruh Rekan KAP bagi KAP berbentuk badan usaha
persekutuan;
b. membuat surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin
KAP untuk KAP berbentuk usaha badan perseorangan atau oleh
seluruh Rekan KAP bagi KAP berbentuk badan usaha
persekutuan, mengenai penyelesaian perikatan profesional

antara KAP dan/atau cabang KAP dengan kliennya;

c.

menyerahkan asli surat izin usaha KAP dan/atau izin pembukaan


Cabang KAP; dan

d. membuat
Pasal 51
(1) Izin Penutupan KAP dan/atau Cabang KAP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (1) diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.
(2) Permohonan dinyatakan tidak lengkap disampaikan melalui
pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja sejak permohonan diterima.
(3) Permohonan dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak
lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis.
(4) Apabila kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak terpenuhi, maka permohonan dinyatakan tidak berlaku
(5) Dalam jangka waktu paling lama dalam 6 (enam) bulan sejak
permohonan penutupan KAP dan/atau Cabang KAP diajukan, apabila
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dilengkapi,
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan mencabut izin
usaha KAP dan/atau izin pembukaan Cabang KAP.
Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 52
(1) Dalam melakukan pengawasan, Sekretaris Jenderal melakukan
pemeriksaan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu terhadap

Akuntan Publik dan/atau KAP.


(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
menilai ketaatan Akuntan Publik, dan/atau KAP terhadap ketentuan
dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(3) Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan berdasarkan rencana pemeriksaan tahunan yang
ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal.
(4) Pemeriksaan sewaktu-waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan apabila :
a. hasil pemeriksaan berkala memerlukan tindak lanjut;
b. terdapat pengaduan masyarakat; atau
c.

terdapat informasi yang layak ditindaklanjuti.

(5) Dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Sekretaris Jenderal dapat meminta pendapat atau
masukan dari IAPI dan/atau pihak yang terkait.
Pasal 53
(1) Sekretaris Jenderal menunjuk dan menugaskan seseorang sebagai
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pemeriksa wajib memperlihatkan
Surat tugas kepada Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau
Pemimpin Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang
diperiksa.
(3) Pemeriksa tidak diperkenankan membawa kertas kerja Akuntan
Publik dari KAP kecuali salinan atau fotokopinya sebagai dokumen
pendukung hasil pemeriksaan.
(4) Pemeriksa wajib merahasiakan hal-hal atau informasi yang diperoleh

selama pemeriksaan maupun hasil pemeriksaan kepada pihak lain


yang tidak berhak dan tidak berwenang.
Pasal 54
(1) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang diperiksa wajib
memperlihatkan dan meminjamkan kertas kerja, laporan, dan
dokumen lainnya serta memberikan keterangan yang diperlukan
dalam pemeriksaan kepada pemeriksa.
(2) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang diperiksa dilarang
menolak atau menghindar dilakukannya pemeriksaan atau
menghambat kelancaran pemeriksaan.
(3) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP dianggap menghindar
dilakukannya pemeriksaan atau menghambat kelancaran
pemeriksaan apabila :
a. tidak memperlihatkan dan meminjamkan kertas kerja, laporan
dan dokumen lainnya yang diperlukan;
b. tidak memberikan fotokopi kertas kerja, laporan, dan dokumen
lainnya yang diperlukan;
c.

tidak memberikan keterangan yang diperlukan;

d. memperlihatkan dan meminjamkan kertas kerja, laporan,


dokumen lainnya maupun memberikan keterangan yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar; atau
e. tidak memenuhi panggilan.
Pasal 55
(1) Pemeriksa menyampaikan simpulan sementara hasil pemeriksaan
secara tertulis kepada Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau
Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa.

(2) Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau


Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa dapat memberikan tanggapan
tertulis atas simpulan sementara hasil pemeriksaan sebelum
pembahasan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).
(3) Pemeriksa melakukan pembahasan hasil pemeriksaan dengan
Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau
Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa sebelum berakhimya surat
tugas pemeriksaan.
(4) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan
dalam risalah pembahasan hasil pemeriksaan yang ditandatangani
oleh pemeriksa, Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin
Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa.
(5) Dalam hal Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan
atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia
menandatangani risalah pembahasan hasil pemeriksaan, maka yang
bersangkutan harus membuat surat pernyataan penolakan beserta
alasan bukti pendukungnya.
(6) Pemeriksa menandatangani secara sepihak risalah pembahasan
hasil pemeriksaan apabila Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau
Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa tidak
bersedia atau tidak hadir untuk menandatangani risalah
pembahasan hasil pemeriksaan.
Pasal 56
(1) Perneriksa wajib membuat berita acara pemeriksaan.
(2) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib ditandatangani oleh Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau
Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa.
(3) Dalam hal Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan
atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia
menandatangani berita acara pemeriksaan, maka yang
bersangkutan harus membuat surat pernyataan penolakan beserta

alasan bukti pendukungnya.

(4) Surat pernyataan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dapat dipertimbangkan dalam menetapkan hasil pemeriksaan.
(5) Pemeriksa menetapkan secara sepihak berita acara pemeriksaan
dalam hal Akuntan Publik dan/atau Pernimpin atau Pemimpin Rekan
atau Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa tidak bersedia atau tidak
hadir untuk menandatangani berita acara pemeriksaan.
Pasal 57
Sekretaris Jenderal menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada
Akuntan Publik dan/atau Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Pemimpin
Cabang KAP yang diperiksa paling lama 60 (enam puluh) hari sejak
pemeriksaan berakhir.
Bagian Ketiga
Asosiasi Profesi

Pasal 58
Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diakui oleh Pemerintah adalah
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Pasal 59
(1) IAPI wajib melaporkan rencana penyelenggaraan Pendidikan
Profesion Berkelanjutan (PPL) kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat yang paling sedikit mencakup silabus dan metode PPL yang
akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun pada setiap akhir bulan
Oktober sebelum periode penyelenggaraan PPL.
(2) IAPI wajib melaporkan daftar nama peserta PPL dan jumlah satuan
kredit PPL untuk periode 1 (satu) tahun paling lambat pada setiap
akhir bulan Februari tahun berikutnya kepada Sekretaris Jenderal
u.p. Kepala Pusat.

(3) IAPI wajib melaporkan pengakuan dan penyetaraan jumlah SKP


terhadap PPL yang diselenggarakan oleh selain IAPI kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat.
Pasal 60
(1) Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b diselenggarakan oleh IAPI.
(2) IAPI wajib melaporkan rencana penyelenggaraan USAP kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat yang mencakup silabus,
metode penilaian kelulusan, susunan panitia penyelenggara, waktu
dan tempat penyelenggaraan, serta frekuensi penyelenggaraan,
ujian yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun pada setiap akhir
bulan Oktober sebelum periode penyelenggaraan USAP.
(3) IAPI wajib melaporkan daftar nama lulusan USAP untuk periode 1
(satu) tahun paling lambat pada setiap akhir bulan Februari tahun
berikutnya kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat.
(4) Menteri u.p. Sekretaris Jenderal melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan USAP.
Pasal 61
(1) IAPI menyusun dan menetapkan SPAP.
(2) Menteri u.p. Sekretaris Jenderal melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap SPAP.
BAB VII
SANKSI

Pasal 62
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi
peringatan, pembekuan izin, atau pencabutan izin.

(2) Menteri mengenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


kepada Akuntan Publik, KAP, atau Cabang KAP.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak harus dikenakan
secara berurutan.
(5) Sanksi berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(6) Sanksi peringatan dan sanksi pembekuan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat disertai dengan suatu kewajiban atau
rekomendasi tertentu.
Pasal 63
(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1)
dilakukan berdasarkan berat ringannya pelanggaran, yaitu :
a. sanksi peringatan dikenakan terhadap pelanggaran ringan;
b. sanksi pembekuan izin dikenakan terhadap pelanggaran berat;
c.

sanksi pencabutan izin dikenakan terhadap pelanggaran sangat


berat.

(2) Pelanggaran ringan adalah pelanggaran yang memenuhi kriteria


sebagai berikut :
a. pelanggaran yang bersifat administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3), Pasal 12 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 16
ayat (5), Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 24, Pasal 25 ayat
(3) dan ayat (4), Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal 31, Pasal 33,
Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36 ayat (1) sampai dengan ayat (5),
Pasal 37, Pasal 38 ayat (1) sampai dengan ayat (4), Pasal 39 ayat
(1), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 ayat (4), Pasal 45 ayat
(3), Pasal 46 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 47, Pasal 48,

atau Pasal 74.

b. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 40 yang tidak


berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen
dan/atau hasil dalam bentuk lainnya dari penugasan yang
bersangkutan.
(3) Pelanggaran sangat berat adalah pelanggaran yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3;
b. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 40 yang berpotensi
berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor
independen dan/atau hasil dalam bentuk lainnya dari penugasan
yang bersangkutan;
c.

pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 44 ayat (1) sampai


dengan ayat (3);

d. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 54; atau


e. pelanggaran yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (2) dan/atau Pasal 72.
(4) Pelanggaran sangat berat adalah pelanggaran yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 40 yang berpotensi
berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen
dan/atau hasil dalam bentuk lainnya dari penugasan yang
bersangkutan;
b. pelanggaran yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (3); atau
c.

pelanggaran terhadap Pasal 7 ayat (1) sampai dengan ayat (3),

dan/atau Pasal 32 dan/atau Pasal 73 huruf a.


Pasal 64
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan
ayat (3), Pasal 12 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 31 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 44 ayat (2), Pasal
45 ayat (3), Pasal 46 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 48, Pasal
54, serta Pasal 72 dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 ayat (1) kepada Akuntan Publik.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (5), Pasal 20 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 24, Pasal 25 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 27 ayat
(1) dan (2), Pasal 31 ayat (3), Pasal 36 ayat (1) sampai dengan ayat
(5), Pasal 37, Pasal 38 ayat (1) sampai dengan ayat (4), Pasal 39
ayat (1), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47, Pasal 54, serta Pasal
73 dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1)
kepada KAP dan/atau Cabang KAP.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3, Pasal 40,
Pasal 44 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4), serta Pasal 54 dikenakan
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) kepada
Akuntan Publik dan/atau KAP.
Pasal 65
Pelanggaran. oleh Cabang KAP terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 dan/atau Pasal 44 ayat (1) dan (3) dikenakan
sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 62 ayat (1) kepada KAP yang
bersangkutan.
Pasal 66
(1) Sanksi peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1)
diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu paling lama
48 (empat puluh delapan) bulan terakhir.
(2) Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP yang telah dikenakan
sanksi peringatan sebagaimana, dimaksud pada ayat (1), dikenakan
sanksi pembekuan izin atas pelanggaran ringan berikutnya.

Pasal 67
(1) Sanksi pembekuan izin dikenakan paling tinggi 24 (dua puluh empat)
bulan.
(2) Sanksi pembekuan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat
(1) diberikan paling banyak 2 (dua) kali.
(3) Dalam hal Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang KAP telah
dikenakan sanksi pembekuan izin yang kedua, terhadap
pelanggaran berat berikutnya dikenakan sanksi pencabutan izin.
Pasal 68
(1) Akuntan Publik yang dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan sejak berakhirnya masa pembekuan izin tidak melakukan
pengajuan permohonan persetujuan untuk memberikan jasa
kembali, dikenakan sanksi pencabutan izin.
(2) KAP yang dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
berakhirnya masa pembekuan izin usaha, tidak melakukan
pengajuan permohonan persetujuan untuk memberikan jasa
kembali, dikenakan sanksi pencabutan izin usaha.
(3) Cabang KAP yang dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak berakhimya mass pembekuan izin pembekuan Cabang, tidak
melakukan pengajuan permohonan persetujuan untuk memberikan
jasa kembali, dikenakan sanksi pencabutan izin pembukaan Cabang.
(4) Apabila KAP dan/atau cabang KAP setelah masa pengenaan sanksi
pembekuan izin berakhir akan ditutup, maka pemimpin atau
pemimpin rekan wajib memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3).
Pasal 69
(1) KAP yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan
dengan KAPA atau OAA dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan, dikenakan sanksi pembekuan izin.

(2) Sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikenakan kepada KAP dan Pemimpin, atau
Pemimpin Rekan KAP.
Pasal 70
Izin Cabang KAP :
a. dibekukan apabila izin usaha KAP yang bersangkutan dibekukan;
b. dicabut apabila izin usaha KAP yang bersangkutan dicabut;
c.

dicabut apabila KAP yang bersangkutan menutup kegiatan


usahanya; atau

d. dicabut apabila KAP menutup kegiatan cabang KAP yang


bersangkutan.
Pasal 71
(1) Izin usaha KAP yang berbentuk usaha perseorangan :
a. dibekukan apabila izin Akuntan Publik yang bersangkutan
dibekukan;
b. dicab apabila izin Akuntan Publik yang bersangkutan dicabut;
c.

dicabut apabila Akuntan Publik yang bersangkutan menjalani


penghentian pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8.

(2) KAP yang berbentuk usaha persekutuan dibekukan izin usahanya


apabila izin Akuntan Publik seluruh rekan KAP yang bersangkutan
dibekukan.
(3) Izin Akuntan Publik, Pemimpin, atau Pemimpin rekan KAP dibekukan,
apabila izin usaha KAP dibekukan.

Pasal 72
Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin dilarang :
a. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
b. menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang.
Pasal 73
KAP yang sedang dikenakan sanksi pembekuan izin dilarang :
a. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
b. mengajukan permohonan penutupan KAP.
Pasal 74
Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin :
a. wajib mengikuti PPL paling sedikit berjumlah 30 (tiga puluh) SKP
dalam periode 1 (satu) tahun terakhir sebelum berakhirnya masa
pembekuan izin dengan paling sedikit berjumlah 15 (lima belas) SKP
diantaranya di bidang auditing dan akuntansi dan paling sedikit
berjumlah 4 (empat) SKP berkaitan dengan pembinaan dan
pengawasan Akuntan Publik; dan
b. tidak dibebaskan dari tanggung jawab atas jasa-jasa yang telah
selesai diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 75
(1) Akuntan Publik dapat dikenakan :
a. sanksi peringatan apabila Akuntan Publik yang bersangkutan
mendapat sanksi peringatan keanggotaan dari IAPI;

b. sanksi pembekuan izin apabila Akuntan Publik yang


bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaan dari
IAPI; atau
c.

sanksi pencabutan izin apabila Akuntan Publik yang


bersangkutan mendapat sanksi pemberhentian keanggotaan dari
IAPI.

(2) Akuntan Publik dan/atau KAP dapat dikenakan sanksi peringatan,


pembekuan izin, atau pencabutan izin apabila Akuntan Publik
dan/atau KAP tersebut dikenakan sanksi oleh instansi pemerintah
lainnya.
(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
tidak menghapuskan kewenangan Menteri untuk melakukan
pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan/atau KAP yang
bersangkutan apabila terdapat keberatan dari masyarakat terhadap
sanksi yang dikenakan dan/atau terdapat informasi yang layak untuk
ditindaklanjuti.
Pasal 76
(1) Sanksi Pembekuan dan pencabutan izin Akuntan Publik, KAP atau
Cabang KAP diumumkan kepada masyarakat.
(2) Sanksi peringatan terhadap Akuntan Publik, KAP, atau Cabang KAP
dapat diumumkan kepada masyarakat.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 77
(1) (1) Permohonan izin Akuntan Publik, izin usaha KAP, dan izin Cabang
KAP yang telah diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri
Keuangan ini, namun belum memperoleh izin, wajib diajukan
kembali sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) KAP dan Cabang KAP wajib menyesuaikan komposisi auditor sesuai

ketentuan dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c atau Pasal 22 ayat (1)
huruf c atau pasal 41 huruf b dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
sejak Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan.
(3) KAP wajib menyesuaikan penulisan huruf sesuai ketentuan dalam
Pasal 27 ayat (2) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 78
(1) KAP yang telah memperoleh persetujuan pencantuman nama KAPA
atau OAA bersama-sama nama KAP pada saat berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan ini, dinyatakan telah memperoleh persetujuan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) Akuntan lublik yang telah memperoleh persetujuan pemberhentian
jasa Akuntan Publik untuk sementara waktu, yang masih berlaku
pada saat berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini dinyatakan
telah memperoleh persetujuan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(3) Pengenaan sanksi peringatan dan/atau pembekuan izin terhadap
Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP yang dikenakan
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002
tentang jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003, dinyatakan
tetap berlaku.
Pasal 79
Penyelenggaraan USAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf Keputusan Menteri Keuangan nomor 423/KMK.06/2002 tentang
Jasa Akuntan Publik yang dilaksanakan dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak berlakunya, Peraturan Menteri Keuangan ini dinyatakan sah
dan sertifikat tanda lulusnya memenuhi persyaratan untuk memperoleh
izin Akuntan Publik sesuai ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 80
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini :

a. pemeriksaan terhadap Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP


yang sedang berlangsung tetap dapat diteruskan dan selanjutnya
tunduk kepada ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini;
b. pengenaan sanksi terhadap Akuntan Publik, KAP, dan/atau Cabang
KAP yang didasarkan atas hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor
423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana, telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor
359/KMK.06/2003, tunduk terhadap ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan ini;
c.

Semua sanksi peringatan dan pembekuan yang telah dikenakan


kepada Akuntan Publik, KAP dan/atau Cabang KAP dinyatakan sah
dan berlaku dan untuk selanjutnya tunduk kepada ketentuan Pasal
66 dan Pasal 67 dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 81
(1) Akuntan Publik, Kantor Akuntan Publik dan Cabang Kantor Akuntan
Publik yang telah memiliki izin yang masih berlaku pada saat
berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini dinyatakan telah
memperoleh izin berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini.
(2) Akuntan yang telah memiliki Sertifikat tanda lulus USAP pada saat
Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan, dinyatakan tetap diakui
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini.
(3) Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, semua pihak
dilarang memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pasal 2 apabila tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dikecualikan bagi

pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan yang memberikan jasa


dalam lingkup kewenangannya dan sesaai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 82
(1) Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Februari 2008
MENTERI KEUANGAN,

SRI MULYANI INDRAWATI

Pelaku Pasar Modal


1. Emiten dan perusaan publik (Bab IX) UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995
Pasal 70, pernyataan pendaftaran
Yang dapat melakukan Penawaran Umum hanyalah Emiten yang telah menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada
Bapepam - LK untuk menawarkan atau menjual Efek kepada masyarakat dan Pernyataan Pendaftaran tersebut telah efektif.
Pasal 78, prospektus dan pengumuman
Setiap Prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang Fakta Material atau tidak memuat keterangan yang
benar tentang Fakta Material yang diperlukan agar Prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan.
Pasal 80, tanggung jawab atas informasi yang tidak benar atau menyelesaikan
Jika Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum memuat informasi yang tidak benar tentang Fakta Material atau
tidak memuat informasi tentang Fakta Material sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
sehingga informasi dimaksud menyesatkan, maka :
a. setiap Pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran;
b. direktur dan komisaris Emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif;

c. Penjamin Pelaksana Emisi Efek; dan


d. Profesi Penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya
dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran;
wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud.
2. Pemodal di Pasar Modal yaitu:

Perorangan

Institusi

Domestik

Asing

3. Perusaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan sebagai berikut:

Perantara pedagang efek (broker-dealer) adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan
sendiri atau orang lain.

Penjamin emisi (underwriter) adalah pihak yang membuat kontrak emiten untuk melakukan penawaran umum bagi
kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

Manajer investasi (ivesment manager) adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para
nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusaan asuransi, dana pensiun,
dan bank melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan perundang-udangan yang berlaku.

Penasehat investasi adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian
efekdengnan memperoleh imbalan jasa.

You might also like