You are on page 1of 3

HUKUM INTERNASIONAL

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sekitar hukum internasional

Bangsa Romawi sudah mengenal hukum internasional sejak tahun 89 SM. Dikenal dengan Ius Civile (hukum
sipil) merupakan hukum nasional yang hanya berlaku bagi warga Romawi di mana pun mereka berada dan Ius
Gentium (hukum antarbangsa) adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang Romawi dan orangorang asing.
Hukum internasional yang dibicarakan oleh setiap orang sesungguhnya yang dimaksud adalah Hukum Publik
Internasional
Hukum Internasional merupakan kaidah hukum yang mempunyai kekuatan moral saja, karena tidak dibuat oleh
otoritas yang berdaulat yang secara politik berkedudukan paling tinggi.
Tidak ada otoritas yang memiliki kekuasaan legislatif atau otoritas yang secara tegas berkuasa atas masyarakat
negara-negara. Kaidah-kaidah internasional secara eksklusif bersifat kebiasaan.
Berdasar pendapat-pendapat ada 3 klasifikasi hukum internasional yaitu hukum Tuhan, hukum positif, dan
moralitas positif.
Dalam praktek secara tegas banyak negara yang memperlakukan hukum internasional sebagai kaidah yang
memiliki kekuatan. Misalnya AS dalam konstitusinya menyebut Traktat-traktat adalah hukum negara tertinggi pasal
IV (2)
Hubungan hukum nasional dengan hukum internasional:
Menurut teori monisme merupakan dua aspek hukum yang sama dari suatu sistem hukum umumnya.
Menurut teori hukum dualisme, hukum nasional dengan hukum internasional merupakan dua sistem hukum yang
sama sekali berbeda. Hukum internasional mempunyai karakter yang berbeda, karena melibatkan sejumlah hukum
domestik.
Tujuan hukum internasional ialah mengatur hubungan antarnegara berdasarkan keadilan, perikemanusiaan, dan
kesusilaan, baik masa perang maupun damai.
Dalam kenyataan sekarang ini hukum internasional sering dilanggar oleh beberapa negara. Misalnya
penculikan, penyerangan terhadap kedutaan besar, dan lain-lain. Padahal kritik dari negara-negara lain terhadap
negara yang melanggar hukum internasional cukup dilancarkan dengan keras disertai sanksi-sanksi yang
dilanjutkan dengan pemutusan hubungan diplomatik.
Hukum diplomatik pada hakikatnya merupakan ketentuan hukum yang bersumber dari prinsip-prinsip yang ada
dalam hukum internasional, yang secara khusus dan terinci mengatur proses perhubungan dan pelaksanaan
hubungan diplomatik antarnegara. Biasanya hubungan diplomatik dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama
atau perjanjian bilateral atau multilateral, yang selanjutnya dituangkan dalam ketentuan hukum internasional.
Berdasarkan hukum diplomatik ini, hukum internasional harus dapat diterapkan dalam bidang-bidang berikut ini:
1. Kejahatan perang antarnegara
2. Penjaminan terlaksananya hukum publik internasional dan hukum privat internasional di seluruh dunia
3. Pengembangan hubungan persaudaraan antarbangsa
4. Pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional
5. Penyelesaian perkara-perkara dan persahabatan dalam hukum internasional
Dalam hubungan internasional dikenal beberapa asas sebagai berikut:
1. Pacta sunt servada: setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian
2. Egality right: pihak yang saling mengadakan hubungan itu berkedudukan sama
3. Reciprositas: tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat
negatif maupun positif
4. Courtesy: asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara
5. Rebus sig stantibus: asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar pada keadaan yang
bertalian dengan perjanjian itu

Pengertian hukum internasional


Adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara,
antara negara dengan negara, negara dengan subyek hukum lain bukan negara, atau subyek hukum bukan negara satu
sama lain.
Hukum internasional bertujuan untuk mengatur masalah-masalah bersama yang penting dalam hubungan di antara
subyek-subyek hukum internasional.
Asas Hukum Internasional
1. Asas teritorial, asas berdasarkan kekuasaan negara atas wilayahnya. Negara melaksanakan hukum bagi
semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya.
2. Asas kebangsaan, asas berdasarkan kekuasaan negara untuk warga negaranya. Setiap warga negara di
manapun dia berada, tetap berlaku hukum dari negaranya. Jadi mempunyai kekuatan ekstrateritorial.
3. Asas kepentingan umum, asas berdasarkan wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan
masyarakat. Jadi hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
Sumber-Sumber Hukum Internasional

HUKUM INTERNASIONAL
Sumber hukum material terdiri dari dua aliran
1. Aliran naturalis, yang bersandar pada hak asasi atau hak alamiah yang bersumber dari hukum Tuhan
2. Aliran positivisme, yang mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan bersama dari negaranegara ditambah dengan asas pacta sunt servada.
Sumber hukum formal menurut Piagam Mahkamah Internasional pasal38 ayat 1
1. Perjanjian internasional
2. Kebiasaan internasional
3. Prinsip-prinsip hukum umum
4. Yurisprudensi dan anggapan-anggapan para ahli hukum
Subyek-Subyek Hukum Internasional
1. Negara, yaitu negara yang merdeka, berdaulat dan tidak merupakan bagian dari negara.
2. Tahta suci (Vatikan) ialah Gereja Katolik Roma yang diwakili oleh Paus.
3. Palang Merah Internasional, yang dikuatkan oleh Konvensi Jeneva tentang perlindungan korban perang.
4. Organisasi internasional, berdasarkan Kongres Wina 1815
5. Orang perseorangan, jika dalam tindakan atau kegiatannya memperoleh penilaian positif atau negatifsesuai
kehendak damai keidupan msyarakat dunia
6. Pemberontak dan pihak dalam sengketa, dengan alasan mereka memiliki hak yang sama untuk: 1)
menentukan nasibnya sendiri; 2) memilih sistem ekonomi, politik, sosial sendiri; 3) menguasai sumber
kekayaan alam di wilayah yang didudukinya.
LEMBAGA PERADILAN INTERNASIONAL
Berbeda dengan hukum nasional, kekuatan mengikat hukum internasional sangat bertumpu pada kesepakatan dan
dukungan masyarakat internasional untuk menaati hukum internasional. Bentuk peradilan internasional adalah
Mahkamah Internasional, Mahkamah Pidana Internasional, dan Peradilan Internasional Ad Hoc.
Mahkamah Internasional
Penyelesaian sengketa melalui Mahkamah Internasional termasuk penyelesaian damai melalui peradilan internasional.
MI merupakan salah satu dari 6 organ PBB. Beranggotakan 15 hakim internasional yang dipilih Majelis Umum dan
Dewan Keamanan dan berkedudukan di Den Haag Belanda. Masa jabatan hakim MI 9 tahun. Ketua dan wakil ketua
dipilih untuk masa jabatan 3 tahun dan dapat dipilih kembali.
Tugas MI adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa perselisihan atau sengketa antarnegara anggota PBB yang diserahkan kepada MI
2. Memberi pendapat kepada Majelis Umum tentang penyelesaian sengketa antarnegara anggota PBB
3. Menganjurkan kepada Dewan Keamanan untuk bertindak terhadap salah satu pihak yang tidak menghiraukan
keputusan MI
4. Memberikan nasihat persoalan hukum kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan
Pihak yang berperkara
Pihak yang boleh berperkara dalam MI hanya berlaku bagi negara anggota PBB, akan tetapi sejak 11 April 1949
perseorangan, badan hukum serta organisasi internasional pada umumnya dapat menjadi pihak yang berperkara.
Kewenangan MI ada 2 ialah:
1. Menyelesaikan sengketa antarnegara berdasarkan permohonan
2. Memberikan nasihat, pendapat/pertimbangan yaitu pendapat MI dalam memecahkan masalah hukum yang diajukan
oleh badan yang memohon.
Mahkamah Pidana Internasional
Mahkamah Pidana atau Kriminal Internasional merupakan lembaga permanen yang akan mengadili pelaku pelanggaran
HAM berat seperti genicide, tindakan kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dibentuk berdasarkan
Statuta Roma 17 Juli 1998 dan resmi berdiri 1 Juli 2002 dengan 76 negara yang telah meratifikasi perjanjian Statuta
Roma tersebut. Kewenangannya hanya berlaku bagi negara yang telah meratifikasi tanpa mengurangi kedaulatan
negara untuk memproses secara hukum orang yang diduga melakukan kejahatan.
Peradilan Internasional Ad Hoc
Peradilan Internasional yang dibentuk berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengadili suatu peristiwa
kajahatan kemanusiaan atau perang dalam kurun waktu tertentu yang terjadi di suatu wilayah negara, dan setelah
selesai mengadili peradilan ini dilikuidasi atau dibubarkan. Yang pernah dibentuk International Criminal Tribunal for
Yogoslavia tahun 1993 dan International Criminal Tribunal for Rwanda tahun 1994. PBB pernah didesak untuk membuat
International Criminal Tribunal for East Timor pada tahun 1999.

HUKUM INTERNASIONAL
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
Sebab sengketa internasional perbedaan kepentingan yang bermuara pada kepentingan politik, bisa juga nafsu
berkuasa dan perbedaan ideologi.
Perang hanya menguntungkan dan demi kepentingan pihak yang berkuasa, rakyat sipil yang tidak bersalah sering
menjadi tumbal. Rakyat sipil dan orang-orang ek berdaya, tahanan perang adalah manusia yang mempunyai hak yang
sama maka perang pun harus diatur.
Hukum perang dibuat dengan tujuan agar pihak-pihak yang bertikai memberi perlindungan tas penduduk sipil dan
tawanan perang.
Ada empat jenis sengketa
1. Sengketa posisi, pertentangan lokasi batas biasanya disebabkan oleh perubahan ciri-ciri geografis.
2. Sengketa teritorial,
3. Sengketa sumber daya
4. Sengketa budaya.
Pada umumnya metode-metode penyelesaian sengketa digolongkan dalam 2 kategori:
1. Cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang
bersahabat, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Arbitrasi, yaitu menyerahkan sengketa kepada orang-orang tertentu yang dipilih secara bebas oleh para
pihak, mereka yang memutuskan tanpa terlalu terikat pada pertimbangan-pertimbangan hukum.
b. Penyelesaian yudisial, yaitu penyelesaian melalui pengadilan yudisial internasional dengan
memberlakukan kaidah-kaidah hukum oleh Internasional Court of Justice.
c. Negosiasi, Jasa-jasa baik, Mediasi, Konsolidasi, atau Penyelidikan, adalah metode penyelesaian yang
kurang formal dibanding penyelesaian yudisial atau arbitrasi.
d. Penyelesaian di bawah naungan PBB, dalam kaitan ini tanggung jawab penting beralih ke tangan Majelis
Umum dan Dewan Keamanan, namun kekuasaan lebih luas diserahkan kepada Dewan Keamanan.
2. Cara penyelesaian dengan paksa atau kekerasan:
a. Perang atau tindakan bersenjata non perang
b. Retorsi, teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan tidak pantas atau tidak
patut dari negara lain dengan merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan previlege diplomatik, atau
penarikan diri dari konsesi-konsesi fiskal dan bea
c. Tindakan-tindakan pembalasan, metode yang dipakai untuk mengupayakan ganti rugi dari negara lain
dengan melakukan tindakan yang sifatnya pembalasan.
d. Blokade secara damai, yang tujuannya untuk memaksa negara yang (pelabuhannya) diblokade untuk
menaati permintan ganti rugi.
e. Intervensi, mencampuri persengketaan antara pihak-pihak bertikai dengan cara mendukung salah satu
pihak yang bertikai

You might also like