Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII B (II)
LAPORAN PENDAHULUAN
CIDERA OTAK BERAT (COB)
A. PENGERTIAN
Cedera kepala adalah: Kerusakan neurologik yang di
akibatkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang
menembus
atau
merobek
suatu
jaringan
otak,
oleh
jika
GCS
3-8,
jam
bahkan
sampai
berhari-hari.
Resiko
utama
akibat
sebagai
perdarahan
respon
terhadap
peningkatan TIK
B. KLASIFIKASI
1. Cidera otak primer
atau
cedera
Adalah
pembengkakan
dan
kelainan
otak
menyebabkan
patologi
otak
f. Hemiparase
g. Kejang
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT
Scan:
adanya
tanpa/dengan
hemoragik,
kontras)
menentukan
mengidentifikasi
ukuran
ventrikuler,
seperti
pergeseran
jaringan
otak
akibat
mendeteksi
(fraktur),
perubahan
perubahan
struktur
struktur
garis
tulang
(perdarahan
(oksigenasi)
jika
terjadi
peningkatan
tekanan intrakranial.
5. Elektrolit:
elektrolit
untuk
sebagai
intrakranial.
mengkoreksi
akibat
keseimbangan
peningkatan
tekanan
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pada semua pasien dengan cedera kepala, lakukan foto
tulang belakang cervikal (Proyeksi antara posturior,
lateral, dan adontoid), cural cervikal baru dilepas
setelah depastikan tulang cervikal C1-C7 normal.
b. Pasang jalur IV dengan larutan calin normal (NaCl
0,9%), RL cairan isotonis lebih efektif dari pada
Hipotonis karena tidak menambah edema cerebri.
c. Pasien koma (6<5<8) dengan tanda-tanda herniasi,
lakukan :
1. Elevansi kepala
2. Hiper Ventilasi : Intubasi mandatonik intermitan
dengan kecepatan 16-20 kali/menit dengan volume
tidal 10-12 RL/Kg. Atur tekanan CO2 sampai 28-32
mmHg.
3. Berikan manitol 20% intiavena dalam 20-30 menit.
Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam, kemudian
sebesar
dosis
semula
setiap
jam
sampai
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Primer
1. Air way : gangguan jalan nafas (sekret)
2. Breathing :
pernafasan cepat
sesak nafas
nafas > 24 X /menit
ronchi
retraksi dinding dada
3. Circulation : -sianosis
hipotensi TD < 100/80 mmHg
bradikardi N < 60 X/m enit
4. Disability :
Penurunan kesadaran GCS < 9
pupil anisokor
gelisah
perubahan sensorik, motorik, dan emosi
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3
hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik.
Hasil
pemeriksaan
dinyatakan
dalam
derajat
(score)
sering
masih
jelas,
namun
tidak
dalam
satu
kaku
diatas
dada
&
kaki
extensi
saat
di
sisi
tubuh,
dengan
jari
mengepal
&
pemeriksaan
tingkat
kesadaran
berdasarkan
tertinggi
nilai-nilai
adalah
15
dijumlahkan.
yaitu
E4V5M6
Nilai
dan
GCS
terendah
penghentian
hematoma);
edema
aliran
cerebral;
darah
(hemoragi,
penurunan
TD
kerusakan
neurovaskuler
(cedera
pada
pusat
berhubungan
dengan
perfusi
dengan
penghentian
hematoma);
jaringan
serebral
berhubungan
darah
(hemoragi,
aliran
edema
cerebral;
penurunan
TD
tingkat
kesadaran
biasa/perbaikan,
vital
stabil
dan
tidak
ada
tanda-tanda
peningkatan TIK
INTERVENSI
1. Tentukan faktor-
RASIONAL
1. Penurunan tanda/gejala neurologis
faktor yg
menyebabkan
koma/penurunan
perfusi jaringan
perawatan intensif.
neurologis secara
teratur dan
bandingkan dengan
kerusakan SSP.
3. Evaluasi keadaan
pupil, ukuran,
terhadap cahaya.
4. Pantau tanda-tanda
frekuensi nafas,
suhu.
mukosa.
6. Turunkan stimulasi
eksternal dan
berikan kenyamanan,
seperti lingkungan
yang tenang.
sesuai indikasi/yang
dapat ditoleransi.
meningkatkan TIK.
9. Batasi pemberian
cairan sesuai
indikasi.
misal: diuretik,
steroid,
antikonvulsan,
analgetik, sedatif,
antipiretik.
dengan
kerusakan
neurovaskuler
(cedera
pada
pusat
INTERVENSI
1. Pantau frekuensi,
RASIONAL
1. Perubahan dapat menandakan
irama, kedalaman
pernapasan. Catat
menandakan lokasi/luasnya
ketidakteraturan
pernapasan.
tempat tidur
sesuai aturannya,
posisi miirng
napas.
sesuai indikasi.
4. Anjurkan pasien
4. Mencegah/menurunkan atelektasis.
untuk melakukan
napas dalam yang
efektif bila
pasien sadar.
5. Lakukan
penghisapan dengan
ekstra hati-hati,
jangan lebih dari
10-15 detik. Catat
karakter, warna
dan kekeruhan dari
sekret.
6. Auskultasi suara
napas, perhatikan
daerah
hipoventilasi dan
adanya suara
tambahan yang
tidak normal
infeksi paru.
misal: ronkhi,
wheezing, krekel.
9. Berikan oksigen.
Lakukan
fisioterapi dada
jika ada indikasi.
menurunkan resiko
atelektasis/komplikasi paru
lainnya.
3)
4) Resiko
tinggi
jaringan
terhadap
trauma,
Penurunan
infeksi
kulit
kerja
silia,
berhubungan
rusak,
prosedur
stasis
Kekurangan
nutrisi.
Respon
(penggunaan
steroid).
Perubahan
invasif.
cairan
inflamasi
dengan
tubuh.
tertekan
integritas
sistem
normotermia,
bebas
tanda-tanda
infeksi.
Kriteria evaluasi:
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
INTERVENSI
1. Berikan perawatan
aseptik dan antiseptik,
pertahankan tehnik cuci
tangan yang baik.
2. Observasi daerah kulit
yang mengalami
kerusakan, daerah yang
terpasang alat invasi,
catat karakteristik
dari drainase dan
adanya inflamasi.
3. Pantau suhu tubuh
secara teratur, catat
adanya demam,
menggigil, diaforesis
dan perubahan fungsi
mental (penurunan
kesadaran).
4. Anjurkan untuk
RASIONAL
1. Cara pertama untuk menghindari
terjadinya infeksi nosokomial.
3. Dapat mengindikasikan
perkembangan sepsis yang
selanjutnya memerlukan
evaluasi atau tindakan dengan
segera.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
dan
Suddart.
2005.
Keperawatan
Medikal
Bedah.
Jakarta.:EGC.
Doengues.E
Marylin.
2004.
Rencana
Asuhan
Keperawatan
Edisi 3. Jakarta:EGC.
Mansjoer. Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Ausculapius.
Price
dan
Wilson.
2007.
Patofisiologi.
Jakarta.
EGC.