Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Disusun oleh:
Izzatul Mudzakirah C11111801
Mutiah Muftihaturrahmah C11111143
Krisnawati Ponggalunggu C11111264
Ririn Earesfin Sari C11111279
Rani Citra Pertiwi C11111179
Qomariah C11111354
Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.Ok
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
I.
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini
disebabkan karena masih banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal
dan memahami peraturan K3 yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.Dengan
demikian perlu adanya upaya pengendalian, pembinaan, penyuluhan dan pelatihan
tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat dicapai kondisi dan
lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam modul ini
diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3
di bidang konstruksi.1
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan
konstruksi. Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari
jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di
Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko
terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian,
perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor
konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya
mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar
1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.
Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan
yang tidak memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini
tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan
metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3
yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.1,2
II.
TUJUAN
1. TujuanUmum
Untuk mengetahui tentang aspek K3 pada proyek konstruksi bangunan di
Makassar.
2. TujuanKhusus
III.LANDASAN TEORI
A. Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan
Pekerjaan kontruksi bangunan merupakan pekerjaan yang mengandung
potensi bahaya, sehingga dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepad
pekerja diperlukan syarat-syarat keslamatan dan kesehatan kerja yang sangat
tinggi. Tahapan dalam konstruksi bangunan berhubungan dengan seluruh tahapan
yang dilakukan di tempat kerja. Diantara tahapan yang ada yakitu pekerjaan
penggalian,
pekerjaan
pondasi,
pekerjaan
beton,
pekerjaan
baja,
dan
pembongkaran.1
1. Pembongkaran.
Bahaya yang di timbulkan dari pembongkaran bangunan adalah pekerja
dapat tertimpa atau runtuhnya bangunan, terperosok dari ketinggian
tertentu dari permukaan tanah.
2. Penggalian.
Penyebab kecelakaan yang timbul dari pekerjaan penggalian antara lain,
pekerjan yang disa tertimbun dan terkubur di dalamnya akibat runtuhnya
dinding galian, pekerja tertimpa dan luka akibat terjatuhnya material di
dalam galian, kondisi tidak aman baik di dalam maupun diluar galian
akibat licinnya galian.
3. Pondasi.
Pekerjaan pondasi merupakan suatu kegiatan pemasangan struktur bawah
bangunan yang dapat digunakan untuk menahan beban bangunan.
4. Pekerjaan Beton.
Pada saat proses pengecoran berlangsung pada umumnya pekerja selalu
pada posisi tetinggian tertentu yang dapat berakibat pekerja terjatuh,
material pencampur yang tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan
terhirup oleh pernapasan pekerja.
5. Pekerjaan Baja.
Bahaya yang timbul dari pekerjan pemasangan baja pekerja dapat jatuh
dari ketinggian tertentu dari permukaan tanah, terperosok, tertimpa
material bangunan.
B. Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi
a. Undang-undangDasar 1945
b. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga
kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai
dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU
13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal
dalam perlindungan pekerjayaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga
kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.1
c. Peraturan Menteri TenagaKerja No 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi
Bangunan
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur
melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum
diuji bebas gas
Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan
material kedalam galian
Menggunakan
pelindung
kepala
dan
kaki
saat
penggalian
berlangsung
b. Pekerjaan Pondasi
Persyaratan Umum:
Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali
atau rantai penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat
jaringan listrik
Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya
c. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
Peraturan umum
c. Plambing/Pemipaan
a. Fungsi instalansi plambing:
penyediaan air bersih
membuang air kotor
b. Jenis-jenisplambing
instalansi plambing air bersih
Instalansi plambing air kotor
Instalansi plambing air hujan
c. Pemeriksaan dan pengujian
Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur,
tangki, hydrostos, alat-alat perlengkapan dan pengaman
d. Pengesahan
Sebelum
instalansi
plambing
dipakai,
pemilik
mengajukan
Pembongkaran
Penggalian
Pondasi
Plesteran
Pemasangan
instalasi listrik
dan air
IV.
Pekerjaan
Beton
Pekerjaan
Baja
Pengecatan
b. Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list.
Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan intra
pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja. 5
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah
kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum
V. JADWAL SURVEY
Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 27-1 Juni 2016 )
27 Juni 2016
28 Juni 2016
29 Juni 2016
VI.
HASIL PEMBAHASAN
1. Hazard LingkunganKerja
a) FaktorFisik:
Hazard fisik kebisingan disebabkan oleh mesin gurinda, las,
excavator, dan mesin bor. Dari hasil survey yang didapatkan masih
terdapat kebisingan di tempat konstruksi bangunan yang berasal dari
mesin gurinda, las, dan mesin bor.
b) Faktorkimia
Hazard Kimia dipengaruhi oleh beberapa jenis seperti bahan kimia
cair, padat, dan gas. Yang termasuk bahan cair adalah cat dan pelarut
cat.Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja kostruksi bangunan
menggunakan tidak menggunakan sarung tangan untuk mencampur
bahan bangunan dan mengecat bangunan sehingga dampak untuk
terkena hazard menjadi bertambah. Begitu pun pada bahan kimia
padat seperti semen, besi, triplek, dan kapur, pekerja juga tidak
menggunakan sarung tangan dan masker sehinggadebu yang berasal
dari bahan-bahan tersebut bisa menyebabkan terkena hazard. Pajanan
hazard kimia semakin meningkat karena walaupun pekerja diwajibkan
memakai alat pelindung diri saat bekerja, sebagian dari mereka tidak
menggunakannya secara maksimal.
c) Faktorbiologis
Hazard biologi penyebabnya adalah bakteri dan virus yang berasal
dari sampah, genangan air yang berasal dari sampah makanan pekerja.
Dan jamur berasal dari lantai dan dinding yang selalu basah dan
lembab. Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja konstruksi masih
rentan untuk terkena infeksi bakteri dan virus karena masih terdapat
genangan air dan sampah di beberapa lokasi sekitar daerah konstruksi.
d) Faktorergonomis
Hazard ergonomi dipengaruhi oleh posisi tubuh saat bekerja, cara
bekerja. Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja konstruksi rawan
terhadap hazard ergonomi akibat posisi yang selalu berdiri dan duduk
dalam waktu lama dan berulang-ulang saat bekerja. Pekerja konstruksi
seringkali berdiri dalam waktu lama saat pecampuran bahan,
pemasangan pondasi, plesteran, pengecatan, pemasangan instalasi
listrik
dan
lain-lain.
Dari
cara
bekerja
pula,
hasil
survey
e) Faktorpsikososial
Hazard psikososial dipengaruhi oleh jadwal bekerja pada pekerja
konstruksi, hubungan antara sesama petugas, atasan dan bawahan,
beban kerja dan gaji yang dibayar. Semua hal yang terdapat dalam
hazard psikososial ini berkaitan dengan emosional pekerja konstruksi,
sehingga harus diperhatikan agar tercipta keadaan aman dalam
bekerja. Dari hasil survey didapatkan bahwa pekerja konstruksi
terhindar dari hazard psikososial karena masing-masing pekerja
konstruksimemiliki jam kerja mulai pukul 08.00-16.00 WITA dengan
waktu istirahat 1,5 jam (pukul 11.30-13.00 WITA). Dari segi
hubungan antara pekerja, pihak atasan dan pihak bawahan dikatakan
baik dan tidak mengganggu pekerjaan pekerja, beban kerja yang
dilakukan dikatakan agak berat karena proyekpembangunantersebut
merupakan proyek konstruksi tergolong besar. Pekerjaan yang harus
dilakukan yaitu dari proses penggalian, pondasi, pekerjaan baja,
pekerjaan beton, plesteran, pengecatan dan pemasangan listrik dan air.
Berdasarkan gaji yang diterima dikatakan sudah sesuai untuk
mencukupi kebutuhan masing-masing pekerja.
4.1.
4.2.
hasil
survey
didapatkan
pekerja
konstruksi
belum
semua jenis alat pelidung diri yang disediakan, sebagian besar pekerja
hanya menggunakan sepatu boat dan google. Hal ini menunjukkan bahwa
pihak perusahaan masih perlu menyediakan alat pelindung dan
memberikan pengarahan tentang penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai demi keselamatan pekerja dan mewajibkan pekerja konstruksi
memakai alat pelindung diri.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
mempunyai keluhan kesehatan atau sakit pasti akan mengajukan izin baik
secara tertulis seperti surat sakit atau surat cuti maupaun secara lisan.
Keluhan yang paling sering adalah muskuloskeletal disorder seperti nyeri
pada punggung dan otot-otot disebabkan oleh lamanya berdiri dan
beratnya pekerjaan yang dilakukan seperti mengangkut bahan-bahan
konstruksi. Keluhan atau penyakit mata akibat paparan debu, sinar
matahari, ataupun terkena serbuk gurinda yang disebabkan karena
kelalaian pekerja yang seringkali lupa memakai alat pelindung diri seperti
google. Selain itu gejala lainnya yang sering dikeluhkan oleh pekerja
konstruksi ini yaitu masalah gangguan sistem pernapasan seperti sesak
napas akibat paparan gas dan debu konstruksi.
4.7.
Upaya K3 terhadap K3
Dari hasil survey didapatkan bahwa upaya K3 yang dilakukan di
lokasi konstruksi berupa penyediaan alat pelindung diri untuk para
pekerja, namun pengadaan pelatihan ataupun penyuluhan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja belum pernah diberikan kepada pada
pekerja ini sehingga kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri
juga sangat minim. Upaya lainnya adalah pengukuran atau pemantauan
hazard yang dilakukan secara berkala.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
A. Hazard lingkungan kerja
1)
2)
3)
4)
5)
Hazard psikososial.
C.
H.
5.2.
Saran
Berdasarkan
survey
yang
telah
dilakukan
masih
banyak
DAFTAR PUSTAKA
1. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep. 174/MEN/1986 - 104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
2. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384/KPTS/M/2004
Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Kegiatan Konstruksi Bendungan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No. Kep. 174/MEN/1986 - 104/KPTS/1986 : Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
5. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
6. International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sarana untuk Produktivitas. Jakarta: International Labour Office.
7. Keppres RI No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja.