You are on page 1of 206
MANUAL Konstruksi dan Bangunan ees Perencanan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan | DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PRAKATA Salah salu aspek penting untuk menunjang keberhasilan pembinaan dibidang vembatan adalah dengan tersedianya Norma, Standar:,Pedoman dan Manual (NSPM) yang dapat di terapkan di lapangan dengan mudah Untuk mengatasi permasalahan di atas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Manual Perencanan Struktur Beton Pratekan untuk Jembatan Manual ini disusun dengan proses pembahasan beberapa tim ahli_ yang berkompeten dibidang pekerjaan jembatan, Pedoman teknik ini berisikan mengenai buku acuan bagi Para perencana, Secara garis besar, standar ini berisikan penjabaran konsep metodologi dan tahapan prencanaan, yang disertai contoh-contoh perhitungan elemn struktur beton prategang pada jembatan. Apabila dalam pelaksanaan ditemui adanya kekurangan ataupun terdapat kekeliruan pada manual ini, mohon saran dan kritik dapat disampaikan untuk perbaikan dan penyempurnaan dikemudian hari Jakarta, Desember 2011 DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA Ir. DIOKO MURJANTO, MSc Prakata DAFTAR ISI 4 PENDAHULUAN 14 42 13 14 18 16 7 Ruang Lingkup Desain Acuan Normati.. Definisi dan Istilah Konsep Dasar. Keuntungan Beton Pratekan Material Beton Prategang 1.6.1. Beton 1.6.2 Tulangan Prategang Sistem Penegangan.. 2 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS LAYAN (PBL) 24 22 23 24 26 26 Umum Tegangan Izin 2.2.1. Tegangan izin tekan pada kondisi layan...... 2.2.2 Tegangan izin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya prategang. 2.2.3 Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan, 2.2.4 Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang, Perjanjian Tanda Rumus Umum Perhitungan Tegangan Profil Kabel 2.5.1 Garis tekanan atau C-line. 2.5.2 Central kern versus limit kern 2.5.3 Daerah aman kabel. Lendutan dan camber 14 14 13 18 1.16 147 117 125 1-29 24 24 24 22 22 26 29 29 210 241 244 3 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS KEKUATAN TERFAKTOR (PBKT) 34 32 3.3 34 Umum. 34 Momen nominal lentur, Ma 33 3.2.4 Momen Nominal Penampang persegi 35 3.2.2 Momen Nominal Penampang Berflens.. ee 36 3.2.3 Penampang Komposit.... 5 36 3.2.4 Menentukan Tegangan Nominal Baja Prategang pada Saat Runtuh, fos Berbice cited i 37 3.25 Preliminari Desain Ultimate : : 3-10 3.2.6 Langkah-Langkah Desain Member Prategang Kondisi Ultimate .....3-11 3.2.7 Contoh Perhitungan Desain Member Prategang Kondisi Ulimate....3-13 Perencanaan Balok Terhadap Geser 3.24 3.3.1 Kekuatan Geser Batas Nominal 3:24 3.3.2 Kekuatan Gesor Batas Yang Disumbangken Oleh Beton 3:24 3.3.3 Kekuatan Geser Betas Yang Disumbangkan oleh Tulangan Geser..3-26 3.3.4 Kekuatan Geser Batas Rencana 3-26 3.3.5 Gaya Geser Maksimum Di Dekat Tumpuan 3:26 3.3.6 Tulangan geser minimum an soe BRT 3.3.7 Persyaratan tulangan geser 3:27 Daerah pengangkuran untuk angkur prategang 3.37 3.4.1. Angkur untuk Komponen prategang pasca tarik 337 3.4.2 Pembebanan yang diperhitungkan 3.37 3.4.3 Perhitungan gaya tarik sepaniang garis kerja gaya angkur 3-38 3.44 Jumiah dan distribusi tulangan 3-38 3.4.5. Angkur Untuk Komponen Prategang Pratarik 3-39 3.4.6 Detail penulangan khusus pada daerah pengangkuran 3-39 3.4.7 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik 3-40 3.4.8 Penyaluran tegangen tendon pasca tarik dengan pengangkuran ...3-40 KEHILANGAN PRATEGANG at 42 43 Umum. at Kehilangan Akibat Frikst 0... cceeensnnnisennnennnisaeseie won Kehilangan Akibat Slip Pengangkuran 46 4.4 Kehilangan Akibat Pemendekan Beton... on 49 4.5 Kehilangan Akibat Susut Beton 416 4.6 Kehilangan Akibat Rangkak Beton 421 4.7 Kehilangan Akibat Relaksasi 425 4.8 Kehilangan Total 428 5 ANALISIS STRUKTUR 5.1 Umum q Bet 5.2 Struktur Statis Tertentu (ST) BA 5.3 Struktur Statis Tak Tenty (ST). ccccennsenene : 55 5.3.1. Kerugian Kontinuitas Prategang 57 5.3.2 Metode Perhitungan 58 5.3.3 Teorema 3 Momen (Clapeyron) 58 5.3.4 Distribusi Momen Cross SAT 5.3.8 Penampang Non Prismatis 0.0» aaa 5-24 5.3.6 Konsep Beben Ekivalen 5-42 Lampiran MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 1 PENDAHULUAN 4.1. Ruang Lingkup Desain Pedoman ini merupakan pedoman teknis perencanaan beton prategang untuk jembatan atau struktur lainnya yang mempunyai kesamaan karakteristix dengan jembatan, 1.2 Acuan Normatit ‘SNIT-02-2005, Pembebanan untuk Jembatan, Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005. SNIT-12-2004, Perencanaan struktur beton untuk jembatan, Kepmen PU No. 36O/KPTS/M/2004. BMS 1992, Tata cara perencanaan jembatan. AASHTO 2004, Spesifikasi standar untuk jembatan. ‘SNI 03-2847-2003, Tate Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2461-1991, Spesifikasi egregat ringan untuk beton struktur. ‘SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton int SNI 03-4433-1997, Spesitikasi beton siap pakei. ‘SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan bends uji di lapangan. SNI 15-2049-1994, Semen portland. ANSI/AWS 01.4, Tata cara pengelasan - Baja tulangan. MNL 120-04 PCI Design Handbook ASTM A 4161, Standar spesifikesi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa lapisan untuk beton prategang, ASTM A 421, Standar spesifikasi untuk kawat baja penulangan - Tegangan tanpa pelapis untuk beton prategang. ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang. ASTM A 722, Standar spesifikasi untuk baja tulengan mutu tinggi tanpa lapisan untuk beton prategang. Hal. 1-1 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. ASTM A 82, Stender spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton. ASTM C 1017, Standar spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasitkan beton dengan kelecakan yang tinggi ASTM C 109, Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidroli. ASTM C 109-93, Standar metode ji kuat tekan mortar semen hidrolis (menggunakan bend uj kubus 50 mm) ASTM C 1240, Standar spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis, ASTM C 31-91, Standar praktis untuk pembuatan dan pemelinaraan benda uji beton di lapangan. ASTM C 33, Standar spesifikasi agregat untuk beton. ASTM C 33-93, Standar spesifikasi untuk agregat beton ASTM C 39-93a, Standar metode Wy untuk kuat tekan benda uji silinder beton ASTM C 42.90, Standar metode pengambitan dan uji beton inti dan pemotongan balok beton ASTM C 494, Stander spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton, ASTM C 595, Standar spesifikasi semen blended hidrotis. ASTM C 618, Standar spesffikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami murni atew terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen portland, Hal. 1-2 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 1.3 Definisi dan Istilah beban hidup semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban [alu jintas kendaraan sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang berlaku. beban kerja beban layan rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur beban mati beban semua bagian dari suatu jembatan yang bersifat telap, termasuk segale beban tambahan yang tidak terpisahkan dari suatu struktur jembatan. beban terfaktor beban kerja merupakan beban yang telah cikalikan dengan faktor beban yang sesuai beton campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat beton bertulang beton yang ditulangi dengan Iuas dan jumiah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prateken, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menanan gaya yang bekerja beton-normal beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m? sampai 2500 kg/m? dan dibuat ‘menggunakan agregat alam yang dipeceh atau tanpa dipecah beton polos beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum Le eaaennn nnn rarsemeeeeeaeeseeeenl Hal MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN beton pracetak elemen atau Komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan beton pratekan beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tank potensial dalam beton akibat beban kerja friksi kelengkungan {riksi_ yang ciakibatkan oleh bengkokan atau lengkungan di dalam profil tendon prategang yang disyaratkan friksi wobble friksi yang disebabkan oleh adanya penyimpangan yang tidak disengaja pada ‘penempatan selongsong prategang dari kedudukan yang seharusnya gaya jacking gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon dalam beton prategang kolom Komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama untuk mendukung kombinasi beban aksial dan lentur Komponen struktur lentur beton komposit komponen struktur lentur beton yang dibuat secara pracetak dan/atau yang dicor di tempat, yang masing-masing bagian komponennya dibuat secara terpisah, tetapi saling dihubungkan sedemikian hingga semua bagian komponen bereaksi terhadao beban kerja sebagai suatu kesatuan kuat nominal kekuatan suatu Komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai rr Hal. 1-4 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN kuat perlu kekuatan suatu Komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini kuat rencana kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan @ kuat tekan beton yang disyaratkan (f-) kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai datam perencanaan struktur beton, ginyatakan dalam satuan MPa. Bila nilai fc di dalam tanda akar, maka hanya nial fumerik dalam tanda akar saja yang dipakai, dan hasiInya tetap mempunyai satuan MPa modulus elastisitas rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas proporsional material Panjang penanaman panjang tulangan tertanam yang tersedia dari suatu tulangan diukur dari suatu penampang kritis Panjang penyaluran Panjang tulangan tertanam yang diperukan untuk mengembangkan kuat rencana tulangan pada suatu penampang kritis pasca tarik cara pemberian tarikan, dalam sistem prategang dimana tendon ditarik sesudah beton mengeras Hal. 1-5 TIANUAL PERENCANAAN STRUTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. perangkat angkur erangkat yang digunakan pada sistem prategang pasca tarik untuk menyalurkan gaya pasca tarik dari tendon ke beton perangkat angkur strand tunggal erangkat angkur yang digunakan untuk strand tunggal atau batang tunggal berdiameter 46 mm atau kurang yang memenuhi ketentuan yang berlaku perangkat angkur strand majemuk perangkat angkur yang digunakan untuk strand, batang atau kawat majemuk, atau batang tunggal berdiameter lebih besar daripada 16 mm, yang memenuhi ketentuan lain yang berlaku pratarik pemberian gaya prategang dengan menarik tendon sebelum beton dicor prategang efektif tegangan yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan tegangan terjadi, di luar pengaruh beban mati dan beban tambahan sengkang tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan longitudinal, dipakai pada komponen struktur lentur balok sengkang ikat sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan, kolom tegangan intensitas gaya per satuan luas Hal. 1.6 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN tendon elemen baja misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu bundel dari elemen-elemen tersebut, yang digunakan untuk memberi gaya pratekan pada beton tendon dengan lekatan tendon prategang yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan cara grouting tinggi efektif penampang (a) jarak yang diukur dari serat tekan terluar hingga titik berat tulangan tarik transfer proses penyaluran tegangan dalam tendon prategang dari jack atau perangkat angkur pasca tarik kepada Komponen struktur beton tulangan batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada Komponen struktur beton, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus dikut sertakan tulangan polos batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukic tulangan ulir batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir tulangan spiral tulangan yang dililtkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris Hal. 1-7 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRAT EAN UNTUK JEMBATAN. zona angkur bagian Komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya pratekan terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih merata ke seluruh bagian penampang Panjang daerah zona angkur ini adalah sama dengan dimensi terbesar penampang, Untuk perangkat angkur tengah, zona angkur mencakup daerah terganggu di depan dan di belakang perangkat angkur tersebut 1.4 Konsep Dasar Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi tarik. Kekuatan tariknya bervariasi antara 8 sampai 14 persen dari kekuatan tekannya, Kekurangan material beton yang lemah dalam tarik ini dapat diatasi dengan memberi tegangan tekan untuk mengimbangi/ mengurangi tegangan tarik yang timoul pada bagian penampang akibat beban yang bekerja. Pemberian tegangan tekan ini dilakukan dengan memasukkan kabel dari material jenis baja mutu tinggi kedalam beton sebesar gaya penegangan tertentu, kemudian setelah beton mengeras gaya ditransfer ke beton tersebut. Penampang beton yang terjadi bisa selurunnya tertekan atau hanya sebagian saja yang tertekan tergantung kebutuhan syarat keamanan dan kelayanan atau ketentuan perencanaan lainnya misalnya faktor ekonomi. Aplikasi prategang dapat citunjukkan dengan ilustrasi sebagai berikut Hal. 1-8 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ESE | ie ae | ody oe abe > ta feMy] ASMyt Gambar 1-1 Aplikasi Prategang pada Balok Bentang Sederhana ‘Momen yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup pada tengah benteng Mon. = 1/8 go L? + 1/8 qi L? Keterangan 90 = beban merata ekibat beben mati 4. = beban merata akibat beban hidup Tegangan akibat prategang P 7 fee (4) Tegangan akibat momen Mow. (Tegangan yang menekan serat atas adalah positf) My ¥ (1-2) Dimana, y = jarak dari tiik berat penampang ke serat yang ditinjau; momen inersia penampang, A= luas penampang, Seperti yang terfihat pada gambar 1-1 penampang beton yang diaplikasikan beban ‘merata akibat beban mati dan beban hidup (gambar 1-1(a)) akan menyebabkan momen, M_= Mow ditengah bentang (gambar 1-1(b)). Momen ini akan menyebabkan serat bawah beton tertarik atau tegangan bernilai positif (gambar 1-4(d)). Adapun gaya rr Hal. 1-9 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN prategang yang diaplikasikan pada beton ini menyebabkan penampang beton tertekan atau tegangan bernilai negatif (gambar 1-1(0)). Bila nilai tegangen dijumlahkan maka tegangan pada serat bagian atas tertekan dan seral bagian bawah tegangan tarik yang terjadi bisa sangat kecil atau mungkin negatif atau menjadi tekan (gambar 1-1(4)). Secara umum beton prategang pada jembatan utamanya lebih banyak digunakan untuk elemen struktur lentur seperti balok dan pelat namun selain daripada itu beton prategang dapat juga digunakan untuk elemen teken maupun tarik, seperti kolom, tiang- tiang pondasi. Perbedaan beton biasa (reinforced concrete) dengan beton pratekan (prostressed concrete) dapat dijelaskan dengan contoh berikut ini A. Perbandingan dalam kekuatan aksial Ambil suatu contoh balok beton dengan penampang bujur sangkar 10 em x 10 cm yang ditarik sentris oleh sebuah gaya P. @ | mn Wen 1) Kekuatan aksial beton polos (tanpa tulangan) i Bila diketahui kekuatan tarik beton F, = 4 N/mm’, maka beton akan putus pada saat gaye P = 4 Nimm? x 100 mm x 100 mm = 40000 N. 2) Kekuatan aksial beton bertulang | Bila balok tersebut diberi satu batang tulangan baja diameter D25 (luas tulangan A,=4,90em"), maka kekuatan tarik beton dihitung sebagai berikut Perbandingan modulus elastisitas baja dan beton anggap = E/E. Gaya aksial yang dipikul oleh penampang transformasi dinitung sebagai berikut Hal. 1-10 MANUAL PERENCANAAN STRUITUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMOATAN ARE TON PRATEXAN UNTUK JEMBATAN P= 4 Némm’ x (100 mm x 109 mm + (6-1) x 490 mm!) = 49800 kgf Kekuatan meningkat 49800/40000=1.245 (peningkatan 125 %) 3) Kekuatan aksial beton prategang Bila balck tersebut diberi tegangan pra-tarik yang dipertahankan sebesar F,.=120 MPa dengan tendon dari 5 batang tulangan prategang diameter 12.7 mm (luas tulangan @fektif As = 5x98 mm*=490 mm’), maka kekuatan tarik beton dihitung sebagai berikut Tegangan akibat prategang (menekan). 120 Nimm? 490 ma’ (100 mn x 100 mim) — 490 mar = 6.183 MPa Tegangan tarik yang dapat diberikan pada beton sebelum putus: Fe +Fp=4 +6183 = 10.183 MPa. Kekuatan aksial yang dapat dipikul oleh penampang transformasi beton dan prategang adalah P= 10.183 Nimm? x (100 mm x 100 mm + (6-1) x 490 mm") = 126778.4 N. | Kekuatan meningkat 126778. 4/4000: 17 (peningkatan 317 %) Catatan: Besamya tegangan prategang, F, yang dapat diberikan tergantung dari mutu beton dan umur beton sehingga beton tidak hancur bila ditekan oleh gaya prategang. Semakin besar mut beton, maka gaya pratekan yang diberikan bisa febih besar dengan demikian semakin besar pula kekuatan aksial tariknya, re Hal. 1-11 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. 8. Perbandingan dengan kekuatan lentur. Dalam analisis lentur menggunakan cara tegangan, balok beton tanpa tulangan akan ‘mengalami retak tarik pada saat tegangan tarik beton melebihi izinnya dan akhimya hancur. Adapun pada balok beton bertulang saat beton mengalami retak tarik, bagian tarik beton ini diabaikan dan diambil-atin oleh tulangan baja. Sedangkan pada beton pratekan bila balok tidak diizinkan mengalami tarik atau diizinkan terik namun tidak mengalami retak, maka keseluruhan tinggi penampang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas lenturnya Perbandingan kekuatan momen retak pada beton bertulang dan pratekan dapat diuraikan dengan contoh sebagai berikut 11) Perhitungan momen retak beton bertulang dengan cara elastis 6] 8 gnetral TEE ere cee dimana, fete chine) Tes {hol fate (deoye SF rn Ase ths Misaikan ada penampang balok berbentuk persegi panjang dengan leber penampang adalah sebesar 400 mm dengan ketinggian sebesar 800 mm, Material beton yang digunakan adalah bbeton dengan kual tekan karakteristk sebesar 35 MPa, sementara baja tulangan yang digunakan memiliki nilai tegangan leleh sebesar 400 MPa, Tegangan ultimate untuk baja prategang ‘menggunakan fu = 1860 MPa. Luas tulangan ditentukan sebesar 6 kali diameter 25 mmm, Hal MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMGATAN MAE TON PRATEXAN UNTUK JEMBATAN | Materiar : Beton: fe 35MPa Ferm 4700Y7e" MPa (sub bab 10.5 SNI 03-2847-2002) 7808.579.00a Baja: ty: 4ocnPa Es=210°MPe Data Penampang Batok b= 400mm de = 80mm f= 800mm shed Luas tulangan As = 60.252(25m0)? As = 2943.24307 Tegangan retak, 5 I TEINP aS =4.14MPa nse paris Ee cara tial n error (mencoba-coba nilai c, sampai Co mendekati Ts+To) fy - AS2MPa fy = 3275Mba Ces OSh-e-b Ter O5f(h= eb Te =316.800kN Ts As(n—Ify Te = 59.736kN Keseimbangan gaya, sH=0 Ce=377436N e+ Ts = 376.542 Hitung Mer terhadap Ts (akurat) mores) Mery = 204,1794Nm Hal. 1-13 EL LL a MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTURJEMGATAN 2} Perhitungan momen retak beton prategang = | Tu = 186004Pa Konvensi: tegangan | feast fre = 1060.2MPa (+) tegangan tekan | (9) tegangan tank | Aceba Ag = 3200000 momen aps Aps = 265.2430? (+) menekan serat atas (©) menekan serat bawan PoeApetbe P= 3.123% 10° kN 1.218% 1 km {peningkatan hampir 600%) | Hal. 1-14 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN ~ REN PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Berbagei jenis balok girder pratekan yang sudah diaplkasikan pada jembatan dapat dithat pada gambar di bawah ini. 28210 J DENAH JEMBATAN POTONGAN AA, Gambar 1-2 Jembatan Cikubang Cipularang MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUR TENBATEN 1.5 Keuntungan Beton Pratekan Struktur beton pratekan mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut 1. Terhindar dari retak terbuka di daerah tarik, sehingga dengan demikian beton Pratekan lebih tahan terhadap penetrasi klorida, “etih kedap air, sehingga air pada pelat jembatan tidak mudah meresap. Dapat diperoleh defleksi struktur yang lebih kecll, dengan terbentuknya lawan lendut (chamber) dari konfigurasi layout kabel prategang sepaniang elemen. 4 Penampang struktur lebih keci/fangsing, Karena seluruh ivas penampang dapat digunakan secara efektit Memungkinkan bentang yang lebin panjang divandingkan beton bortuleng Kerena kabel prategang menggunakan mutu baja tinggi, sehingga kapasitas Penampangnya jauh lebih besar daripada tulangan biasa dengan iuas tulangan yang sama Hal, 1-16 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUR JEMENT AN 1.6 Material Beton Prategang 1.6.1 Beton Beton yang digunakan untuk membuat elemen struktur beton prategang harus mempunyai kuat (ekan yang tinggi. Kekuatan dan tahan lama yang dicapai melalui ontro! kvaltas dan jaminan kualitas pada tahap produksi adalah dua faktor penting dalam mendesain struktur beton prategang. A. Mutu tinggi Mutu elon yang biasa digunakan dalam perhitungan beton bertulong adalah mutu beton normal sampai mutu tinggi. Beton mutu tinggi sebagaimana disebutkan dalam RSNI-12-2004 adalah beton yang mempunyai kual tekan silinder, fe" melebihi 60 MPa Sedangkan beton normal adalah beton dengan berat isi + 2400 kgim’, fe‘antera 20 MPa $460 MPa, Adapun kekuatan beton untuk struktur prategang SN! mensyaratkan tidak boleh kurang dari 30 MPa (RSNI T-12-2004, 4.4.1.1.1) 8. Modulus elastisitas Modulus elastisitas beton, £,., Nilinya tergantung pada mutu beton, besarnya modulus lstisitas beton dipengaruni oleh material dan proporsi campuran beton. Niel E. untuk beton normal sebagai berikut '*(0,043,/77) . dinyetakan dalam mPa: atau + Eo= 4700 \//-* (SNI 03-2847-2002) , dinyatakan dalam MPa; atau + ditentukan dari hasit pengujian, Hal. MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ——————————— AR EETION PRATEKAN UNTUKJEMBATAN Stress, f / Strain, & Gambar 1-4 Kurva Stress-Strain Beton C. Jenis Penampang Girder Prategang Terdapat beberapa jenis penampang beton yang biasa digunakan untuk jombatan. Pemitihan jenis penampang tergantung dari kebutuhan panjang bentang, kerumitan alinyemen dan metoda pelaksanaan. Adapun jenis penampang dapat diuraikan sebagai berikut + Penampang -girder dan T-bulp AASHTO Penampang I-girder dan T-bulb AASHTO dapat digunakan untuk bentang jembatan antara 9.1 m sampai dengan 42 m Ada 2 jenis penampang AASHTO yang umum digunakan dalam perencanaan jembatan sebagai berikut : re Hal. 1-18 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKANUNTUK JEMBATAN AASHTO TIPE I-IV AASHTO TIPE V & VI Gambar 1-5 Penampang Girder Beton AASHTO (I dan T-bulb) Tabel 1-1, Detail Geometris Penampang AASHTO of om] @ | m ] <@ ] | bw] Ponampang | ini | inv | int | nt | ins | ane | in | ind goon} mrmy | tenes | emmy | coi | cromy | gemma | gi "AASHTO? 12 4 | 3 |] 6 7] 6 5 6 28 (904.80) | (101.80) | (76:20) | 408.40) | (127.00) | (127.00) | (18240) | (711.20) maSHTOR 12 6 3 7 el 6 8 6 38 | 904.20) | 152.40) 176-20) | 45720) | 152-40 | (252 40) | (152 40) | co14 0) AASHTO 3 16 | 7 45 22 75 7 7 45 | 1406-40) | 177.90) | 144.30) | (588 80) | 190.50) | (177 20) | (17780) | 114300) AASHTO 4 eee 6 26 9 8 8 54 908.00) | (203.20) | (182.40) | 660.40) | 228.60) | 203.20) | 20320) | 137160 mASHTOS | a2 5 7 | 2% | wo | 8 8 6 | 1086.80) | (127.00) | (177.80) | 71.20) | 264.00) | (203.20) | (203.20) | (1800.20) masHTOS | a2 5 7 | 2% | 0 | 8 8 72 | 1066, 80) | (127.00) | (177.80) | 771.20) | (254.00) | 203-20) | (203,20) | (1826 20) | Hal. 1-19 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN Tabel 1-2 Modulus Penampang AASHTO Span x 7 Yb 3b Penampang fy ina ing! int ins m (cma) (ema om) (om3) [aasntor Tso - as] 27600) 2araa 19] 12.69] a.€0067 | 147s a7 (8.1)_- (13.7) | (1790.64) |_(946.682.12) _| (31.98) | (29,605.09) | (24,185.22) | aasHTo2 |" 40-60 | 369.00 | 5097874 | 1583 | 322054 | 2.527 36 (122) - 183) | (238064) | ¢2,121,895.52) | (40.2%) | (52,775.15) | (41,416.05) AASHTOS | 55-80 | 569.50 ) 125,300.35 | 20.27 | 6,184.95 | 6.07108 (18.8) - (244) | (3609.67) | (6.219,140.35) | (61.49) | (101,383 19) | (83,100.16 ‘AASHTO 4 70 - 100 | 789.00 | 26074061 | 2473 | 10.541.86 | 6,909.29 (21.3) - (305) | (6090.31) | (10.862,843.43) | 62.82) | (172,750.08) , (145,997.05) AASHTOS | 90 = 120 | 7,013.00 | 21,162.59 | 31.96 | 16,0847 | 16,786.17 (27-4) - (36.6) | (6536.47) | (21,992,424.73) | (81.17) | (267,247.90) | (278,108 68) AASHTOS | 140 = 140 | 1,08500 | 73332029 | 3638 | 20,18668 | 2050769 (33.5) _- 42.7) | 909.99) | (90,523,095 12) | (92.41) | (330,312.08) | (337,371.82) Beberapa penampang tipikal | dan U girder yang telah banyak digunakan saat ini diperlihatkan pada tabel-tabel berikut di bawah, a Hal. 1-20 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Tabel 1-3 Penampang Balok Gelagar Tipe | Type Dimensi Gambar ‘Area (mm) | 267,150.00 Inersie (rm) | 22,653,170.735 68 yeiom) 5366 . Hoo | Zi(mm) | 42,216.08 57 yo (mm 3634 * Zo(mm’) | 62,596,673:20 #125 | Area (ene?) 316,650.00, Inersia (mm) | 54,999.524.663 81 wren 78 2time) 75,208,110.42 [vmm | sos | + Zinn) | 10576469076 Hal. 1-21 SE a ae a ee ar LR TTTTeacerrerrirerrer MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATERANUNTUK JEMBATAN a NN REE TON RRATEANUNTUK JEMBATAN Type Dimensi Gambar 160 | Ares (rm?) 477,275.00 Inersia (mm | 146 060,000,000.00 | yim) e685 Zum) | 164,389,420 37 yb (om) 715 * Zb (mm) 205,284,606.98 | 4-170 | Area (mm?) (668,750.00 Inersia (mm | '285,220,000,000.00 yer) 847 | Zum 268 875,438.00 b yb (om) e183 . 2b mn?) 286.507 297 93 + 210 | Area(mm’) | 73476000 Inersia (mm) | 407,960,000,000 00 (mm) 1,088.80 Zen) 372,074,040.72 i yp (mm) 1,006.20 . 2o (men) 405,446,233 35, POSES Pe Hee eee eee eee eee eee Hal. 1-22 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN Tabel 1-4 Penampang Balok Gelagar Tipe U Type Dimensi ember ‘eainer') | seaad.00 Teoria mm) | 128,70 60000000 yumm) wr | | ve120 Zam [mamma | 3 rem) we200 a rere terete a Eee [ein | zesztera0e et49 | Aveama?) | 104e0000 aie Inersia (men) | 186,566,000,000 00 yelmen) 74170 2mm’) 255,552,11002 | yo (mm) 658.30 2b (ma) 299,194 698 94 | Hal, 1-23 MANUAL PERENGANAAN STRUATUS BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN Type | Dimenst Gambar H-165 | Area mm?) | — 1,200.900.00 E nesaiam) oeamonone] | | [ vem) 269.60 ! : Zimm) 362 522999008 7 yo (mm) 7040 | Bonn) | 403,950,807 94 H-165 | Area (mm?) | 3,310.900.00 7 y(n) 7320 = Bem | arsine | yb (rom) 97090 e | 20 (mm?) 495 601,277.37 Penampang girder yang tidak disebutkan dalam tabel dialas bisa juga digunakan asalkan memenuhi persyaratan peraturan yang beriaku. Penampang Box-girder Box-girder sangat baik menahan pengaruh momen torsi dan secara tipikal tidak memerlukan elemen bracing. Penampang box girder juga dapat digunakan untuk bentang yang lebih panjang. Sebagai contoh sebuah jembatan di dekat Tokyo, Jepang menggunakan box girder untuk bentang 240m. Hal, 1-24 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN Gambar 1-6 Penampang Box Girder 1.6.2 Tulangan Prategang Kehilangan tegangan akibat rangkak (creep) dan susut (shrinkage) pada beton cukup besar, sehingga pemberian tegangan teken pada beton akan lebih efektif bila ‘menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1862 MPa (1) Tendon untuk tulangan prategang harus memenuhi salah satu dari spesifikasi berikut a) Kawat yang memenuhi “Spesifikasi untuk baja stross-rolieved tanpa lapisan untuk beton prategang" (ASTM A 421) b) Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi “Spesifikasi untuk kawat baja stress-relieved tanpa lapisan untuk beton prategang” termasuk suplemen “Kawat dengan relaksasi rendah* (ASTM A 421), ©) Strand yang sesuai dengan "Spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa 'apisan untuk beton prategang” (ASTM A 416M), 9) Tulangan, yang sesuai “Spesifikasi untuk baja tulangan mutu tinggi tanpa lapisan Untuk beton prategang” (ASTM A 722). (2) Kawat, strand, dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup dalam ASTM A 421, ASTM A 416M, atau ASTM A 722, diperkenankan untuk digunakan bila tulangan tersebut memenuhi persyaratan minimum dari spesifikasi tersebut di atas dan tidak mempunyai sifet yang membuatnya kurang baik dibandingkan dengan sifat-sifat seperti yang terdapat pada ASTM A 421, ASTM A 416, atau ASTM A 722, Hal. 1-25 TW TTENGAL PE RENCANAAN S IRURTUR Be TON PRATEAN UMTOCDENEAT AN SAREE TON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN A, Jenis tulangan prategang Jenis tulangan prategang dapat berupa kawat tunggal, gabungan kabel yang dipilin membentuk strand, dan tulangan mutu tinggi (high-strength bar), o (b) kawat tunggal (a) strand (7-wires strand) (©) high-strength bar Gambar 1-7 Jenis tulangan prategang Gambar 1-8 Strand, Baji dan Kepala Angkur Hal. 1-26 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN B. Kuat tarik Kuat tarik beja prategang, /,, harus ditemtukan dari hasil pengujian, atau diambil sebesar ‘mutu baja yang disebutkan oleh fabrikator berdasarken serlifikat fabrikasi yang resmi. Tabel 1-5 Jenis Tulangan Prategang Nominal | (Jag | Gaya Putus | Tegangan tank esis material | diameter minimum — | minimum, (, mm __|_ mm? kN MPa Kavat (wire) 5 196 30.4 1950 5 196 333 1700 z 36.5 65.5 1700 Towire sivand 23 | 547 102 1860 supergrace [127/100 184 1840 152 | 143 250. 1750 Towire strand 127 | 843 165 1760 Regular grace Bar 23 ats 450 1080 26 | $30 570 1080 29 [eso 710 71080 32 804 870 1080 38] 1140 | 1230, 080 Hal. 1-27 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ceived san: ups grate) —}- nae sues, fy = 930 MPa 2h pret ane = 1690 MPa Seva 8} (2) Kurva tegangan-regangan 7-wire strand ia eames Ii pmuplip ont sues ar) gasses bee 028 proof wnat = 1525 Me i 7 f [ cor 73 * 5 (©) Kurva tegangan-regangan stroes-rolioved wire Gambar 1-9 Kurva tegangan-regangan tipikal, T-wire strand dan stress-relieved wire Hal. 1-28 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTURJEMBATAN C. Kuat tarik leleh ekivalen Kuat leleh baja prategang, 1, harus ditentukan dari hasil pengujian atau dianggap sebagai berikut: > Untuk kawat baja prategang Soy = O.75 Sy > Untuk semua kelas strand dan tendon baja bulat_ = f,, = 0.85 /f,, 1.7 Sistem Penegangan Ditinjau dari segi sistem penegangan terdapat dua cara penegangan pada elemen struktur prategang, yaitu 1. Pra-tarik (Pretensioning), adalah suatu sistem pemberian tegangan tekan pada elemen beton dengan menegangkan kabel prategang terlebih dahulu (biasenya menggunakan hydraulic-jack) melalui struktur abutment untuk menahan kabel tersebut, setelah beton dicor dan cukup keras tegangan ditransfer perlahan-lahan A oe YG C. TENDON DILEPAS DAN TEGANGAN DITRANS! KEPADA BETON Gambar 1-10 Prosedur Pra-tarik (pre-tension) Hal. 1-29 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 2. Pasca-tarik (post-tensioning), adalah suatu sistem pemberian tegangan tekan pada elemen beton dengan cara kabel baja ditegangkan pada saat beton telah cukup keras kemudian tegangan ditransfer pada elemen beton tersebut melalui sistem angkur. selongsong hallow C_TENDON OIANGKUR DAN DIGROUT Gambar 1-11 Prosedur Pasca-tarik (post-tension) Berdasarkan pada ikatan tendon dengan betonnya, pasca-tarik terbagi menjadi dua bagian Bonded Setelah gaya prategang diaplikasikan pada beton, rvang Kosong antara lubang dan tendon diisi dengan material grout. Unbonded Setelah gaya praiegang diaplikasikan pada beton, ruang Kosong antara lubang dan tendon dibiarkan begitu saja. Adapun perlindungan tendon dari korosi biasanya cilakukan dengan sistem pelapisan yang tahan air (waterproof) rrr, Hal. 1-30 MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Gambar 1-13 Pelaksanaan Grouting Tendon Hal. 1-31 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN a ESTRUUR BE TON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN 2 PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS LAYAN (PBL) 24° Umum Dalam perencanaan berdasarkan batas layan struktur dianggap berperilaku elastis linier, Kekualan rencana yang dlizinkan Ry harus ditentukan berdasarkan persyaratan yang Sesuai untuk struktur yang itinjau (untuk Komponen balok, Komponen tekan, dan sebagainya) Keamanan suatu Komponen struktur SF ditentukan sedemikian rupa sehingga kuat Fencana yang dizinkan R,, tidak lebih kecil dar] pengaruh aksi rencana Sy Kapesitas _ultimate Ss ee SF Dengan demikian perencanaan secara PBL dilakukan untuk mengantisipasi suatu kondisi batas layan, yang terdiri antara lain dari + Tegangan kerja. + Deformasi permanen. + Vibrasi + Korosi, retak dan fatik + Bahaya banjir di sekitar jembatan, Kombinasi pembebanan yang dipilin baik kondisi batas maupun layan seharusnya ‘mengikuti Kombinasi pembebenan BMS atau SIN Pembebanan untuk jembatan, 22 Tegangan Izin 221° Tegangan izin tekan pada kondisi layan Tegangan tekan izin, o, = 0,45 7," (untuk semua kombinasi beban). 222+ Tegangan izin teken pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya prategang, Tegangan tekan izin penempang beton, o, = 0,60 /,," rrr Hal. 2-1 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUR JEMBATAN Dimana: {,,’ adalah kuat tekan beton intial pada saal transfer gaya prategang 223° Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan, + Beton tanpatulengan : o,=0.15 Jf" + Beton prategang penuh: 3, = 08/7, 224 Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang, o, + 025 \/i" (setain di pertetakan) + 0.5 yf, ‘(di perletakan) Ani isis atau investigasi Properti penampang, P dan e,, dan properti material Ed Periksa persyaratan tegangan terhadap tegangan jin pada semua tahapan pembebanan ¥ Periksa persyaratan kapasitas momen nominal techadap momen rencana ultimate Periksa persyaratan jumlah dan spasi tulangan sengkang ————— Periksa camber dan lendutan pada kondisi pembebanan short-term dan tong term Periksa persyaratan untuk kondisi khusus pee eee eee Periksa biaya dan usulan perbaikan bila diperlukan Gambar 2-1 Langkah-langkah analisis atau investigasi lentur dalam PBL re Hal, 2:2 Cee a ee a aT een Leeann Leet eae MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN SRR ETON BRATERKAN UNTUKJEMBATAN ‘Asumsikan dimensi penampang, dan propert material Vere eres cores eee Hitung kehilangan prategang: atau asumsi yang setara n = PP, Menentukan P dan eo yang mungkin = Menentukan steel envelope atau batas aman kabel z Menentukan nilai e, di ujung baiok atau di perletakan _—— Menentukan layout kabel yang memenuhi batas aman kabel - ¥ Periksa kembali persyaratan tegangan terhadap tegangan jin pada semua tahapan pembebanen bila diperiukan + Periksa persyaratan kapasitas momen nominal terhadap momen rencana ultimate + Periksa persyaratan momen nominal terhadap momen retak Periksa persyaratan geser vertikal dan menentukan tulangan sengkang Fee ee Periksa persyaratan geser horizontal dan menentukan tulangan ties ce Periksa camber dan lendutan pada kondisi pembebanan short-term dan Tong term Periksa persyaratan untuk kondisi khusus, tegangan end-block. Prosedur pelaksanaan; opening; tolerances; spasi kabel: kebakaran: relakan; dsb ¥ Periksa biaya dan bila memungkinkan lakukan perubahan untuk ! ‘mengurangi biaya (bentuk dan dimensi penampang, properti material, prosedur pelaksanaan, dsb) Gambar 2-2 Langkah-langkah desain lentur dalam PBL a Hal. 2-3 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUS JEMBATAN, 23° Perfanjian Tanda Sekalipun dalam beton prategang efek tekan dan tarik pada kasus sederhana dapat dimengerti, namun penting untuk membuat perjanjian tanda untuk menghindari kesalanan dalam analisis yang kompleks dan sistematis. Hal ini juga penting khususnya bila kita menganalisis dengan bantuan komputer. Perjanjian tanda dalam manual ini secara umum sebagal berikut Tegangan Tanda (+) untuk tegangan tarik ‘Tanda (-) untuk tegangan tekan Positif Negatit Momen Eksternal (+ (e | S\ | jomen Internal x Momen Internal Ee Koordinat lokal penampang (untuk k, ko, €) Tanda (+) untuk jarak deri pusat penampang (¢.g.c) ke arah serat bawah Tanda (-) untuk jarak dari pusat penampang (c.9.c) ke arah serat atas Hal. 2-4 (MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUR JEMBATAN Persamaan tegangan pada serat atas dan bawah penampang berkaitan dengan momen Jentur dan gaya prategang untuk balok di atas perletakan sederhana dapat dituliskan variatif dalam Tabel 2-1 Tabel 2-1 Variasi persamaan tegangan yang disebabkan oleh momen dan gaya prategang [ Pengaruh dari Serat Persamaan tegangan atas/bawah ‘Women Positif. M ‘tas bawah Gaya prategang, P| atas dengan eksentrisitas eke arah_ serat bawah, Dimana notasi-notasi di atas sebagai berikut: I = momen inersia penampang Ye = jarak dari pusat penampang (c.9.¢) ke serat atas terluar Ye = jarak dari pusat penampang (c.g.c) ke serat bawah terluar ¢ = tegangan dalam beton secara umum 8, = lly, = modulus penampang pada serat alas, ly. = modulus penempang pada serat bawah —_—_—_—_—_—_—_——— Hal. 2-5 MANUAL PERENGANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN r = J/iJA, = modulus penampang pada serat bawah k= -I/(A.y.)=-S,/A, =-1*/y, = jarak dari cge ke batas atas kern, ke = UMAy,)=8,/A. =r/y, = jarak dari ogc ke batas bawah kern 2.4 Rumus Umum Perhitungan Tegangan Kondisi awal: Keterangan : Mnio = momen maksimum yang bekerja pada kondisi awal, biasanya momen akibat berat sendiri belok pada saat transfer Minex = momen total maksimum yang bekerja pade kondisi akhir atau layan Contoh 2.1: Berikut ini adatah Balok di atas perletakan sederhana. Contoh ini hanya sebagai ilustrasi perhitungan saja untuk penyederhanaan. Dalam prakteknya bentuk penampang dan beban lebih rumit namun prinsipnya sama Hal. 2-6 MANUAL PERENGANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN ETM” este! byl Diketahui P= 525KN (gaya prategang setelah semua losses) b= tam "= 200mm b= 300mm =— f= 600mm Mutu beton fe MPa 1. Hitung tegangan jin Tegangan iin fayan TEMPa ayy = 3.596MPa (talk) -22.5MPa (tekan) O¢5'=-0.45-f6 os = Tegangan ijn inital oy 025 Te MPa oy oj = 0.6 te oi LT68MPa (tat) SOMPa —(tekan) 2. Hilung Momen lentur Beban mati sendiri kN AN apy = B25 pL= 45 im faa: Mou 3900! Moy = 810 m epan niaup qa a 1 Masur My = 72kN-m Momen total Mpe+M, — Mmay = 153KN-m Hal. 2-7 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UN TUK JEMGATAN 3. Hitung Properti Penampang bn? 72 1 54% 10°mm* Ac = 1.8% 10°mm? ¥_= 300mm Yp = 300mm $= 1.8% 107 mm? 8x 10! mm? 100mm kya kp = 100mm 4, Penksa tegangan pada serat atas dan bawah kondisi transfer dimidspan ¢--@, @= 200mm asumsi: 60.83 Pj ! ~0.986MPa soy» 1.768MPa (tarik) += op=-8.042MPa = aj =-30MPa ekan) Hal. 2-8 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 5. Perks tegangan pada serat alas dan bawah kondis layan| dimidspan @.=e, = 200mm -P Pe Max -8.983MPa > ong = ~22.5MPa ac SS ies tekan)

0.50 fy, Prosedure ini secara umum lebin Konservatif dan dapat digunaken sebagai pengganti perhitungan tegangan yeng lebih akurat berdasarkan kompatibiltas regangan. Bonded tendon : Hal MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN [ Blo 7 (3-11) Unbonded tendon : vika rasio bentang terhadap tinggi penampang s 35 (3-12) vika rasio bentang terhedap tinggi penampang > 35 fos = fhe * 70+ F1(300p) (2-19) Dimana : @ = indeks tulangan baja konvensional tarik, «= pfj/fe = indeks tulangan baja konvensional tekan, «= p'f,/Pe 2 = indeks tulangan baja konvensional tekan, « = py fps/Fe p = resio tulangan tarik non-prategang terhadap luas penampang beton. p= rasio tulangan tekan terhadap luas penampang beton. A» = rasio tulangan prategang terhadap luas penampang beton, fp = tegangen efektif prategang (setelah /osses), MPa fy = kualtarik baja prategang, MPa. P, = Gaya prategang efektit (setelah losses), N 4p, =luas tulangan prategang, mm? 3.2.5 Preliminari Desain Ultimate Untuk penyederhanaan, Asumsikan : hanya ada tulangan prategang saja, tanpa tulangan baja biasa Lengan momen, jd = 0.8h Tegangan nominal prategang, fy, = 0.9f, Berdasarkan asumsi tersebut momen nominal pada persamaan (3-4) dapat ditulis sebagai berikut: M, = Aj, (d, 212) = A,,0.9f,, (0.8) = A,,0.726,-f1 Maka Iuas tulangan prategang untuk preliminari (desain awal) dapat diperolen dari kebutuhan tegangan final atau kebutuhan momen rencana ultimate, fn sebagai berikut, MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN M, et yaa (3-14) O72f,.h Jika tinggi blok tekan beton a sama dengan tinggi flens hy, maka luas tekan beton A, =ba. C=085F A. T= fy Ape = Mp/(0.8h) Dari persamaan keseimbangan gaya C=T, maka luas tekan flens adalah : M, (3-15) “088-0851. 0.68h- fF, 3.2.6 Langkah-Langkah Desain Member Prategang Kondisi Uitimate Langkah-langkah mendesain member prategang pada kondisi uitimate dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Tentukan cimensi penampang. Tinggi penampang, h = 1/20 L, atau dari Tabel 1-2 bila menggunakan penampang AASHTO. Dimana L = panjang span. 2. Menghitung gaya dalam momen layan, momen dan geser ultimate. Masing-masing yaitu My, My dan Va 3, Tentukan dimensi pelat, Pilih tinggi flens hy dengan rumus pada pers. (3-15) dan lebar pelet efetf 4, Menghitung sifat penampang komposit girder dan pelat Estimasi lvas tulangan prategang, A,, berdasarkan rumus pada pers. (3-14) Hitung momen nominal, Ms (lihat flowchart) + Pilih ukuran dan spasi tulangan non prategang + Periksa juga tulangan baja minimum, As > 0.004 A (bila tidak prategang penuh) 7. Periksa momen desain dM, > My 8. Periksa momen desain minimum perlu, gin > 1.2 Mcr untuk memastikan kecukupan tulangan tarik baja non prategang khususnya pada tendon unbonded. MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEWBATAN. taal — aaa Saas Input Bante Penanpang T.1,Rectaguer, Box). | Del bal dulotisbanlhsEsEn I See et cee a [tong Gar ompaiiasregangn C0 Resa beriane ST ve serhadapsinage 352 a ah RSW TIED RSTO ga Blah Ay Saar tomer oo (See berfiens eee a“ [Seertoc—*———— | ot a= haa 8361-80893 eee Lys (O78) 2H AL, (d-dh Gambar 3-8 Flowchart Momen Nominal Hal. 3-12 MANUAL PERENGANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 3.2.7 Conloh Perbitungan Desain Member Prategang Kondisi Ultimate CONTOH 3.1a DESAIN BALOK PRATEGANG. ‘ SOAL: Dasain jembatan bentang 36 m dengan balok girder T-Bulb AASHTO. DIBERIKAN Panjang bentang jembatan si = 36-m Jarak antar balok (as ke as) L¢ = 2.10m Material a. Beton = Girder Pracetak fo = 45.65MPa fe 45.65.MPa Ec = 4700-fe(MPa) Ec = 31755.448.MPa fy = 400-MPa Pelat fep = 29.MPa Ecp = 4700-/fep(MPa) Ecp = 25310.275.MPa Se a ee a a ee a ean tee et ———— MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN (ER ETON PRA TEAM UNTUK JENBATANN b. Kabel Prategang (Jenis Relaksasi Rendah) fpu = 1860-MPa fpy = 0.9fpu fpy = 1674-MPa {oj = 0.75-fpu fpj= 1995.MPa (maks.) foi = 0.7-fpu fpi= 1902. MPa fpeff = 0.8-fpi fpeff=1041.6.MPa — (asumsi losses 20%) Eps = 195000.MPa | Diameter Tendon @ =12.7-mm | Luas efekiifper tendon Apt - 8mm” Hal. 3-14 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEWBATAN, RSNETIEGE Posal 5.4.1.1 Faktor 1 tergontung ‘ari muy belon, ka furarg dan 30 MPa LANGKAH 1: Menentukan Dimensi Penampang Penampang : AASHTO Tipe VI h = 1828.8.mm rionya 085, arn iia © eb besar 20 feesee eae Pa nisin bekiran xt = 127mm secara proporsiona pi tidak lebih Kec dar x2 = 177.8mm [oss b2 = 711.2mm bw = 203.2mm AASHTO TIPE VI Momen inersia ic = 3.052 x 10" mm* LuasPenampang Ac = 6.999986 « 10°mm” Garis Berat Bawah Cb = 924.068 mm Garis Berat Atas — Ct=h-~Cb Ct = 904.732 mm 3 ‘Sec, Modulus Top St =3.374 x 10° mm Sec, Modulus Bottom = Sb = = Sb = 3.309 x 10° mm? Hal. 3-15 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Radius Girasi 660.337 mm 2 kb = kb = 481.961 mm ct 2 Kt= kt = 471.876 mm cb tebal pelat total (asumsi- tral) hsp = 220mm LANGKAH 2: Gaya Dalam Faktor reduksi lentur b-08 Faktor reduksi geser w= 0.75 Berat jenis beton yo = 26-kN-m~ > Berat jenis beton prategang apt = 25-kN-mo > Berat jenis baja ys = 78.5-KN-m-? Resume gaya dalam M + V datam girder Mggi = 2.629 x 10° kNm Vsa = 292.068 kN Mg} = 2.835 x 10° kNm Vat = 314.999 kN My = 1.418 x 10° kNm Vy = 187.584 KN Mu = 1.3-(Mggi + Mg)) + 2.2-(M_) Mu = 1.022 » 104kN-m Mt = 1.0-(Mgai + Mgi) + 1.0.(ML) Mt = 6.882 « 10°kN-m Vu = 1.3-(Veai + Vai) + 2.2-(Vi) Vu = 1.136 x 10° kN Vt = 1.0-(Vsai + Vai) + 1.0-(VL) Vt = 764.657 kN | Unat kombiast pombe baran peda eMs'92 atau SN peraturan pembetanan untuk yemoatan Hal. 3-16 MANUAL. PERENCANAAN STRUTUR BETON PRATERAN UMTUCTEMOMTONT Reena Medi = Momen aktbatbeban mat superimpose, seper pelt na den agp Mdi = Momen akibat berat sendiri girder | | ML Nomen abet beban hap | \Vsdl_ = Geser akibat beban mati superimposed, seperti pelat lantai dan aspal Vdl = Geser akibat berat senditi girder VL = Geser akibat beban hicup LANGKAH 3: Penentuan Tebal Pelat Lantai Jembatan Tinggi perlu flens untuk menahan momen Mu Mu 9-0.68-h-fc bila lebar pelat efektif di atas girder, Ac Ac! = 2.251 x 10° mm? | bp = Le bp) = 2100mm maka tebal flens minimum, Act bot hf = hf=107.188mm —< hg = 220mm Ket = “hslb > hf, OK" | Lebar effektif pelat, terkecil dari f Lst bpl = min| (ow. 16-hsp Le —— }) bpl = 2100 mm iS 4), Tebal minimum flens menurut AASHTO 1.2-(Le + 3m) 30 tmin = 204mm — << hg = 220mm OK! tin Ket = “hslb > tmin, OK" | Hal. 3-17 MANUAL PERENCANAAN SIRUNTUR BETON PRATERAN UNTUREMEATAN LANGKAH 4: Menghitung Sifat Penampang Komposit 176 10° MPa Modulus Elastisitas Pelat —Eop - 2.631x 10° MPa Modulus Elastisitas Girder Rasio modulus ng ee ee | Ec | Lebar sayap efektit bpi = 2400mm Lebar sayap tranform be=no-bpl be = 1673.78mm Luas Penampang Komposit Ack =Ac+be-hsib Ack = 1.088 10°mm2 Garis Berat Bawah Komposit b) be-(hslb) (ns = |+Ac-cb } | S0K= = bk = 1.274% 10mm | | Ack Garis Berat Atas Komposit Ctk=h+hsib-Cbk — Ctk = 774.942mm e—e—e——ooolloll MANUAC PEREN TOR PRATERAN UNTUR JENOMTAN dALPERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTURJEMOATAN SA STRUT BETON PETER UNTUR TEMA ‘Momen inersia Komposit 2, be-hsib® Ick = Io + Ac-(Cbk - Cb)? + + be-hslb (ox = lek = 5.552 x 10° mm4 Sec. Modulus Top Stk = = Stk = 7.164 x 10° mm? Sec. Modulus Bottom spk = Sbk = 4.356 x 10mm? LANGKAH : Estimasi Luas Prategang | Eksentrisitas Tendon Gm =A 200mm=Ct ey = 724.068mm Estimasi berdasarkan kondisi tegangan akhir pada serat bawah @=en = 724,068mm Ft = OMPa Nilai awal eff = 1.kN NEN Pett Peffie Ma + Mey | Ac Sb Sb Pf2 = Find(Peff) PI2 = 5467 24kN Estimasi berdasarkan Kekuatan batas penampang : Mu © 6 [0-72Ipu{h + hslby] | | i PB = Aps-fpeff PIS = 4.851 x 10°kN 2 Aps Aps = 4.857 x 10° mm uas portiraan kabel Avs dapat aperien dengan mengaunakan 0.5-fpu=930MPa OK! maka: Nilaiuntuk yp 0.55 bila fpy/fpu>08 ft 0.4 bila fpyifpu > 0.85 wy 0.28 bila fpyfpu > 0.9 fpu yw = 0.28 B1= [085 it to<30.MPa 065 if fox 55.MPa | fe + 0.85 ~ 0.008} —— - 90) if 30.MPa 0.26 91 p otherwise OVER ="N" Berdasarkan AASHTO 3rd Ecition 2004, Sec. 57.3.3 Kedalaman tulangan efektif pada penampang Aps fps-dp + Ast de = APSfes-dp + Ast-ty.d de = 1.857 m Aps fps + Ast-fy = cee 203.753 mm a = 01 <0.42 OK. de ‘ia asus alan maka pendekatan manus ‘ipertungken sebeser Dalek T. Linat sub bab 422 Hal. 3.22 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMUATAN AR EE TON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN over = |v" it S > 0.42.1 OVER - le 'N" otherwise a) a tn = tae @o-2)s asry{an2 co Mn = 17102.625 kN-m, | LANGKAH 7: Periksa Momen Desain ultimate | | Momen Nominal Mn = 17102.525 kN.m i Periksa @-Mn = 13682.02 kN.m > Mu = 10222.851 kN-m. check apakah givin > Mujika ya ~> OK LANGKAH 8: Periksa Momen Desain Minimum Perlu Ac = 699998.6mm? Ie = 3.052 x 10° mm4 Pe = 5.512 x 10°kN | | Tegangan tarik retak fr=07.VieMpa r= 4.73Mpa | Menahitung momen retak penampang ‘Tegangan serat bawah girder akibat beban layan total, Mt fakt = Pe _ Pe-e | Mai + Meat yams Ac Sb Sb ‘Sbk fakt = ~0.163 Mpa Momen untuk meretakan penampang adalah | Mer = (fr~ fakt)-Sbk + Mt | | Mer = $013.961 kN-m MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUK JENBATAN Periksa rasio momen kapasitas terhadap momen retak é-Mn Mer 82 >12..0K! 3.3, Perencanaan Balok Terhadap Geser ‘Aluran perencanaan ini berlaku untuk balck prategang yang mengalami geser V,, ‘momen lentur M, dan aksial P,, atau yang mengalami geser V,, momen lentur M,, aksial Peden puntirT., dengan ketentuan memenuhi persyaratan untuk puntir juga Analisis geser balok harus dilakukan dengan cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT). Pada balok yang tidak prismatis atau tinggi penampangnya bervariasi, perhitungan Kekuaten geser harus memperhitungkan komponen gaya tarik atau tekan miring akibat adanya variasi tinggi penampang, 3.3.1 Kekuatan Geser Bates Nominal Kekuatan geser batas nominal V,, tidak boleh diambil lebih besar dari jumlah kekuatan ‘geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan geser dalam penampang komponen struktur yang ditinjau, yaitu: Vn = Ve + Ve 3.32 Kekuatan Geser Batas Yang Disumbangkan Oleh Beton ‘Kekuatan geser batas beton V. tanpa memperhitungkan adanya tulangan geser, tidak boleh diambil melebihi dari nilai terkecil yang diperoleh dari 2 Kondisi retak, yaitu retak geser terlentur (V.) dan retak geser badan (Voy), Kecuali jika penampang yang ditinjau ‘mengalami retak akibat lentur, di mana dalam kondisi tersebut hanya Kondisi retak geser terlentur yang berlaku. a). _Kondisi retak geser terientur Kuat geser V. harus dihitung dari: Hal. 3-24 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMSATAN tetapi Va tidak perlu diambil kurang dari } momen rtakakurangi momen berat send AVU = Vu, + Vusox = geser total dikurangi geser berat sendiri AM = Mug, + Muso. = momen total dikurangi momen berat sendin 2y= I/¥p b). Kondisi retak geser bagian badan Vv, = 0+, di mana MY gaya geser yang, bila dikombinasikan dengan gaya prategang dan Pengaruh aksi lainnya pada penampang, akan menghasilkan tegangan lark utama sebesar 0,33 Vf, pada sumbu pusat atau perpotongan agian badan dan sayap, mana yang lebih kritis, atau dapat diambil sebesar: OZ" + Fu )b Dimana foe = menyatakan tegangan tekan rata-rata pada beton akibat gaya prategang efektit saja, sesudah memperhitungkan semua kehilangan gaya prategang by = lebar penampang geser d= tinggi efektif penampang geser Bila pada komponen struktur pratarik terdapat keadaan di mana penampang yang berjarek h/2 dari tumpuan berada lebih dekat ke ujung Komponen dari pada panjang transfer tendon prategang, maka dalam perhitungan Var untuk kondisi retak akibat geser badan_digunakan nilai prategang yang diteduksi. Gaya prategang dapat dianggap Hal. 3-25 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN a AR ETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN bervariasi dari nol pada ujung tendon sampai harga maksimum sebesar 50 kali diameter (kawat untai) atau 100 kali diameter (kawat tunggal) pada titik sejarak panjang transfer tendon. 3.3.3 Kekuatan Geser Batas Yang Disumbangkan oleh Tulangan Geser ‘Sumbangan tulangan geser tegak dan miring terhadap kekuatan geser batas, V;, ditentukan dengan persamaan berikut a). untuk tulangan geser tegak lurus »). untuk tulangan geser miring "AS (since + cova)d s ‘ di mana a menyatakan besarya sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal Komponen struktur, dan d adalah jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik longitudinal, tapi tidak perlu diabit kurang dari 0,8 Dalam segala hal Vs tidak boleh melebihi (23) bo. 3.3.4 Kekuatan Geser Batas Rencana Kokuatan geser rencana harus diambil sebesar ¢Vp, di mana kuat geser batas V,, dan ¢ adalah faktor reduksi kekuatan. Untuk memenuhi syarat keamanan geser, kuat geser rencana haus diambil tidak lebih kecil dari gaya geser batas (ultimit, atau gaya geser rencana terfaktor) V, pada Penampang yang ditinjau akibat kombinasi pembebanan luar yang paling berbahaya. Wn > Vy 3.3.9 Gaya Geser Maksimum Di Dekat Tumpuan Gaya geser batas atau gaya geser rencana terfaktor V, dihitung dengan menggunakan beban rencana batas seperti yang ditentukan pada Peraturan Pembebanan untuk Jembatan, ee Hal, 3-26 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN Gaya geser maksimum di dekat tumpuan harus diambil sebagai gaya geser pada: a). jarak h/2 dari muka tumpuan, jika tidak ada beban terpusat bekerja antara muka tumpuan dan lokasi sejauh jarak tersebut, atau b). _muka tumpuan, jika retak diagonal akibat geser mungkin terjadi pada tumpuan atau berianjut sampai pada tumpuan. 3.3.6 Tulangan geser minimum Lvas tuangan geser minimum adaloh A {6s GF Bila gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan, tulengan geser minimum dapat dihitung dengan persamaan di alas atau persamaan berikut 3.3.7 Persyaratan tulangan geser Persyaratan untuk tulangan geser berikut ini harus diterapkan dalam perencanaan geser: vika gaya geser rencana terfaktor V, tidak melebihi kekuatan geser rencana balok dengan tulangan geser minimum, V, < $V,ni, maka hanya perlu dipasang tulangan geser minimum. Syarat pemasangan tulangan geser minimum ini pada balok bisa diabaikan jka V, < 6V: dan tinggi total Komponen struktur tidak melebihi nilai terbesar dari 250 mm dan setengah lebar badan. Ketentuan mengenai tulangan geser minimum ini dapat diabaikan bila menurut Pengujian yang mensimulasikan pengaruh perbedaan penurunan, susut, rangkak dan Hal. 3-27 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR DETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN, Perubahan suhu yang mungkin terjadi selama masa layan, komponen dapat mengembangkan kuat lentur dan geser nominal yang diperlukan. Jika. Vy> @Vemn, maka harus dipasang tulangan geser dengan kuat geser batas Vs viika gaya prategang lebih besar dari gaya geser rencana, Vp > V., maka gaya geser rencana semula harus dimodifkasi menjadi V, = 1,2 Vp—Vsayei dan untuk Perhitungan selanjutnya Vp dianggap nol | Contoh 3.2-4 Merencanakan kapasitas goser balok T pada contoh 3.1 Bentang .=36 m | Perampang Tinggi penampang b= 1.829 m Lebar badon bw = 0.203 m Ac=7« 10mm? Yt = 904.732mm Sb= 3.303% 10° mm? Pe = 5512.147kN ‘Aps = 292mm? Op = 1.849 m Pe a — e=Gerfe= 104 MPa > OApuaraeMPa | SN layout kabel mengikuti persemaan parabolik sebagai berikut ex) atx + px ty «t= 0.0022 m™ p1=0.0805 1 =0m check 9,(0.5L) =0.724m = ey Material Faktorreduksi 0.75 | Kuattekan beton fe = 45.65Mpa | egnuan ie tly = aoonea rrr ree Hal. 3-28 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Beban x = 16226 au a.7o5t m kN Qgir=175— sal m kN Quo, = 19-090 Gupy = 2275S Qusp = 18-0841 Qugp, = 21.0845 kN Qu, =22-01 Quy = 19.261 m kN Qu = Qup, + Qusp, + QUE (Qu =63.105-— kN AQU = Qugot + QuyL Qu» 40.355 Gaya-gaya dalam Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh girder saja) bbeban konstruksi yang bekerie = 1 KNim2 Le L Mupt (x) = Qup [: x oT unt (x) = Gua. (5 0] 6] sie «sof AMu(x) = 4Qu: [ rrr Hal. 3-29 MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN. Diagram momen 15-108 u.009 Nm) 1108 aM) | (em) Mud 5000 xm Diagram Geser 2000 2000 10 20 30 rr S Hal. 3-30 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTURJEMBATAN met x2 = 0.2L x3 = 0.38, a x2= 9m x3=126m Momen Mut = Mu(xt) Mut = 1012.272kN-m Muz = Mu(x2) ‘Mu2 = 7667.228kN-m Mug = Mu(x3) Mu3 = 9902 203kN-m Geser Vat = Vu(et) Vt = 1078.183kN, wut = VuQx2)— Vu2 = 667.043kN Vu3 = Vu(x3)—Yu3 = 340,766KN, Jarak serat atas ke pusat prategang, dp Opt = Yt ey(xt) dpt=0.976m 692 = Yi + €,(2) dp2= 1.448m dp3 » Yt + @,(%3) dp3 = 1.564m Persyaratan Geser menurut ACI O4fpur 744Mpa

04.V Mpa vet=2703Mpa EVP) vwred (Tenia et otherwise ves [osaVTe Ciba if ve2>04ifEMpa ved 1.126Mpa ENEPA) H veos® (EPR) ve2 otherwise ved= [04.A0/fe(Mpa) if vo3>0.4-.VfoMpa — ve3= 1126Mpa : a ZV TIPS it ves * afte PHS ve3_ otherwise Saat beban layan bekerja asa EREISneeteeeerrrrerreeee eee Hal. 3-32 MANUAL PERENCANAAN STRUGTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Pada tik’: — x1 -09t4m Vut = 1078.183KN > §-vet.bw.dpt = 402.167KN maka diperlukan tulangan geser tidak minirmum Menentukan spasi,s s,q = 200mm (prekts) 0.76:h \\ acim | Vita anor bw. 2 Luas tul. minimum — Avmin= “®.npa_—_Avmin = 33.867mm* ay Menentukan luas tulangan geser, Av Avt = 226.722mm? aa sea) ye Luastul, geser dia = 13.mm Avtge = 0:25-n-dia”2 Avge: = 265.485mm? > Avmin atau vt. OK! Wn 4 = + vet-bwedpt + \ On y = 1193,702kN f Avtee fy ‘) Hal. 3-33 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN, Pada tlk 2 x2= 9m Vu2 = 567.943KN > 4 -vo2.bwidp2= 248.461kN. maka diperlukan tulangan geser tidak minimum Menentukan spasi,$ qq = 250mm _(praktis) o76h)) 's = min) | 600mm see J) | yas tut minimum —aymin= SS wipe avin = 42:333mm? oy Menentukan uas tulangan geser, Av ae( M2 -scaowere} \ J fy Hal. 3-34 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Av2aerty-d Pes Vn 2 = 881 689kN PadatiikS. x3 = 126m us = 340,765KN > 40.503 bw-dp3 = 184.171 kN maka diperlukan tulangan geser tidak minimum Menentukan spasi,$ sqqj = 300mm (prektis) (075 )) 3 = min] | 600mm = 300mm soa) Luas tul minimum ——Aymin= 5 ipa Amin ay Menentukan luas tulangan geser, Av av -(< = ve3.bw ors] Fp Nes 9 =n50nt Luas tul geser dia = 10.mm 25n-dia?2 Ava =187.08mm? > Avmin atau Av2.0K! Ake = ( AvSae fd S|} ving = 980.585KN v0 5» 6 ed bw ds + vn (x) = Jovng if Omcx sx2 Whe if x2x3 Hal. 3-35 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN LE UIEEEEEEeieeeemeenemnenmmeeeeeer errs Hal. 3-36 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 3.4 Daerah pengangkuran untuk angkur prategeng 3.4.1 Angkur untuk komponen prategang pasca tarik Tulangan harus dipasang untuk memikul gaya tank yang timbul dari aksi dan penyebaran gaya prategang pada daerah angkur. Pada daerah pengangkuran harus dipasang tulangan untuk menahan gaya pemecah (bursting), gaya pembelah (splitting), dan gaya pengelupas (spalling) akibat pengangkuran tendon, kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa hal itu memang tidak diperlukan, Daerah dengan perubahan penampang mendadek harus diberi tulangan yang cukup, ‘Angkur, penyambung dan penutup akhir (end fiting) harus dilindungi secara permanen terhadap karat 3.42 Pembebanan yang diperhitungkan Pembebanan yang harus diperhitungkan meliputi a). semua beban pada angkur; ). beban kritis selama pelaksanaan penarikan Bila jarak antara 2 angkur kurang dari 0,3 kali tinggi atau lebar total Komponen, harus dipertimbangkan pengaruh pasangan angkur yang bekerja sebagai angkur tunggal cekivalen di bawah gaya prategang total Dalam menghitung pengaruh rencana harus digunakan nilai maksimum gaya prategang selama transfer, Jika angkur majemuk ditegangkan secara berurutan, gaya prategang total pada tiap tehapan dapat dikurangi untuk mengantisipasi kehilangan pada tendon yang sudah ditegangken. Hal. 3-37 TANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 3.4.3. Perhitungan gaya tarik sepanjang geris kerja gaya angkur Resultan gaya pecah dari tegangan tarik melintang yang terjadi sepanjang garis aksi gaya angkur besamya tergantung pada gaya maksimum yang terjadi pada angkur saat penegangan, dan perbandingan tinggi atau lebar pelat tumpuan angkur dengan tinggi atau lebar prisma simetris, Tinggi atau lebar prisma harus diambil yang terkecil dai: ©), 2 kali jarak dari pusat angkur ke permukaan beton terdekat pada bidang penampang memanjang 4d). Jarak dari pusat angkur ke pusat angkur sekitarnya yang terdickat. Tampak ata saming Gambar 3.31 Daerah Angkur Lokal dan Global 3.4.4 Jumlah dan distribusi tulangan Untuk gaya pemecah (bursting) di mana tulangan tidak di dekat permukaan beton dan ada tambahan tulangan permukaan, tegangan pada tulangan harus dibatasi maksimum 200 MPa Untuk gaya pengelupas (spalling) di mana terdapat lapisan tulangan pada tiap sisi komponen, tegangan pada tulangan permukaan harus dibatasi sampai 150 MPa untuk ‘mengontrol retak. Tulangan harus diangkur dengan baik untuk menyalurkan tegangan tersebut, Tulangen harus didistribusikan sebagai berikut Hal. 3-38 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Tulangan untuk gaya pemecah harus didistribusikan dari 0.1h sampai 1,0h dari permukaan yang dibebani. a). Tulangan yang serupa haus dipasang dari bidang pada 0,1h sampai sedekat mungkin ke muka yang dibebani. h harus diambil sama dengan tinggi atau lebar dari prisma simetris. Tulangan yang dipasang untuk mencegah pemecahan juga dapat digunakan untuk mencegah pengelupasan asalkan posisinya tepat dan dijangkarkan dengan baik. b). Tulangan untuk gaya pengelupas harus dipasang sedekat mungkin ke muka yang dibebani dan konsisten dengan persyaratan selimut beton dan pemadatan. ©). Pada tiap bidang yang sejajar dengan sisi yang dibebani, tulangan harus ditentukan dari penampang memanjang dengan persyaratan tulangan yang terbesar pada bidang tersebut, dan harus diperpanjang ke seluruh tinggi atau lebar daerah ujung 3.45. Angkur Untuk Komponen Prategang Pratarik Pada daerah pengangkuran komponen pra-tark, tulangan untuk gaya pemecah umumnya tidak diperlukan. Untuk mengontrol retak horisontal, ‘sengkang vertikal yang dipasang harus menahan minimum 4% gaya prategang total saat transfer. Untuk mengontrol retak vertikal diperlukan sengkang horisontal dalam luas yang sama, dan dipasang bersama-sama sengkang vertikal jika diperlukan kontrol terhadap retak vertikal dan horisontal Sengkang ini ditempatkan sebagai tulangan pencegah pengelupasan (spalling reinforcement) di sepanjang 0,25 kali tinggi (lebar) Komponen dari muka ujung Tulangan harus direncenaken untuk menyalurkan tegangan sebesar 150 MPa 34.6 Detail penulangan knusus pada daerah pengangkuran Harus diperhatikan tulangan yang diperlukan pada daorah tegangan tark setempat seperti pada sudut tak bertegangan (dead end), angkur internal, dan angkur luar. Pada angkur internal, tulangan khusus harus dipasang untuk menahan 20-40% gaya prategang dalam tendon. Hal. 3-39 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Bila digunakan angkur luar, selain tulangan untuk menahan gaya pemecah, diperlukan tulangan tambahan untuk menahan tarik akibat kelengkungan tendon, menyediakan sambungan geser ke komponen utama dan melayani penyebaran gaya prategang, serta menahan tarik akibat eksentrisitas setempat dari gaya prategang, 3.4.7 Panjang penyaluran untuk tendon pratarik Jika tidak ada data pengujian yang cermet, panjang penyaluran Lp untuk pelepasan berangsur diambil minimum sebagai berikut + 150 kali diameter untuk kawat baja (wire) + 60 kali diameter untuk kawat untai (strand), © (fen Fhe)dy/7 mm Bila lekatan kawat untai tidak menerus sampai ke ujung komponen, dan bila akibat beban kerja terdapat kondisi tarik pada beton yang awalnya mengalami tekan, maka nilai panjang penyaluran di atas harus dikali 2 3.4.8 Penyaluran tegengan tendon pasca tank dengan pengangkuran Pengangkuran tendon harus mampu menyalurkan kekuatan tarik fp, ke dalam tendon. Angkur untuk tendon yang tidak terlekat harus mampu menahan kondisi pembebanan berulang. nESnnEEEEnERnemeeeeenee sera Hal. 3-40 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 4 KEHILANGAN PRATEGANG 41° Umum Secara umum kehilangan prategang dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut Friksi (pasca-tarik saja) Slip pengangkuran (Anchorage-seating) Perpendekan elastik beton (Elastic-shortoning) Rangkak Susut Relaxation ear one Adapun penjelasan semua jenis kehilangan prategang ini dapat dijelaskan pada sub bab selanjutnya 4.2 Kehilangan Akibat Friksi Kehitangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya dapat dihitung dengan menggunaken rumus sebagai berikut fehewn (CL.5.9.5.2.2 AASHTO-2004) Dimana fe = tegangan baja prategang pada saat jacking sebelum seating. fe = tegangan baja prategang di tik x sepanjang tendon. e nilai dasar logaritmik natural naverian M = koefisien frksi, bila tidak disebutkan dalam spesifikasi material nilainya dapat dilihat pada Tabel 2-1 Koefisien Friksi « perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari tiik jacking kK koefisien wobble, bila tidak disebutkan dalam spesifikasi material nilainya dapat dilthat Tabel 2-1 Koefision Friksi L = Panjang baja prategang diukur dari titik jacking. Hal. 4-1 ————— MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTURK JEMBATAN ER ots PRA TEKAN UNTUK JEM ERAN Gambar 4-1 Contoh Model Layout Tendon. Tabel 4-1 —_Koefisien Friksi untuk tendon pasca-tarik (CL. §.9.5.2.2 AASHTO-2004) Type of Steet Type of Duct K mm Rigid and semirigig galvanized metal sheathing | 66 x 10-7 | 0.75.05 Wire or strand Polyethylene 66xi07| 023 Rigid steel pipe deviators for extemal tendons | 66x 107 | _0.25 High strength bars Galvanized metal sheathing [esxio7] 030} Hal. 4-2 —_———$$— $$ MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Contoh Perhitungan: CONTOH 4.1 Kehilangan Akibat Friksi SOAL Jembatan dua bentang boxgirder yang dark di Satu sisi | 7 3 © pal 48m, ia am oN ® 8 OOo € 4am 42m DIBERIKAN Jumiah tik Analisis Jumiah bentang nb=2 Panjang Bentang Sbo = 48m Sb; = 42m (bentang pertama) (bentang kedua) Hal. 4-3 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Material Kabel Prategang Jenis prategang (Post-tension) Jenis baja Tegangan putus fou = 1860:Mpa Tegangan saat jack —fpj - 0.75-fpu fpj= 1.305% 10°Mpa _ (maks.) Tegangan lelen fpy = 0.85-fpu fpy = 1581Mpa Modulus elastisitas Eps = 195000. Mpa Koefision friksi yy = 0.15 (Panjang frame < 180 m) Koefisien wobble k - 0.00066 + m Layout kabel Ly Ypg = 1.08 Ly, = 19.2 Yp, = 0.305 by = 432 32 bg = 48 52 by = 822 Yo, = 1:32 Ly, = 732 ¥p, = 0.308 Ly, = 90 Yo, = 195 Le = jarak dari ujing Denorkan kabel lero

Hitung kehilangan akibat slip angkur pada contoh 2.1 Diberikan : i Modulus elastisitas kabel Eps = 195000MPa | Besarnya setip pada angkur AL = 0.0095 m | Jarak ke titik yang diketahui Lelo+ly b=432 m Kehilangan akibatfiksi sejarakt af, d=71.798MPa Hal. 4-7 THANUAL PERENGAVAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN, Langkah 1: Jarak yang terpengaruh oleh slip angkur, x = 33.386 m Langkah 2: Kehilangan tegangan akibat anchor set 2d-x C Ay = fy = 110.975MPa Langkah 3: Check tegangan pada posisi angkur setelah slip (tegangan harus kurang dari 0.7fou) {= fifa fp=1284.025MPa < 0.7fpu=1.302x 10°MPa OK! Langkah 4: Tegangan prategang setelah slip angkur Tegangan di ujung py = fpj- Aa fpyj = 1.284 10° MPa fp2)= [fy if j=0 fo, foyj + rin. +) otherwise Redefinisikehilangan akibat slip angkur Ag = fot fp!2 a SST MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN H Ton | Dh wh mpa_| _wPa_|_uPa O73 BO] 170. BS] 284.028 [1361-493] 43.961] 1317 332 2 tas aoa 0.000] 1323202 af 302.637] 0.000, “i302 631 atta o6o] 001609 alta rae] 0,000] 244.792 af —a2ia 7a] 0.000] 1214797 fot Pa) (Pa 1400 2 40600 4.4 Kehilangan Akibat Pemendekan Beton Beton menjadi lebih pendek bila gaya prategang diaplikasikan. Bersamaan dengan pemendekan itu tendon yang tertanam dalam beton tersebut kehilangan sebagian gaya yang dibawanya, Untuk beton prategang pasca-tarik kehilangan akibat pemendekan beton tidak ada bila beton ditarik bersamaan. Bila tidak bersamaan kehilangan prategang pada pasca-tarik besarya % kali nilai pra-tarik Hal. 4-9 TMANUAL PERENOANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMGATAN ; “ese! Gambar 4-3 Pemendekan Beton Gambar 4-3 mengilustrasikan pemendekan beton yang disebabkan bekerjanya gaya prategang inital P, Regengan yang ered adalah fe. ho F L ey AE, ees Kehilangan tegangan akibat pemendekan beton dapat dihitung sebagei berikut: Afes = ees Es 5 AE, Dimana {es = tegangan dalam beton pada level pusat tendon prategang. = nilai modular atau rasio E/E vlika layout tendon mempunyai eksentrisitas terhadap pusat penampang dan berat sendiri beton ikut diperhitungkan maka Catatan: fs bernilai (-) bila menyebabkan tekan dan bernilai (+) bila menyebabkan tarik Hal. 4-10 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN CONTOH 4.3 Kehilangan Akibat Pemendekan Beton os ‘SOAL: Hilung Kehilangan akibat pemendekan beton pasca-tarik pada contoh 21 a. Jka 2 tendon sekaligus dalam sekali penarikan », Jika 1 tendon dalam sekali penarikan | c. Jka semua ditark bersamaan Diberikan : Mutu beton sitinder fo = 60MPa Modulus elastistas beton (28hari) Ee = 4700/7 MPA Ec = 3.641 10°MPa Mutu beton saat transfer foi =0.65'¢ fci=39MPa Modulus elastisitas beton initial Eci = 4700-/fci- MPa Eci = 2.935% 10° MPa Luas penampang Acj = 6m? Momen inersia Ioj = 3.764m* Garis berat bawah fp, = 1.05m Radius girasi Beral isi beton 24kN-m” * Jumiah tendon ntd = 4 Luas total kabel ‘Aps = 720mm” Langkah 1: Menentukan eksentrisitas kabel & = Yb, -¥p-m = Yb, — Vp, Hal. 4-11 MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN, i ue ee Catatan: [ m im {anda (+) dibawah ege of 06] 01000] iP 18.20[ 0.745 243.20] 0.279 af 48.00 —-0.479 ‘a[__8220|-0.270] j s[ 73.20] 0 745 | 20.05] 0.000} ue = Langkah 2: Hitung Momen akibat berat sendiri Qd = 144 mT kN 1 Mp(x) = 2-Ad-tp:x - S22 2 j tr Mo m «Nm O09 O00 73:20] 35,813.12 43.20[ 14,920.92 8.00] 000, 52.20| 11,430.72 73.20[ 30,487. 82 90.00] 0.00 Langkah 3: Tegangan pada beton di level prategang Gaya prategang saat transfer (nawymembolehkan reduksi 10% , Pi = 0.9P)) Pi = fpj-Aps. Pj = 10044kN ( 1.674 ) 4725 | (ex\ 2.939 6, M Pi, (ed | Moves | fs= a0] 1+ aoe ts=| 2263 |MPa VAG | GP Ij i 2.688 Catatan: Unt osses tegangan teken yang -2.878 | monyebabkan esses) fee aan EEEEEnnemneenan seer Hal MANUAL PERENCANAAN STRUITUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN Langkah 4; Kehilangan tegangan pada beton pra-tarik =o n= 6.644 | Eal Aes pre ="'feg _(Kehllangan pemendekan total bila terjadi pada pra-tarik) Langkah 5: Kehilangan tegangan pada beton pasca-tarik Untuk pasca tarik yang ditarik tidak bersamaan, dengan kondisi penarikan sebagai berikut: a. Masing-masing penarikan per 2 tendon. ij =2 jumiah penarikan j= gyn nj §.861 OI ~15.696 9.764 Afes.post = aa AMes_pre ES post =| 7.519 | MPa 8.931 -9.561 5.561 b. Masing-masing penarikan per 1 tendon. | nj =1 jumizh penarikan gy = gy g | ni 5.561 nj ~18.696 Do yt 9.764 Ates_post = aa ‘Afes.pre Mfes_post =| 7.519 [MPa 8.931 9.561 5.561 On SS LL a a aT MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN NL ETON RRATERAN UNTUKJEMBATAN c. Penarikan semua tendon sekaligus ] nij=ntd —onj=4 ne jumiah penarikan pj nt} nj=t ni “1 Lae 1 ATES_post nj 0 0 0 ‘MfeS_pre AfEs_post =| 0 |MPa 0 0 Kehilangan akibat pemendekan 0 Ates = |4fes post if Post = "Ya" AfES_pre otherwise Hal. 4-14 LU TW reser errr ee MANUAL PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN NEESER ETON BRATEKANUNTUKJEMBATAN “Tegangan prategang setelah pemendekan | fpt9; = tr2,— fe i Bina | Ales or | MPa MPa MPa 0] 1284 025 01006) 1284025} if 1317. 559 6,000) —1517.522] 2[ 1325.20 @.000] 4325.202 3[ 1302-657 0.000] 1302.631 | 7260.600} 0.000] —1266.600 3[_ 1244 702 0.000] —1244.702| e| 174 707 6.000) 1274-797] fpi2 Afes ) MPa MPa 1.39-10° 13-108 to es . 25.10 a 210 9a & Hal. 4-15 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUR JEMBOTINT 4.5. Kehilangan Akibat Susut Beton Bila tidak terbenam dalam air ferus menerus (kondisi Kelembaban 100%), beton akan kehilangan kebasahanaya (moisture) dan berkurang volumenya. Proses ini disebut Sebagai penyusutan beton. Besarnya penyusutan beton dapat bervariasi dari nol (terbenam dalam air) sampai 0,008 untuk penampang tipis yang terbuat dari agregat dengan penyusutan tinggi dan tidak dilakukan curing dengan baik Sesamya susut beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: + proporsi campuran + jenis agregat * rasio w/e + jenis semen + jenis dan waktu curing * _ukuran dan bentuk, atau rasio volume terhadap permukaan (V/S) * kondisi ingkungan, kelembaban rata-rata di lokasi jembatan Rumus umum kehilangan tegangan akibat susut berdasarkan PCI (Prestressed Concrete institute) dituliskan sebagai berikut My =82:10"-K,-E,, {10006 ¥)(100-R,) 5) Dimana : Ke, konstanta yang bernilal 1 untuk pretension, Adapun untuk post-tension nilainya diberikan pada tabel dibawah ini En = Modulus elastisitas baja prategang, [ MPa] Ry = kelembaban relatif.[% ] WIS = volume / Iuas permukaan.[ inci} Tabel 4-2 Tabel Ks, untuk pasca-tarik. tea) [F387 ae ao ksn_[ 0.02 [085 | 08lo77 lors} oes [oseloas Hal, 4-16 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKANUNTUK JEMBATAN Kehllangan akibat susut untuk kondisi standar bisa juga dihitung sebagai fungsi waktu ‘dengan persamaan lainnya, Cara seperti ini dapat dilihat pada persamaan di bawah ini sebagai berikut: @, Perawatan kondisi basah (moist-curing), setelah 7 hari ae epee b. Perawatan stream-curing, setetah 1 sampai dengan 3 hari (_t (Beat ay, 0.56-10 } KK, Ey Dimana t = waktu (hari) Ep = Modulus elastisitas baja prategang. [ MPa ] fe = Kehilangan akibat susut [ MPa ] ‘K, = faktor ukuran, ditentukan dalam gambar 2-4, atau persamaan berikut Ks) Calatan VIS dalam mm] dan ¢ data et] Ky = faktor kelembaban, ditentukan dalam tabel 2-4 atau persamaan berikut Kye [SOF it Heo 3.(100 - H) eit 200 70 Dimana H = kelembaban relattf (96) Se NUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATANT a SEER BE TON PRATEKAN UNTUKJEMBATAN correction fector,ky volume Surface area 2 8 6 700 Grying time (days) Gambar 4-4 Faktor Ks 1000 Tabel4-3 Faktor Kh ‘Average Ambient Relative Humidity 7 Ky 40 ras] 50 129 Co v4 70 7.00 0 0.86 90 0.43 100 0.00 Hal. 418 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN CONTOH 4.4 Kehilangan Akibat Susut Beton SOAL: Hitung kehilangan akibat susut beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan menggunakan a. Metoda PCI b, Metoda AASHTO | Diberikan : nia venis prategang Post = "Ya" (Post-tension) Jenis curing ‘a" (moist curing) Waktu setelan curing t=14 (hari) Kelembaban relatif Ry = 70 (%) Asumsi: g = 4 (Luas permukaan yang terekspos) V=2S V=2 (Volume beton) Langkah 1: Hitung Kehilangan akibat Susut Beton a, Rumus PC! (Metoda Ksh), Kn bemilai 1 untuk pratarik, ‘adapun untuk Pasca-tarik lat tabel dibawah Kon = i than), 7 E) 5] 7 io, 20, 30] __60] Kah [Oa] Gas] oa] ov] oral west sal Oa] oot | | Ken = 0.608 | . v Shon = 8240" *Ken-€ps{1-0.006-Y) (100 Ry) Algn_1 = 32.892MP2 b. Rumus AASHTO Hal. 4-19 MANUAL. PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTURJEMBATAN at 2 = |(117—1.03R,]MPa it Post a "var (03-0.85-R,).MPa_otnenvise Ahn 2 = 335MPa fen, = max(Afon_t Afoh_2) 33.5MPa max(hsn 4 an 2 Langkah 2: Tegangan prategang setelah susut fpl4} = fpt3; ~ Afgh i i ‘te | Oto et MPa MPa MPa ‘| 1284.025| 33 500] ~7250.825] il _1317.532] 33.500] 124.032 2| ~1323.202[ 33.500] 1280 702} 3|__1302.631] — 33500) 1769.13 ‘@|1280.600] 33.500] 1247-100} 3|_1244.792[ 33.60] 1211-209] 6|__1214.797| 33.600] 1784 297] [tot bh LAMPa) (aPay 4380 —-———_—_—_—______, 1300 fpt3 i Pay a a a eT) & Hal, 4-20 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATERAN UNTUR JEMOATEN 4.6 Kehilangan Akibat Rangkak Beton Pada bab awal telah diterangkan mengenai kurva tegangan-regangan beton. Kurva {ersebut sangat tergantung pada besamya pembebanan dan time-history pembebanan, Bila material beton ditekan oleh pembebanan tertentu secara Konstan sehingga ‘regangan beton meningkat, maka peristiva ini disebut rangkak Regangan atau deformasi pada beton umumnya disebabkan oleh 3 hal yaitu susut, rargkak dan beban itu sendiri. Regangan akibat susut dan rangkak disebut regangan {ungsi waktu (time-dependent), sedangkan regangan akibat beban disebut regangan seketika. Komponen regangan ini dapat diihat pada gambar 4-6. 4 Strain saa(t)-susut - Gambar 4-5 Regangan vs waktu untuk specimen dibawah tegangan konstan Regangan susut mulai terjadi sesaat setelah pengoringan dimulai pada waktu ty (Seketika setelah setting atau pada akhir moist curring). Regangan susut terus meningkat seiring dengan penambahan waktu. Seat tegangan pertama diaplikasikan Hal. 4-21 TTA Penn Cannan STAUNTON BETON ERATE UNTO JENGATAN. = ada t., tegangan ini menyebabkan fonjakan regangan secara seketika dalam diagram Fegangan yang langsung diikuti pula oleh regangan rangkak. Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dinitung dengan menggunakan tumusan dari AASHTO (CL. 5.9.5.4 3 AASHTO-2004) sobagai berikut: Ale = 12.fes- 7 Afety 2 0.0 Catalan fs = tegangan beton di level pusat prategang ‘fee = perbedaan tegangan beton di level pusat pratekan akibat beban permanen dengan pengecualian beban yang bekerja saat gaya pratekan diaplikasikan CONTOH 4.5 Kehilangan Akibat Rangkak Beton I SOAL” “Filing Kehilangar akibat ranghak Beton pascatark pade Gonioh 2.1 dengan menggunakan a. Metoda AASHTO b. Metoda ACI-ASCE Diberikan : Jenis prategang Post = "Ya" __—_(Posttension) Beban mati superimposed gq - 5.5 KN. m | Langkah 1: Momen akibat superimposed Figaro Beban mati superimposed akbatbeton mat ssnenmposes yang | snskan—sobaga tugs teasap jak x | or vara penarkan 2 2 Hal. 4-22 =) Mant VAL, PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATERAN UNTUK JEMBATAN aaa a RN ERULR BETO PRATEKAN UNTUKJEMBATAN i te Miso m kNm of o09] 000 a, 7929] 1.52064 ef 43.29] ‘B70.24 3|__ 48.09) 0.007 ‘4[ 52.20) 436.89 | | 3{__7320| 7,164.24 | a 90.00] 0.00 2) * im Langkah 2: Tegangan akibat superimposed Msp, esd, = ——6, rite Ad, = fs, ~ fee, j tes eso | Atop mea _| Mpa MPa of _Te7a| a0 Tera a4 725| 0207 5.026 2] 2.859[ 0.04 7360} 3.2263} 0.009 2.769] [2688] 0.034 2.720) 3] 2.876) 0.230) S19 el _t.674| 0.000] 17a (ow = tegangen okibat betan mat super. posed ot level tendon rategang fe © tegangan akibat beban mat berat seni lok oi tovel tendon | atoare, Hal. 4-23 Want WS TRUCTUR BETON PRATER UNTO TENN UAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUR JEMBATAN Langkah 3: Menghitung kehilangan tegangan akibat rangkak 837 ~21.519 Rumus AASHTO | 14.411 Mle, * 12s, ~7-Aegp Mer=| 14.317 [MPa | | 13.223 | 12.78 \ 837 Rumus ACI-ASCE i Ker = [2 if Post « "va" 1.6 otherwise 14.346 eee 43.073, 25.542 | Eps Alor = Ker es (ies - tesa) afer =| 19.398 [MPa | | 23.309 ~26.641 | 14.346 | Langkah 4: Tegangan prategang setelah rangkak fj = fe fe, Hal, MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEKAN UNTUR JEN BATAN i ‘Blass Ata fpt wea} “ea | wea 01350 825 —" trae “1364 cea] ——as ors} 2380 Ta ——s-s T36n [7208 ai] eee [1247-1025 30g ase a Start ——se ent area eat 207} eee reat | J | tote Se: } Pa Wea | 100 4.7 Kehilangan Akibat Relaksasi Relaksasi baja prategang harus diperhitungan sebagai faktor yang mempengaruhi kehilangan gaya prategang, Besarnya kehilangan relaksasi tidak hanya tergantung pada lamanya waktu diaplikasikan gaya prategang, tetapi juga berdasarkan rasio fy/fy tegangan awal (initia) dengan tegangan leleh tulangan prategang. Jika tidak ada Perhitungan yang lebih tell, maka Kehilangan tegangan dalam tendon akibat relaksasi baje prategang harus diambil sebesar 0.8) untuk oa evesvoreved ote 0. ss} untuk baja fow-relaxation. Mana PERENGANAAN OTRUKTOR BETON PRATERAN UNTOR JENDATEN Dimana t.t) = waktu akhir dan awal interval { jam | fi = tegangan awal baja prategang [ MPa] At = Kehilangan akibat relaksasi [ MPa] 1 r \, / CONTOH 4.6 Kehilangan Akibat Relaksasi | | Vv SOAL : “Hitung kehilangan akibat relaksasi pada contoh 21 dengan kondis sebagar berkut a. tahap |, saat transfer gaya prategang ». tahap II, saat beban superimposed diletakan ¢. tahap Ill, setelah 2 tahun beban superimposed diletakan. | Diberikan = : Jenis baja prategang: Low relax = "Ya" Tahap |, saat transfer Lama hari sebelum transfer 14 = 18 (han) tot Kehilangan akibat relaksasi saat transfer loo(t 24) elt) f tpi = |i5j| “2-24 —tealtc) if Low relax “Yat ai wif a Ne 085) Low relax “Yat (loalts-24) ~oalt)) fp} seal 24 tata) i } ‘ (2 085) otherwise \~«—/ ‘py Tahap Il, saat superimposed diletakan Kehilangan setelah umur 30 hari ty — 30 (har) t= 18 Kehilangan akibat relaksasi umur 30 hari Hal. 4-26 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN oate set) w (MESA) (0) st 7 4 J py Ata =2.571MPa Tahap Il, setelah 2 tahun superimposed diletakan | Kehilangan setelah umur 2 tahun ¢> = 965.2 (har) 14 = 30 Kehilangan akibat relaksasi umur 30 hari log(ta-24) - tog(ts-24) / sia [oy EI) (5s) ton sonce ve tog(t2-24) — log(t;-24) ) wy Pete 29— eal 29 }( 2-055) onenie sia= 180570P9 | | Tegangan akhir prategang seteiah relaksasi Af = Aly + Af + Ata Af, = 49.186MPa fp16, = fpt5j - af, Hal. 4-27 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTUK JEMDATAN J ‘Plasar Afcr tpt MPa MPa |_MPa Of 7236. 775 498) Tras | 7]-1327-105 48. 106|"1277- 920} 2| 264.160 aoTe6f i214 974 3] 1248-739 48,186) 1200.547| af 223.781 49.786] 1174.605) | 3| 1287-335 49,166) 1768. 747 6 1166.95 29.406) 4117, 765} fois At | Wes ipa 14-10% tS 1.3-10% ‘ps | 4 4 2.408 | | 11-10% 0 2 40S 48° Kehilangan Total Perhitungan jumlah keseluruhan kehilangan prategeng antera pra-tarik dan pasca-tarik Sangat berbeda, karena perbedaan metoda yang dipakai. Total kehilangan untuk ‘masing-masing dapat dihitung sebagai benkut: () Pra-tarik Af, = Ales +f, +f, + Af, Dimana f= total kehilangan [ MPa} tes = kehilangan akibat pemendekan beton | MPa } 4, = kehilangan akibat relaksasi [ MPa ] Hal. 4-28 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR DETON PRATEKAN UNTUK JEMBATAN 4fer,Af sp = kehilangan akibat rangkak dan susut { MPa} (i) Pasca-tarik Af = Af, +A, + fey + AL, +A, + AL, Dimana 4f; = total kehilangan [ MPa ] 4, = _kehilangan akibat slip angkur [ MPa] 44 = kehilangan akibat friksi [ MPa ] tes = _kehilangan akibat pemendekan beton, pada pasca-tarik tidak ada jka tendon ditarik secara simultan [ MPa] fe Af» = Kehilangan akibat rangkak dan susut [ MPa | T ( | CONTOH 4.7 | Kehilangan Total SOAL: Hitung kehilangan total pada contoh 2.17 Berdasarkan perhitungan pada contoh 2.1 s.d contoh 2.5 dapat dihitung kehilangan total sebagai berikut, oy = [4 Olas es, + A+ ab + ay, IF Post ates, + Af + ey + Alen, othenvise MPa o 208.007/ 117.08 180.026) 194.453; 220.395; 206.253 277.235 Hal, 4-29 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEKAN UNTURJEMUATAN Persentase kehilangan total terhadap fp) oa, * tb) 0 Hal. 4-30 CAL PeRencanaN STRURION BETON PERSONS UNTUKJEMBATAN 5 ANALISIS STRUKTUR 5.4 Umum Pada struktur statis tertentu deformasi penampang individual dapat terjadi tanpa memperhitungkan kekangan di perietakan dan gaya dalam dapat ditentukan dengan Prinsif statis biasa, Adapun pada struktur statis tak tentu gaya dalam sangat tergantung pada kekakuan relatif member terhadap kekakuan individual lainnya, Dalam analisis struktur statis tak ‘entu, kompatibitas geometrk peru ditambahkan dalam persamaan keseimbengan 5.2 Struktur Statis Tertentu (ST) Stuktur statis tertentu adalah siruktur yang dapat diselesaikan dengan menggunakan Persamagan keseimbangan biasa untuk memperoleh gaya-gaya dalam. Dimana bilangan yang tidak diketahui harus memenuhi 3 persamaan sebagai berikut 5M =0, EV=0, dan sH=0 Hal. 5-1 MANUAL PERENGANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTOR JEMDATANT Analisa Struktur Balok Sederhana (Simple-Beam) Diketahui P= S25N —_(setelah semua losses) kN a7 7 Aye tm 200mm b= 300mm ——h:= 600mm Modulus elastisitas beton Eo = 25000MPa Momen inersia tom ne? 4410 3m? | 2 1) Mencari kebutuhan gaya prategang, P (optimum) Besamnya P dapat diperoteh dari 2 bueh persamaan lendutan pada tabel 3 3a sub bab 3.6 ‘Simple span dengan beben merate: Dengan memasukan nila) 2 1 Popt=4 | Popt=% s| Hal, 6-2 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTURJEMOATANT 2, Mencari beban merata ekivalen dengan gaya P aklual Pee kn > qp=-8.833% ™ | 3. Menghitung Gaya Daam Akibat q 2 get Momen: Mg(x) x24 x. 1 gy igo Geser Vax) Akibat a, Mc Se OMEN ag) = | got Vapte) = E- — agx Geser: 4. Menghitung lendutan @ (3 aro 3 : 8-20? ss 8 (081) = 44mm nen! | (0.5) 4) aaa ted 8 20?) 4 p(08l) = -11,657mm 24-E0de plo) Hal. 5-3 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTURJEMDATN Diagram momen Diagram Geser Hal. 5-4 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATANT 5.3. Struktur Statis Tak Tentu (STI) Sepetti di beton bertulang dan material struktural lainnya, sistem menerus dapat dibuat dari elemen horizontal seperti balok yang disatukan dari ujung ke ujung dengan ‘memiberi perietakan intermediate/antara pada setiap bentangnya atau menambah kaki Pada sistem rangka. Seiring dengan pengurangan momen dan tegangan pada midspans ‘melalui perancangan sistem menerus menghasilkan bentuk penampang yang lebih kecil dan lebin kaku dibanding struktur perletakan sederhana dengan bentang dan beban yang sama. Disamping itu struktur menerus menghasikkan lenduten atau defleksi yang lebih kecil. Aknimnya sebagai konsekuensi, struktur yang lebih ringan dengan pondasi yang lebih ringan pula diharapkan dapat menekan ongkos material dan konstruksi ‘Sebagai tambahan juga, stabilitas struktural dan ketahanan lateral dan fongitudinal pada umumnya meningkat dengan sistem menerus. Sebagai hasilnya, perbandingan span-to- epth dapat ditingkatkan, tergantung pada jenis sistem menerus yang dipertimbangkan. Struktur flat pistes, dapat menggunakan perbandingan span-to-depth 40 ~ 45. sedangkan balok box girder mencapai 25 ~ 30. Svalu keuntungan tambahan lagi deri sistem menerus adalah penghapusan angkur Pada perletakan intermediate dengan cara melakukan post-tensioning menerus atas beberapa span sekaligus, dengan demikian mengurangi lebih lanjut ongkos material dan tenaga kerja, Beton pra tekan menerus secara luas diterapkan dalam konstruksi Hal. 5-5 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEGANG UNTURJEMOATAN jembaten berbentang panjang. Jembatan box girder kantilever yang dibuat secara ‘segmental, secara luas banyak digunakan di eropa Aplikasi jembatan dengan tendon menerus dapat dilihat pada gambar di bawah ini ‘centroidal axis Prestressing tendon centroidal axis (b) 4 Gambar 5-1 Kurva tegangan-regangan 7-wire stress-relieved dan low relaxation (Nawy, 1996) Hal. 5.6 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JENDATAN 53.1 Kerugien Kontinuitas Prategang ‘Ada beberapa korugian bila struktur dibuat menjadi sistem menerus: 1. Kehitangan friksi menjadi lebih tinggi datam kaitan dengan jumlah tekukan yang lebih banyak dan tendon yang lebih panjang 2 Perlemuan momen dan geser besar ci bagian perletakan, yang mengurangi kekuatan momen pada potongan itu 3. Momen dan gaya lateral yang beriebihan di dalam kolom penyangga, terutama jika Gihubungkan secara kaku dengan balok. gaya ini terjadi oleh karena pemendekan elastis sepanjang balok di bawah gaya prategang, 4. Efek tegangan sekunder yang lebih besar berkeitan dengan adanya penyusutan, rangkak, variasi temperatur, dan penurunan periotakan. 5. Momen sekunder dalam kaitan dengan reaksi di kolom penopang disebabkan oleh gaya prategang, 8 Pembalikan momen yang serius mungkin saja terjadi dalam kaitan dengan kombinasi pembebanan tertentu 7 Adenya momen tambahan di perletakan interior yang memerlukan penulangan tambahan, yang mungkin tidak diperlukan bila menggunakan sistem perietakan sederhana Hal. 5-7 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMEATANT 532 Metode Perhitungan Penyelessian analisis struktur statis tak tentu dapat ditempuh dengan bermacam- macam cara, beberapa cara diantaranya yang cukup mudeh dan sederhana adalah dengan cara persamaan 3-momen dan distribusi momen cross. Kedua metoda ini akan Gibanas pada uraian selanjutnya di bawah ini $3.3. Teorema 3 Momen (Clapeyron) Metoda 3-momen sangat efektif untuk menghitung momen lentur pada struktur dengan lebin dari 3 perletakan yang berturutan, Konsep perhitungan 3-momen dapat dikategorikan sebagai metoda gaya (force methode), yaitu menggunakan momen Perletakan (di tengah) sebagai redundan sehingga balok dapat dianalisis sebagai balok di atas dua perletakan sederhana, Ambil dua span bentang menerus yang berturutan AB den 8C seperti dapat diihat pada gambar 5.2. Gunakan momen tengah M, sebagai redundan dengan membayangkan terdapat sendi engsel (hinges) dimana M, berada. Kemudian, aplikasixan M, pada hinge dan momen leinnya M, dan M.. Arah positif adalah momen yang menekan serat atas lihat gambar 5.2c. Gunakan momen area ‘methode untuk menghitung putaran sudut Os dan Os: akibat beban luar dan momen redundan Pm cy Ay Obg= | Be ls (Pers. 5.1) (Pers. 5.2) Hal. 5-8 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTOX JEMBATAN (Pers, 6.3) (Pers. 8.4) Untuk konsistensi deformasi struktur 8pa* Spo = 8 (Pers. 5.5) Dengan menyelesaikan persamaan di alas, maka dapat disusun persamaan 3-momen berikut: uf ou au te By, Ey Ep} Eigly (Pers. 58) Dimana Ma, Me, Mz: momen-momen pada 2 bentang yang berturutan. (linet gambar 5.2) Au Ae + las diagram momen pada bentang 1 dan bentang 2 akibat gaya Ivar dengan masing-masing span dipertimbangkan sebagai perletakan sederhana (simple span). X12 jarak titk pusat luasan A1 dan A2 pada metode momen area bike Panjang bentang 1 dan bentang 2. Eh, Ele Kekakuan batang yang terdiri dari modulus elastisitas dan momen inersia pada bentang 1 dan bentang 2. Hal. 5-9 MANUAL. PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATAN P, PB jPe We MT DO im Dn Eh, Ly Be thu De 2, Bentang interior menerus yang berturutan Mm Ph Diagram momen skibat beban luar pada balok perietakan sedechana (edundan M, cihilangkan) TM © kurva elasts dengan hinge dietakkan oimana momen redundan dilangkan My co 46, Diagram momen akibat reduncan Gambar 5-2 Teorema tiga momen Aplixasi perhitungan analisis struktur dengan metoda 3-momen dapat diihat pada contoh sebagai berikut Hal. 5-10 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUXJEMOATANT Analisis Struktur Balok Menerus 1 CONTOH 5.1 Metoda 3-Momen (Clapeyron) 1 SOAL:” Berikut ini adalah contoh perhitungan analisis struklur tiga bentang dengan Panjang bentang dan beban merata seragam untuk seluruh bentang. Gaya dalam untuk kasus seperti ini dapat diperoleh dengan persamaan tiga momen maupun koefisien momen pada lampiran B.1 manual ini. Diketahut : ‘Modulus elastistas beton —¢ -= 25000MPa Momen inersia [p= 05mi9 P:= 525i (Setelah semua losses) —————— eee Hal. 5-11 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUX JEMBATAN a EAR EEION PRATEGANG UNTUK JEMBATAN 1. Menuliskan persamaan momen sepaseng span yang bersebelahan (Tinjan span dan 2 44) Mylo | + 2 My 1) 3 by is we, ty) 2) «ome 2 fines Ue "2 13 2, Menentukan batesar-batasan (boundary dan momen perletakan yang tok dikes Karena M ddan M,=0 maka persamaan akan diserhanaan lagi sehingga dapst diselesaikan ( 2 unknown dan 2 persamaan) sebagai berikut: Tinjau span 7 dan 2 Persamaan diatas dapat disederhanakan kembali dengan mengelikan ruas ki dan kanan dengan nila Inersia, le sehingga persamean menjadi sebagai berikut Mb: 1kNm Moi kN Given 2.Mb-60m + Me. 30m 4.35% 10° m? kN Mb: 30m + 2c: 60m = 1.35% 10 m® kN Find Mb, 4c) Hal. 5-12 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN ALL ETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN Nila ini menunjukkan hasil yang sama dengan koefsien ‘momen pada Lampiran B.1 My =O. wily? 2 Mg -O.twkg Mt, 3, Menentukan reaksi perietakan Mg = ON Mg 2= OKN.m Rab Rap = 1204N Rig > 180-KN 150.4 5OKN 20kN Rg= 1204N 330-4N Re = Rob + Rog Re = 330KN Ry = Ree Rg = 120K Hal. 5-13 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUX JEMBATANT 8 A EEION PRATEGANG UNTUKJEMBATAN Nila’ ini menunjukkan hasil yang sama dengan koefisien geser pada Lampiran B.1 Rg = 1204N 4 Fax apts Rg = 120K 4. Menentukan momen dan geser maksimum ‘@. Momen maksimum sepanjang bentang A dan 8 ‘Momen maksimum terjadi bila nilai diferensial fungsi momen di atas = 0. Nilai awat x= tm Given mon a M0) = 720-40. Nila ini sesuai dengan koetisien momen Q.08.w-L4?= 720KN-m Hal, 5-14 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMEATAN Geser yang lerjadi pada awal dan akhir bentang V6) = Lg, (x) Vy (0) = 1204N Vg(L4) ==1804N . Momen maksimum sepanjang bentang B dan C He Sep a1O Nt M toe MX) = My Rog x Sow Momen meksimum terjadi bila rilai ciferensial fungsi momen di atas = 0. Nila aval x= tm Given ome =0 x= Find(x) ox My (4) = 225 kvm Nila ini sesuai dengan koefisien momen 9.025.w.Lg? = 225KN-m Ges yang terns pea ava dan a bertang Yor LIQed — Y= 199A Y= 01 Vel) =-150.4N Diagram momen: Hal. 5-15 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTURJEMBATAN es Hal. 5-16 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATAN 53.4 Distribusi Momen Cross Cara distribusi momen dapat digunakan untuk menganalisa semua jenis balok atau kerangka kaku statis tak tentu. Metoda ini waktu pertama kali diperkenalkan oleh Herdy ‘Cross merupakan sebuah konsep pendekatan untuk mendapatkan jawaban nilai eksak dari sebuah analisis struktur dengan melakukan iterasi yang cukup. Langkan-langkah 1. tentukan besarnya kekakuan relative. tentukan faktor distribusi fentukan momen ujung terjepit ( FEM ) tentukan besar momen kunci sebesar penjumtahan dikalikan negative (-) tentukan momen seimbang. tentukan momen CO (Carry Over ) sebesar % x momen seimbang pada ujung batang yang berseberangan (untuk batang prismatis). tentukan momen kunci sebesar penjumiahan x negative (-) tentukan momen seimbang, lakukan beberapa siklus hingga mendapatkan nilai " CO * yang mendekati nol 0) 10. jumlahkan semua momen pada setiap siklus kecuali momen kunci ePanen a. Menentukan Faktor Kekakuan (Stiffness) dan Carry Over Faktor Kekakuan Kekakuan (stiffness) didefinisikan sebagai momen yang bekerja untuk menghasilkan rotasi sebesar 1 satuan unit rotasi (lihat gambar 5.3). Stiffress Sz adalah besamya momen M, yang diperlukan untuk membuat putaran sudut @,= 7. Se dapat diperoleh dengan menghitung besamya putaran sudut di fiik A akibat momen M, dan My menggunakan momen area method. ’ Sea 1 | Me p= | Gl (Pers. 6.7) a7 Hal. 5-17 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMGATAN, (Pers. 58) (Pers. 6.9) i; | Ma) 2 My | A= el En lttsley tt SE aaNet (Pers. 5.10) Batasan kondisi untuk struktur jepit sendi diates adalah: = 1 dan 6, = 0. Mactan M, M(x) D a Diagram momen akibat redundan Gambar 5.3 Faktor kekakuan dan Carry Over. Dengan memasukan kondisi 0, = Q24=0 dan 6, = @xg=1 kedalam persamaan 5.8 dan 5.10 diperoleh: Hal. 5-18 —_WANUAT PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JENSATAN a EMM SIRUKTLR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN (Pers 8.11) (Pers 5.12) Faktor Carry Over Pada saat tik A dikunci dan kemudian dilepaskan dengan memberikan momen Ma seperti terlihat pada gambar 5.3, tik B dalam keadaan jepit (terkunci). Pemberian ‘momen M, di tik ujung A pada member AB membuat texjadinya momen M, di titk 8 yang perletakan jepit. Besanya momen induksi di titk B, M, untuk penampang prismatis adalah % dari momen yang diaplikasikan M,.(lihat pers. 5.11), " 1 Cap= bt enn? (Pers. 5.13) 6, Menentukan Faktor Distribusi Pada saat joint yang terkunci dilepaskan, joint tersebut akan berotasi untuk mencapai equilibrium, Besamya rotasi proporsional dengan momen penyeimbang di titi itu Momen penyeimbang ini didistribusikan secara proporsional dengan kekakuan masing- masing member yang bertemu di joint tersebut Momen balance Gambar 5.4 Faktor Distribusi Pada saat kunci di titik i dilepas, semua elemen yang bermuara ke titik i akan berotasi yang besamya sama. 0,= 6,= j= 6, My Mie My Sj Ske Si an EREEEEeeemeeeneee Hal. 5-19 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMOATAN My + Mig + My = ME : ; | Analisis Struktur Balok Menerus CONTOH 5.2 \1 Metoda Distribusi Momen Cross |SOAL: Ambil soal’6.1 kemudian hitung dengan metoda distribusl momen crass’ W=10 KNi & Ly=30 9 te, [Konvensi : momen (+) searah jarum jam I Si —" Si Six + Sip " " (Pers. 5,14) Contoh aplikasi perhitungan metoda distribusi momen cross dapat dilihat sebagai berikut Sn Hal. 5-20 TIANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN 1. Menentukan momen ujung jepit (FEM) wie Maar Meni Meee wily? Meco 5 | | | Mpc | Mgop = ~750-KN-m we? MeBA=— Mega = 750-kN-m Mpcg = 750-kN-m wily? Meo 2 Mepo= 750:KN.m Hal. 5-21 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATAN 2. Fektor distibusi (OF) Ditentukan Modulus elastsitas beton, Ec. Dalam kasus Eckonstan atau Inersia Stites Foktor ats Ora <2 geet Fan 5 OF gg = 05 OF = OF ge= 05 Fey == OF oe 08 DF co ms DFop= 05 — DF pg: a DF ps4 ‘3, Menentukan momen bik uniuk mengune) posisl. Jumlah momen ujung jept (FEM) semua sisi di sebuah tik teu member adalah momen yang diperlukan Untuk mengunci posisi di titi tersebut atau disebut juga momen unbalance pada tt A -750 kNm (berlawanan putaren jam), di 8 0.0 kNm, di © .0.0 KNm ‘dan di D 750 kNm (serarah putaran jam) 0 70 Sa 4 Distibusi Momen Ketika titk A sebagai perletakan jepit dan akan diperhitungkan sebagai sendi bila tik B diouka jepitannya, make tik A harus dibuka jepitannya dan diseimbangkan terlebin dahulu. besar momen ujung jepit (FEM) akibat beban ‘merata di tik A adalah -750 kNm. bertanda (-) karena berlawanan arah jarum am_Momen FEM ini menimbulkan momen unbalance (MUB) = -750_kNm, ——— EEE Hal. 5-22 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMEATANT Momen ini harus diseimbangkan dengan cara mengalikan dengan minus Taktor Gistnbusi OF, MBAL=MUB*(-1)"DF=750 kNm_ Ketika titk A’ diseimbangkan dengan MBAL, maka setengah momen balance (MBAL) harus dibagikan ke fitk B sebagai momen cary over (MCO). selanjunya MCO dipertimbangkan sebagai momen unbalance baru Tanda momen ujung post so] os hs | | 2 Pa 7) tos wean | Sos Paes | oe toa 18 ance] eso] eke eS Ines | tee fsb ee wee | ts Po Peter 12 tar 906 oa anor aon ae LS 5 Menggambar Diagrams Momen dan Geser Setelah mendapat momen ujung tahapan selanjutnya sama seperti pada solusi ontoh 5.1 fangkah (3) mencari reaksi perletakan dan (4) mencari gaya-gaya dalam maksimum, Diagram gaya dalam dapat dibuat setelah semua gaya _dalam momen dan geser diperoleh, Hal. 5-23 . Manual PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMEATAN 5.3.5 Penampang Non Prismatis Analisis struktur balok menerus dengan penempang non-prismatis (penampang tidak Konstan) dapat diselesaikan secara manual dengan metoda distribusi momen Penentuan momen jepit ujung, faktor istribusi, dan faklor carry over yang biasa digunakan pada propesti penampang konstan tidak berlaku lagi pada penampang non- prismatis, namun semua parameter di atas dapat diperoleh melalui prinsit yang sama yaitu persamaan kesetimbangan dan momen area method. Perhitungan penampang non-prism: tis dapat dilihat pada contoh berikut ini Hal. 5-24 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN i Analisis Struktur Balok Menerus Penampang Non-Prismatis CONTOH 5.3 1 | SOAL = Fitung dan gambarkan diagram momen pada ‘Suku ‘dengan EI tidak konstan di bawah i Gunakan metoda Cross, Lp= 16m Lg 10m ca kN wi=29 w2=10 ™ ™ 4. Menentukan momen ujung jepit (FEM) KeleroraeHe| iBoaseard ab dumiah Perubahan puteran | va=0 Obed Sudut total antara tk Adan 8. Jumiah Panjang bentang 4. 49 putaran suit in KN My peraen dengon a cara menghurg ae FEM pada bentang A-B i aay Sacren dalam lerva, Wel anira acon 8 ‘Ayal! = Lanautan mew a 6 SED | sharingan r ‘adanya gars tangen putaran Suit otk BLP Me | Rakibat momen <= qs | redundan ig dan My, alt Lendutan ini ‘ipercieh dengan ‘menghtung stats ‘momen dan luas deerah dalam kurva MVE akibat momen pinatendembiardon My, antara A dan 8 dali jarak pusat daeran ‘alam kurva M/El temadap titk B akibat momen Ma den Mp MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUXJEMBATAN A EON PRATEGANG UNTUKJEMBATAN Momen akibat beban merata wt sepanjang bentang Lt Opal sLendutan et {tk B senubungan adanya gas tangen putaran suaut tik ‘akibat momen iy Modulus elastisitas bahan, E Lendutan ini ‘iperoieh dengan ‘Momen inersia balck lurus, menghitung statis momen dari luas ‘Momen inersia daerah pembesaran iaunct) J Fa) d= Sfp y+ 2p ay My 2tm-2+ Mn=1 + ben) 5 Hal. 5-26 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BeTON PRATEGANG UNTUR JEMOATAN A(x) B(x) 62x) = x | [ENe | Elan | » |. Ellgp) wie ewe Elan Hal. 5-27 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN Menghitung ; oS : L = 10 Range 10 Jumiah intervat 20 s 05 Pom | % 1) |) 1 a me o =Moaix) |_(ganil)_| (genep) ‘o|-0.000[ 1-000] 10.000] -10.000600] [0.500] 1.000] -9.025] — -9.025000] 36.1000] 2| 1-000] 7-000] —-8 100} 8.100000] =16. 2000) 3[__1.500| 7.000] 7.225] 7.225000] 23-9000] 4[2.000| 1.000] -6.400] _-6.400009] ~12. 8005] ‘|_2.500| —1-000| 5.625) -6.625000) 22 5000 | _3.000] 7.000] 4.800] -4 s00000] “33000 7|3.600[ 7.000] 4 225] -4. 225000] -16 9000) | __ 4.000] 1.000] -3 600} _-3.600000] =F 2000 ‘s[4600| 1,000] 3.025] -3.025000)_ 12 1600] Jol 5.000) 1.000] -2 600| -2.500000] 50000 Ti[5.500| 4331] -2.025| 1 sa1ai2| 6.0886] 126 000[ 1-726] 1.600] -0.905026| ~Taaig 13| 6.500|__2 197] 1.225] _.0.867579| 2.2305) 14] 7.000 2.744] -0.900] -0-327988] = 6560) | 15| 7-500] 3.375] 0.625 0. 186785] 07407] 16] 8.000 ~4.096[ -0.400] -0.097656) “071953 iz] 8.500] 4913-0225] -0.045797| 0.1830] 1a] _9.000| 5.832] -0. 100] _-o 017147] 0.0343] 19[_— 9.500 6.859] -0.025] 0 003645] 0.0744} 20] 70.000] 8.000] 0.000] 0.000000] Toial 125.7545] "93.7374 [Result: = 0.50/3*(-10.0000 + -125.7545 + -63.7374 + 0.0000)= -31.58198| Hal. 6-28 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN Wenohtune ‘ J eve ae =-10.160 0 L = 10 Range io Sami interval 2 : = os Point % To) [me t cy 2 co =M(xyi(x) { (ganji) | (genap) oO 0.000] 4.000) 0.000] 0.000000] 5 —.s00] ovo] 475) —orsnoot 509 2 anol cool ano} —0 30000 0 3 4,500) 4.000] 1.275] -1.275000] <5. 1000] | ~zo00| tooo] —-t sant —r sooo za { 2500] —1 000] 875] 1.575000] F508 | 5000] — soe] —2:ronl 2-100 =z s|-—asool tonal —a.275| —a.27s000| 5-109 | 000] tooo] > a0o| 2.40000 Zam | 4500] —1 ooo] —pa7s|—2 4750001 35000 10} 5.000] 4.000] 2.500] -2.500000/ ~5.0000! {ils 00] —1 son] eral asssoel TARO al 6.00] —1 ae] 2 00] 1 aasseg EAT ‘36 s00l 2 ar| 2 2ra| 186603 | tal rato] —2 aa) 2 00] 0 e806 ERB | “| 10] 3.376] — 379] —o.sssse| —T 25 “| —a.000| — soe] —1 500] 0 30025 OTE 17] esto] a sta] —tz7s| —azeseTe| TOS ‘a —e.0ca| —s saa] —0.s00] 0 T5ese" TS ‘a[—-esoo] —easal 07s) —oasezsa] O70 ZoLTo-sao| —a.n0o] — ooo 0.00000 Toa [EST feast = 0079-0000. an17a v 24000 + o.0000)> aao0ay 1 Hal. 6-29 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMGATAN [7 Menghitung 4 6 L 10 Range 10 Juma interval 20 5 os Pant [x] 1 [ig 7 ee 2 Ki =moeyion | _tganily | (genap) [—a[sit06] 00] 5.500] —o.coa0 i[0.500] 1-000] 451.250] 451 250000) 1805 0000 21000] 1-000] 810 000] —B10-600000 750,000 31500] #000] 7083. 760] 7083.750000] ~a335.0000 ‘4[ 2.000] 1000] 1280 000) 1260, 000000 FEET OOO) | 7.500] 1 000] 1406 250) 1406.250000] 5675 0000) 3 3.000] 1-000] 1470 G00] 7470.000000 SES GOO 7[__3 500] 1.000] 1478 750] “1478. rs0000| “6915 0000 3|__4.000| 400] 1440 000] T440-000000 EE OOD ‘| 4 500] 1 000| 1361-260) 136250000) ~5445 0000] 70 5.000] 1-000] 1250:000)” 71250, 090000 ERC] Ti] 8 500] 1351] 113.750] 626, 776960| 3547 707 a #2[ 6.000] 7-726] ~ 980.000] —555.555550 TT 13[__6.500] 2197] 796 280] 62. 4260a0] T1070 14 7.000] 2 74a] — 630.000] 220-5976 TT “| 1500] 3.375] 468 7e0] ise 85880] E55 5056) | “6| 8.000} 4.086] 320-000] — 76. 125000 756 25H) “| 8.500] —4.819| 191 250] —36.097336] 155 7035] “| 9.000] 5.832] 90.000] —To.432089 SOBER 79{ 9.500] 6.859] 23 750] 3.462604] 15 850 Zo|_70.000| —& oo} — 0-000] 0 000000) Total | 28626 S760] 1477 am [Resur: = 0.50/3"(0.0000 + 28646.9268 + 14267.4080 + 0.0000)= _ 7150.72268| Hal. 5-30 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMGATAN | Demikian pula dengan cera yang sama digunakan untuk menghitung : : : ee , i , ‘Selanjutnya setelan semua integrasi diatas diperoleh, maka persamaan momen jepit diatas dapat ditulis kembali sebagai berikut: a=0 ob=0 Mant Mb:=1 Given Da = Ma(-31.581) + Mb (-12,169) - 7150.72 0b = Ma-(-12.169) + Mb (-12,831) - 5018.506 | Map ) ( Men \ (119.319 | ‘ind(Ma, Mb) 7 Mpg } (MF pg} -277.96 FEM pada bentang B.C Boundary eb:=0 bc=0 Panjang bentang t= 16 Hal. §-31 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN, Momen sepangiang bentang lz orto =o( 1-2) text) = Mo Momen inersia balok lurus, Ign? ‘Momen inersia daerah pembesaran (launch), 7 net |i(2-2) i osxss (lo) # Sexstt : of 32) orca Persamaan putaran sudut pada ujung-ujung member. (0) a) Sch ~Ach Opes ee ay 0 Og = =e eee Dati persemaan putaran sudut datas dapat dikembangkan persamaan berikut Dalam hal Ink & dapat diam sebesar 1 satan untuk memper ‘muda perhtungan, avan satng menaakan, Hal, 6-32 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN ww(E-1a-n Eipgts) E lye) Bape) t 6 0 io(E-t}o0 ans L 2 Fins) Zeb MF gc MF pc \ ($30,988 = Find(Mb, Mo) { MF oy MF oy) \ 630.986. ‘Momen Jepit di uiung-uiung member (FEM) menjadi sebagai berikut | Meas Map Mega = ME pg Mpag =~119.31928 Mreo= MFiye Mpeg = ~830.988 Meco’ MFpo Meqp=-277.96 Mega =-277.96039 Meca'= MEcy Mpce ~ ~630.9879 Moo MFap Mepo=-119.319 2, Faktor distibusi (OF) dan Carry Over Ditentukan Modulus elastisitas beton, Ec. Dalam kasus Ec=konstan atau Inersia I=konstan maka Ec dan | dapat dinitangkan, namun tak », Q a c D 4. Distribusi Women Ketika titi A sebagai perletakan jepit dan akan dipethitungkan sebagai sendi | bila titit 8 dibuka jepitannya, maka ttk A harus dibuka jepitannya dan | | ciseimbangkan terlebin danulu. besar momen ujung jepit (FEM) akibat beban merata di tit A adalah -119.319 kNm. bertanda (-) karena berlawanan arah jarum jam. Momen FEM ini menimbulkan momen unbalance (MUB) = -119.319 kNm. Momen ini harus diseimbangkan dengan cara mengalikan dengan minus faktor istnbusi DF, MBAL=MUB"(-1)"0F=119.319 kNm. Ketika tik A iseimbangkan dengan MBAL, maka sebagian momen balance (MBAL) harus Gibagikan ke titk B sebagai momen cary over (MCO). selanjutnya MCO diperimbangkan sebagai momen unbalance baru Cees OM 1991 27787-23099 50009 13899 59.65 25302 ‘39200 OF + ets (oes oss 06s co 084s 385 0700 9705 0385 anes Hal. 5-39 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATAN i ONT a z t 31] Midmen using [AB | BR Boca eof“ Situs [co TaeBe | O38 ]_0-7068 | 07068] O3ees | Oaee a 4000-|- cass [035 | 0365-|_ cess] ~1000 Wrew i931 [arr a7 | 590 96-| 350 06 [ries | sees mus | “t9.at [~ —aea09 200 59.65 wea. _| ios: freurr | eam f Teer [ao Oe, 088 ZMco | 6594 Raia. | 07 3B 65 20 “35.57 Mss | 6198 Ts a “3897 lweat__| cise Sar [aa fame | seo], osr 3jico- 276306 | Ho Ae ee Tae w 1% 216 eat. me ao | FEL 28 ql “7S 1677 | 205 Ais Mue Bs z 2153 IMsaL 7 “TH, 2183 apwco ist Bas AC Imus, 7 5 438 Mea. Teas | ee, a3 Byco Ser 455 [41a HS 6 25 Imus | 460 “zs Ts 625 Mea_| 260 [7 alae | sr], 6 7uco [276 R36 | 3 32 at | sos BD Imus} 276 EH 3s 220 wen, | 276 (ams T aea [asf see | 220 | | aco | 184 6] ae Rs 208 Bar Imus 164 Ea) Ser 217 Mec | 16a Soon ep a, 27 | | | aco] 7.20 tes | 6g Kar 20s A 3| Imus} 120 25h 35 0% IMoa._| 120 Jiei | oe par eT oss Wluco | ~ O82 Kara] aes Rass | as AST Mus | ose 200 eT ‘oat Maa. | 062 [ia] ts) ose | ome ost Tifiico [0.4800] 0.0 O59 [077 BO Imus | 04s 255 z 038 IMea,_| 049 oes | Osea | wae], oe BINCO—}—~028 *K945 | 035 A075 | ose ar wus | ozs ae io 032 wea _| om ost | om bo | oa, ox SRA O00 Bae aT | aS | ETT Diagram Momen eee Hal. 5-40 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PAATEGANG UNTUK JEMBATAN Hal. 5-41 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATAN 5.3.6 Konsep Beban Ekivelen Kabel prategang yang bekerja pada balok dapat digantikan dengan beban ekivalen, Beban ekivalen ini terdin’ dari gaya horizontal, gaya vertikal, dan momen pada Perletakan, gaya tranversal sepanjang profil tendon, Gaya transversal diperoleh dari Kelengkungan (curvature) atau perubahan pada profil tendon, Untuk tendon melengkung, besarnya beban transversal per unit panjang adalah Plp,, dimana p, ‘adalah radius kelengkungan pada potongan yang ditinjau. eye F 008 8, 8, sergathee Feat CLEEHEE £0 | Hal. 5-42 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMGATAN Gambar 5-3 Konsep beban ekivalen (a) Profil tendon. (b) Beban transversal akibat prategang. (c) Free body balok PROFIL KABEL PRATECANG BEBAN LUAR EKIVALEN \e F sino, \ IF cos a ra Fe Profthabel perso Fo 7 rofl kabel ingkaren _ Fe ‘Gambar 5-4 Rumusan beban ekivalen untuk profil tendon tipikal pada balok Hal, 5-43 ee renee ee rareenee Sn ea MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUKJEMBATAN a NERA EE TON PRATEGANG UNTUKIEMBATAN Aplikasi perhitungan beban ekivalen dapat dilhat pada contoh praktis berikut ini ‘Soal 5.4 Hitung beban ekivalen untuk profil kabel sebagai berikut Diketahui : Gaya prategang F ss 2500kN. Panjang bentang Ls tin Exsentristas y= 300m dan Tinggi parabola 3 eps feee) ey =0rttm 4 |p 229.868 KI wrea5.573 wp:=38 621 Hal. 5-44 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUX JEMBATAN Parabola 1 Total Perubahan sudut kelengkungan Lix(1-ay)t 2e 6) = 0.008 (*) Parabola 2 ‘Total Perubahan sudut kelengkungan Lveay l= apt dey+eq~e oye Dao » : 2 Boban merata ekivalen Hal. 6-45 MANUAL PERENCANAAN STRUATUR BETON PRATEGANG UNTURK JEMBATAN Parabola 3 Total Perubahan sudut kelengkungan 8-046 atau Beten marata ekalen FFs meq Pos wes ——— Hal. 5-46 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR DETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN CONTOH 5.5 Analisis Lentur Balok Box-Girder 4 ‘SOAL = Analisis tegangan lentur pada struktur boxgirder menerus berikut ini rE Hal. 5-47 MANUAL PERENCANAAN STRUSTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMEATAN Diketahut Beban ‘Asums beban lau lntas, wLL® 6 kN/m2 total 100% selevarjatan 5.8m selebinya 60% N wiina55.49 ki wit=56 ™ ‘Asumsi beban lalu lintas terpusat, PLL= 44 kN/m total 100% selebar Jalan 5.6m selebihnya 60% Pips (44551 229-14 Py = 491.2 AN Matenal Mutu beton fe!= 37MPa Mutu strand fyy'= 1860MPa (ASTM A416 270K) Diameter strand 12.6 mm (0.5inc) Luas strand Apst = 100mm? Jumlah strand per tendon st = 12 Jumtah tendon t= 212 t= 24 Jumiah strand total nps:=nst-nt — nps= 288 ‘Asumsi tegangan efektif fhe: 04 fy, fpe = 744.MPa Gaya prategang —F -= fpe-nps.Apst F = 21427.2kN Panjang bentang b= 40+ 80+ 40 Eksentrsitas 2; = (950-575mm — ep: ey =0375m 7 Wenentukan Beban Ekivalen Menentukan center gravitasi kabel (cys) untuk mendapatkan layout kabel | | sabungan mya. Pada contoh ‘metoda crose dan 3- ‘momen, namun pada ‘conten ini akan jsintung dengan software sejenis ‘Menentukan besamya beban merata ekivalen, ‘SAPZ000 atau MIDAS. Livin, Lom Hal. 5-48 ‘truktur secara manual MANUAL PERENCANAAN STRUGTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN, Parabola 1 Total Perubahan sudut kelengkungan be 40m Boy eye 6,=0.019 1 1 Parabola 2 Total Perubehan sudut kelengkungan Lis 80m 2ey oye p= 0.046 Hal, 5-49 MANUal_ PERENCANAAN STRUCTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMEATAN as Try Load Case #1. alten. 7 tukan untuk semper. ‘leh ‘momen negative Sturges 4 maksimur,eadengkan | momen pont tengah bentang. Input Beban Boban harus disusun toed cne aa" alaa ainman 2 momen paling kritts 2 Tor bee net HgEsagggag genaagggamsssggessg ss gessaggag | mmmn rest Cataan: Properties penampang Uiap” potongan herus Mu= 31048. KN-m periksa epekah gn > Mujka ya ~> OK Untuk perahaman yang komprehensif terhadap perhitungan prategang, berikut ini akan diuraikan contoh aplikatif perhitungan jembatan box girder. — Hal. §-58 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PaATEGANG UNTUK JEMBATAN CONTOH 5.6 Analisis Lentur Balok Box-Girder : | 1 SOAL= Analisis tegangan lentur pada siruklur box-girder menerus berikut in re Hal. 5-59 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMEATAN Diketahul Beban ‘Asumsi beban laly lintas, wLL= 8 kN/m2 total 100% selebar jalan 5.5m selebihnya 50% ky whl = = ‘Asumsi beban [alu lntas terpusat, PLL= 44 KNim total 100% selebar jalan 5.6m selebihnys 50% Pus (44551 223-14 Py = 4912 KY atonal Mutu beton fe! 37MPa Mutu strand fpu'= 1860MPa (ASTM A416 270K) Diameter strand 12.8 mm (0.5 inc) Luas strand ‘Ags = 100mm? Jumlah strand pertendon ng = 12 Jumlah tendon ni 212 te 24 Jumlan strand total nps:=nstnt ps = 288 Asumsitegangan etek —— fpe= 0.4fay pe = 744:MPa Gaya prategang FE -= fpe.nps Ans? F = 21427.2kN Panjang bentang = 40+ 801 40 Eksentrisitas ey 960-579mm 0 | ey =0375m 1, Menentukan Boban Exvaien | Merertukon center gravis kabel (cps) untuk mendapatan ayoutkabet | Stobart | gabungan ‘Sendi dl ujung Kir dan pada peritakan Pa ca oye a innya. Pada contoh seboluranya tian ddiberikan pechitungan ee ee eee Imetoda cross dan 3- ‘momen, namun pada Ltn Lion atesatxat Wp) = a (stein tiene) « = BP ores sy (mn rea) = ERS ate tint et oe (me aoe) ~ Rie ena LAMPIRAN A-8 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 13, BEAM FIXED AT BOTH ENDS—UNIFORMLY DISTRIBUTED Loaps Equiv. Uniforms Load et To nas (anen ) (ane) (sureen ) 16, BEAM FIXED AY BOTH ENDS—CONCENTRATED LOAO AT CENTER ‘otal Equir, Unitorm Lore (women sien). me (me aed). (aoe) (am ved) EID? Gone Tie 17. BEAM FIXED AT BOTH ENDS-—CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT ya ace) LAMPIRAN A-9 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUKJEMBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik LOAD INCREASING UNIFORMLY TO FIXED END 18. CANTILEVER BEAM Totat Equiv. Uniform Load 7 amas (attreeerd) 19, CANTILEVER BEAM~-UNIFORMLY DISTRIBUTED LOAD : 7 etal uw Ussormteond « tar (at Gres end) ae ( tenet) os = 2% BEAY FIXEO AT ONE END, FREE TO DEFLECT VERTICALLY BUT NOT ROTATE AT OTHER UNIFORMLY DISTRIBUTED LOAD Tot ue. tom tse what Meman (armies end) - me (ataunectes ene) pened Pear LAMPIRAN A-I0 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JENBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 21 CANTILEVER BEAM—CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT Total Cauiv Uniform Cons =a man (steedend) me (pa rss) max (atteerena) 22 (atpaintotioad) (mac) oe. (ma aes) 22. CANTILEVER BEAM--~CONCENTRATEO LOAD AT FREE END Teta ce, Unter tons a . ; 2 rer sete 2. _BEAM FIXED AT ONE ENO, FREE TO DCFLECT VERTICALLY BUT NOT ROTATE AT OTHER--CONCENTRATED LOAD AT DEFLECTEO EXD Total Fquty Uniform Lose -& 1 mas( at both andy ) aman, (at detncted end) LAMPIRAN A-II MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN’ RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 24. BEAM OVERHANGING ONE SUPPORT —UNIFORMLY DISTRIBUTED Loan (nermeen soporte) (tocovrnana) ion af 2D Com) (ortmeen sue 25, BEAM OVERHANGING ONE SUPPORT--UNIFORMLY DISTRIBUTED LOAD ON OVERMANG Beavers + Sheren simass (vetiennupperte ats none 3 amas, (tor oreenane >) te (tween essere). aan sey ((ororne) LAMPIRAN A-12 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JENDATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 26. BEAM OVERHANGING ONE SUPPORT-—CONCENTRATED LOAD AT END OF OVERHANG aware - ne (nn) oh wri ieHeamats Guetta SHS 2 oy? 27, BEAM OVERHANGING ONC SUPPORT -UNIFORIALY DISTRIBUTED LOAD BETWEEN SUPPORTS: Youtegus Untoto boats ma “ 7 » oy mas (ascenter) amas. (sterner) 28. BEAM OVERHANGING ONE SUPPORT—-CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT BETWEEN SUPPORTS: ay ae) Bee Va (manne miman( ateoimotioe J... 2 EBD LAMPIRAN A-13 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUR JEMBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 29. CONTINUOUS BEAM TWO EQUAL SPANS UNIFORM LOAD ‘ON ONE SPAN som (0 fe) (at mvscore ts) = Me (mance) oe Harman enon Gare tiom A) = Bm WEE 30. CONTINUOUS BEAM--TWO FQUAL SPANS—CONCENTRATED LOAD AT CENTER OF ONE SPAN Rievaave ca eas (otseincetine). = BB me (ateupsertms) os vr Aa (ae tteom m= gals res 31, CONTINUOUS BEAM--TWo EQUAL SPANS—CONCENTRATED LOAD AT ANY POINT t Reevetvs | = Geese : miman(otmeint of ford). = 28 (em acei) Leni My (stevenonte) = Seen LAMPIRAN A-14 MANUAL. PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG UNTUK JEMBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 32, BLAM. -UNIFORMLY DISTRIBUTED LOAD AND VARIABLE &N MENTS saints eay ey Unnectin pints) = Ve = ro eres 33. BEAM-.CONCENTRATED LOAD AT CENTER AND VARIABLE END MOMENTS yx =m (Mm Moe Foca 4m son) LAMPIRAN A-15 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATUOANG UNTUK JEMBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 3. CONTINUOUS BEAM—THREE EQUAL SPANS—ONE END SPATE UNLOADED = “f nao SHEAR Pn 19.080 we Man (©4805 trom 2) 9.0089 wi 35. CONTINUOUS BEAM—THREE EQUAL SPANS—END SPANS LOADED 40.1013 wi moment SUUTTEES osael 2 Man. (47 (trom Aer BY. RHE LH EH 35, CONTINUOUS BEAM—THREE EQUAL SPANS—ALL SPANS LOADED Ra 0.400 wet SHEAR MOMENT | 4 Max. (48 (Ieom A or O} ~ O86 wt re LAMPIRAN A-I6 MANUAL PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATPGANG UNTUK JEMBATAN RUMUS DAN DIAGRAM BALOK Untuk berbagai kondisi pembebanan statik 31. CONTINUDUS BEAM—FOUR EQUAL SPAND—THIRD SPAN UNLOADED wi wt ul Biel Re AS8i alHo OT ar 9.558 uthn: pase Syostdae SHEAR | S6e0TSFBFa POwea 0 seat peide- haa 0, O19 wit 0.058 wit Ht +007 ede, leh “$0.0977 wt | ripe tS eT SCT 4 Ma. (0.05 1 Yeaen €) 0.900 1/81 3B, CONTINUOUS BEA FOUR EQUAL SPANS—LOAO FIRST AND THIRD SPANS Re = Oiul hoe Ow ee! psa ut aaa OE Mr O88 Ul eee 05 testa | aaeal 0.083% vel?” 0.0357 wi? 0.0536 wt? i 0.0805 et? ! | [ostes, t 2 Mae (0477 ‘team A) oe 8.0087 ye 33, CONTINUOUS SEAM-—FOUR EQUAL SPANS—ALL SPANS LOADED a Cee a ee Rew lGul Row Out Reese 0.393 wilrzn 0.535 wi 0.954 wt 0.597 wif i 0.607 wt 535 wa 0.393 wt SHEAR {0.807 0.458 wl 0.535 ul / 0107 wt 0.0718 we 0.1071 walt | 0.0772 wtt_{ yt 0.0356 walt MOMENT) 0.536 1 15 Mas (0.6805 tom A and E) = 0.085 4/1 LAMPIRAN A-17 1-0 NVUldWWT im wejeg ay 7 a 7 im ulejeq 4eayS VIVYAW NVEFG Be ae uewoy VLVY3W NVE3d YNLNN Y3S39 NVC N3WOW N3ISISIO 1a. wreBe19s veged Uep Suejuaq eGuep Yoleq yn}UN UeYeUNGID Jedep IU YEMeg Ip WIEJBEIp Uep IsejnusI0 4 SNYAN3IW MOVE g NVUIdNVT aS AVIVAWT SINT ONVOALVAd NOTE UNDITHTS NVWNV ONT TANYA —————— EEE el NVULNVT $ AEN GSOs Br IBr cereace ome Tt oe a TRE Gare ones ome ose We qd wereq a TE/t VEVLNY Meare Td wejeg Jasap LVSNdd3l NVaIg ueuloy TE/L WEWINY HVE NVONAG LYSNdYaL NYAS HNINN YASIO NV NSWOW N3ISI30% €'a HVONAL I Pe aguered d wejeq ie % 19889 lvSndd4alNvezg ~*~ uewioyy LVSNdYaL NWSE YN.LNN H3SIO NYG NAWOW NISISIOy 28 NVIVEINAE HNINN ONVDAI Vid NOLAG WALNUTS AVWNVONWAG TWINV © NVUIAWVT —_———————————— EPPS * LEE Soe moow ace cus cleh Hd mY GUE AY oee sae rey ‘so coc dwejeq Wh VaWLNY War TEED, Tq weyeg 40825 LiVSNdu3l NVElg i Hewoyy WIL VEVINY HVuVP NVONAG LVSNdY3L NVE3E HALNN Y3SSO NVO N3WOW NJISISZOM p's NV.LVENSP XMING) NVI Vd NOL HALAMATS NVVNV ONG WANA

You might also like