You are on page 1of 16

KASUS

Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak
pertamanya berusia 7tahun dan anak keduanya berusia 4tahun. Anak
kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu selly mengeluh sekujur
tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir
berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang.
Saat dipaksa memakan makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan
merasakan mual pada perutnya. Selly juga mengalami diare. Menurut
pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang
lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan
rumahnya kurang mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly
hanya sakit flu biasa dan gejala asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak
kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik. Hasil pemeriksaan
diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40
x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5 o C. Dokter pun menyarankan agar
Selly rawat inap di RS untuk ditangani lebih lanjut.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Berikut ini hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
1. Indentitas klien
Nama

: Selly

Umur

: 4 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

2. Riwayat keperawatan
a.

Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak kunjung sembuh,
demam, menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir
berwarna kehijauan, susah bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit
pernapasan, dan diare.
b.

Riwayat kesehatan masa lalu


Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh.

3. Koping keluarga
Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif.
4. Riwayat tumbuh kembang
a.
b.

BB lahir abnormal
Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang

pernah mengalami trauma saat sakit


c.

Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal

d.

Sakit kehamilan tidak keluar mekonium

5. Riwayat social
Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan
lingkungan sekitar dan aktif bermain dengan teman sebayanya.
6. Pemeriksaan fisik

Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak


dengan lendir berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan
berkurang, mual, diare

Faktor

perkembangan:

sesuai

dengan

masa

pertumbuhan

dan

perkembangannya

Pengetahuan

pasien/keluarga:

belum

begitu

mengetahui

tentang

penyakit pernafasan serta tindakan yang akan dilakukan.


B. DIAGNOSA

Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.

Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme

Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada


perut dan diare

Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi

C. TUJUAN DAN INTERVENSI


Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Tujuan keperawatan:

Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali


normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:

Berikan

posisi

yang

nyaman

sekaligus

dapat

mengeluarkan

sekret dengan
mudah.
Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis
serta
menyerap keringat.
Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
Observasi

tanda

vital,

adanya

cyanosis,

serta

pola,

kedalaman

dalam
pernafasan.
Diagnosa: Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
NOC : Thermoregulation
Criteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan respirasi dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC : Fever treatment
o Monitor suhu sesering mungkin
o Monitor warna kulit
o Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
o Monitor penurunan tingkat kesadaran
o Monitor intake dan ouput
o Berikan antipiretik
o Berikan pengobatan untik mengatasi penyebab demam
o Selimuti pasien
o Jika benar benar diperlukan, berikan kolaborasi cairan intravena

o Kompres pasien
o Tingkatkan sirkulasi udara
o Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
mual pada perut dan diare
NOC :
Menunjukkan berat badan yang meningkat
Status nutrisi klien baik
Nafsu makan klien meningkat dan tidak terjadi muntah
NIC :
Memonitor nutrisi
Melaporkan keadekuatan tingkat energi anak
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Manajemen nutrisi :
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
Yakinkan diet yang dimakan oleh anak mengandung tinggi serat guna
mencegah konstipasi
Perhatikan makanan menyeleksi makanan
Monitor mual dan muntah
Monitor turgot kulit
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosa: Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang
informasi
NOC:
Klien mengetahui informasi tentang penyakit yang sedang diderita
NIC:
1. Berikan informasi tentang pengertian penyakit ISPA
2. Berikan informasi tentang penyebab terjadinya penyakit
3. Jelaskan tentang tanda dan gejala penyakit
4. Jelaskan tentang cara penanganan dan pencegahan penyakit

D. IMPLEMENTASI
Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Implementasi keperawatan:
Membantu dalam memberikan posisi yang nyaman sekaligus dapat
mengeluarkan sekret dengan mudah.
Menciptakn dan pertahankan jalan nafas yang bebas.

Menganjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih


longgar, tipis serta menyerap keringat.

Membantu dalam pemberian O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi


dokter.

Membantu dalam pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter


(bronchodilator).

Mengobservasi

tanda

vital,

adanya

cyanosis,

serta

pola,

kedalaman dalam
pernafasan.
Diagnosa: Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
Implementasi:
Memonitor suhu sesering mungkin
Memonitor warna kulit
Memonitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Memonitor penurunan tingkat kesadaran
Memonitor intake dan ouput
Membantu dalam pemberian antipiretik
Membantu dalam pemberian pengobatan untik mengatasi penyebab
demam
Jika benar benar diperlukan, membantu dalam pemberian kolaborasi
cairan intravena
Membantu dalam mengompres pasien
Meningkatkan sirkulasi udara

Memberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Diagnosa: Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d


mual pada perut dan diare
Implementasi keperawatan:
Memonitor nutrisi
Melaporkan keadekuatan tingkat energi anak
Manajemen nutrisi :
Mengkaji adanya alergi makanan
Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
Meyakinkan klien bahwa diet yang dimakan oleh anak mengandung tinggi
serat guna mencegah konstipasi
Memperhatikan makanan dan menyeleksi makanan
Memonitor mual dan muntah
Memonitor turgot kulit
Memonitor pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosa: Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang
informasi
Implementasi keperawatan:
Memberikan informasi tentang pengertian penyakit ISPA
Memberikan informasi tentang penyebab terjadinya penyakit
Menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit
Menjelaskan tentang cara penanganan dan pencegahan penyakit
E. EVALUASI
o Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
Pola napas klien kembali efektif.
o Hipertermi b.d. invasi mikroorganisme
Dari hasil monitoring, suhu tubuh klien kembali normal, yaitu 37oC

o Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual pada


perut dan diare
Risiko ketidakseimbangan nutrisi teratasi, nutrisi klien terpenuhi dan
seimbang antara output dan input
o Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
Klien mengetahui informasi tentang ISPA dan penyakit yang sedang
diderita
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih
bahasa oleh
Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II
book 1.
USA: CV. Mosby-Year book. Inc
Yu.

H.Y.

Victor

& Hans

E.

Monintja.

(1997).

Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Beberapa

Masalah

ASKEP ISPA
Asuhan Keperawatan (ASKEP) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
1. PENGERTIAN ISPA

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran
pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ
disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng, bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita pneumoni
yang dapat berujung pada kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah,
asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
2. JENIS JENIS ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.

ukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat.

3. TANDA TANDA BAHAYA ISPA


Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih
berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar
tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis ISPA
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris ISPA
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada
anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran
menurun, stridor, Wheezing
4. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia
dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan
penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
A. Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :


Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
B. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
PENGKAJIAN :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Umur :

Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Tanggal MRS :
Pengkajian :
Penanggung jawab :
Regester :
Diagnosa masuk :
Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan
2. Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri
otot dan
Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut
5. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :
1. Pengkajian tanda tanda vital dan kesadaran klien
2. Inspeksi :
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,
tachypnea, dan hiperventilasi
3. Palpasi

Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
4. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
5. Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
IV. PEMERIKSAASN PENUNJANG
Tanggal :
HB :
LED :
Hematokrit :
Trombosit :
MCV :
MCH :
MCHC :
Diff Count :
Urien PH :
Ureum :
Kreatinin :
SGOT :
SGPT :
Na :
Kalium :
Cl :
AGD :
PCO2 :
Radiologi :
ECG :
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
I. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37, 5 C
INTERVENSI
1.Observasi tanda tanda vital
2.Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala /
axial.

3.Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
4.Atur sirkulasi udara.
5.Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 2500 ml/hr.
6.Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.
7.Kolaborasi dengan dokter :
Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
antipiretika
RASIONALISASI
1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas
dengan bahan perantara .
3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
keringat.
4.Penyedian udara bersih.
5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.
7.Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas
II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
Tujuan : * klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
INTERVENSI
1.Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
2.Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
3.Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan
ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.

4.Tingkatkan tirai baring.


5.Kolaborasi
Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
RASIONALI
1.Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
2.Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
3.Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.
4.Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
5.Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
III. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
INTERVENSI
1.Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 10), factor memperburuk atau
meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
2.Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.
Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
3.Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
4.Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Steroid oral, iv, & inhalasi
analgesik
RASIONAL
1.Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi
yang diberikan.

2.Mengurangi bertambah beratnya penyakit.


3.Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
4.Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran
histamine dalam inflamadi pernapasan.
5. Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

IV. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)
Tujuan : * tidak terjadi penularan
* tidak terjadi komplikasi
INTERVENSI
1.Batasi pengunjung sesuai indikasi
2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat
sampah
4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi
tubuh menurun / asupan makanan berkurang
5.Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur
RASIONAL
1.Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.
2.Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
3.Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
5.Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas
/ atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi

You might also like