Professional Documents
Culture Documents
setelah pindah tanam, dan menurunkan kejadian penyakit busuk phytophthora. Tidak terdapat
perbedaan nyata pengaruh rizobakteri yang diaplikasikan secara tunggal maupun kombinasi dua
isolat. Rizobakteri ST116B disarankan untuk digunakan dalam perlakuan benih cabai sebelum tanam.
Kata kunci: metalaksil, penyakit busuk phytophthora, rizobakteri
PENDAHULUAN
Penggunaan benih bermutu rendah dan
terinfeksi penyakit merupakan salah satu
penyebab produktivitas cabai yang rendah di
Indonesia. Phythoptora capsici merupakan
patogen penyebab busuk phytophthora pada
cabai, tomat, ketimun, labu-labuan, dan terong
(Louws et al., 2002). Pengendalian patogen ini
masih sulit karena metode pengendalian masih
terbatas, patogen bersifat terbawa benih dan
juga bersifat tular tanah (Miller et al., 1996;
Roberts et al., 2000; Louws et al., 2002).
Menurut Ilyas (2006), keberadaan patogen
terbawa benih dapat menghambat perkecambahan
dan mengakibatkan epidemi penyakit karena
transmisi patogen dari benih ke tanaman,
sehingga dapat menimbulkan dampak negatif
pada kualitas dan hasil tanaman. Menurut
Wiyono (2011) kehilangan hasil cabai di
daerah dataran tinggi Tegal pada tahun 2010
akibat serangan cendawan P. capsici mencapai
100%. Penyakit busuk phytophthora juga
merupakan penyakit penting di beberapa
negara. Granke et al. (2012) menyebutkan
bahwa patogen ini telah tersebar di beberapa
daerah di Amerika dan dunia. Kehilangan hasil
akibat serangan P. capsici pada tanaman labu
siap panen seluas 32 hektar mencapai 90% di
Michigan.
Infeksi P. capsici pada cabai dapat
terjadi beberapa hari sebelum gejala penyakit
muncul. Patogen dapat menyerang melalui
akar atau tajuk tanaman dengan gejala yang
muncul seperti luka busuk yang secara cepat
berkembang dan menyebabkan bercak berbentuk
korset pada batang, tanaman kemudian layu
dan mati. Patogen yang menginfeksi tanaman
juga dapat menimbulkan luka busuk pada buah
dan daun. Ada kalanya buah dan daun tersebut
akan ditutupi oleh spora cendawan P. capsici
(Hausbeck et al., 2014). Patogen yang telah
menyerang tanaman dapat memproduksi
inokulum lebih banyak yang dapat tersebar ke
bagian tanaman di sekitarnya melalui hujan
atau angin (Louws et al., 2002).
Rizobakteri ST116B
Rizobakteri ST156
Rizobakteri CM8
Kombinasi ST116B + ST156
Kombinasi ST116B + CM8
Kombinasi ST156 + CM8
Kombinasi ST116B + ST156 + CM8
Metalaksil, dijadikan sebagai pembanding
Kontrol
Keterangan:
R1 = jari-jari pertumbuhan patogen tanpa
rizobakteri (kontrol)
R2 = jari-jari pertumbuhan patogen ke arah
rizobakteri (Syamsuddin, 2010).
Percobaan in vitro ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor
yaitu isolat rizobakteri terdiri atas sembilan
taraf: tujuh perlakuan kombinasi isolat
rizobakteri, perlakuan metalaksil, dan kontrol.
Setiap perlakuan diulang lima kali sehingga
terdapat 45 satuan percobaan. Tiga perlakuan
isolat rizobakteri terbaik yang berpotensi
menghambat P. capsici akan digunakan untuk
percobaan selanjutnya.
Percobaan 2. Pengaruh Perlakuan Benih
dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman
dan Mengurangi Persentase Kejadian
Penyakit Busuk Phytophthora di Rumah
Kaca
Gambar 1. Pertumbuhan koloni P. capsici (a), rizobakteri ST116B (b) dan paper disc 0.5 cm yang
telah direndam metalaksil 800 ppm (c) pada media PDA (A); perbedaan daya hambat
beberapa rizobakteri terhadap P. capsici (B)
Gambar 2. Keragaan pertumbuhan hifa P. capsici pada media PDA: tanpa perlakuan (A), digoreskan
rizobakteri kerapatan 109 cfu, disintegrasi sitoplasma P. capsici (B), diletakkan paper disc
0.5 cm yang direndam metalaksil 800 ppm, ujung hifa abnormal (C). Mikroskop perbesaran
40x10.
Tabel 1. Kemampuan isolat rizobakteri menghambat pertumbuhan P. capsici secara in vitro pada 8
hari setelah inkubasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Perlakuan Rizobakteri
ST116B**
ST156
CM8**
ST116B + ST156
ST116B + CM8**
ST156 + CM8
ST116B + ST156 + CM8
Metalaksil
Kontrol
KK
F Hitung
Rata-rata Jari-Jari
Pertumbuhan P. capsici (cm)
3.34
3.50
2.70
3.95
3.02
3.72
3.70
2.55
7.00
-
Rata-rata Zona
Bening (cm)*
0.82 c
0.00 e
1.86 a
0.04 de
1.40 b
0.09 de
0.21 d
1.93 a
20.09
0.0001
Keterangan: *Angka pada kolom yang sama dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Duncan
multiple range test (DMRT) pada taraf = 5%; ** rizobakteri digunakan untuk percobaan selanjutnya.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih dengan rizobakteri terhadap pertambahan jumlah daun pada 2-6
MSP di polibag
Perlakuan Benih
ST116B
CM8
ST116B + CM8
Metalaksil
Kontrol Positif**
Kontrol Negatif**
KK
F Hitung
2 MSP
2.5
2.3
3.2
2.8
2.5
3.1
17.1
0.9359
6 MSP
8.4 a
6.5 a
9.0 a
2.1 b
2.8 b
9.0 a
9.5
0.0001
Keterangan: *Angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Duncan
multiple range test (DMRT) pada taraf = 5%; MSP = minggu setelah pindah tanam; **kontrol positif
(tanpa perlakuan rizobakteri dan tanah diinokulasi P. capsici), kontrol negatif (tanpa perlakuan
rizobakteri dan tanah diinokulasi P. capsici); MSP = minggu setelah pindah tanam.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan benih dengan rizobakteri terhadap pertambahan tinggi tanaman pada 26 MSP di polibag
Perlakuan Benih
ST116B
CM8
ST116B + CM8
Metalaksil
Kontrol Positif**
Kontrol Negatif**
KK
F Hitung
3 MSP
1.03
1.50
1.38
1.35
1.15
3.07
25.84
0.3244
4 MSP
0.59
0.56
0.28
0.56
0.46
1.11
18.73
0.3482
5 MSP
0.14 b
0.23 b
0.11 b
0.79 a
0.22 b
0.92 a
10.7
0.0008
Keterangan: detil idem Tabel 2; data pada tabel sebelum diolah ditransformasi dengan rumus
6 MSP
0.21 bc
0.51 a
0.11 c
0.20 bc
0.17 bc
0.45 ab
10.72
0.0416
.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan rizobakteri pada benih terhadap kejadian penyakit saat 28 hari setelah
infestasi inokulum P. capsici ke tanah
Perlakuan Rizobakteri
ST116B
CM8
CM8 + ST116B
Metalaksil
Kontrol Positif*
Kontrol Negatif*
KK
F Hitung
14 HSI
3
0
3
0
3
0
244.9
0.7013
28 HSI
3 bc
7 abc
3 bc
10 ab
17 a
0c
74.9
0.0420
Keterangan: detil idem Tabel 2; data pada tabel sebelum diolah ditransformasi dengan rumus arcsin
= hari setelah infestasi.
; HSI
Gambar 3. Gejala serangan pada tanaman cabai: perubahan warna pangkal batang dari hijau
menjadi coklat (A, B, C)
Gambar 3 menunjukkan gejala serangan
pada batang bagian bawah yang mengalami
perubahan warna dari hijau menjadi coklat,
tanaman tersebut kemudian menjadi layu dan
mati. Menurut Ibrahim et al. (2014) gejala
serangan P. capsici berupa pangkal batang
yang mengalami perubahan warna dari hijau
menjadi coklat kemudian seluruh bagian daun
layu, tanaman mengering dan selanjutnya
tanaman mati.
KESIMPULAN
Semua perlakuan rizobakteri baik yang
dikombinasikan maupun yang tunggal secara
in vitro mampu menghambat pertumbuhan
patogen P. capsici. Persentase daya hambat
tertinggi berturut-turut ditunjukkan oleh isolat
rizobakteri CM8, kombinasi isolat rizobakteri
ST116B + CM8 dan isolat rizobakteri
ST116B. Ketiga perlakuan benih dengan
rizobakteri tersebut nyata meningkatkan
pertambahan jumlah daun, dan menurunkan
kejadian penyakit busuk phytophthora pada
tanaman cabai. Tidak terdapat perbedaan nyata
pengaruh rizobakteri yang diaplikasikan secara
tunggal maupun kombinasi kedua rizobakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, J., J.S. Baharsjah. 2010. Dasar
Dasar Fisiologi Tanaman SITC. Jakarta.
Diby, P., K.A. Saju, P.J. Jisha, Y.R. Sarma, A.
Kumar, M. Anandaraj. 2005. Mycolytic
enzymes produced by Pseudomonas
fluoroscens and Trichoderma spp.
against Phytophthora capsici, the foot
rot pathogen of black pepper (Piper
10