Professional Documents
Culture Documents
D. PATOFISIOLOGI
Tumor intrakranial jinak memiliki efek yang membahayakan karena berkembang didalam
rongga tengkorak yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang
cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis, dan proliferasi
vaskular. Namun, metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.Gangguan neurologi pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal akibat tumor dan
kenaikan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja disfungsi
terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (yaiti glioblastoma
multiforma).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya
fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebro vaskularprimer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruang
yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema
dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga disebabkan
oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edeme akibat kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF
dari ventrikel lateralis keruangan subaraknoid menimbulkan hidreosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab
yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari
atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
interkranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus timbul bila
girus medialis lobus tempuralis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor
dan meluasnya odema cerebral serta memberi informasi tentang sistem vaskuler
2. MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis,
dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan
3. Biopsi Stereotaktik ; dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.
4. Angiografi ; memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor
5. Elektro ensefalografi ; mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
( Doenges, 2000 )
H. PENATALAKSANAA MEDIS/KEPERAWATAN
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat
peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan
kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan
neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian
(dekompresi).
1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
2)
3)
4)
5)
d.
4)
b)
B. Diagnose Keperawatan
1.
Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan tumor otak
2.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : tumor otak
3.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
4.
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan tumor otak
5.
Mual berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
6.
Inkontinensia urine fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
7.
Inkontinensia defekasi berhubungan dengan kerusakan saraf motorik atas
8.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
9.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pejanan
10.
Resiko cidera berhubungan dengan gangguan mobilitas.
C. Perencanaan
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak
berhubungan
dengan tumor
otak
Intervensi
1. Pantau status neurologis
secara teratur dan
bandingkan dengan nilai
standar.
Rasional
1.
2.
Pant
au tanda vital tiap 4 jam.
2.
3.
Pert
ahankan posisi netral atau
posisi tengah, tinggikan
kepala 200-300.
3.
Mengkaji adanya
perubahan pada tingkat
kesadran dan potensial
peningaktan TIK dan
bermanfaat dalam
menentukan okasi,
perluasan dan
perkembangan kerusakan
SSP.
Normalnya autoregulasi
mempertahankan aliran
darah ke otak yang stabil.
Kehilanagn autoregulasi
dapat mengikuti
kerusakan vaskularisasi
serebral lokal dan
menyeluruh.
Kepala yang miring pada
salah satu sisi menekan
vena jugularis dan
menghambat aliran darah
vena yang selanjutnya
akan meningkatkan TIK.
4.
4.
5.
6.
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera fisik :
tumor otak
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama ....x....... jam
diharapkan nyeri klien
menjadi ringan dengan
Kriteria Hasil:
1. Klien
mengungkapkan
nyeri yang dirasakan
berkurang atau dapat
diadaptasi
ditunjukkan
penurunan skala
nyeri. Skala = 1-3
2. Klien tidak merasa
kesakitan.
3. Klien tampak releks
Pant
au ketat pemasukan dan
pengeluaran cairan, turgor
kulit dan keadaan
membran mukosa.
Bant
u pasien untuk
menghindari/membatasi
batuk, muntah,
pengeluaran feses yang
dipaksakan/mengejan.
Perh
atikan adanya gelisah
yang meningkat,
peningkatan keluhan dan
tingkah laku yang tidak
sesuai lainnya.
5.
6.
1.
1.
2.
2.
3.
Catat kemungkinan
patofisiologi yang khas,
misalnya
otak/meningeal/infeksi
sinus, trauma servikal,
hipertensi atau trauma.
Catat adanya pengaruh
nyeri, misalnya:
hilangnya perhatian pada
hidup, penurunan
aktivitas, penurunan
berat badan.
3.
4.
4.
Bermanfaat sebagai
indikator dari cairan total
tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan.
Aktivitas ini akan
meningkatkan tekanan
intra toraks dan intra
abdomen yang dapat
meningkatkan TIK.
Petunjuk non verbal ini
mengindikasikan adanya
penekanan TIK atau
mennadakan adanya
nyeri ketika pasien tidak
dapat mengungkapkan
keluhannya secara
verbal.
Nyeri merupakan
pengalaman subjektif dan
harus dijelaskan oleh
pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan
faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang
amat penting untuk
memilih intervensi yang
cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan
dari terapi yang diberikan.
Memudahkan pilihan
intervensi yang sesuai.
Membantu
mengidentifikasi tindakan
yang kemungkinan
terlupakan atau tidak
dicoba atau telah gagal
dalam membantu masalah
pada masa lalu.
Pemahaman terhadap
keadaan penyakit yang
mendasarinya membantu
dalam memilih intervensi
yang sesuai.
Nyeri dapat
mempengaruhi kehidupan
sampai pada suatu
keadaan yang cukup serius
dan mungkin berkembang
ke arah depresi.
5.
5.
6.
6.
7.
7.
1.
Periksa kembali
kemampuan dan keadaan
secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi
1.
2.
Observasi derajat
imobilisasi pasien
dengan menggunakan
skala ketergantungan (04)
2.
3.
3.
4.
Berikan/bantu dalam
latihan rentang gerak
4.
5.
5.
8.
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
gangguan
neuromuskular
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama x .... jam,
diharapkan pasien
mampu mempertahankan
mobilisasi yang optimal.
Dengan kriteria hasil :
1 Klien
mamp
u
menin
gkatk
an
kekua
tan
otot
pada
ekstre
mitas
yang
terken
a
2 Mem
pertah
ankan
integr
itas
kulit
3 Mam
pu
melak
ukan
ROM
4 Mend
8.
emon
strasi
kan
perila
ku
yang
memu
ngkin
kan
melak
ukan
aktivit
as.
Hambatan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan tumor
otak
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama x ......... jam
pasien diharapkan
mampu untuk
berkomunikasi dengan
kriteria hasil:
1) Mengindikasikan
pemahaman tentang
masalah komunikasi
2) Membuat metode
komunikasi dimana
kebutuhan dapat
diekspresikan
3) Menggunakan
sumber-sumber yang
tepat
6.
6.
7.
7.
Perhatikan kesalahan
dalam kominikasi
danberikan umpan balik
1.
Membantu menentukan daerah
dan derajat kerusakan
serebral yang terjadi dan
kesulitan pasien dalan
beberapa atau seluruh
tahap proses komunikasi.
2.
Pasien mungkin kehilangan
kemampuan untuk
memantau ucapan yang
keluar dan tidak
menyadari bahwa
komunikasi yang
diucapkannya tidak nyata.
3.
Melakukan penilaian terhadap
adanyan kerusakan
sensorik
4.
5.
6.
Berikan metode
komunikasi alternatif,
seperti menulis di papan
tulis/gambar. Berikan
petunjuk visual (gerakan
tangan, gambar-gambar,
daftar kebutuhan dan
demonstrasikan)
Anjurkan
pangunjung/orang
terdekat mempertahankan
4.
Melakukan penilaian terhadap
adanya kerusakan
motorik, seperti pasien
mungkin mengenalinya
tetapi tidak dapat
menyebutkannya.
5.
Memberikan komunikasi
tentang kebutuhan
berdasarkan
keadaan/defisit yang
mendasarinya
usahanya untuk
berkomunikasi dengan
pasien, seperti membaca
surat, diskusi tentang halhal yang terjadi pada
keluarga.
Kolaborasi/Konsultasikan
dengan/rujuk kepada ahli
terapi wicara
7.
6.
Mengurangi isolasi sosial
pasien dan meningkatkan
penciptaan komunikasi
yang efektif
7.
Pengkajian secara individual
kemampuan bicara dan
sensori, motorik dan
kognitif berfungsi untuk
mengidentifikasi
kekurangan/ kebutuhan
terapi.
5
Mual
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
intrakranial
Inkontinensia
urine fungsional
berhubungan
dengan
keterbatasan
neuromuskular
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama...x... diharapka
pasien tidak mual.
Dengan kriteria hasil :
1) Pasien
mengatakan tidak
ada sensasi
mualnya
2) Nafsu makan
pasien meningkat
Setelah dilakukan
1. Lakukan penilainan kemih 1. Mengetahui penyebab masalah
asuhan keperawatan
yang komperhensif
selama....x....diharapkan
berfokus pada
pasien dapat mengontrol
inkontinensia
kencingnya. Dengan
(misalnya,output, pola
kriteria hasil :
kemih, fungsi kognitif,
1. Dapat kencing di
masalah kencing)
2. Mengembalikan reflek
kamar mandi
2. Merangsang kandung
berkemih
2. Kandung kemih
kemih dengan
kosonh secara penuh
menerapkan dingin
3. Tidak ada spasme
untuk perut
3. Membentu klien berkemih
bledder
3. Gunakan sprit
wintergreen di pispot
atau urinal
4. Memudahkan klien
4. Memasukan kateter
berkemih
5.
5.
Inkontinensia
defekasi
berhubungan
dengan
kerusakan saraf
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
.x..jam diharapkan
pasien bisa mengontrol
fesesnya. dengan kriteria
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
1. Kaji factor yang
berperan menyebabkan
inkontinensia alvi
(kurangnya jadwal
evakuasi rutin, aktivitas
1.
motorik atas
hasil :
1.
Individu akan
mengeluarkan
feses berbentuk
lunak setiap 2
atau 3 hari
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
Laksatif dapat
menyebabkan terjadinya
defekasi yang tal
terjadwal, berkurangnya
tonus kolon, dan
konsistensi feses yang
tidak konsisten. Enema
dapat menyebabkan
regangan yang berlebihan
pada bagian-bagian usus
dan menurunkan tonus
usus. Pelunakan feses
tidak diperlukan apabila
asupan makanan dan
cairan adekuat.
5.
Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan status
kesehatan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama ...x.... menit
diharapkan ketakutan
klien berkurang dengan
Kriteria hasil:
1.
Berikan penjelasan
hubungan antara proses
penyakit dan gejalanya.
1.
Meningkatkan
pemahaman, mengurangi
rasa takut karena
ketidaktahuan dan dapat
membantu menurunkan
ansietas
1.
2.
3.
Klien mengakui 2.
dan
mendiskusikan
rasa takut.
Klien
mengungkapka
n keakuratan
3.
pengetahuan
tentang situasi.
Klien tampak
rileks dan
melaporkan
ansietas
4.
berkurang
sampai pada
tingkat dapat
diatasi.
5.
Berikan kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan isi
pikiran dan perasaan
takutnya.
Libatkan pasien/ keluarga
dalam perawatan,
parencanaan kehidupan
sehari-hari, membuat
keputusan sebanyak
mungkin.
Berikan dukungan
terhadap perencanaan
gaya hidup yang nyata
setelah sakit dalam
keterbatasannya tetapi
sepenuhnya menggunakan
kemampuan/ kapasitas
pasien.
Berikan patunjuk
mengenai sumber-sumber
penyokong yang ada
seperti keluarga, konselor
professional dan
sebagainya.
7. Kolaborasi
Rujuk pada kelompok
penyokong yang ada,
pelayanan social, konselor
financial/ konselor kerja,
psikoterapi dan
sebagainya
9
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
pejanan
Setelah dilakukan
1.
asuhan keperawatan
selama...x.... jam .
diharapkan pasien dan
keluarga mengerti tetang
2.
sakitnya. Dengan
Kriteria hasil: 1.
Klien/keluarga
mengungkapkan
pemahaman tentang
3.
kondisi dan pengobatan,
2.
Mengungkapkan rasa
takut secara terbuka
dimana rasa takut dapat
ditujukan
3.
Meningkatkan
perasaan kontrol
terhadap diri dan
meningkatkan
kemandirian
4.
Meningkatkan
perasaan akan
keberhasilan dalam
penyembuhan.
5.
Memberikan jaminan
bahwa bantuan yang
diperlukan adalah
penting untuk
meningkatkan/
menyokong mekanisme
koping pasien.
penting untuk
manciptakan
kepercayaan dan
informasi yang dapat
memberikan keyakinan
pada pasien dan juga
keluarga
Memberikan
dukungan untuk
beradaptasi pada
parubahan dan
mamberikan sumbersumber untuk mengatasi
masalah
Mempengaruhi
pemilihan terhadap
penanganan dan
berkembnag ke arah
proses penyembuhan.
Menghindari/membatasi
faktor-faktor yang sering
kali dapat mencegah
berulangnya serangan.
Menurunkan regangan
pada otot daerah leher
6.
7.
Diskusikan etiologi
individual dari sakit
kepala bila diketahui.
1.
2.
Diskusikan mengenai
3.
memulai perubahan
perilaku yang tepat.
10
Resiko cidera
berhubungan
dengan
ketidaktepatan
mekanika tubuh.
Setelah dilakukan
Aasuhan keperawatan
selam x... jam pasien
diharapkan klien tidak
mengalami cidera.
Dengan criteria hasil :
1.Klien terbebas dari
cedera
2.Klien mampu
menjelaskan cara/
metode mencegah
terjadinya cedera
8.
Mampu
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah injury
9.
Menggunakan
fasilitas yang ada
10.
Mampu
mengenali perubahan
status kesehatan.
pentingnya posisi/letak
tubuh yang normal.
4.
1.
Sediakan
lingkungan yang aman
untuk pasien
2.
Identifikasi
kebutuhan keamanan
pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi
pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
Menghinda
ri lingkungan yang
berbahaya
Menyediak
an tempat tidur yang
nyaman dan bersih
Menganjur
kan keluarga untuk
menemani pasien
3.
4.
5.
6.
Memindah
kan barang-barang yang
dapat membahayakan
7. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab panyakit
4.
1.
Mengurangi peningkatan
resiko cedera
2.
Mengetahui perkembangan
kebutuhan keamanan
pasien
3.
4.
Memenuhi kebutuhan
keamanan pasien
Membantu
mengidentifikasikebutuhan
pasien
Menekan resiko cedera
fatal
5.
6.
7.
Memberikanedukasi untuk
membantu mengidentifiasi
perubahan status kesehatan
penyebab penyakit
D. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan
adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
E. Evaluasi
1 Perfusi jaringan adekuat
2 Nyeri klien menjadi ringan
3
4
5
6
7
8
9
10
Daftar Pustaka
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta
Doenges . EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Lombardo, Mary caster.2005. Keperawatan Mediakal Bedah. Jakarta: EGC
Long Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, suatu pendekatan proses.
Nurarif, Amin Huda.,Hardhi Kusuma.2013.Nanda NIC NOC. MediAction