You are on page 1of 60
MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Nomor : 1427/MENKES/SK/XI1/2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN RADIOTERAPI DI RUMAH SAKIT Menimbang Mengingat Menetapkan Pertama MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa telah terjadi lonjakan angka kematian akibat kanker di kurun waktu 10 tahun terakhir; ». bahwa penggunaan radiasi pengion dapat meningkatkan angka keberhasilan pengobatan. Selain bermanfaat, radiasi pengion juga dapat berbahaya baik bagi petugas, pasien, maupun Jingkungan bila tidak dilaksanakan dengan benar; ©. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan ‘radioterapi di Rumah Sakit, maka perlu disusun Standar Pelayanan Radioterapi di Rumah Sakit. 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan lembaran Negara Nomor 3676); 3. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 ‘entang Praktik Kedokteran 4. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3992); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklit (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2000 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3993); 6. PeraturanMenteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XIU/86 tentang Upaya Pelayanay Kesehatan Swasta di Bidang Medik 7. Keputusan BAPETEN Nomor 01/Ka BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi; 8. Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 21/Ka.Bapeten/XII-02 tentang Program Jaminan Kualitas Instalasi - Radioterapi (PIKIR) MEMUTUSKAN KEPUTUSAN = MENTERI_—- KESEHATAN TENTANG STANDAR PELAYANAN RADIOTERAPI DI RUMAH SAKIT Kedua Ketiga Keempat MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Standat sebagaimana dimaksud Diktum Pertama sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini. Standar sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua merupakan Pedoman bagi semua Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan radioterapi. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal : 20 Desember 2006 }TERI KESEHATAN AY oe at. Siti Fadhilah Supari, Sp.JP (K) ‘VENTER! KESEHATAN ‘REPUBLIK INDONESIA Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1427/Menkes/SK/2006 ‘Tanggal : 20 Desember 2006 STANDAR PELAYANAN RADIOTERAPI STANDAR I FALSAFAH DAN TUJUAN FALSAFAH Pengertian Pelayanan Radioterapi adalah pelayanan medik spesialistik berupa _upaya memberikan pengobatan dengan menggunakan sinar pengion dan sinar non pengion, itujukan pada penderita kanker atau non kanker, Pelaksana Pusat Pelayanan Radioterapi harus mempunyai suatu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan khusus di bidang radioterapi Selaras dengan upaya meningkatkan derajat keschatan masyarakat secara nasional Khususnya penatalaksanaan pada penderita kanker, maka pusat-pusat pelayanan Radioterapi mengutamakan pelayanan yang berkualitas tinggi, paripurna, terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, bertanggung jawab secara profesi dan berlandaskan pada ctika kedokteran, mengikuti perkembangan IPTEK serta memperhatikan efektivitas, efesiensi dan kesehatan/keselamatan kerja, termasuk keamanan radiasi pasien, petugas dan lingkungan, TUJUAN Mendapatkan suatu Therapuetic ratio yang optimal, yaitu tingkat kesembuhan yang maksimal dengan efek samping yang minimal melalui a) Penyclenggaraan pelayanan Radioterapi yang bermutu dan terjangkau serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pada masyaraket yang -membutuhkan, serta merupakan pusat rujukan untuk pelayanan Radioterapi b) Pemanfaatan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan profesi dalam bidang Radioterapi, berwawasan kebangsaan serta menjunjung tinggi etika profesi dan mengikuti perkembangan IPTEK kedokteran dan kesehatan ©) Standarisasi pelayanan Radioterapi secara nasional Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan Radioterapi berpedoman pada : a) Tujuan Sistem Kesehatan Nasional b) Kaidah dan etika ilmu pengetahuan serta etika kedokteran ©) Kebutuhan dan kemampuan masyarakat 4) Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Profesi MENTTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Dalam upaya mencapai tujuann tersebut, diperlukan a) Peran sebagai pusat rujukan untuk disiplin ilmu lain, b) Kerja sama yang erat dan terpadu dengan berbagai disiplin ilmu lain, berbagai corganisasi yang bergerak dalam bidang penanggulangan kanker. ©) Standarisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4) pusat pelayanan yang berfungsi juga sebagai tempat pendidikan dan penelitian VISI Pengertian adalah suatu pandangan, cita-cita atau suatu keinginan kedepan yang ingin dicapai oleh pusat Pelayanan Radioterapi menjadi Pusat Pelayanan yang baik untuk ‘mencapai angka ketahanan dan kualitas hidup yang tinggi Misr Pengertian Misi adalah suatu upaya atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan melalui program-program Program yang disusun hendaknya ~ Selalu memperhatikan dan mengutamakan kualitas pelayanan Radioterapi (melalui program quality assurance dan quality control) sesuai dengan perkembangan limu Pengetahuan dan Teknologi serta kebutuhan masyarakat dan berlandaskan etika kedokteran, sehingga menjadi pusat rujukan yang mampu bersaing di tingkat nasional dan regional. ~ Sebagai pusat pelayanan, pendidikan dan penelitian beik di bidang radioterapi ‘maupun disiplin ilmu lain yang terkait ~ Selalu memperhatikan Kesehatan dan keselamatan pasien, karyawan serta lingkungan, Kriteria Kegitan pelayanan Radioterapi merupakan pelayanan spesialistik dan subspesialistik, merupakan pengobatan yang berdiri sendiri maupun pengobatan kombinasi dengan modalitas lain baik untuk pengobatan kanker maupun non kanker. Oleh karena itu iperlukan kerja sema yang erat dengan disiplin ilmu lain yang bersama-sama ‘menangani penyakit sejenis. MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pengertian : 1. Pelayanan Radioterapi dapat berupa radioterapi saja, ataupun dapat dikombinasi dengan pengobatan lain baik berupa pengobatan bedah, kemoterapi atau bentuk pengobatan lain. Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit keganasan/ kanker atau penyakit non kanker yang memerlukan radioterapi. 2. Perlayanan Radioterapi adalah suatu bentuk pelayanan yang memerlukan kerjasama yang sangat erat dengan bidang ilmu lain Patologi Anatomi Radiologi Diagnostik Onkologi Medik Kemoterapi Rehabilitasi Medik Bidang ilmu lain yang bergerak di bidang onkologi. peeaoge MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR IL ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN RADIOTERAPI Pengertian Standar administrasi dan pengelolaan Departemen/Unit Radioterapi adalah semua bentuk perangkat peraturan administrasi yang mengatur agar penyelenggaraan kegiatan di Pusat Radioterapi berjalan sesuai dengan fungsi dan tugasnya dalam mencapai tujuannya sebagai Pusat Radioterapi. Kegiatan pada Departemen Radioterapi dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk, yaitu pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang Radioterapi Pusat radioterapi dapat mempunyai Ketiga bentuk kriteria ini, akan tetapi dalam standar administrasi dan pengelolaan radioterapi ini hanyalah standar untuk kegiatan pelayanan Radioterapi saja. Staadar administrasi dan pengelolaan pelayanan Radioterapi, sesuai dengan bidang, fungsi dan perannya dapat dibedakan menjadi 4 jenis kriteria Kriteria Struktur Organisasi ia Sistem Administrasi Pelayanan dan Keselamatan Pasien Kriteria Sistem Administrasi Keuangan Kriteria Sistem Pencatatan dan Pelaporan 1 2; 4 Kriteria 1, STRUKTUR ORGANISASI 1.1 Pengertian Struktur Organisasi adalah sistem yang mengatur jalan komando dan jalur koordinasi yang menetapkan tanggung jawab penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengembanyan di Pusat Radioterapi 1.2 Kebijakan 12.1 Pusat radioterapi dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit melalui Direktur Pelayanan Medik 1.2.2. Pengelolaan Departemen / Pusat Radioterapi dilaksanakan oleh para staf yang berada dalam suatu sistem organisasi yang terstruktur dan mempunyai program kerja yang sesuai dengan tujuan unit atau departemen tersebut berdasarkan visi dan misinya 123° Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Pusat / Departemen Radioterapi dibaniu oleh para Koordinator 12.5 126 12.7 128 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Dalam mengatur sistem pelayanan_ medik radioterapi, Kepala Unit Radioterapi juga membawahi serta bekerja sama dengan Satuan Fungsional lain dan non dokter yaitu Staf Fungsional Fisika Medik, Staf Fungsional Radiografer Radioterapi, Staf Fungsional Tehnik Radioterapi dan. Staf Fungsional Keperawatan. Tergantung besarnya kegiatan / volume kerja serta jumlah sumber daya manusianya, Koordinator dapat dibantu oleh beberapa Kepala Ruangan (KaRu) yang membawahi para Kepala Urusan (KaUr) dan para Kepala ‘Unusan dibantu oleh para Ketua Grup yang membawahi para pelaksana yang, pada dasarnya _membagi tugas dan’ pekerjaan pelayanan sesuai dengan fungsinya Kegiatan dan fungsi utama pelayanan itu adalah : Pelayanan Radiasi Eksterna atau Terapi Tele, Pelayanan Brakhiterapi dan Pelayanan Rradiasi Interna yang dibantu oleh berbagai unsur penunjang yaitu simulator, ruang mould, teknik elektromedik, fisika radioterapi, perawatan can catatan medik Bagan struktur organisasi Pusat Radioterapi dan uraian tugasnya masini masing dibuat lengkap Struktur organisasi dan uraian tugas ditetapkan / disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Ariteria 2 : SISTEM ADMINISTRASI PELAYANAN PASIEN 2.1 Pengertian 21d 2.13 Sistem administrasi Pelayanan Radioterapi adalah aturan administratif yang harus dilakukan dalam menjalankan pelayanan Radioterapi di Pusat Radioterapi/Departemen Radioterapi Pelayanan Radioterapi adalah semua bentuk pengobatan yang menggunakan sumber radiasi pengion maupun non-pengion untuk pengobatan keganasan ataupun non-keganasan yang dalam hal ini (untuk non-keganasan) telah diakui bahwa pengobatan radiasi akan bermanfaat untuk keadaan-keadaan tersebut. (lihat Standar 1 : Falsafah, Visi dan Misi, Standar V: Kebijakan dan Prosedur). Sistem administrasi pelayanan dapat dibagi menjadi 1. Loket penerimaan pasien/ Receptionist 2. Poliklinik 3. Ruang Moulding 4. Simulator 5 . Fisika Radioterapi MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Radiasi Eksterna Brakhiterapi Ruang Perawatan Radiasi Interna wens 2.2 Kebijakan 221 2.23 2.2.4 22.8 Pelayanan radioterapi dapat meliputi bentuk-bentuk pemberian kondisi atau zat tertentu yang dapat meningkatkan efek radiasi seperti bentuk-bentuk radiosentizer (Kemoterapi, hipertemi, hiperbarik, carbogen, dil) yang disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan kemampuan sejalan dengan perkembangan [mu Onkologi Radiasi (lihat Standar | : Falsafah, Visi dan Misi dan Standar V : Kebijakan dan Prosedur) Bentuk pelayanan yang tidak menggunakan sinar pengion tetapi berperan meningkatkan efek radiasi (misalnya radiosentizer, dll) seperti tersebut di atas dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan profes lain yang dianggap mempunyai kelebihan pada bidangnya, akan tetapi untuk bidang yang menyangkut masalah radioterapi harus tetap dilaksanakan oleh dokter spesialis radioterapi (lihat Standar V : Prosedur dan Kebijakan) Pelayanan Radioterapi dilakukan dengan indikasi yang sesuai dengan protokol / SOP dan pelaksanaannya dapat berupa pelayanan Radiasi Eksterna, Brakhiterapi atau Pengobatan Radiasi Interna, (lihat Standar V Prosedur dan Kebijakan). Indikasi dan tujuan tindakan ini harus tercantum dalam catatan medik ‘Tanda lulus, ijasah dan sertifikat tenaga KSMF sera tenaga professional lainnya sebagai bukti pengakuan profesi harus ada dalam arsip Tata Usaha di Pusat Radioterapi Unsur administrasi diselenggarekan oleh Tata Usaha dengan struktur dan uraian tugas yang tercantum dalam struktur organisasi Tata Usaha mencatat semua jumlah, jenis dan bentuk pelayanan radioterapi, baik berupa pelayanan Rawat Jalan maupun Rawat Inap. Hal ini disesuaikan dengan fasilitas dan kemampuan masing-masing unit radioterapi tersebut. Kegiatan Pelayanan Radioterapi dilakukan dengan jadual tertentu sesuai hari dan jam kerja, tergantung dari kondisi, sumber daya manusia dan peralatannya, Pelayanan radioterapi dapat dilakukan dengan pelayanan 24 jam sesuai dengan indikasi dan bentuk pelayanannya Setiap pasien yang dikirim untuk berobat harus disertai dengan surat Pengantar / rujukan serta persyaratan untuk penyinaran yang telah lengkap sesuai dengan jenis penyakitnnya dan sesuai dengan SOP. Data-data tersebut +harus tercantum dalam catatan medik 2.2.9 2211 2.2.12 2.2.13 2214 2.2.16 2217 2.2.19 2.2.20 MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA Setiap pasien harus didaftarkan menjadi pasien Departemen Radioterapi, dibuatkan catatan medik / status tersendiri dengan nomor indeks / status yang, telah ditentukan sesuai ketentuan sistem registrasi rumah sakit Setiap tindakan yang dapat menimbulkan risiko (sesuai dengan ketentuan umum pelayanan medis) terhadap pasien harus disertai surat persetujuan (informed consent) Penentuan tujuan radiasi, indikasi radiasi, perencanaan, tehnik, dosis serta sumber / ala: radiasi yang digunalan harus dicantumkan dalam catatan medik oleh SMF Radioterapi Gambar skematis atau pernyataan tertulis tentang target penyinaran, lapangan penyinaran, jumlah dan arah lapangan penyinaran harus tercantum dalam catatan medik dan dapat dimengerti oleh petugas pelaksana radiasi Perubahan dosis dan lepangan radiasi dilakukan hanya atas permintaan / persetujuan dokter dan harus dicantumkan pada catatan medik / status Ketepatan Japangan penyinaran harus diverifikasi dengan alat / fasilitas yang dianggap cukup memadai untuk melakukan tindakan verifikasi tersebut, Hasil verifikasi harus tercantum pada catatan medik sebagai bukti Verifikasi dilakukan dengan pesawat radiasi minimal 1 (satu) kali setiap penentuan lapangan penyinaran baru, Bila terjadi ketidaktepatan lebih dari 5 mm, proses penentuan lapangan penyinaran harus diulang kembali hingga dicapai ketepatan dengan perbedaan yang kurang dari 5 mm Kegiatan Poliklinik Layanan Umum dilaksanakan oleh SMF Radioterapi yang dalam keadaan tertentu dapat didelegasikan pada peserta pendidikan dengan tanggung jawab tetap pada SMF Radioterapi tersebut. Kegiatan Poliklinik dibantu oleh Perawat (berlaku untuk radiasi eksterna, brakhiterapi dan radisi interna) Kegiatan di ruang simulator dilaksanakan oleh Dokter, radiographer yang, bertugas di simulator dibantu oleh tenaga kamar gelap. Kegiatan di ruang moulding dilaksanakan oleh tenaga Teknisi “Mould Room” atas permintaan Dokter. Pembuatan TPS dalam perencanaan Radioterapi dapat dilakukan oleh Fisikawan Medik atau Asisten Fisikawan / Dosimetris berdasarkan standar profesinya untuk mencapai hasil yang optimal Hasil TPS disampaikan kepada SMF radioterapi untuk mendapat pengesahan / persetujuan, Hasil yang disetujui harus diparaf bersama oleh Dokter dan Penanggung Jawab Fisika Penyinaran radiasi eksterna dilaksanakan oleh teknisi radioterapi yang bertugas di ruang penyinaran, sedangkan Brakhiterapi oleh Fisikawan Medik MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA dan Radiasi Interna oleh SMF Radioterapi, Semua tindakan minimal harus dikerjakan oleh dua orang tenaga yang mewakili tiap profesi yaitu SMF Radioterapi dan Fisika Medik 2.2.21 Tidak diperkenankan memberi / memulai penyinaran baik Radiasi Eksterna, Brakhiterapi maupun Radiasi Interma apabila belum ada permintaan dari dokter yang dituliskan pada catatan medik 2.2.22 Hasil dan Jangkah pelaksanaan kegiatan di masing-masing ruangan harus dicatat dalam catatan medik 2.2.23 Kebijakan dan prosedur masing-masing tindakan, harus sesuai dengan SOP yang telah ditentukan (lihat Standar V : Prosedur dan Kebijakan) Kriteria 3 : SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN 3.1 Pengertian 3.1.1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan di Pusat radioterapi adalah ke; administratif yang mencatat dan melaporkan semua kegiatan serta rencana yang akan dilaksanakan pada Pusat Radioterapi, 3.1.2. Sistem tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari dan Japoran kepada Direktur atau pimpinan rumah sakit.dibuat secara berkala 3.2 Kebijakan ° 3.2.1. Pencatatan data laporan kunjungan pasien dipisahkan menjadi Pasien Baru dan Pasien Lama yang terbagi atas : Pasien dalam penyinaran dan Pasien control (follow-up) 3.2.2. Pasien Baru, adalah pasien yang datang ke redioterapi untuk pertama kali, dengan surat rujukan dari dokter 3.2.3. Pasien Lama adalah pasien dalam penyinaran yang datang setiap harinya atau yang ditentukan oleh Dokter untuk menjalani terapi radiasi, sesuai jumlah dosis total dan fraksi dosis yang diberikan. 3.2.4. Pasien control (follow-up), adalah pasien yang memeriksakan dirinya kembali setelah selesai menjalani satu paket radioterapi, aik kuratif maupun paliatif 3.2.5. Setiap pasien harus dibuatkan registrasi kanker berdasarkan jenis kanker yang, sesuai denagn ICD-O 3.2.6. Pencatatan dan pelaporan jenis tindakan adalah pencatatan dan pelaporan jumlah pemeriksaan pada masing-masing unit tindakan (pesawat radiasi, esawat simulator, mould room dan TPS) Kriteria SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN 4.1 Pengertian Sistem administrasi keuangan adalah tata cara yang mengatur perencanaan penggunaan dan pelaporan keuangan di Pusat / Departemen Radioterapi 10 MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA 4.2 Kebijakan 4.2.1 4.2.5, 426. 427, Pencatatan can pelaporan keuangan dilekukan oleh Penanggung Jawab Keuangan, Setiap pembayaran dilakukan di kasir dan diberikan kwitansi pembayaran Pelaporan keuangan dilakukan dengan prosedur khusus sesuai dengan peraturan keuangen rumah sakit yang berlaku, Keringanan biaya untuk pasien yang tidak mampu ditentukan dengan prosedur khusus, Pencatatan dan pelaporan keuangan menjelaskan tentang keuangan pusat radioterapi yang ditujukan pada Direktur Rumah Sakit. Laporan ditandatangani oleh KoAdminkeu dan Kepala Pusat Radioterapi sebagai bukti pertanggungjawaban. Perencanaan keuangan dibuat oleh Kepala Pusat Radioterapi bersama dengan Koordinator Administrasi dan Keuangan dan dibicarakan dalam rapat berkala KSMF minimal enam bulan sekali Perencanaan keuangan dilakukan juga dengan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk kelancaran kegiatan di Pusat Radioterapi, meliputi biaya pengeluaran rutin, biaya pengembangan serta kesebjateraan sumber daya manusia, minimal untuk jangka waktu lima tahun kedepan Perencanaan keuangan diharapkan dapat menjadi jalan keluar bila diperkirakan akan ada kekurangan biaya untuk pembelian peralatan yang memerlukan biaya besar dan dianggap perlu mencari bantuan pihak luar, minimal sebagai acuan pihak yang lebih tinggi untuk menyelesaikan masalah tersebut Perencanaan keuangan dibagi menjadi penggunaan rutin untuk lancarnya kegiatan pelayanan maupun aktifitas rutin lainnya (pendidikan dan penelitian) dan penggunaan secara insidentil. Setiap penggunaan keuangan baik rutin maupun insidentil harus dibicarakan dan dibahas bersama dalam rapat berkala KSMF dan ditujukan untuk perkembangan Pusat Radioterapi berdasarkan kepentingan bersama, ul MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA STANDAR IL STAF DAN PIMPINAN JENIS TENAGA L Unit Radioterapi dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis Onkologi Radiasi / Dokter Spesialis Radiologi Konsultan Onkologi Radiasi dibantu oleh Staf medik Fungsional dan Staf fungsional non medik (Fisikawan Medik, Asisten Fisikawan_ Medik / Dosimetrist, Tenaga Teknisi Radioterapi, Tenaga Abli Teknik Elektronik / Instrumentasi, Tenaga perawat, Tenaga teknisi “Mould Room’) STAF MEDIK FUNGSIONAL RADIOTERAPI (KSMF RADIOTERAPI) Yaitu kelompok profesi Dokter Spesialis Onkologi Radiasi / Dokter Spesialis, Radiologi Konsultan Onkologi Radiasi yang telah mendapat kompetensi yang diakui / sertifikasi dari Kolegium Radioterapi Indonesia. STAF FUNGSIONAL NON MEDIK, meliputi a) Fisikawan Medik, adalah seorang sarjana fisika atau yang setara yang telah mendepatkan pelatihan khusus pemanfaatan radiasi dalam Radioterapi di unit Radioterapi b) Asisten Fisika Medik / Dosimetrist, adalah seorang lulusan Dill Teknik Radiografi / Teknik Radioterapi yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dalam bidang dosimetri dan sistem perencanaan di unit radioterapi ©) Tenaga Teknisi radioterapi, adalah seorang lulusan DIII Teknisi Radioterapi, atau Inlusan DIL Teknik Radiografi yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan mengenai teknik Radioterapi di Unit Radioterapi d) Tenaga Teknik Elektromedik / Instrumentasi, adalah seorang lulusan Sarjana Teknik Instrumentasi Medik atau setara dan telah mendapat pelatihan khusuis tentang perawatan peralatan Radiotetapi di Unit radioterapi €) Tenaga Perawat, adalah perawat lulusan DIT keperawatan dan lulusan SPK yang telah mendapat pelatihan khusus dalam Pelayanan Radioterapi di Unit radioterapi f) Tenaga Teknisi “Mould Room”, yaitu tenaga dengan kualifikasi sekurang- Kurangnya lulusan SMU atau setara yang telah mendapat pelatihan khusus dalam fungsi “Mould Room” di Unit Radioterapi g) Tenaga Petugas Proteksi Radiasi (PPR) untuk Radioterapi yang telah mempunyai SIB yang dikeluarkan oleh BAPETEN SUMLAH TENAGA PELAYANAN RADIOTERAPI L Ketua Unit Radioterapi adalah | (satu) orang dokter Spesialis Onkologi Radiasi / Dokter Spesialis Radiologi Konsultan Onkologi radiasi MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA Staf Onkologi Radiasi / konsultan Onkologi Radiasi adalah | (satu) orang stat setiap 250 pasien baru yang diterapi tiap tahun 3. Fisikawan Medik adalah 1 (satu) orang untuk setiap pusat pelayanan sampai jumlah pasien 400 / tahun 4. Asisten Fisikawan Medik / Dosimetrist adalah 1 (satu) orang tiap 300 pasien / ‘hun 5, Tenaga Teknisi Radioterapi adalah = 1 (satu) orang sebagai supervisor ~ 2 (dua) orang tiap unit Megavolt / Cobalt sampai SO pasien tiap hari / tiap unit, Bila lebih dari 50 pasien / hari / unit maka jumlah tenaga 4 per unit ‘Megavolt/Cobalt sampai 80 pasien / hari / unit ~ 2 (dua) orang staf simulator tiap 500 pasien yang di simulasi/tahun = 2 (dua) orang untuk brakhiterapi 6. Tenaga Teknik Elektromedik / Instrumentasi adalah 1 (satu) orang / tiap satu atau dua Megavolt dan satu simulator 7. Tenaga Perawat adalah 1 (satu) orang tiap 300 pasien / tahun 8, Tenaga Teknisi “Mould Room” adalah | (satu) orang per 600 pasien / tahun 9. Tenaga PPR Radioterapi minimal 1 orang 10, Tenaga Pekerja Sosial 1 (satu) orang 11. Tenaga Administrasi - Resepsionist sesuai kebutuan - Keuangan sesuai kebutuhan - Tata Usaha sesuai kebutuhan, - Rekam Medik sesuai kebutuhan TUGAS POKOK DAN TANGGUNG JAWAB: 1, Pimpinan Pelayanan Radioterapi Pimpinan bertanggung jawab atas semua kegiatan mutu pelayanan dan keamanan radiasi dengan tugas : a) Mengkoordinasi penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelayanan medik radioterapi serta sistem keamanan radiasi b) Membina dan mengembangkan kinerja serta kemampuan KSMF dan KSF non medik untuk dapat mencapai hasil Radioterapi yang sebaik-baiknya sesuai perkembangan IPTEK Onkologi Radiasi khususnya dan IPTEKDOK umumnya ©) Membina dan mengembangkan suasana kerja yang kondusif untuk mencapai pelayanan medik Radioterapi yang bermutu d) Menyusun dan menyampaikan pertanggungjawaban pelayanan medik Radioterapi pada pimpinan rumah sakit 2. KSMF @) Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik Radioterapi sesuai jenis kanker dan revisi bila perlu MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA b) Melaksanakan dan mengevaluasi tindak medik Radioterapi sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SOP, bertanggungjawab penuh atas perawatan pasien termasuk rincian pengobatan sampai pada evalusi tindak lanjut (Follow up) ©) Aktif mewakili pelayanan medik Radioterapi pada pertemuan multi disiplin seperti Tim Penanggulangan Kanker Terpadu 4) Sebagai penanggung jawab dari pelayanan medik Radioterapi, harus bekerja sama yang baik dengan KSF non medik dan unsur Rumah Sakit lainnya e) Turut berpartisipasi dalam penentuan peralatan serta desain fasilitas Radioterapi 1) Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Onkologi Radiasi IPTEKDOK Fisikawan Medik ‘Tugas utama Fisikawen Medik meliputi empat aspek yaitu dosimetri, keamanan radiasi, kendali mutu dan seleksi peralatan radioterapi Bertanggungjawab atas a) Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk penggunaan klinis b) Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan 30 tahun) dikenai treatment dan conditioning tertent * T % < 30 tahun : setelah dilakukan conditioning kemudian dipindahkan ke penyimpanan sementara dan akhirnya dialihkan ke penyimpanan lestari dekal permukaan (near surface disposal) + T %> 30 tahun : sctelah dilakukan conditioning kemudian dipindahkan ke penyimpanan sementara jangka panjang (long term interims strorage) dan akhimya dialihkan ke penyimpanan lestari pada farmasi geologi tanah dalam (deep geological disposal) Peluksanaan Pengelolaan Limbah Badan pelaksana : BATAN (sesuai dengan pasal 23 ayat 1, UU No. 19 tahun 1997) Standar layanan limbah : (ps 24, 25, 26, 27, UU no. 10 tahun 1997) * Perjanjian kerjasama kemitraan antara penghasil limbah (RS) dengan badan pelaksana BATAN + Perjanjian kerjasama antara pabrik yang memproduksi sumber radioaktif (RS) mengenai reekspart sumber radioaktif d ibawah pengawasan Badan Pelaksana BATAN I, PERALATAN RADIOTERAPI Pengertian : Jenis dan kemampuan peralatan radioterapi harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kedokteran dengan mengikuti persyaratan standar internasional yang berlaku (rekomendasi IEC dan ISO), MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Kriteria 1: Jenis Peralatan Radioterapi Memenuhi Standar Kebutuhan Yang Ditetapkan Rumah Sakit Standar peralatan =ninimal Raditerapi dikelompokan menjadi 3, sesuai dengan Kebutuhan dan pengembangan rumah sakit : » Pelayanan Radioterapi Primer erdiri dari Cobalt unit Brokhiterapi Remote Afterloading System* Simulator TPS 2D Moulding Dosimetry dan Survey meter pepe re dapat berkolaborasi dengan pusat lain di satu kota dan dimulai dengan LDR/MDR Pelayanan Radioterapi Sckunder Terdiri dari : Linear accelerator Brakhiterapi Remote Afterloading System TPS 3D Simulator Moulding Dosimetri dan Surveymeter meee ee Pelayanan Radioterapi Tertier Terdiri dari : Linac dengan dilengkapi MLC, Conformal terapi, IMRT, SRTGRT Brakhiterapi Remote Afterloading System TPS 3 D, IMRT, SRT, IGRT Simulator : CT Simulator, Simulator CT Moulding computerize Dosimetri dan survey meter ‘Network online emeaoge Bordasarkan kepentingannya, peralatan radioterapi dibagi dalam 3 kelompok Radioterapi Eksternal 1.1. Simulator Penjelasan dan spesifikasi alat dapat dilihat pada Lampiran II 1.2. Perencanaan Terapi (Treatment Planning Equipment) Adalah Peralatan komputer yang mempunyai software untuk menghitung lama pengobatan, analisa data dalam menetapkan kebijakan pengobatan Penjelasan dan spesifikasi secara rinci terdapat pada Lampiran IL 2 MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 1.3. Unit Teleterapi 1.3.1 Megavolt 1.3.1.1. Linear Accelerator Sumber sinar — x Energi : minimal 4 MV Cobalt Teleterapi Unit Penjelasan dan spesifixasi dalam Lampiran IV 13.1 1.3.2. Orthovolt Energi 50-300 KV 1.4.Peralatan QA, sesuai dengan penjelasan dan Lampiran V 1.5.Peralatan Pengamanan Radiasi . Peralatan Brakhiterapi Yang termasuk peralatan untuk kebutuhan pelaksanaan brakhiterapi dapat dibedakan dalam 3 kategori sesuai dengan jenis peralatan brakhiterapi yang tersedia, yaitu : a) Remote afterloading laju dosis rendah (0,4 2 Gy / Jam) 1) Remote afterloading laju dosis tinggi & 12 Gy / Jam) 2.1.Peralatan x-ray lokalisator dilengkapi dengan flouroskopi, sehingga memungkinkn posisi aplikator di check dan bila perlu dilakukan reposisi. Peralatan ini berfungsi scbagai simulator yang mempunyai fixed geometri atau dilengakapi dengan localization box. 2.2.Peralatan untuk perencanaan terapi. Spesifikasi peralatan perencanaan brakhiterapi harus sesuai dengan rekomendasi pada Lampiran ITI 2.3. Peralatan treatment delivery Pengadaan peralatan laju dosis tinggi dan laju dosis rendah brakhiterapi harus berdasarkan pertimbangan situasi Klinik setempat secara matang dan hati-hati. Pertimbangan tersebut sesuai dengan Lampiran VI ‘Sumber untuk laju dosis rendah dan laju dosis tinggi : ‘* Harus dilengkapi sertifikat sesuai ketetapan ICRU Report No. 38 ‘* Manual laju dosis rendah, container, sumber, kriteria shielding dan container transport sumber memenuhi siandar yang ditetapkan Laju dosis rendah dan laju dosis tinggi brakhiterapi harus memenuhi ketentuan sesuai Lampiran VII. |-2-3 -4 2.4, Peralatan Program Jaminan Kualitas Brakhiterapi . Peralatan dosimetri dan Program Jaminan Kualitas Brakhiterapi harus memenuhi rekomendasi Lampiran VII..5 2.5. Peralatan pengaman radiasi dan pengelolaan sumber. Sesuai ketentuan pada Lampiran VII. Perkembangan khusus untuk pengelolaan laju dosis rendah : a s/d g. Perkembangan pengaman radiasi dan pengelolaan sumber radiaktif terbuka. 23 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3. Peralatan Radiasi Internal * Terdapat ruang khusus isolasi radioaktif © Peralatan pengaman radiasi dan pengelolaan sumber radioaktif terbuka Kriteria 2: Aman Pengertian : 1. Tersedia peraltan emergency dalam keadaan darurat apabila terjadi kecelakan radiasi. 2, Tersedia prosedur standar evakuasi dalam keadaan emergency. Standar Operasional Dalam Situasi Kedaruratan Dalam situasi yang sangat berbahaya bagi staf, masyarakat umum dan paien, perlu mengambil langkah darurat yang mudah dan singket, Langkah tindakan tevsebut sesuai dengan jenis kebutuhan yaitu : 1. Sumber hilang + Harus segera diketahui : © Jenis sumber yang hilang © Tipe sumber dan aktifitas © Dimana dan kapan terakhir berada © Siapa terakhir menggunakan + Penutupan area tempat sumber terakhir berada * Pencarian dengan menggunakan G. |. Survey meter Sumber macet + Mengembalikan sumber ke dalam sarang secara mekanik Bila tidak segera berhasil, maka pasien segera dikeluarkan dari ruang radiasi Penutupan area radiasi Lapor ke BAPETEN 3. Kontaminasi Bila sumber radioaktif tercecer keluar dari sarang : © Penutupan sumber radiasi yang tercecer Jendela dan ventilasi diamankan Posisi control causale tetap “turn on” Pasien dievakusi ke tempat yang aman Semua orang dilarang memasuki daerah tersebut sambil menunggu pihak yang berwenang (BAPETEN) 4. Pasien dengan kecelakaan radiasi Dapat disebabkan karena + Kekeliruan yang disebabkan oleh : © Pasien © Jaringan © Jenis sumber © Dosis © Kesalahan alat Medical physician harus menyelidiki dengan cara : + Membuat kalkulasi dan estiminasi dosis yang diterima pasien ‘+ Melakukan koreksi yang diperlukan agar tidak terulang kembali + Metoda tethadap pelaksansan koreksi pengukuran Hasil penyelidikan dilaporkan ke komite keselamatan rumah sakit dan radiation oncologist menginformasikan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang 5. Radiasi terhadap staf Bila staf memperoleh pajanan radiasi akuarmal, segera dikomunikasikan / dilaporkan pada pihak berwenang. mR ae MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INCONESIA STANDAR V KEBIJAKAN DAN PROSEDUR Pengertian umum Kebijakan dalam pelayanan Radioterapi adalah aturan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelayanan radioterapi. Prosedur dalam pelayanan Radioterapi adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penatalaksanaan radioterapi berdasarkan kebijakan yang ada. Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Radioterapi di Rumah Sakit terdiri dari 5 kriteria : Kriteria 1: Kebijakan dan Prosedur Umum Pelayanan Radioterapi Kriteria 2 : Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Radiasi Ekstemna Kriteria 3 : Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Brakhiterapi Kriteria 4 : Kebijakan dan Prosedur Pelayanan Radiasi Interna (Radiasi dengan Radiofarmaka) Kriteria 5 : Prosedur Penanggulangan Kecelakaan Radiasi Kriteria1: KEBIJAKAN DAN PROSEDUR UMUM PELAYANAN RADIOTERAPI 1.1 Kebijakan Umum : LL... Pelayanan radioterapi merupakan kerja tim yang melibatkan SMF dan SF non-medis, terdiri dari Dokter Spesialis Onkologi Radiasi/ Dr. Sp.Rad Konsultan Onkologi Radiasi, Fisikawan Medik, Assisten Fisikawan Medik / Dosimetris, Teknisi Radioterapi, Teknisi Moulding, Perawat dan Pembanty Perawat Radioterapi, Teknisi Elektromedik / Instrumentasi dan Tenaga Administrasi 1.1.2 Dalam pelaksanaan pelayanan Radioterapi, sebagai penanggung jawab seluruh pelaksanaan radiasi adalah Dokter Spesialis Onkolozi Radiasi / Dr'Spesialis Radiologi Konsultan Onkologi Radiasi (Staf Medik Fungsional) 1.1.3 Yang termasuk dalam pelayanan tindak medik radioterapi adalah Radiasi Eksterna, Brakhiterapi dan Radiasi interna 1.14 Tindak Medik radioterapi dilaksanakan atas indikasi yang ditetapkan oleh ‘SMF dan pelaksanaannya sesuai dengan SOP yang telah diberlakukan. 1.1.5 Sebelum dilakukan tindak medik Radioterapi, pasien dan keluarganya berhak untuk mengetahui dan memahami segala tindak medik Radioterapi dengan kemungkinan efek samping akut dan lanjut yang akan terjadi (informed consent), 116 117 (MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasien dan atau keluarganya berhak menolak tindak medik radioterapi yang akan diberikan. Setelah mendapat informasi seperti pada butir 1.1.5, pasien dan keluarganya diwajibkan mengisi Lembar Persetujuan/ Penolakan Tindak Medik Radioterapi, berdasarkan format isian yang dikeluarkan oleh Pelayanan Medik DepKes Nomor : HK. 00.06.3.5.1866, tanggal 21 April 1999, 1.2. Prosedur Umum 1.21 1.22 123 124 1.25 1.2.6 1.27 Semua data pasien harus teregistrasi dan dituliskan dalam status mulai dari anamnesa, pemeriksaan histologik, pemeriksaan imejing dan pemeriksaan fisik lengkap dengan lokasi tumor dan ukuran tumor. Radiasi dilakukan apabila sudah ada jenis histologik dan stadium tumor, kecuali pada keadaan kedaruratan medik yang memerlukan radiasi segera (kedaruratan radioterapi/cito). Yang termasuk dalam kedaruratan radioterapi adalah sindroma vena cava superior, pendarahan yang mengancam kehidupannya dan ancaman fraktur Perencanaan radiasi ditentukan oleh dokter spesialis onkologi radiasi secara tertulis dalam status pasien, meliputi indikasi / tujuan radiasi, jenis radiasi, sumber radiasi yang digunakan, target volume radiasi (local atau locoregional), dosis total dosis pertraksi lengkap dengan peta lokasi tumor, besaran dosis dan fraksi. Fisikawan medik bertanggung jawab atas penyusunan distribusi dosis, arah sinar dan energi pesawat yang digunakan dengan menggunakan Komputer Perancanaan Terapi radiasi (Treatment Planning System = TPS) bekerjasama dengan dokter dan dokter menentukan target volume tumor (gross tumor volume / GTV dan clinical tumor volume / CTV) serta organ kritis, sedangkan planning target volume (PTV) ditentukan oleh fisikawan medik atau asisten fisikawan medik Radiasi dilakukan berdasarkan planning radiasi yang telah diparaf oleh fisikawan medik dan disetujui dan diparaf oleh dokter serta dilaksanakan oleh teknisi radioterapi. Perubahan planning radiasi harus berdasarkan instruksi dokter. Kalibrasi harian yang berhubungan dengan jaminan kualitas peralatan radiasi (posisi kolimator, paparan dosis, posisi laser beam, pergerakan gantri, pergerakan meja, keluar-masuknya source pada alat brekhiterapi, dll) harus dilakukan sebelum dilakukan penyinaran pertama pada hari tersebut. Radiasi dapat dilakukan bila pada pemeriksaan darah rutin kadar hemogoblin 10 yl, leukosit 3000 ul dan trombosit 80.000 ul. Untuk gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati hendaknya dibicarakan bersama dengan klinsi yang terkait. 27 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 1.2.8 Pemerikasaan pasien minimal dilakukan sekali dalam $ hari radiasi 1.2.9 Follow up pasien pasca radiasi dilakukan rutin berdasarkan SOP masing- masing penyakit Kriteria 2 : KEBUAKAN DAN PROSEDUR PELAYANAN RADIASI EKSTERNA 2.1. Pengertian Radiasi eksterna adalah salah satu cara pemberian radiasi dimana sumber radiasi berada diluar tubuh atau pada jarak antara sumber radiasi dengan tubuh 2.2, Kebijakan terdiri dari sinar ier) dan partikel Sumber radiasi_ yang digunakan adalah sinar foton yar gamma (Co-60) dan X-ray (orthovolt, akselerator | (electron) Pelayanan Radiasi Eksterna dengan menggunakan orthovoltage’sinar X bertenaga 50 - 300 KV, digunakan untuk tumor-tumor superfisial Pelayanan Radiasi Eksterna dengan menggunakan sinar foton (pesawat C60 dan linier akselerator) digunakan untuk berbagai macam keganasan Pelayanan Radiasi Ekstema dengan menggunakan partikel elektron mi tumor-tumor di permukean tubuh, dengan berbugai energi sesuai dengan kedalaman tumor. Penentuan lapangan radiasi dilakukan engan simulator yang dilaksanakan bersama olek ieknik radioterapi dan dokter, selanjutnya didokumentasikan, kecuali untuk tumor-tumor superficial. 2.2.6 Radiasi dilakukan berdasarkan planning radiasi yang telah diparat oleh fisikawan medik dan dokter dan dilaksanakan oleh teknisi radioterapi Perubahan planning radiasi harus ada instruksi dokter. 22.7 Sebelum dilakukan radiasi yang pertama atau pada saat dilakukan perubahan Japangan radiasi harus dilakukan gammagrafi (verifikasi film) yang, diparat dokter 22.8 Kriteria Kurva Isodosis yang homogen, berdasarkan ICRU 62 yaitu © 95% meliputi PTV * Dosis maksimum : 107% * 2.3. Prosedur : Sesuai dengan SOP yang berlaku berdasarkan masing-masing penyal Kriteria 3: KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PELAYANAN BRAKHITERAPI 3.1. Pengertian Brakhiterapi adalah adalah salah satu cara pemberian radiasi dimana sumber radiasi diletakan atau didekatkan pada tumor MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3.2, Kebijakan Brakhiterapi umumnya dilakukan bersama-sama dengan radiasi eksterna Pelayanan Brakhiterapi dengan menggunakan sumber It-192, meliputi pelayanan brakhiterapi intrakaviter, implantasi intralumiver dan mould pada berbagai jenis keganasan 3.23 Pelayanan Brakhiterapi dengan menggunakan sumber Ce-137 dan Co60 meliputi_pelayanan brakhiterapi intrakaviter kanker mulut rahim dan kanker endometrium 3.2.4 Brakhiterapi intrakaviter, > dilakukan untuk kanker serviks uteri, Kanker endometrium (corpus uteri), kanker nasofaring dan kanker lainnya ~ untuk kanker serviks uteri dan kanker endometrium dilakukan dalam anestesi lokal (anestesi spinal, subducal) atau anestesi umum + untuk kanker nasofaring dilakukan dalam anestesi topical (spray) atau anestesi umum 3.2.5 Brekhiterapi intersttiel/implantasi > Dilakukan untuk kanker serviks dengan residu tumor di parametrium, kanker vagina, kanker kolorcktal, Kanker prostat, kanker otot, dan kanker kulit > Dilakukan dengan anestesi lokal atau anestesi umum 3.2.6 Brakhiterapi intraluminer > Dilakukan untuk kanker paru, kanker esophagus ~ Dilakukan dengan anestesi umum ~ Dilakukan dengan bantuan endoskopi_ sebagai “wuidance”, yang dilakukan oleh klinisi (dokter paru atau dokter penyakit dalam) 3.2.7 Setiap tindakan brakhiterapi yang dilekukan dalam narkose, perlu persetujuan dari Dokter Spesialis Kardiologi dan Dokter Spesialis Anestes 3.2.8 Tindakan brakhiterapi ovoid tidak memerlukan narkose 3.2.9 Pemasangan aplikator dilaksanakan oleh dokter diruang aplikasi ya semisteril 3.2.10 Fototerapi dilaksanakan dengan C-arm atau pesawat Simulator Orthogonal untuk kepentingan perhitungan dosis dan dokumentasi x steril / 3.2.11 Perhitungan distribusi dosis berdasarkan ICRU 50. 3.2.12 Fisikawan medik bertanggung jawab atas pelaksanaan radiasi 3.3. Prosedur Sesuai dengan: SOP yang berlaku berdasarkan masing-masing penyakit Kriteria 4: KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PELAYANAN RADIASi INTERNA 4.1. Pengertian Radiasi Interna adalah cara pemberian radiasi dimana sumber radiasi ikut dalam metabolisme tubuh untuk selanjutnya ditangkap oleh tumor 29 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4.2. Kebijakan 4.2.1 Sumber radiasi yang digunakan adalah golongan radiofarmaka 1-131, dan Sammarium 4.2.2 Snmber radiasi 1-131, digunakan untuk ablasi tiroid pada keganasan tiroid jenis papiler dan folikuler dengan tujuan kuratif atau paliatif. 4.2.3 Sumber radiasi Sammarjum (Sm-153) digunakan untuk tujuan paliatif mengatasi rasa nyeri pada keadaan metastasis tulang oleh berbagai keganasan, 4.2.4 Radiasi intema dengan menggunakan radiofarmaka dapat dilakukan apabila ada ruang khusus tindakan perawatan (ruang isolasi radiasi) disertai dengan pembuangan limbah yang memenuhi persyaratan. 4.2.5 Radiasi intema dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi tindakan yang diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam 4.2.6 Untuk pasien yang diberikan 1-131, setelah dilakukan isolasi pada ruang Khusus dapat dipulangkan apabila hasil pengukuran paparan dosis pada tubuh pasien < 0,33 MRo / jam dalam jarak 3 meter (setara dengan 15 mCi), sedangkan untuk pasien yang diberikan Samarium 153, tidak ada ketentuan khusus. 43° Prosedur Prosedur disesuaikan dengan SOP yang berlaku Kriteria 5 : PROSEDUR PENANGGULANGAN KECELAKAAN RADIASI 5S. Pengertian Kecelakaan radiasi adalah terpapumnya radiasi diluar prosedur / perencanaan, termasuk kegagalan fungsi alat, kesalahan operasi atau Kejadian lain yang menyebabkan paparan radiasi atau kontaminasi radiasi yang berlebih atau yang melampaui batas keselamatan 5.2. Macam kecelakaan radiasi “Yang termasuk dalam kecelakaan radiasi antara lai Kesalahan dalam kalibrasi alat / sumber radiasi Kesalahan dalam pembuatan / penggunaan tabel dalam kurva radiasi yang menjadi dasar pethitungan waktu penyinaran Kesalahan dalam perencanaan radiasi Kesalahan prosedur pemberian radiasi sehingga menyebabkan kelebihan dosis Kesalahan mengidentifikasi pasien Kesalahan lokasi penyinaran Kesalahan menggunakan sumber radiasi yang tepat Kegagalan fungsi alat Kebocoran sumber radi Kehilangan sumber radiasi rtutup MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 53 Prosedur Penanggulangan Kecelakaan Radiasi 53.1 Penanggulangan radiasi akibat Kesalahan kalibrasi, kesalahan perhitungan dosis, kesolahan prosedural pemberian radiasi dan kesalahan lain yang bukan disebabkan oleh kebocoran / kehilangan sumber radiasi tertutup atau kegagalan fungsi alat yang menyebabkan paparan dosis yang berlebih, ditanggulangi berdasarkan jenis_kesalahan masing-masing dengan memperhitungkan biological effectiveness dose (BED) Prosedur penanggulangan kebocoran sumber tertutup kegagalan fungsi alat yang menyebabkan paparan dosis yang berlebih dan kehilangan sumber radiasi ~ Lakukan segera langkah-langkah penanggulangan keadaan darurat sesuai prosedur masing-masing pesawat (sudah baku dari pabrik pesawat) ~ Pasien sesegera mungkin dilepaskan dari alat yang menghubungkannya dengan sumber radiasi dan memindahkannya ke ruang recovery dengan monitoring ketat ~ Sumber sesegera mungkin di masukkan ke dalam container » Lapor kepada petugas PPR dan Penangung Jawab Fisika ~ Evakuasi semua pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang berada di sekitar sumber radiasi tersebut. ~ Apabila sumber tidak dapat diamankan, PPR harus segera mengisolasi lokasi kejadian dan membatasinya dengan pita kuning pada daerah laju paparan radiasi yang aman untuk masyarakat umum ~ Catat tempat, tanggal dan jam kejadian ~ Catat dosis yang diterima pasien dan pekerja radiasi - Petugas PPR mempersiapkan rencana penanggulangan sesegera mungkin dan menghitung perkiraan paparan dosis yang telah diterima dan akan diterima selama penanggulangan berlangsung dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, - Petugas PPR bersama dengan penanggung jawab Fisika membuat laporan tertulis kejadian dan penggulangan yang telah dilakukan kepada Kepala Instalasi Radioterapi ~ Selanjutnya Kepala Instalasi meneruskan laporan tersebut kepada : = PPR Rumah Sakit * Direktur Rumah Sakit "Pusat Koordinasi dan Pengendalian Operasi_ Kesiapsiagaan Nuklir Nasional, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR VI PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN Pengertian 1, Unit Radioterapi dipimpin oleh seorang Dokter Spesialis Onkologi Radiasi / Dokter Spesialis Radiologi Konsultan Onkologi radiasi dibantu oleh Kelompok Staf Medik Fungsional (KSMF) dan Kelompok Staf Fungsional non medik (Fisikawan Medik , Assisten Fisikawan Medik / Dosimetrist. Tenaga Teknisi radioterapi, Tenaga Abli Teknik Elektromedik / Instrumentasi, Tenaga Perawat, ‘Tenaga Teknisi Mould Room). 2, Pengembangan staf mengandung dua unsur yaitu : a) Meningkatkan jumlah tenaga staf sesuai dengan analisa kebutuhan b) Mengembangkan kompetnsi sesuai perkembangan IPTEK melalui program pendidikan dan pelatihan, 3. Program pendidikan diperuntukan bagi semua kelompok staf medik (KSMF) dan kelompok staf non medik termasuk staf fisikawan medik, assisten fisikawan medik / dosimetrist, tenaga teknisi radioterapi, tenaga ahli teknik elektronik / instrumentasi, tenaga perawat, tenaga teknisi mould room) Unit Radioterapi. 4. Program pendidikan mencakup 2 hal yaitu sbb : a) Pendidikan menjadi tenaga fungsional baik medik maupun non-medik i. Dalam hal memenuhi kebutuhan Unit Radioterapi yang harus selalu ditinjau kembali (reassessed) minimal 1 tahun / kali ii, Dalam memenuhi kebutuhan Unit Radioterapi sesuai dengan rencana pengembangan yang telah terprogram ) Pendidikan berkelanjutan berkala bagi staf yang telah menjadi bagian dari kelompok fungsional sebagai berikut : i, Sekurangnya dilakukan 1 tahun / kali Haus dilakukan setiap ada penambahan peralatan yang menggunakan teknologi yang baru 5. Materi pendidikan mencakup 2 hal, yaitu : a) Materi yang sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing b) Materi yang berkaitan dengan proteksi, keselamatan dan kecelakaan radiasi. Kriteria 1: ANALISA KEBUTUHAN STAF UNIT RADIOTERAPI Pengertian Harus dilakukan analisa beban pekerjaan dalam Unit Radioterapi yang disesuaikan dengan kriteria yang tercantum dalam Standar III yang dilakukan secara berkala dan disesuaikan denngan rencana pengembangan Unit Radioterapi yang terprogram. (MENTERI KESEKATAN REPUBLIK INDONESIA Kriteria 2 : PEMENUHAN TENAGA STAF UNIT RADIOTERAP! SESUAI DENGAN ANALISA KEBUTUHAN Pengertian Usaha memenuhi jumlah anggota staf harus dilakukan pada masing-masing kelompok fungsional yang ada, sesuai dengan analisa kebutuhan pada butir 1 di atas Kriteria 3 : PROGRAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN BERKALA Pengertian Perlu disusun reneana pendidikan dalam bentuk kursus, seminar, pendidikan formal mencepai gelar dengan materi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing sesuai, dilakukan bagi semua kelompok staf fungsional yang terprogram, dengan frekuensi pelatihan sekurangnya I tahun / kali Kriteria 4 : PROGRAM PENDIDIKAN SESUAI DENGAN ADANYA PENAMBAHAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI YANG BARU Pengertian Pada setiap penambahan peralatan baru dengan teknologi baru, diperlukan pendidikan dalam bentuk kursus, seminar dengan materi sesuai dengan bidangnya masing-masing, dilakukan bagi semua kelompok staf fungsional sehingga peralatan- peralatan tersebut dapat dioperasikan secara optimal. Kriteria 5 : PROGRAM PENDIDIKAN PROTEKSI, KESELAMATAN DAN KECELAKAAN RADIASI Pengertian Perlu dilakukan rencana pendidikan yang dilakkan dengan materi proteksi, keselamatan dan kecelakaan radiasi yang bertujuan, untuk selalu mengingatkan kembali bahaya dari radiasi, sebaiknya diselenggarakan 1 kali / tahun, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR VII EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU, Pengertian Dalam radioterapi, jaminan kualitas berisi prosedur yang menjamin konsistensi keamanan pelaksanaan pemberian dosis preskripsi pada volume target dengan dosis minimal pada jaringan normal dan paparan minimal pada personel maupun public. Dengan demikian, jaminan kualitas bersifat komprehensif, mengandung aspek Klinis dan fisis, sehingga dalam pelaksanaannya melibatkan personel dari berbagai disiplin. Bidang utama jaminan kualitas meliputi ketentuan klinis, pereneanaan terapi dan pemberian dosis radiasi, program Kontrol kualitas kinerja pesawat dan peralatan, program perawatan pesawat dan peralatan, dan prosedur investigasi kecelakaan paparan medis. Kriteria L Aspek Klinis. Pengertian : Sebelum program Radioterapi dilaksanakan, Kepala Pusat Radioterapi harus merumuskan ketentuan aspek Klinis jaminan Kualitas yang meliputi a) Ketentuan terapi Ketentuan terapi yang dituangkan dalam bentuk protokol, menghindari penggunan metode terapi non-standar. Teknik Radioterapi (eksterna maupun brakhiterapi) ditentukan oleh SMF bersama dengan Fisikawan Medis. b) Seminar /konferensi kasus klinis untuk evaluasi pasien yang akan dan sedang menjalani Radioterapi Sebaiknya dilakukan pertemuan berkala yang membicarakan kasus pasien yang akan dan scdang menjalani radioterapi. Pertemuan dihadiri oleh persone! dari berbagai disiplin yang menentukan kualitas terapi, dan bertujuan untuk menghindari kesalahan serta merupakan forum untuk evaluasi ©) Follow-up klinis Usaha selalu harus dilakukan untuk menilaihasil radioterapi dan membandingkannya dengan publikasi praktisi lain yang melaksanakan teknik dan protokol radioterapi ang sama. Tujuannya untuk kontrol dan mengembangkan teknik radioterapi yang sesuai dengan kondisi lokall Aspek fisis jaminan kualitas Pengertian : Setelah suatu pesawat radioterapi dipasang, pertama kali harus dilakukan tes penerimaan untuk mengetahui kescsuaian spesifikasi pesawat dengan spesifikasi yang diminta olch institusi pembeli, kemudian dilakukan tes komisioning isimpan dan digunakan sebagai acuan pada pemeriksaan jaminan kualitas, Segera setelah pemeriksaan komisioning selesai, progra: ditentukan socara rinci melipsti MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, a) Berbagai jenis tes yang harus dilakukan b) Peralatan tes yang digunakan ©) Geometri yang dipakai dalam tes ) Frekuenst pelaksanaan tes ©) Siapa yang melakukan tes ) Hasil tes yang diharapkan 2) Harga toleransi hasil tes h) Tindakan yang harus diambil bila hasil tes melebihi tingkat toleransi Perlu ditekankan bahwa pengukuran harus dilakukan oleh fisikawan medis yang professional dan berpengalaman, yang dapat _mendelegasikan pekerjaannya kepada personel yang dipercayai dan telah dilatihnya. Dalam hal ini fisikawan medis bertanggung jawab atas jaminan kulaitas kinerja pesawat dan peralatan radioterapi Perencanaan dan pelaksanaan radioterapi Pengertian : Perencanaan dan pelaksanaan radioterapi berkaitan dengan prosedur kegiatan yang dilakukan dalam waktu antara pemeriksaan yang menentukan pasien ‘memelukan radioterapi dengan selesainya pelaksanaan radioterapi. Tahapan yang, perlu dilakukan sbb : a) Evaluasi awal Evaluasi awal dilakukan oleh SMF untuk mengetahui Kondisi pasien dan sifat tumor. Evaluasi dilakukan secara fisik maupun berdasarkan berbagai hasil pemeriksaan diagnostik. b) Keputusan radioterapi Keputusan radioterapi meliputi penentuan hasil terapi (paliatif atau kuratif), penentuan modalitas terapi, penentuan metode terapi dan pemilihan modalitas terapi yang akan dipakai pasien. Radioterapi eksternal a) Lokalisasi tumor Setelah keputusan terapi radioterapi diambil kemudian ditentukan lokasi dan Perluasan volume tumor serta jaringan normal sekelilingnya dengan Pemeriksaan fisik maupun dengan berbagai modalitas diagnostik seperti radiografi, kedoktcran nuklir , computed tomography, ultrasonografi, atau peneitraan resonansi magnetik,. Selanjutnya target klinis dapat ditentukan. b) Perencanaan terapi (éreatment planning) Perencanaan terapi berkaitan dengan berbagai langkah kegiatan * Lokalisasi dan / atau simulasi dengan simulator untuk menentukan kondisi geometri pasien pada pesawat radioterapi. Planning target volume ditentukan pada tahap ini + Dosis preskripsi ditentukan oleh SMF dan kalkulasi dosi serta distribusi isodosis dilakukan oleh fisikawan medi komputasi berkas Dengan supervisi MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA fisikawan medis, kalkulasi dosimetri dapat dilakukan oleh staf Jain yang terlatih. *Penentuan penggunaan kelengkapan lain dalam terapi seperti alat immobilisasi, blok pelindung dan filter kompensasi + Pada akhir perencanaan dianjurkan untuk dilakukan simulasi kembali dengan ‘menggunakan alat immobilisasi dan blok pelindung pada posisinya sebelum radioterapi dimulai, ©) Pelaksanaan terapi (treatment delivery) Radioterapi dilaksanakan oleh Teknik radioterapi dibawah supervise SMF dan / atau fisikawa medis. © Penanggung jawab pelaksanaan radioterapi adalah SMF * Pada ser-up pertama kali terapi dianjurkan kehadiran ketiga professional (dokter, fisikawan medis, dan piflata roentgen), apabila bila terapi bersifat kompleks. ‘* Evaluasi terapi dilakukan setiap minggu oleh dokter radioonkologi untuk ‘mengetahui respons dan toleansi pasien terhadap radioterapi, SMF Radioterapi bersama dengan dokter spesialis lain melakukan koordinasi untuk seluruh perawatan pasien dan penggunaan modalitas terapi lain yang dikombinasikan dengan radioterapi 4) Evaluasi periodik dan follow-up Pemeriksaan follow-up periodik penting tidak hanya untuk mengetahui kondisi umum pasien dan respons tumor, namun juga untuk mendeteksi dini kemungkinan tumor tumbuh kembali (recurrence) dan mengetahui elk radiasi pada jaringan normal. Brakhiterapi a) Pemeriksaan dan preskripsi Preskripsi harus ditulis pada kertas preskripsi yang telah disediakan khusus untuk keperluan brakh‘terapi. Untuk beberapa tehnik terapi brakhiterapi, preskripsi ditulis sebelum sumber dimasukkan, namun dalam kasus brakhiterapi lain preskripsi dapat ditulis setelah sumber dimasukkan ») Pemasukan aplikator atau kateter dan preparasi sumber * Prosedur pemasukan aplikator atau kateter merupakan tanggung jawab SMF, Prosedur preparasi sumber dan kalibrasi peralatan harus ditentukan terlebih dulu olef fisikawan medis atau yang ditunjuknya Bila menggunakan aplikasi manual, harus ada prosedur yang aman dan efisien untuk pengembalian sumber yang tidak dipakai kedalam lokasi penympanan, Radiografi pasien orthogonal dengan sumber dummy dilakukan untuk tujuan berikut : © Mengetahui ketepatan posisi dan susunan implant MENTERI KESERATAN REPUBLIK INDONESIA © Menentukan lokasi sumber untuk keperluan ‘alkulasi distribusi dosis dan pemilihan aktifitas sumber yang dperlukan dalam pemberian dosis. ©) Perencanaan terapi (Treatment planning) Kalkulasi dosis dan distribusi dosis untuk menentukan waktu implant merupakan tanggung jawab fisikawan medis. Prosedur perencanaan menentukan berba parameter terapi spesifik yang selanjutnya disampaikan kepada petugas pelaksana terapi, Parameter terapi spesifik tersebut harus disetujui oleh dokter radionkologi. 6) Pelaksanaan terapi Pelaksansan terapi ataupun terminasi terapi merupakan tanggung jawab SMF Prosedur pelaksanaan meliputi : + Permulaan (star-up) terapi (untuk after loading) * Pemantauan pasien dan / atau aplikator untuk menjamin kontinuasi pelaksanaan terapi * Prosedur keadaan darurat dengan criteria tindakan yang ditulis secara jelas + Prosedur untuk aktivitas yang tidak direncanakan atau interupsi terapi + Penyclesaian terapi termasuk penarikan sumber dan aplikator ©) Evaluasi periodik dan follow-up Pemeriksaan follow-up periodik penting tidak hanya untuk mengetahui kondisi umum pasien dan respons tumor, namun juga untuk mendeteksi dini kemungkinan tumor tumbuh kembali (recurrence) dan mengetaui efek radiasi pada jaringan normal. 4, Program pemeliharaan Pengertian Dalam radioterapi diperlukan pemeliharazn terus-menerus bagi pesawat teleterapi, peralatan Brakhiterapi (remote after loading), maupun berbagai peralatan lain. Pemeliharaan peralatan sangat penting untuk mempertahankan dan pencapaian : © Waktu yang sebenarnya Kualitas terapi yang tinggi Rencana terapi (fraksinasi) Keamanan staf dan pasien Penegahan kecelakaan Pada umumnya pemeliharaan peralatan merupakan kombinasi dari 3 macam cara sebagai berikut : * Servis oleh staf sendiri (in-house service) untuk perbaiakan kecil + Bantuan lokal oleh perusahaan pemelihara khusus, biasanya perusahaan representatif dari supplier ‘+ Bantuan cepat dari perusahaan manufaktur untuk perbaikan berat ag os MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA a) Pemeliharaan untuk pencegahan Prosedur untuk pemeliharaan untuk pencegahan kerusakan peralatan harus ditetapkan, Prosedur harus menentukan frekuensi servis dan berbagai Komponen yang diperiksa sesuai dengan rekomendasi_perusahaan manufaktur. Kontrak servis termasuk pemeliharaan pencegahan seringkali dipilih, Karena umumnya spare-parts dan staf abli disediakan oleh perusahaan manufektur. b) Perbaikan * Prosedur tertulis harus dibuat untuk menentukan siapa yang diberi wewenang bekerja pada berbagai Komponen sistem, mengenali bahaya dan konsekuensinya berhubungan dengan subsistem dan radioaktif material. * Prosedur perbaikan khusus harus mengikuti rekomendasi perusahaan ‘manufaktur * Harus ada prosedur formal untuk memberi tabu fisikawan medis setiap kali akan diadakan perbaikan. Untuk keamanan fisikawan medis akan menentukan tambahan kontrol kualitas yang diperlukan. ©) Spare-parts Dana harus disediakan untuk penmbelian suplai spare-parts yang dibutuhkan untuk pemeliharaan di tempat, Manual pemeliharaan harus tersedia untuk institusi pemakai. Penyelidikan keceiakaan paparan radiasi Pengertian : Penyelidikan harus secepatnya dilakukan apabila terjadi masala berikut a) Setiap terapi yang telah diberikan pada pasien yang kelira ataupun pada Jaringan yang salah, atau menggunakan radioisotop yang keliru, atau engan dosis atau fraksinasi dosis yang berbeda dengan preskripsi SMF atau yang dapat mengakibatkan efek sekunder akut. b) Setiap Kesalahan peralatan, kecelakaan, kesalahan, Kesalahan kalkulasi, ataupun kejadian tidak biasa yang mengakibatkan dosis berbeda dengan yan iinginkan, Pada umumnya fisikawan spesialisasi oidang radiasi yang paling sesuai untuk melakukan penyelidikan, meliputi a) Kalkulasi atau perkiraan dosis yang telah diterima dan distribusinya dalam pasien. b) Tindakan koreksi diperlukan untuk mecegah kecelakaan terjadi kembali, ©) Metode pelaksanaan setiap tindakan koreksi. Hasil penyelidikan harus dilaporkan kepada rumah sakit (komite keamanan yang sesuai atau komite jaminan kualitas), 6. 1. (MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Audit kualitas Audit kualitas merupakan pemeriksaan dan evaluasi hasil kegiatan jaminan kualitas. Petugas audit tidak bertanggung jawah langsung pada kegiatan jaminan kualitas dan dapat berasal dari institusi sendiri ataupun institusi luar. Indikator Klinik Suatu indikator untuk menetapkan keberhasilan kerja yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan: Misalnya : - Waktu Tunggu : 90% pasien <2 minggu + Overall Treatment Time (OTT) : Ketepatan > 95% pasien = Kepnasan pasien = Kepnasan dokter perujuk - Interval waktu antara dua brakhiterapi tidak lebih dari 2 minggu ~ Waktu aplikasi - Kesalahan tidak boleh lebih dari 2 %, deviasi harus lebih keeil 2 mm + Respon Radiasi dalam 3 bulan setelah selesai radiasi - Kontrol lokal - Angka ketahanan hidup + Efek Samping Akut derajat ILIV < 10% (LENSOMA) EPI KESEHATAN RI r. Siti Fadhilah Supari, SpJP(K) (MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran IT Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1427/Menkes/SK/2006 Tanggal : 20 Desember 2006 Spesifikasi Pesawat Simulator L. Spesifikasi teknik Sema Spesifikasi tehnik dan hasil pengujian harus sesuai dengan standar dari Komisi Internasional Elektroteknik untuk simulator Radioterapi (International Electrotechnical Commission = IEC) dan Organisasi Standard Intemnasional (ISO = International standard Organization) untuk sumber Radiasi Gantry Gantry pesawat harus memenuhi kriteria dibawah ini : Gantry dengan motor penggerak yang isosentris. Rotasi gantri dapat berputar 0 — 360 derajat. Jarak Fokus X Ray isosenter +/- 80cm Tinggi isosenter dari permukaan lantai < 130 em Pergeseran isosenter maksimal dalam diameter 3.00 mm ‘Ada Peralatan pengontrol parameter (yang dipegang petugas) didalam rvang penyinaran, Tube housing X-Ray dan Collimator. * Tabung X-ray dengan anode berputar, juga saat floroskopi.mempunyai 2 Fokus © Sumber radiasi adalah berkas radiasi X-Ray yang dapat dibatasi (Kolimasi) dengan diafragma yang digerakan dengan motor baik secara lokal maupun dengan kendali jarak jauh. + Lapangan radiasi ditandai dengan kawat, terpisah dari diafragma berkas radiasi X-ray, digerakan dengan motor baik lokal maupun kendali jarak jauh, * Total proyeksi Kawat pada bidang isosenter lebih dari 2,5 mm. Rotasi kolimator sekitar 100 derajat, baik manual dan/atau dengan motor penggerak . Penunjuk Jarak Optik berkisar SAD +/- 20 em Ukuran maksimal lapangan radiasi pada Isosenter > 30 X 30 cm Ukuran minimal lapangan radiasi pada isosenter < 5X 5 Cm Simetri harus lebih. baik dari +/- 3% Kesesuaian beda lapangan cahaya dan berkas radiasi <2 mm Tray yang transparan 2. Meja Penyinaran - X-Ray Transparent table top ~ Rotasi Isosenuris + 90 derajat 40 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA - Pergeseran pasien arah lateral dalam kisaran + 20 cm ~ Pergeseran arah vertikal dengan motor penggerak , dengan tinggi minimum: 80cm dan tidak boleh kurang dari 40 cm dari isosenter, serta paling tidak dapat mencapai 3 cm diatas Jsosenter ~ Kisaran pergeseran longitudinal sama atau lebih dari 70 cm ~ Kelenturan tabel top 5 mm dengan berat pasien 80 kg 3. Panel pengendali jarak jauh (Remote controle console) Pergerakan dan kendali cahaya tersedia bersama dengan tombol pengendali sinar—X : gantry, collimator, image intensifier dan meja. 4, Generator X-ray (X-ray generator) ~ Fluoro/radiografi - 30kW generator berfrekwensi tinggi, atau> 50 kW = 125 kVp dan 300 mAs. Fluoraskopi samapi dengan 15 mA. jistem pencitraan (Imaging system) + Image intensifier dengan diameter > 23 em. - Pergerakan Image intensifier secura lateral/longitudinal + Jarak maksimum arah vertikal antara sumber radiasi dengan tabir > 175 em ~ Luas pemegang kaset film 35 x 43 em, termasuk 4 kaset, - TV circuit dan monitor TV 6. Aksesoris: ~ 3 arab laser untuk penentuan sentrasi-posisi - Front pointer ~ Interlock devices terhadap benturan. II, Kepatuhan atas keselamatan Kepatuhan atas persyaratan keselamatan dalam International Basic Safety Standard for protection against lonizing Radiation and for the safety of radiation sources (BSS) dan International Electro-technical Commission Standard (IEC). Sebaiknya dinyatakan dalam catatan hasil tiap jenis pengujian sesuai ketentuan IEC. UI. Dokumen-dokumen penyerta Dokumen-dokumen penyerta sesuai dengan standard BSS dan IEC. Berdasarkan BSS, Apendix 11.13. Spesifikasi tampilan, operasional dan instruksi ‘maintenance sebaiknya disiapkan didalam bahasa yang dipakai sebagian besar belahan dunia yang dapat dimengerti oleh pengguna. Pengguna adalah terutama Radiografer dan petugas maintanance, selain itu juga ahli Fisika Medis dan orang Onkologi radiasi yang mungkin menggunakan peralatan tersebut 4 MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA Perlengkapan dokumen ~dokumen tersebut meliputi : = Spesifikasi tampilan = Petunjuk (intruksi) operasional - Dokumen Instalasi termasuk deta untuk perhitungan pelindung shielding, massa. forces dan momentum, ventilation shafis dan conduit untuk kabel- kabel dab bagian-bagian untuk memasang kedasar lantai dari peralatan, meja radiasi selama pemasangan/konstruksi ~ Petujuk pemeliharaan preventive dan service manual IV. Uji Penerimaan (Acceptance Test) v. ~ Uji penerimaan untuk pemenuhan stas spesifikasi yang disampaikan (untuk memenuhi kriteria presenf) akan dilakukan oleh tenaga ahli yang disetujui BAPETEN ~ Hasil uji penerimaan yang memuaskan adalah merupakan syarat terhadap pembayaran (pelunasan). Garansi dan Pemeliharaan Administrator RS harus mendapat jaminan untuk jangka pemeliharaan sesuai dattar dibawah ini untuk menjamin tidak terjadi terhentinya operasi (down time) yang panjang yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan pasien dan atau mengarah terjadinya kecelakaan. - Waktu pengiriman tidak lebih dari 4 (empat} bulan ~ Perincian waktu yong dibutuhkan untuk instalasi peralatn. Pekerjaan instalasi ini harus termasuk didalam biaya. ~ Garansi | tahun dimulai setelah penerimaan yang resm - Pemeliharaan dan pelayanan (prakondisi untuk pembelian peralatan) = Pelatihan untuk in house teknisi/insinyur, dalam bahasa lokal termasuk, rincian lamanya pelatihan, lokasi, program, dll (pelayanan tingkat pertama). Pelayanan manufacturer dalam level nasional atau regional, lokasi service/pelayanan yang terdekat, jumlah dan kwalifikasi insinyuritenaga ahli yang melakukan pemeliharaan dilokasi tersebut (pelayanan tingkat kedua) ‘Tersedianya tenaga ahli tehnik (insinyur) dari pabrik dalam waktu paling lama 1 minggu bila pelayanan/service tersebut diatas gagal dalam ‘memecahkan penyclesaian yang diinginkan, Dukungan service yang tetap termasuk melalui responsi khusus yang segera melalui jaringan telepon (phone service) dan atau e-mail; konsultasi untuk perbaikan dan pemeliharaan dalam bahasa yang dimengerti oleh pengguna (BSS) Spare part Kit yang termasuk (sudah termasuk) dengan rincian yang spesifik: Biaya service dan persyaratan: Biaya per jam, perhari, waktu menanggapi, dll 42 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Tersedianya Contracted maintenance; up time (2 95 %) dengan sangsi bila terlambat_melakukan pemeliharaan, perpanjangan instalasi atau adanya periode tidak sesuaian spesifikasi alat. Pelatihan untuk staff (dokter, abli fisika dan operator) untuk menggunakan alat VI. Catatan Umum. Peralatan yang dinyatakan dalam penawaran harus dilengkapi dengan semua alat inter koreksi yang tepat agardapat berfungsi dengan benar dan maksimal pada negara yang dituju, ose Br. Siti Fadhilah Supari, SpJP(K) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ‘Lampiran TIT Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1427/Menkes/SK/2006 ‘Tanggal : 20 Desember 2006 Persyaratan Spesifikasi Peralatan untuk computerized Treatment Planning Systems (TPS) 1. Perangkat keras 1.1. Komputer Berbasis PC dengan: ~ Pengatur posisi koordinat pada layar (Joystick, mouse, light pen) - Monitor berwarna dengan resolusi tinggi untuk tampilan grafik baik tulisan (text) maupun pencitraan (imaging) secara bersamaan, 1.2, Perlengkapan data masukan (input) dan keluaran (output) ~ _ Digitizer untuk pencitraan (image) ukuran 40 x 50 em atau lebih besar - Tingkat resolusi lebih dari 0.5 mm. 13 - Printer 1.4. Plotler (alat penggambar) - Kertas format A3 atau kertas rol berukuran lebar 40 cm - Resolusi lebih tinggi dari 0.5 mm - Jumlah wama> 4 2. Perangkat lunak Bila perhitungan dosis absolut/waktu penyinaran dilakukan, maka sistem perangkat lunak harus menyediakan secara rinci semua koreksi untuk Wedges, tray, decay serta konsanta fisik sepertil: faktor gamma, half life (paruh waktu) dan lain-lain. 2.1, Terapi Radiasi Eksternal + Perhitungan 2 D untuk berkas sinar Coos + Untuk SSD tetap dan perhitungan isocentris - Perhitungan untuk 6 atau lebih berkas radiasi eksterna ~ Perhitungan untuk lapangan yang tak teratur + Koreksi Tissue inkomogencity (heterogenitas jaringan) - Perhitungan Wedge - Kemampuan merobah (mo: ikasi) kontur sesuai peletakan bolus 2.2. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Brakhiterapi - Kemampuan rekonstruksi posisi sumber dati film X-ray ~ Sumber: 137 Cs, 192 Ir 125 1 ~ _Koreksi terhadap filtrasi sumber = Dapat memberi dukungan pada berbagai aplikator ginekologi. Misalnya: Aplikator Henschke, Fletcke Sui”, Manchester dan Delouche. ~ Perhitungan untuk sumber titik, garis dan kombinasi keduanya. - Dapat memperlihatkan rotasi sumber 2.3. Pemasukan data - Kontur pasien secara manual - Data berkas radiasi kemungkinan mengekstrasi tabel data dan memplot distribusi + Posisi sumber radiasi dan tanda-tanda anafomik untuk brakhiterapi. 2.4, Pengeluaran data - Gambar (plot) sesuai ukuran yang sebenarnya 3. Pilihan - Memasukan pencitraan CT. + Foton energi tinggi dan elektron: 2.5 D 2 - Kombinasi elekiron dan foronKombinasi penyinaran eksternal dan brakhiterapi ~ Perencanaan pengobatan terapi langsung ~ Luaran untuk blok khusus (blok individual) - Luaran plot dengan skala bervariasi ~ Pemilihan kepadatan bolus 4. Kepatuhan terhadap standard dan keselamatan Sertifikasi dari USFDA (United States Food and Drug Agency) Perhubung belum tersedia standar dari IEC untuk Treatment Planning System (TPS), salah satu bibawah ini sebagai berikut; Prosedur jaminan kwalitas yang didokumentasikan (mis: AAPM TG-40) yang diverifikasi oleh kelompok audit jaminan kwalitas yang independent Cari pembuat (manufacturer) dan dipublikasikan dalam literatur peer review. 5. Dokumen penyerta Dokumen penyerta harus berdasarkan BSS (International Basic Safety Standards for Kediation Protection and The Safety of Radiation Sources) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Berdasirkan BBS, Apendix 11.3. spesifikasi performance, petunjuk operasional dan maintenance harus dipersiapkan dalam bahasan yang dapat dimengerti oleh pengguna. Pengguna TPS (Sistem Rencana Pengobatan) adalah abli Fisika Medis, Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, Radiografis dan tenaga tehnik. Dokumen tersebut meliputi : - Spesifikasi Performance ~ Petunjuk operasional - Rincian algoritma yang digunakan dalam perhitungan ~ Prosedur pemecahan masalah - Pedoman pemeliharaan preventive dan pelayanan - Komitmen dari pemasok bahwa perubahan perangkat Iunak dan perangkat keras akan terlihat dalam manual yang diperbaharui. 6. Uji Penerimaan Uji Penerimaan harus memenuhi spesifikasi yang diberikan harus dilaksanakan olch tenaga ahli yang ditunjuk oleh BATAN. Hasil uji penerimaan yang memuaskan harus menjadi syarat pembayaran. 7. Jaminan dan Pelayanan Dalam jaminan pelayanan Rumah Sakit diperlukan pemeliharaan sesuai daftar dibawah ini untuk menjamin tidak terjadinya lama waktu kerusakan (yang berlebihan) yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan penderita dan atau suenjaga menyebabkan Kecelakaan Waktu pengiriman tidak lebih dari 4 (empat) bulan + Dibutuhkan waktu untuk instalasi peralatan, Pekerjaan instalasi ini harus termasuk dalam harga Jaminan: 1 tahun dimulai setelah penerimaan secara resmi. ~ Pemeliharaan dan pelayanan (persyaratan untuk pembelian peralatan) + Tersedianya pelayanan pada tingkat nasional dan regional (menunjukan pelayanan yang terdekat, jumlah dan kualifikasi tenaga ahli tehnik pemeliharaan dilokasi tersebut), * Bila pelayanan tersebut diatas gagal dalam memecahkan penyelesaian, tersedianya tenaga ali tehnik (insinyur) dari pabrik dalam waktu paling lama 1 minggu. Biaya pelayanan dan persyaratan ( biaya per jam, per hari dan waktu tanggap) ~ Upgrades perangkat iunak tidak dikenakan biaya sekurangnya 3 tahun ~ Pelatihan untuk staff (dokter, ahli fisika dan operator) dalam menggunakan sistem, 46 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, - Dukungan service tetap yang cepat oleh orang yang berkualifikasi melalui melalui jaringan telepon, fax atau e-mail, untuk perbaikan dan pemeliharaan, Barang-barang yang digunakan harus tersedia di pasar Jokal. Paket suku cadang termasuk dalam harga, Tentukan suku cadang, 8. Catatan Umum, Penentuan peralatan dalam penawaran harus dipasok lengkap dengan peralatan penghubung untuk dapat berfungsi dengan benar dan maksimal pada negara yang dituju. 47 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1V Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :1427/Menkes/SK/2006 ‘Tanggal : 20 Desember 2006 Spesifikasi unit teleterapi Co dan Sumber Radiasinya 1. Pertimbangan Klinis Spesifikasi dibawah ini berdasarkan kebutuhan klinis (lapangan penyinaran, ukuran target volume, geometi, waktu penyinaran, dll). Misalnya kewajiban untuk melengkapi jadwal fraksinasi tanpa jeda yang secara Klinis tidak diperbolehkan. Pertimbangan klinis tersebut dijelaskan pada laporan bersama oleh PAHO/WHO/IAEA/UNIDO dalam merencanakan pesawat x-ray megavolt untuk pengobatan kanker di negara berkembang. 2. Spesifikasi teknis ‘Semua Petunjuk spesifikasi dan pengujian harus sesuai dengan Internasional Elektrotehnik Commission (IEC) untuk peralatan pada Organisasi Standard Internasional (ISO) untuk sumber radiasi, Gantry dan kepala/pusat radiasi/sinar = Gantry yang dilengkapi motor penggerak dengan design isocenter ~ Perputaran gantri 0-360" = Jarak sumber isocenter SAD > 80 em ~ Tinggi isocenter dari permukaan lantai < 130 cm ~ Ruang isocenter (dengan pealatan > 15 em ~ Lingkaran maksimal ruang isocenter berdiameter 3.0 mm ~ Pengendali parameter-parameter didalam ruangan penyinaran dilakukan oleh tangan, - Kolimator ‘+ Petunjuk kolimator: secara mekanis atau elektrik dengan cadangan yang mekanis * Perputaran kolimator + 100°. Perputaran secara manual atau dengan motor. ~ Jangkauan petunjuk jarak optik: SAD + 20 cm dengan cadangan meknis + Kolimator kedua (herbagai slat bantu) untuk menpuranpi penumbra > Penyangga yang. transparan untuk kolimator kedua —(blok) yang dapat menyanggainenijang blok, hingga 20 ky Dapat memunykinkss pala berbayar sudut dengan posisi peny wa blok yang lepal terhadap kolimator tanpa harus menggunakan tangan. Pedoman mengenai blok harus tersedia. Dimungkinkan untuk menggunakan blok dan wedges secara berkelanjutan. 48 Smee MENTERI K2SEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lapangan radiasi ~ Ukuran lapangan maksimal pada isacenter 2 30 em x 30 em (50% "Iso dose level”) - Ukuran lapangan minimal pada isocenter <5 em x $ cm (50% iso dose level) = Simetri lebih buik dari + 3% - Pemerataan/keseragaman + 3% diatas 80% pada lapangan. + Lapangan radiasi/sinar < 2mm - Penumbra < Icm sebaiknya diler (trimmers) atau blok-blok. - Luaran 21.5 Gy/menit pada titik isocenter (pada kedalaman dma) untuk lapangan 10cm x 10cm pada uji penerimean ~ Paling sedikit 2 sudut Wedges (15 dan 45°) harusnya tersedia pula 8m w x 15cm Penempatan wedge tidak boleh dibatasi dengan penggunaan Kolimator kedua. Ukuran lapangan maksimal yang di Cover oleh wedge tergantung pada jenis wedge. Wedge harus ditempatkan untuk perputaran gantry dan Kolimator. Flarus dimungkinkan penggunaan blok dan wedge bersama-sama, Meja Penyinaran - Permukaan meja dengan jendela transparan mencapai ukuran lapangan maksimal. - Sudut putaran teratas + 180° + Perputaran isosentris + 90° ~ Jangkauan pergerakan pasien secara lateral + 20 em (penting untuk pergerakan secara lateral tanpa menggerakan pasien, hanya menggerakan meja dari po: awal-Hal ini dapat dilakukan dengan memutar meja teratas secara lateral atau dengan kombinasi rotasi isosentris dan rotasi kolom. ~ Motorisasi penggerakan secara vertikal dengan tinggi minimum < 80em dan tidak kurang 40cm dibawah isosenter dan paling kecil 3em diatas isocenter. + Jangkavan longitudinal > 70cm, ~ Kelengkungan meja atas < 5 mm dengan berat pasien 80 ke. Alat pengontrol + Kunei umum on/off. Asesoris dan pilihan ~ Counterweight atau penyerap berkas radiasi (beamstopper) ~ _ Perputaran kepala yang bebas diatas lengan (jangkauan 90°) Meja/tempat tidur penyinaran dengan bagian tengah’pusat penunjang, ~ Daerah pengawasan dengan sinyal akustik, + 3 laser untek sentrasi pasien, + Pemegang kaset berukuran 35cm x 43em untuk portal film, termasuk 4 kaset 49 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ~ TV dengan sirkuit tertutup (CCTV atau jendela - Peralatan immobilisasi untuk lengan, kaki dan kepala, Penunjuk dari arah belakang lat komunikasi dengan pasien (2 stasiun) 3. Pemeauhan Keamanandan Keselamatan ‘Yerpenuhinya standard keselamatan dan keamanan dalam Standard Dasar Keselamatan Intemational untuk perlindungan terhadap bahaya radiasi ionisasi (BSS) dan International Electrotecnical Commision Standard (IEC), harws menyediakan hasil pengujian keamanan sumber radiasi (IBS) serta standard komisi internasional. Elektrotehnik (IEC) harus didukung dengan kelengkapan hasil pengujian (alat) berdasarkan IEC 601-2-11 (lihat buku referensi IAEA TECDOC Ref no.18) 4, Dokumen-dokumen penyerta Dokumen-dokumen penyerta harus sesuai dengan BBS IEC 601-1 dan IEC-601- 2-11, Menurut BBS, apendiks Il 3. Spesifikasi tampilan dan intruksi operasi serta perawatan harus disediakan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pengguna. Pengguna terutama radiografer dan teknisi perawatan alat, dapat juga ahi fisika dan dokter spesialis onkologi radiasi ‘Yang termasuk dalam dokumentasi adalah :: ~ Spesifikasi performance + Petunjuk operasi ~ Dokumen instalasi termasuk data untuk kalkulasi pelindung (Shielding), massa, kekuatan (forces) dan momentum Ventilation shafts and conduits untuk kabel-kabel, serta pieces 10 anchor the equipment and couch during contruction ~ Petunjuk perawatan pencegahan dan manual (petunjuk) pemeliharaan + Tabel-tabel isodose Acceptance Test (AT) Acceptance test untuk memenuhi spesifikasi yang telah diberikan dan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang disediakan oleh agency. Hasil yang memuaskan dari Acceptance test’ merupakan _persyaratan (pracondition) untuk pembayaran, 6. Garansi dan Pelayanan Administrator RS harus mendapat jaminan garansi dan jangka pemeliharaan sesuai daftar (dibawah ini) untuk menjamin tidak terjadi terhentinya operasi © MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (down time) yang panjang yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan pasien dan atau menjaga terjadinya kecelakaan, Waktu pengiriman tidak lebih dari 4 (empat) bulan Perincian waktu yang dibutuhkan untuk instalasi peralatan. Pekerjaan instalasi ini harus_termasuk didalam biaya. Garansi 1 tahun dimulai setelah penerimaan yang resmi - Pemeliharaan dan pelayanan (prakondisi untuk pembelian peralatan): * Pelatihan in house untuk teknisi/insinyur, dalam bahasa lokal termasuk, rincian lamnanya pelatihan, lokasi, program, dil (pelayanan tingkat pertama). * Pelayanan manufacturer dalam level nasional atau regional, lokasi service/pelayanan yang terdekat, jumlah dan kwalifikasi insinyur/tenaga abli yang melakukan pemeliharaan dilokasi tersebut (pelayanan tingkat kedua). ‘+ Apabila hal-hal diatas gagal dalam memenuhi permintaan pelayanan, maka harvs tersedia tehnisi dari pemesok atau pabrik dalam waktu 1 minggu (pelayanan tingkat ketiga). + Pelayanan yang tetap didukung dengan respons Khusus melalui jaringan telepon (phone service) dan atau e-mail, konsultasi untuk perbaikan dan pemeliharaan dalam bahasa yang dimengerti oleh pengguna (BBS). Seperangkat alat/suku cadang Biaya service dan persyaratan: Biaya per jam, perhari, waktu menanggapi, dll Tersedianya kontrak pemeliharaan: up time (© 95 %) dengan sangsi bila terlambat melakukan pemeliharaan, perpanjangan instalasi atau perpanjangan periode + Biaya penggantian sumber termasuk penggantian sumber dan diaya pembuangan sumber yang lama. + Prosedur pertukaran sumber tidak lebih dari 24 jam, tidak termasuk uji penerimaan dan jaminan kwalitas (QA). - Pelatihan untuk staff (dokter, ahli fisika dan operator) untuk menggunakan peralatan harus tersedia di (pasaran) lokal 7. Catatan Umum Peralatan harus didukung dengan perlengkapan yang diperlukan selama intrakoreksi untuk dapat berfungsi dengan benar dan maksimal pada negara yang dituju. MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA Lampiran V ‘Keputusan Menteri Kesehatan RT Nomor : 1427/Menkes/SK/2006 ‘Tanggal : 20 Desember 2006 1, Peralataa dasar dosimetri yang harus tersedia untuk pesawat radioterapi eksternal. | | No. Peraletan Tinae tanpa elektron Tinae dengan elektron "Co 1 Bilik ionisasi Farmer 0.6 om dengan build-up cup © Co, kabel 10 ‘m, dan perpanjangan kabel 10 m x x x Bilik ionisasi 0.1 — 0.3 cm” silinder dengan kabel 10 m (max diameter elektrode adalah | mm) ‘Sumber radiaktif untuk memeriksa stabilitas bilik ionisasi silinder. Bilik ionisasi plan parallel untuk electron ( minimum “guard ring” adaloh 4 mm) Elektrometer sesuai dengan bilik ionisasi yang diatas dan mengikuti spesifikasi dalam —_publikasi dosemetri IAEA Fantom air untuk Kalibrasi dan pemeriksaan {20x20x10 cm’) dinding PMMA, —_termasuk pemegang bilik ionisasi Fantom lapisan plastik untuk verifikasi ukuran dan kesamaan berkas cahayadan berkas radiasi untuk bilik ionisasi dan TLD. Barometer, Skala | mb atau hPa, atau 0,5 mm Hg Termometer, minimum Skala 0,25° c 52 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Linac Linac \ No. Peralatan "Co tanpa dengan | elektron elekiron_| 10 | Densitometer untuk mengukur x-ray = x | film optical density dengan manual | reader dan system kordinat TT | Radiation field analyser untuk x x | mengukur distribusi__isodosis, | 50x50x40 cm’, tanki air, troli | phantom dengan —_pergerakan | | vertical, pompa air. | 2. Peralatan Minimal yang direkomendasikan untuk program quality assurance brachytherapy [Ni Peralatan Dosimeter LDR HDR 1._| Bilik ionisasi well type x x 2, | Instrument untuk mengetahui posisi dan x x homogenitas sumber dengan film 3._| Barometer x x 4. | Termometer x x | 5. | Pengparis Metal x x MENTERI KESEHATAN, REPUBLIK INDONESIA Lampiran VI Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1427/Menkes/SK/2006 ‘Tanggal : 20 Desember 2006 Perbandingan Antara Brakiterapi LDR dengan Brakiterapi HDR Umum Perbandingzn antara brakiterapi laju dosis dengan brakiterapi laju dosis rendah bersifat kompleks dan tergantung kepada banyaknya variabel dan tujuan akhir dari perbandingan. Apabila terdapat segi keuntungan Klinis yang jelas dari salah satu metode tersebut (seperti perbsikan Ketahanan hidup diseriai komplikasi yang seimbang atau Kecil), pemilihan alat akan lebih mudab, Apabila tidak terdapat perbedaan yang jelas, maka pilihan harus tergantung kepada faktor-faktor yang lain. Jenis kasus klinis yang sering terjadi dapat membantu, Apabila jenis kanker bronchogenic dan oesophagus, maka pilihannya adalah brakiterapi HDR karena kasus-kasus ini kemungkinan sulit apabila dilakukan pengobatan jenis LDR. Walaupun demikian kasus-kasus Klinis yang sering terjadi adalah tumor gynaecologis yang dapat diobati dengan baik oleh metode HDR dan LDR. rosedur [Brakiterapi LDR Pemasukan aplikator di dalam ruangan operasi dalam keadaan terbius (atau kemungkinan spinal bloks) dilakukan oleh ahli radiasi onkologi, ahli anatesiologi dan dukungan staf yang lainaya, ~ Verifikasi posisi aplikator menggunakan satu unit pesawat sinar-X mobile. - Pemindahan pasien ke bagian pencitraan, dilakukan orthogonal siner-X, kemudian pasien ke dalam ruangen perawatan inap. ~ Abli Radiasi Onkologi, ahli fisik, ahli dosimetri mengkaji ulang mengenai film, memutuskan jumlah dan kekuatan sumber | radiasi yang akan digunakan. ~ Perhitungan distribusi isodosis disekitar implant dengan menggunakan program komputer perencanaan pengobatan (TPS) ~ Persiapan sumber dilakukan oleh ahli dosimetri, uhli fisika dan penanggung jawab sumber didalam ruangan persiapan, ~ Pemasukan sumber secara manual ke dalam | aplikator dalam implant pasien di ruangan | Remote afterloading HDR ] ~ Pemasukan aplikator dalam prosedur ruangan yang khusus dalam keadaan terbius Lokal dilakukan oleh ahli radiasi onkologi dan didukung oleh staff yang Jainnya + Verifikasi posisi aplikator dan ambil film orthogonal dengan peralatan radiasi —diagnostik (simulator pengobatan sering-st digunakan) ~ Perpindahan pasien ke rang pemulihan untuk —-menunggu | perhitungan di + Perhitungan dosis oleh ahli fisika | bekerjasama dengan abli_ radi onkologi pada —kompu perencanaan pengobatan | menggunaken film orthogonal | + Pasien dipindahkan ke dalam Tuangan pengobatan dan program remote afterloader untuk melakukan i) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Tawat inap dilakukan oleh personil yang terlatih, Walaupun ruangan ini seharusnya secara ideal diberi perisai, perisai sisi tempat tidur, pengaturan jarak dan pengurangan pekerjaan dalam ruang penghubung dapat digunakan sebagai pengganti. - Pasien dalam ruang rawat inap untuk beberapa hari, pada waktu perawatan dibatasi dan Jarangan kunjungan. ~ Pengeluaran sumber dilakukan oleh personil yang terlatih, mungkin beberapa sumber dikeluarkan lebih cepat atau lebih lambat daripada_rencana untuk — memperoleh distribusi dosis yang sesuai dengan rencana ~ Pasien boleh pulang ~ Pasien Ikembali dalam waktu 2 (dua) minggu untuk pengobatan yang kedua ~ Prosedur dapat diulang dalam waktu tertentu Secara umum dibatasi dengan adanya sumber, aplikator, ruang operasi dan tempat tidur RS. ~ Modifikasi dari pendekatan ini dapat dilakukan jika remote _afterloading digunakan, walau bagaimanapun secara umum pendekatannya sama, pengobatan yang dimaksud - Dilakukan ~ pengobatan dalam beberapa menit, Abli fisika akan ikut serta. selama — dilakukan pengobatan = Pasien dikembalikan ke ruangan | prosedur untuk mengeluarken | aplikator | ~ Pasien diperkenankan untuk pulang | ke rumah | = Pasien Kembali dalam beberapa waktu dengan interval yang tergantung pada jadual pengobatan, Prosedur di atas dapat diulang beberapa kali. Catatan ‘Adalah hal yang mendasar bahwa tidak lebih dari 3-8 prosedur HDR dilakukan setian hari dengan menggunakan mesin tunggal, tergantung dari tingkat kerumitan Petencanaan pengobatan yang dilakukan. Contoh, seandainya 200 kasus carsinoma cervix lokal lanjut diantisipasi dan setiap pasien menerima 4 fraksi, maka diperkirakan rata-rata beban kerja setiap hari adalah 3-4 prosedur. Sejak keuntungan utama HDR lebih dari LDR merupakan pengurangan biaya yang ditanggung pasien, institusi harus hati-hati memperhitungkan segi keuntungan dan kerugian HDR. Pengobatan HDR secara dramatis akan meningkatkan sumber daya dokter dan fisika ‘medik yang diperlukan untuk brekiterapi, tetapi mengurangi kebutuhan rawat inap. MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran VIL Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1427/Menkes/SK/2006 Tanggal : 20 Desember 2006 i. Perelatan Brakiterapi Afterloading laju dosis rendah (LDR) 1.1.Spesifikasi Tehnik Seluruh spesifikasi unjuk kerja dan pengujian harus memenuhi pedoman IEC untuk peralatan dan pedoman ISO untuk sumber radiasi. Syarat : ~ Posisi sumber + 1 mm, Reprodusibilitas penempatan sumber = 1 mm. - Penarikan kembali sumber secara otomatis saat daya listrik terputus ~ Kontener penyimpanan sementara dari sumber. > Minimum 30 saluran, Sumber untuk pengobatan intracavitary dan cudoluminal; 4 saluran sumber yang sangat disukai Remote alarm perawat. 1.2. Kepatuhan Keselamatan Harus mematuhi BSS-115 dan pedoman IEC yang sesuai. 1.3. Dokumen penyerta + Sesuai baik dengan standar BSS maupun pedoman IEC yang sesuai dengan spesifikasi unjuk kerja ~ Intruksi operasi ~ Dokumen instalasi termasuk persyaratan perisai, daya listrik, ventilasi, aliran udara atau item lainnya ~ Manual pemeliharaan dan perbaikan + Intruksi penggantian sumber 1.4. Uji Penerimaan Suatu ji penerimaan untuk memenuhi spesifikasi yang diberikan harus dilaksanakan oleh seorang abli yang ditunjuk badan resmi. Suatu hasil uji penerimaan yang memuaskan harus menjadi syarat pembayaran. 1.5. Garansi dan Servis ~ Pengiriman dalam 4 bulan; tentukan waktu penginstalan + Garansi : satu tahun dimulai setelah penerimaan secara formal (selesai uji penerimaan) ~ Pemeliharaan dan pelayanan : melatih tehnisi rumah sakit, pelayanan dari ‘manufaktur tersedia pada tingkat nasional dan regional (alamat lokasi dan jumlah insinyur yang terkualifikasi) > Pelatihan pegawai (abli fisika medis, operator) dalam menggunakan sistem ~ Harga harus sudah termasuk pengangkutan dan pemasangan 56 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Harga penggantian sumber, termasuk harga pembuangan sumber lama dan termasuk pengangkutannya. 1.6. Catatan umum Perlengkapan yang dicantumkan dalam penawaran harus dipasok lengkap dengan peralatan penghubung yang dibutuhkan agar sistem dapat berfungsi total dan benar. 2, Tabel Peralatan minimum yang disyaratkan untuk Brakiterapi laju dosis Rendah (LDR) LOR Manual v TOR remote 1 | Alat pemotongan dan pengisian sumber Ir!®? | Penyimpanan sumber dan kontener pengangkutan (untuk Vv | LDR remote harus menjadi bagian pesawat) | 3. | Instramen penanganan sumber dan_perlengkapannya Vv eee (dalam Kamar persiapan sumber dan kamar pemasukan pada pasien) 4 | Pemonitoran daerah radiasi dalam kamar pengobatan Vv dengan sinyal cahaya diluar pintu masuk, fower-fail-safe. | 5 | Instrumen monitor radiasi potabel Y 6 | Disarankan: pemonitoran daerah radiasi dengan sinyal v |__| audio pada pintu masuk kamar pengobatan | 7 | Kontener darurat dan instrumen penanganan sumber pada v |_| keadaan darurat dikamar pengobatan Penyimpanan limbah radioaktif qv Peralatan untuk melokalisasi dan mengindentifikasi v aplikator/sumber (contoh pesawat X-ray C-Arm) 10 | Sumber dummy untuk lokalisasi aplikator pada pasien v Be ee 2 2H % 11 | Meja pasien yang sesuai untuk pelaksanaan brakiterapi v LDR (meja ginekologi, penyangea kepala, penyangga kaki, tempat film, peralatan anastesi) 12 | Alat untuk fiksasi antara pipa penyalur dan aplikator pada pasien 13. | Aplikator untuk intracavitary (contoh: tipe Henschke, v Fietcher-Suit, Manchester dan Delouche) 14 | Penghalang untuk proteksi radiasi. saat pemasukan Vv sumber pada pasien dan saat perawatan pasien 15 | Penghalang portabel untuk proteksi radiasi dalam kasus Vv tidak tersedianya perlindungan pada pintu dan dinding | pesawat Bs MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3. Peralatan Brakiterapi Remote Afterloading laju dosis Tinggi (HDR) 3.1, Spesifikasi Teknik Selurub spesifikasi unjuk kerja dan pengujian harus memenuhi pedoman IEC yang sesuai dan pedoman ISO. Pilihan Tainnya adalah AAPM report No. 41 dan rekomendasi AAPM 16-43 dan TG-56 harus digunakan. = Penarikan sumer secara manual pada keadaan darurat = Penarikan kembali sumber secara otomatis seat daya listrik putus + _ Reproduksibititas penempatan sumber = 1 mm ~ Minimum 3 saluran sumber untuk pengobatan intracavitary endoluminal ; 4 saluran sumber akan jauh lebih disukai = Sistem perencanaan pengobatan TPS termasuk optimisasi, transfer parameter pengobatan pada unit pengobatan ~ Koreksi secara langsung peluruhan sumber Ir? ~ Simulasi dummy sumber sebelum pengobatan 3.2. Kepatuhan keselamatan + Harus mematuhi BSS-115 dan pedoman IEC yang relevan 3.3, Dokumen penyerta ~ Harus memenuhi kriteria standar BSS-115 dan pedoman IEC yang sesuai = Spesifikasi unjuk kerja = Instruksi operasi ~ Dokumen instalasi, termasuk persyaretan perisai, daya listrik, ventilasi, aliran udara atau itesn lain ~ Manual pemeliharaan dan perbaikan ~ Instruksi penggantian sumber Suatu ji penerimaan untuk memenuhi spesifikasi yang diberikan harus dileksanakan oleh seorang yang ahli yang ditunjuk Badan resmi. Suatu hasil uji penerimaan yang ‘memuaskan harus menjadi syarat pembayaran 3.5. Garansi dan servis ~ Pengiriman dalam 4 bulan ; tentukan waktu penginstalan * Garansi : satu tahun dimulai setelah penerimaan secara formal (selesai uji penerimaan) ~ Pemeliharaan dan pelayanan : melatih teknisi rumah sakit, pelayanan dan manufaktur tersedia pada tingkat nasional dan regional (berikan alamat lokasi dan jumlah para insinyur yang terkualifikasi) ~ Harga harus sudah termasuk pengangkutan dan pemasangan, ~ Harga penggantian sumber, termasuk harga pembuangan sumber lama dan termasuk pengangkutannya, 3.6. Catatan Umum Perlengkapan yang dicantumkan dalam penawaran harus dipasok lengkap dengan peralatan penghubung yang dibutubkan agar sistem dapat berfungsi total dan benar, 38 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4. Peralatan Minimum yang Disyaratkan untuk Brakiterapi laju dosis Tinggi (HDR) Catatan : Brakiterapi HDR adalah teknik yang berpotensi beresiko tinggi schingga diperlukan akurasi dan Kehati — hatian yang sangat tinggi. Disyaratkan pula staf yang cukup dan terlatih baik (abli onkologi radiasi, ahti fisika, perawat kesehatan , dsb) Selanjutnya, peningkatan jumlah peserta haris diikuti pula dengan peningkatan jumlah staf. Pelatihan prosedur Kedaruratan harus mengajarkan penggunaan waktu tanggapan yang singkat (menit) pada tindakan darurat tampa harus menunggu Kehadiran dokter ataupun ahli fisika. . Monitor radiasi area dalam kamar pengobatan dihubungkan dengan interlok pintu dengan power-fail-safe sinyal audio yang tidak bergantung pada peralatan pengobaian ». Direkomendasikan pemonitoran dacrah radiasi dengan sinyal audio pada pinta masuk kamar pengobatan 2. Kontener darurat dan instrumen penanganan sumber pada keadaan darurat di pintu ‘masuk kamar pengobatan 4. Peralatan untuk melokalisasi dan mengidentifikasikan aplikator / sumber (X-ray unit) ©. Sumber dummy untuk lokalisasi aplikator pada pasien £ Meja pasien yang sesuai dengan keperluan pengobatan brakiterapi HDR : ginekologi, penyangga, tempat kaset film, anestesi & Aplikator untik intracavitary (contoh : tipe Henschke, Fletcher-Suit, Manchester dan Deleuche) |, Alat untuk fikasasi aptikator pada meja pasien 5. Poralatan Minimum yang Disyaratkan untuk Pelaksanaan PK (Program Jaminan Kualitas) dalam Brakiterapi Tipe Instalasi ee Manual | Remote | Remote LDR_| LDR | HDR - Kamar ionisasi tipe sumur atau kalibrator isotop dengan Penanganan sumber, terkalibrasi pada laboratorium pedoman v v Y untuk sumber Klinis ~ Jika sumber Cs137 tidak tersedia, referensi, sumber yang y j ' berlaku lama untuk pemeriksaan kestabilan “well chamber” : . | -Fesiltas untuk menverifikasikan Kehomogenan sumber pada y / posisi sumber, mempunyai akses pada pencuci film . ‘ ~ Barometer (min, skala | mb atau 0,5 mm Hg) tipe aneroid atau {igital, terkalibrasi pada laboratorium pedoman (jika tidak v v v tersedia dalam radioterapi eksternal) 59 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA tem Manual | Remote | Remote LDR | LDR | ADR i ~ Termometer (min, skala 0,25 derajat C), terkalibrasi laboratorium pedoman (jika tidak tersedia dalam radioterapi v y v eksternal) ~ Jangka lengkung, penggaris logam v v V 60

You might also like