You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN
PENURUNAN TITIK BEKU

Sukma Hudhori
KA02
1513058
Email :sukmahudhori@gmail.com
Sekolah Tinggi Manajemen Industri
(STMI Jakarta)
Jl. Letjen Suprapto 26 Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih. Jakarta Pusat,
DKI Jakarta.

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Melarutkan suatu zat terlarut kedalam suatu cairan lalu mendinginkannya hingga
membeku dan mengukur temperaturnya saat membeku.

II.

TEORI
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya [1]. Sifat
koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit[1].
Supercooling, sebuah kondisi yang memungkinkan cairan tak membeku meski di
bawah titik beku normal mereka, masih membuat para ilmuwan penasaran.
Salah satu contoh fenomena tersebut bisa kita jumpai setiap hari dalam meteorologi,
yaitu awan tinggi sebenarnya merupakan akumulasi tetesan air dalam kondisi
superdingin di bawah titik bekunya.Cairan super dingin terperangkap dalam sebuah
kondisi metastable meski berada di bawah titik bekunya. Itu hanya bisa terjadi pada
cairan yang tak mengandung benih kristal yang dapat memicu kristalisasi. Awan pada
lapisan atmosfer tinggi adalah contoh terbaik: mengandung butiran air, tapi ketiadaan
benih kristal membuat air tidak membentuk es meski berada dalam temperatur
rendah.
Supercooling pertama kali ditemukan oleh Fahrenheit pada 1724, tapi hingga kini
fenomena itu masih menjadi topik diskusi hangat.Lebih dari 60 tahun terakhir para
ilmuwan berspekulasi bahwa supercooling berkaitan dengan struktur internal cairan
yang tidak sesuai dengan kristalisasi.Dalam kehidupan sehari-hari, umumnya terdapat
ketidakmurnian kristalin yang bersinggungan dengan cairan yang akan memicu
proses kristalisasi, dan akhirnya pembekuan. Pengendalian perilaku solidifikasi amat
penting untuk berbagai aplikasi, semisal proses teknologi pencetakan sampai
pertumbuhan semikonduktor nanostruktur.
Air murni pada suhu 00C, dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita
tambahkan gula kedalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama
dengan 00C, melainkan akan turun dibawah 00C, inilah yang dimaksud sebagai
penurunan titik beku.

Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murninya. Sebagai contoh larutan garam dalam air akan memiliki titik beku
yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol
dalam alcohol akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan
pelarut murninya yaitu alcohol.
Contoh, air murni pada suhu 00C.Pada suhu ini air berada pada kesetimbangan
antara fasa cair dan fasa padat. Artinya kecepatan air berubah wujud daric air ke padat
atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa cair dan fasa padat kondisi
ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain tingkat energy kedua
fasa adalah sama.
Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh temperature, jadi pada suhu tertentu
potensial kimia fasa padat dan fasa cair akan lebih rendah daripada yang lain, fasa
yang memiliki potensial kimia yang lebih rendah secara energy lebih disukai,
misalnya pada suhu 20C fasa cair memiliki potensial kimia yang lebih rendah
sehingga pada suhu ini air cenderung berada pada fasa padat.
Apabila ke dalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita
turunkan sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka
perlahan-lahan sebagian larutan akan berubah menjadi fasa padat hingga pada suhu
tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara keseluruhan. Pada umumnya zat
terlarut lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan fasa padat, akibatnya pada saat
proses pendinginan berlangsung larutan akan mempertahankan fasanya dalam
keadaan cair, sebab secara energy larutan lebih suka berada pada fasa cair
dibandingkan dengan fasa padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelaur dalam
fasa cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potensial kimia pelarut dalam fasa pada
tidak terpengaruh.
Maka akan lebih banyak energy yang diperlukan untuk mengubah larutan menjadi
fasa padat karena titik beuknya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murninya. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan menurunkan titik beku
larutannya. Rumus untuk mencari penurunan titik beku larutan adalah sebagai berikut
:
Tf = m.Kf

Keterangan :
-

Delta Tf = penurunan titik beku.


m = molalitas larutan.
Kf = tetapan konstan titik beku larutan.

M = 1000 x Kf x g/G x Tf
Dimana :
- Kf = konstanta titik beku
- M = BM zat terlarut.
- g = berat zat terlarut.
- G = Berat pelarut.
- Tf = penurunan titik beku
Kf = R x Tf2/1000 x If
Dimana :
-

If = kalor lelehan dalam gram zat pelarut.


R = konstanta gas dalam satuan kalori.
Adapun hokum yang berkaitan dengan penurunan titik beku ini yaitu Hukum

Raoult.Hukum Raoult yaitu tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap
pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkadung dalam larutan tersebut. Rumus
hokum Raoult sebagai berikut :

Kemudian ada Hukum Hess, yaitu sebuah hukum dalam kimia fisik untuk
ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi

perubahan entalpi dari

hukum kekekalan

keadaan H).
Menurut hukum

Hess,

energi (dinyatakan

karena entalpi adalah fungsi

sebagai fungsi

keadaan, perubahan

entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang
digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal
dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun
tidak dapat diukur secara langsung.Caranya adalah dengan melakukan operasi
aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan
semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan
reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus
dikali (dibagi).Jika persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik
pula (yaitu menjadi -H).
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai H juga dapat diketahui
dengan

pengurangan entalpi

pembentukan produk-produk

dikurangi

entalpi

pembentukan reaktan. Secara matematis


.
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum

.
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi keseluruhan dari suatu proses
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan tidak tergantung kepada
rute atau langkah-langkah diantaranya. Dengan mengetahui Hf (perubahan entalpi
pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat diramalkan perubahan entalpi reaksi
apapun, dengan rumus
H=HfP-H fR

Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan dari perubahan


entalpi pembakaran reaktan dan produk, dengan rumus
H=-HcP+HcR

III.

ALAT DAN BAHAN


a) Alat-alat :
1. Tabung reaksi.
2. Batang pengaduk.
3. Tutup tabung karet.
4. Beaker glass.
5. Thermometer.
b) Bahan bahan :
1. Aquadest.
2. Sample.
3. Es batu.
4. Garam dapur.

IV.

PROSEDUR KERJA
1.
2.
3.
4.
5.

V.

Masukkan sedikit sampel ke dalam tabung reaksi.


Tutup dengan tutup karet yang telah diberi termometer.
Letakkan tabung di dalam beaker glass berisi es batu dan garam.
Amati hingga larutan tepat membeku.
Catat temperature saat membeku.

DATA PENGAMATAN
Dalam percobaan ini terdapat 2 sampel yang berbeda, yaitu sampel A dan sampel B.
Kedua sampel tersebut dilakukan percobaan bersama sama.
SAMPEL A
-20C

VI.

SAMPEL B
-30C

PEMBAHASAN
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut
dan zat pelarut.Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka
penurunan titik bekunya semakin tinggi pula.Hal ini dikarenakan konsentrasi
molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan
konsentrasinya.

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan pengaruh adanya zat terlarut dalam
sebuah pelarut yaitu dengan cara membandingkan suhu pembekuan antara titik beku
pelarut dan larutan. Penentuan titik beku ditandai oleh penampilan fisik suatu larutan
berubah bentuk menjadi padat (es).
Pembekuan dilakukan dengan cara merendam larutan di dalam es batu yang telah
dicampurkan garam dapur. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
supercooling. Supercooling adalah peristiwa terlambat mengkristal, yaitu sebuah
kondisi yang memungkinkan cairan tak membeku meski di bawah titik beku normal
mereka.Contohnya, pada suhu 0C air di dalam kulkas belum membeku menjadi
es.Hal ini merupakan salah satu anomali air.Air biasa mengalami anomali sehingga
berat jenis air terkecil bukan pada suhu nol, melainkan pada suhu 4C.Akibat
anomali air lapisan es pasti berada dipermukaan air (karena lebih ringan dari yang
suhunya dibawah 4C), ini sangat bermanfaat untuk mengisolasi air dari suhu udara
(diatasnya) sehingga dibawah permukaan es masih terdapat air dalam keadaan cair.
Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya supercooling maka ditambahkan
garam dapur ke dalam es pendingin. Garam berguna untuk menahan supercooling
sehingga larutan tetap dapat membeku saat titik bekunya, misalnya air akan tepat
membeku pada suhu 0C.
Ketika es di campur dengan garam, sebagian menbentuk air garam dan es secara
spontan terlarut dalam air garam, akibatnya air garam semakin banyak.Itulah pula yg
terjadi ketika kita menaburkan garam ke jalan setapak atau jalan raya yg tertutup es,
es padat ditambah garam padat akan berubah menjadi cairan garam. Di dalam
segumpal es, molekul molekul air terstruktur menbentuk tatan geometrik yg tertentu
dan kaku. Tatanan kaku ini rusak ketika diserang oleh garam, maka molekul molekul
air selanjutnya bebas bergerak kemana-mana dalam wujud cair.Karena garam
memiliki titik beku yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pelarut murni air.
Apabila ke dalam air kita larutkan garam dan kemudian suhunya diturunkan sedikit
demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu larutan tersebut secara perlahan akan
berubah menjadi fasa padat hingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa
padat secara keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa
cair dibandingkan fasa padat, akibatnya saat proses pendinginan berlangsung, larutan
akan mempertahankan fasanya dalam keadaan cair. Hal ini menyebabkan potensial

kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah sedangkan potensial kimia pelarut
dalam fasa padat tidak terpengaruh. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan
menurunkan titik beku larutannya.
Dalam percobaan ini dilakukan dapat dilihat adanya pengaruh keberadaan zat
terlarut di dalam air.Titik beku air menurun dari 0C menjadi -3.0C.Hal ini
membuktikan teori mengenai sifat koligatif larutan.

VII.

KESIMPULAN
1. Sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat pelarut.
Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan
titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya
juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan
konsentrasinya.
2. Pengaruh adanya zat terlarut dalam sebuah pelarut adalah menurunkan titik beku
pelarut murninya.
3. Supercooling adalah peristiwa terlambat mengkristal, yaitu sebuah kondisi yang
memungkinkan cairan tak membeku meski di bawah titik beku normal mereka.
4. Untuk mencegah terjadinya supercooling maka ditambahkan garam dapur ke
dalam es pendingin. Garam berguna untuk menahan supercooling sehingga
larutan tetap dapat membeku saat titik bekunya, misalnya air akan tepat
membeku pada suhu 0C.

VIII.

PERTANYAAN
1. Bunyi Hukum Raoult
yaitu tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi
mol zat terlarut yang terkadung dalam larutan tersebut.

Perbedaannya dengan hukum Hess yaitu kalau hukum Raoult tidak bergantung
pada macam zat terlarut sedangkan hukum Hess, bergantung pada macam zat
terlarut.
2. Tf tidak bergantung pada macam zat terlarut karena dipengaruhi oleh tekanan
uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut.
3. Supercooling yaitu suatu keadaan yang dialami oleh suatu zat cair yang
mengalami penurunan suhu secara drastis sampai dibawah titik bekunya yang
tidak diimbangi dengan pelepasan kalor, tidak membeku meski dibawah titik
beku normal. Cara menghilangkannya yaitu dengan menggunakan garam.
4. Sifat Koligatif larutan yaitu sifat larutan yang tidak bergantung pada garis zat
tersebut tetapi harga bergantung pada konsentrasinya partikel zat terlarutnya.
Contohnya : larutan non elektrolit dan elektrolit.
IX.

DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Praktikum Fisika Terapan Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Raoult
3. http://teknologitinggi.wordpress.com/2010/12/05/teori-supercooling-caramembuat-air-tidak-pernah-beku-seperti-di-awan/
4. id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hess

You might also like