You are on page 1of 24
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pelaksanaan pembangunan dan peningkatan target pertumbuhan ekonomi yang ada di daerah tertinggal maka salah satunya melalui Program Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten di daerah tertinggal; b. bahwa untuk mewujudkan hal tersebut perlu dirumuskan pengaturan tentang pedoman pengembangan produk unggulan kabupaten (prukab) i daerah tertinggal agar dapat dilaksanakan oleh pihak-pihak yang ‘memiliki kepentingan yang sama untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; ¢.bahwa berdasarkan pertimbangan Huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53), Tambahan Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor 4389), 4, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 126), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5167); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812); 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara ; 10. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 11. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja ¢ Pemerintah Tahun 2011; 12. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK. 07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; 14, Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 1S/PER/M-PDT/VIIV/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. 15, Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Di Lingkungan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal MEMUTUSKAN : e Menetapkan PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL. Pasal 1 Maksud ditetapkanya peraturan menteri ini adalah sebagai pedoman dalam rangka melakukan Koordinasi, fasilitasi dan perumusan kebijakan pengembangan produk unggulan kabupaten di daerah tertinggal. Pasal 2 Pedoman Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten di Daerah Tertinggal disusun sebagai pedoman bagi Kementerian/Lembaga, Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, pemerintah kabupaten di daerah tertinggal, stackholder dalam perencanaan pengelolaan pengembangan produk unggulan kabupaten di daerah tertinggal. Pasal 3 Ketentuan umum, strategi pelaksanaan, kriteria dan seleksi, skema pembiayaan, pelaksanaan, organisasi pelaksana, pembinaan dan pengendalian sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini. Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN2011 TANGGAL : 29 Avril Dow PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan proses mewujudkan cita-cita bemegara dan berbangsa yaitu terciptanya masyarakat adil dan makmur. Proses tersebut dapat terlaksana jika dapat memenuhi indikator pembangunan yaitu terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat. Kenyataannya proses tersebut sulit dipenuhi yang pada akhimya menciptakan distorsi yang dalam Jangka panjang melahirkan masalah-masalah pembangunan, seperti kesenjangan, Kesenjangan yang terjadi di berbagai daerah merupakan suatu permasalahan yang perlu ditangani secara serius, mengingat bila kondisi ini dibiarkan secara terus menerus dapat menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa dan negara ditandai dengan meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran khususnya di daerah tertinggal. Salah satu permasalahan ketertinggalan pada daerah-daerah tertinggal di Indonesia, adalah rendahnya pendapatan sebagian besar masyarakat yang mengakibatkan kemiskinan. Dacrah-daerah tertinggal ditandai oleh penduduk dengan pendapatan rendah dalam porsi besar. Rendahnya pendapatan scbagian besar penduduk daerah tertinggal terutama terkait dengan dua faktor (1) pengangguran penuh ataupun setengah pengangguran sehingga penduduk tidak memiliki sumber pendapatan memadai; (2) rendahnya tarif tenaga kerja schingga nilai kerja yang diperolch dari sumber pendapatan tidak memadai. Permasalahan lain dari ketertinggalan daerah adalah belum optimalnya akses tethadap sumberdaya sebagai sumber produksi. Hal ini terutama terkait dengan rendahnya kualitas manusia dan kurang berfungsinya kelembagaan pada daerah tertinggal dalam memanfaatkan dan memelihara sumberdaya potensi unggulan secara efektif dan berkelanjutan, Jika ditelusuri lebih mendalam, kendala dalam pembangunan daerah tertinggal intinya terletak pada interkoneksitas antara realitas pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan. Pengangguran terjadi ‘arenakan terbatasnya peluang kerja sebagai sumber penghasilan; kemiskinan terjadi dikarenakan rendahnya penghasilan; kesenjangan terjadi dikarenakan ketidaksetaraan tingkat kesejahteraan jiantara warga daerah tertinggal ataupun antara warga daerah tertinggal secara umum dengan daerah maju. Menghadapi kesenjangan daerah pada daerah kabupaten tertinggal dengan daerah maju, mutlak diperlukan upaya akselerasi pembangunan yang bertumpu pada ketepatan strategi dan pendekatan pembangunan wilayah secara terpadu. Prinsip dalam pelaksanaan pembangunan wilayah yang utuh dan terpadu adalah Kemampuan menemukenali potensi dan unggulan wilayah yang ada untuk dikembangkan dengan berbagai masukan program pembangunan, Selanjutnya, dengan adanya pemilihan intervensi kebijakan yang mengacu pada potensi unggulan diharapkan mencegah terjadinya generalisasi program pembangunan pada setiap kabupaten. Sebaliknya akan terjadi spesialisasi program pembangunan berdasarkan potensi kabupaten yang ada, dengan pendekatan spesialisasi program yang proporsional pada gilirannya diharapkan pelaksanaan berbagai program Pengembangan Kabupaten akan dapat dilakukan secara efisien, efektif dan akurat yang pada akhimya dapat mencapai hasil yang optimal. Penentuan produk unggulan daerah merupakan upaya untuk menemukan leverage (daya ungkit) sebagai syarat berjalannya akselerasi pembangunan ekonomi daerah. Secara simultan sebagai upaya untuk memberikan arah yang jelas bagi pengembangan dan pembangunan daerah yang berpijak pada efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Potensi sumberdaya daerah tertinggal yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal menjadi perhatian khusus dari Kementerian PDT, karena dengan pemanfaatan sumberdaya sesuai dengan potensi dan unggulan daerah, diharapkan mampu menjadi pengungkit dalam usaha pembangunan daerah tertinggal. Potensi daerah tertinggal yang memiliki sumber daya alam yang tinggi pada dasamya adalah keunggulan komparatif yang menjadi modal bagi daerah, namun kurangnya sumberdaya manusia yang mengelola menjadi permasalahan tersendiri schingga manfaatnya kurang dirasakan optimal bagi masyarakat. Sejalan dengan rencana pembangunan dan target pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal maka Kementerian PDT pada tahun 2011 merancang Program Pengembangan Produk Unggulan (PRUKAB) di dacrah tertinggal. Produk unggulan kabupaten mencakup berbagai_aktifitas ckonomi dari hulu hingga hilir dalam satu sistem rantai pasokan, Dalam sistem rantai pasokan PRUKAB, peningkatan produksi pada hulu akan mendorong berkembangnya aktifitas ekonomi yang menyertainya meliputi industri pengolahan,jasa perdagangan,jasa pemasaran, dan jasa pengangkutan serta aktifitas ekonomi pendukungnya antara lain jasa perbankan, jasa permodalan dan jasa penyediaan sarana produksi. Dengan demikian pengembangan PRUKAB merupakan wujud dari kapitalisasi potensi daerah Kabupaten yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan lapangan kerja. B, — Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya Pedoman Umum Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten (PRUKAB) di Daerah Tertinggal Tahun 2011 sebagai : 1. Pedoman dalam melakukan Koordinasi, Fasilitasi dan Perumusan Kebijakan Pengembangan PRUKAB di Daerah Tertinggal; 2. Acuan dalam menyusun perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pengawasan, pelaporan kegiatan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Sedangkan tujuan penyusunan pedoman ini adalah sebagai pedoman pengembangan prioritas Produk Unggulan (PRUKAB) di Daerah Tertinggal yaitu untuk efisiensi, efektifitas, akuntabilitas pelaksanaan kegiatan berdasarkan target atau sasaran dan indikator bagi stakeholder terkait. C. Ruang Lingkup Secara umum ruang lingkup Pedoman Umum Program Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten (PRUKAB) di Daerah Tertinggal berisi hal-hal sebagai berikut : 1, Pendahuluan terdiri dari latar belakang, dasar hukum, ruang lingkup, pengertian terkait istilah; 2. Strategi Pelaksanaan terdiri dari konsepsi, strategi dasar, strategi operasional, komponen kegiatan, sasaran kegiatan, indikator keberhasilan, jadual pelaksanaan kegiatan; 3. Kriteria dan seleksi pengembangan terdiri dari penetapan Kabupaten, penetapan produk unggulan, persyaratan lokasi, kontribusi pemangku kepentingan (stakeholder; 4, Skema Pembiayaan terdiri dari sumber pembiayaan; kerjasama pemerintah kabupaten, kelompok masyarakat, swasta dalam PRUKAB; Organisasi pelaksana terdiri dari Tim Pusat, Tim Daerah dan Pengelola tingkat masyarakat; Pembinaan dan Pengendalian; Pelaporan; eI ay Penutup. D. _ Pengertian dan Definisi PRUKAB : Produk Unggulan Kabupaten merupakan salah satu program KPDT dimana satu kabupaten daerah tertinggal didorong untuk fokus mengembangkan satu produk unggulan Produk Unggulan : Produk atau komoditas yang dipilih oleh kabupaten sebagai produk unggul karena melibatkan masyarakat banyak, berbasis sumberdaya lokal dan memiliki peluang pasar serta unik Daerah Tertinggal : Daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional ovoP 2 One Village One Product (ippin Ison undo) Gerakan Satu Desa Satu Produk yang bermula di Provinsi Oita-Jepang, dianggap sukses karena mampu mengangkat harkat desa miskin Oyama berkat adanya hasil pertanian unggulan meskipun dengan skala Kecil OTOP One Tambon One Product Tambon dalam bahasa Thailand adalah kecamatan. Merupakan konsep atau program yang diperkenalkan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra di Thailand mengadopsi OTOP untuk menghasilkan satu jenis produk atau komoditas unggulan yang berada dalam suatu kawasan tertentu SAKASAKTI : Satu Kabupaten Satu Kompetensi inti, model konsep satu Kabupaten/Kota memiliki satu kompetensi inti berupa strategic routing untuk membangun economic landscape, berbasis produk unggulan dan sumberdaya tangible dan intangible yang berakar pada proses pembelajaran kolektif, atau collective learning Pedoman umum Tata aturan, norma, dan standar baku yang harus dipedomani atau dirujuk dalam pelaksanaan kegiatan KPDT : Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Menteri Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Gubernur + Gubernur adalah Kepala Pemerintahan Provinsi Bupati APBN APBD DIPA PID OBC GIP PCPP PBF Bupati adalah Kepala Pemerintahan Kabupaten Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan ditetapkan dengan undang-undang Rencana keuangan tahunan pemerintah Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pendanaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi Pemerintah Prukab Development Facility- adalah fasilitas yang disiapkan KPDT dalam membantu Pemerintah Kabupaten dalam menyusun Master Plan dan Bussiness Plan Pengembangan PRUKAB Prukab Investment Day- Kegiatan yang difasilitasi oleh KPDT bersama Kadin/dunia usaha dalam bentuk tamu bisnis sebagai ajang promosi dan promosi perdagangan kemitraan dan pembiayaan dari dunia usaha dalam pengembangan Prukab. -Out Business Case- Profil pengembangan dan rencana aksi atau Bussiness Plan pengembangan PRUKAB suatu kabupaten -Green Book Investment PRUKAB- Dokumen rencana investasi PRUKAB setiap kabupaten yang merupakan rangkuman dari OBC ~Public Community Private Partnership- Tripartit antara pemerintah, ‘masyarakat dan swasta dalam pengembangan PRUKAB -PRUKAB Bussiness Forum- Forum Komunikasi Bisnis lintas pelaku untuk menggalang partisipasi dan kerjasama_ swasta dalam pengembangan PRUKAB LAMPIRAN Il : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 299 Aprit 20 STRATEGI PELAKSANAAN A. Konsepsi Produk unggulan kabupaten adalah produk yang melibatkan masyarakat banyak dalam berbagai antai pasokan, berbasis sumberdaya lokal, memiliki peluang pasar, dan telah ditetapkan oleh Kabupaten menjadi produk unggulan. Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten (PRUKAB) dimaksudkan sebagai penghela untuk meningkatkan kapasitas produksi kabupaten yang selanjutnya ‘meningkatkan pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja. Dengan memilih suatu produk sebagai unggulan Kabupaten maka seluruh upaya pembangunan dan investasi difokuskan untuk ‘mendorong peningkatan aktivitas produk dari hulu hingga hilir dalam suatu sistem rantai pasokan. Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten (PRUKAB) tidak dapat dilakukan hanya oleh satu sektor utama, tetapi memerlukan intervensi berbagai sektor dan pemangku kepentingan. Sebagai contoh, pengembangan produk kakao (cokelat) dalam satu sistem rantai pasokan tidak dapat Jakukan oleh satu kementerian saja tetapi perlu didukung oleh kementerian/lembaga dan pemangku Kepentingan lainnya dalam mengintervensi penyediaan infrastruktur Galan, pelabuhan, energi, gudang, pasar), fasilitasi pembiayaan, industri pengolahan, pemasaran dan promosi serta regulasi. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan produk unggulan disuatu kabupaten tertinggal, Kementerian PDT bersama Pemkab daerah tertinggal mengajak berbagai pihak diantaranya Kementerian dan Lembaga, BUMN, Pemerintah Propinsi, Swasta dan Masyarakat untuk bersama mengembangkan daerah tertinggal melalui Program PRUKAB. Ketika produk unggulan Kabupaten telah berkembang maka aktivitas ekonomi pada seluruh rantai pasokan akan meningkat; petani menghasilkan lebih banyak produk, pedagang melakukan transaksi lebih banyak, pelaku industri pengolahan mengolah lebih banyak bahan mentah, dan penyedia jasa lainnya meningkat aktivitasnya, sehingga masing-masing pelaku ekonomi meningkat pendapatannya. Pada tingkat tertentu diperlukan lebih banyak petani, pedagang, pengusaha industri, dan penyedia jasa lainnya untuk mengurus produk yang meningkat volumenya tersebut. Dengan kata lain terjadi peningkatan lapangan kerja. Mengingat rentang pengembangan PRUKAB sangat luas, baik ditinjau dari aspek kewilayahan maupun aspek sektoral, pengembangan PRUKAB harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui perencanaan yang akurat serta strategi yang tepat. B. _Strategi Dasar Strategi dasar pengembangan PRUKAB meliputi : 1, Optimalisasi potensi PRUKAB. 2. Pengembangan Program PRUKAB pada satu kawasan simpul pertumbuhan, 3. Menjamin berlangsungnya perluasan skala (scaling up) Program PRUKAB ke semua wilayah lingkup kabupaten. _ WJ c Strategi Operasional Strategi operasional pengembangan PRUKAB meliputi : 1, Fasilitasi Optimalisasi potensi PRUKAB yang dilaksanakan di kabupaten tertinggal dapat dilaksanakan melalui ; a. Identifikasi potensi dan daya dukung sumberdaya yang tersedia; >. Pemanfaatan sumberdaya untuk usaha PRUKAB dan teknostruktur; ¢. Pendampingan usaha; 4. Kemitraan dengan sumber permodalan, Pengembangan Program PRUKAB pada satu kawasan simpul pertumbuhan a. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dilaksanakan melalui : * Koordinasi dengan pemangku kepentingan PRUKAB; * Workshop dan sosialisasi; * _ Pelatihan Pendamping PRUKAB; . Pelatihan kelompok masyarakat. b. Penguatan kapasitas kelembagaan PRUKAB dilaksanakan melalui : © Pengembangan kelembagaan ekonomi; * Pengembangan jaringan usaha; © Fasilitasi pengembangan manajemen usaha; © Fasilitasi terhadap akses produksi, distribusi dan pemasaran, ¢. Penguatan modal dan pengembangan usaha dilakukan melalui © Penyaluran dana bantuan sosial; . Kemitraan penyertaan modal swasta. 3. Menjamin berlangsungnya perluasan skala (scaling up) Program PRUKAB ke semua wilayah lingkup kabupaten melalui : a. Pengembangan Master Plan, Business Plan, dan Outline Business Case (OBC) setiap Kabupaten untuk dibuat Green Book Invesment Prukab; Penyediaan PDF (Prukab Development Facility); Penyelenggaraan PID (Prukab Investment Day); Promosi PCPP (Public Community Private Partnership); Menjamin lingkungan investasi yang kondusif. epaes D. Komponen Kegiatan Komponen Program pengembangan usaha PRUKAB tahun 2011 meliputi : 1. Sosialisasi program dalam rangka membangun kesiapan dan kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan; Seleksi PRUKAB melalui identifikasi, verifikasi dan validasi; Penetapan PRUKAB terpilih melalui Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal; Pemberdayaan SDM PRUKAB; Workshop pemantapan Rencana usaha/Program PRUKAB; Penyaluran dana bantuan sosial ke masing-masing kabupaten terpilih; Pertemuan nasional dalam rangka membangun keterpaduan dan koordinasi pembinaan PRUKAB Lintas sektoral; Aaweey 8. Penggalangan partisipasi dan pembiayaan melalui : * jejaring kerjasama dan kemitraan PRUKAB dengan dunia usaha (Prukab Business Forum), + kegiatan Prukab Investment Day: * Kegiatan promosi hasil-hasil program pengembangan PRUKAB. 9. Pendampingan program pengembangan PRUKAB; 10, Pembinaan, koordinasi dan supervisi pelaksanaan program pengembangan PRUKAB; 11, Monitoring, evaluasi dan pengawasan program pengembangan PRUKAB; 12, Pelaporan program pengembangan PRUKAB. E. — Sasaran Kegiatan Sasaran Program pengembangan program PRUKAB yaitu : Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan usaha kelompok masyarakat; Menguatnya modal usaha; Menguatnya kelembagaan usaha; Berkembangnya aktivitas ekonomi pada berbagai rantai pasokan PRUKAB termasuk aktivitas pada berbagai produk turunannya; Meningkatnya produksi, produktivitas usaha, serta nilai tambah dan mutu produk; ‘Meningkanya pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja. PeNe aw F. _Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan berupa masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact) program pengembangan PRUKAB dijabarkan sebagai berikut : 1. Masukan (input) a. Tersedia dan terdistribusinya pedoman, petunjuk pelaksanaan dan acuan lainnya kepada pemangku kepentingan; b. Tersedianya calon kelompok masyarakat penerima bantuan; ¢. Tersedianya dana bantuan sosial dan kemitraan modal swasta; d. Tersedianya tenaga pengelola usaha. 2. Keluaran (output) a, Tersedianya produk unggulan kelompok kabupaten terpilih; b. Terlaksananya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap sumberdaya manusia; cc. Tersalurkannya dana bantuan sosial; 4. Terlaksananya fasilitasi pembinaan kelembagaan ekonomi kelompok masyarakat. 3. Hasil (outcome) a. Meningkatnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap kelompok masyarakat; b. Meningkatnya kegiatan usaha kelompok masyarakat, produksi, produktivitas, diversifikasi produk, mutu serta nilai tambah produk usaha; ¢. Meningkatnya kualitas pengelolaan usaha dan jaringan kerjasama; d. Meningkatnya kesempatan kerja. 4, Manfaat (benefit) a. Meningkatnya kemampuan keterampilan usaha kelompok masyarakat; © a. e. Meningkatnya peran produk unggulan kabupaten sebagai motivator dan fasilitator pengembangan usaha masyarakat; ‘Meningkatnya modal usaha kelompok masyarakat; Meningkatnya kemandirian dan berkembangnya usaha kelompok masyarakat; Meningkatnya kapasitas kelembagaan usaha kelompok masyarakat; 5. Dampak (impact) Rose Bertambahnya pendapatan kelompok masyarakat; Berkembangnya usaha kelompok masyarakat; Berkembangnya tingkat kesejahteraan masyarakat; Berkurangnya pengangguran. G. _ Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Jadwal pelaksanaan Program PRUKAB pada tabel dibawah ini. astm “qnxWE “hw aon isymposd vueses ueerpakuag ama "ara Ase yodwojsy | weye] ueyejoduad uep urderkuag “VA “Lda Tiseais “qeyuiag “Ase Uuejuisye ueeipokuag Vda eye T isesoundg | ¢ cong oan LOEW “LA “QU _weduydurepuod wep wera = STEMS. Lda “LA “aaa Ronen roots ra SOVENSTL Cem a ‘sest.gow wep vaunn}ay weedequepy | > ep seysedey uyensuog GeRUAT Lda | _werEIekseyy Yodworey UeMuUauEG quod “Lda woredngey why weymuaguiog ada won wy, UEATIUARHUIaG GAWD LEH ‘were1#93 Ise YO] UMIUDLG qe LAEH $sesi[e1s0s ‘qeqwed LOEH ‘uvjnduq ypoig wenuauad ada ‘uayednqey uenyuauad aaa | fumnprad wounyop uedeykuag urdesiog | | im m | a m | a alufofe[s[clo[s[oleleir ‘wyaosagm ueyersoyy ued oN 107 e107 zroz THoz mea = AVANAd WesSo1g UevuEsyejeg jempel reg EL Suepnd ueunduequiag wewel | Ssous mmynnsesyut wnunurquiag wey wepef wounduequiag ‘Sanynpuag ampqnunsvayay ‘ueyejoSuod isnput weunduequiog warsis Suapor8 woyneled = 2a) 2 i i Ft ‘wogerosug Esnpoy wep waueg eased “kseyy yodwojay vuaued ni “Asp Yodo}, urereyyourg er “Aso Jodwojoy, | ueureuen senjiqeyespreureueuag m/olifafm{nlilalufolels{clo[slelejz|r ‘e107 ‘TI0z Trot am au = oe TL dee POH, ewe LOH | _nHeG Uavedngey oped ueeuEsyMIOg qomea 10a ‘eq varedngey urdriouag ; es gH LOE | gunk uarednae eped mo sujo>s osony4 wesenpsog sens (adda diysiouiog anos WEL VA Lady | Sumunwe nang weBuEquiadiog ERS = meet Va ‘aay gies mes syustq nso) wt neuoy yr ‘veg | BHAA Ststg wns0} veeuesyerea Lda THORS sey yeuotseu seups0oy wenwoyog ‘Wve PUBL ueBuved3uaq wep tseurpsooy, RL AWA “gequag “esems ES at jm | a |t|ar| m|o mialifalm|ojelelc somo woyeydoy, we toc e10z zo 1107 a ss aii LAMPIRAN If : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL, NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL + 99 Aynl 200 KRITERIA DAN SELEKSI A. Penetapan Kabupaten Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi KPDT untuk mengentaskan daerah tertinggal maka, kriteria ‘utama kabupaten yang dapat menerima program PRUKAB adalah kabupaten tertinggal seperti yang telah tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Selain itu, karena PRUKAB adalah bagian dari intervensi untuk memperbaiki indikator utama ketertinggalan dari aspek ekonomi maka kabupaten penerima program PRUKAB diutamakan kabupaten yang indikator utama ekonominya lebih rendah dari rata-rata nasional (IKU ekonomi berilai positif). Selain persyaratan diatas, pada tahap awal intervensi diperlukan beberapa persyaratan khusus bagi pemerintah kabupaten untuk mendapatkan program ini yaitu 1. Pemerintah Kabupaten yang telah dan atau akan segera menetapkan produk unggulan Kabupaten melalui keputusan Bupati; 2. Pemerintah kabupaten telah memiliki atau bersedia menyusun rencana induk (master plan) dan rencana bisnis (business plan) pengembangan produk unggulan; 3. Pemerintah Kabupaten bersedia membentuk dan membiayai operasional Pokja Produk Unggulan yang anggotanya terdiri atas wakil-wakil pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten; 4. Pemerintah Kabupaten menyediakan dana pendamping yang diperlukan untuk sejumlah Program pengembangan PRUKAB sesuai dengan kewenangan dan kemampuan Pemerintah Kabupaten; 5. Pemerintah kabupaten bersedia memfasilitasi dan menetapkan regulasi dan kemudahan investasi; 6. Pemerintah Kabupaten, pada tahap awal, menjamin ketersediaan lahan minimal 1000 Ha beserta masyarakat pengelolanya sekitar 500 KK. B. Penetapan Produk Unggulan Untuk memenuhi tujuan pengembangan PRUKAB maka produk yang dipilih menjadi PRUKAB harus memiliki kriteria sebagai berikut : 1, Melibatkan masyarakat banyak, dari seluruh rantai pasokan, hulu hingga hilir (Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja); 2. Memiliki potensi sumberdaya lokal dan teknostruktur untuk pengembangan (Comparative Advantage); 3. Memiliki peluang pasar; 4. Sesuai dengan kebijakan Pemkab dan aspirasi pelaku; 5. Spesifik dan unik (Competitive Advantage) Untuk mendapatkan kriteria seperti diatas dilakukan seleksi secara berjenjang sebagai berikut 1. Daftar panjang (long List) produk (10-20 produk) diperoleh dari hasil analisis Shift Share, Location Quetion sektor dan produk, dan Revealed Competitive Advantaged: 2. Daftar pendek (Short List) 5 produk diperoleh berdasarkan data serapan tenaga kerja,potensi sumberdaya, peluang pasar, keunikan produk serta ketersedian infrastruktur dan teknostruktur; 3. Penetapan satu produk dari daftar pendek diperoleh melalui hasil FGD dan indepth interview dengan SKPD, pelaku usaha dan kelompok masyarakat tentang kebijakan pemerintah daerah dan aspirasi pelaku. C. Persyaratan Lokasi Pada tahap awal khususnya pada tahun 2011 intervensi untuk pengembangan PRUKAB pada Kabupaten yang telah ditetapkan akan di integrasikan dengan program bedah desa yang dilakukan pada kawasan yang meliputi areal pengembangan minimal 1000 Ha. dengan masyarakat sekitar 500 KK. Tergantung dari demografi dan geografi kabupaten, kawasan ini dapat meliputi 4-5 desa. Kawasan ini diharapkan menjadi simpul pertumbuhan dan penggerak ekonomi pengembangan produk tersebut menjadi pilot kegiatan bedah desa. D. Kontribusi Pemangku Kepentingan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pengembangan PRUKAB memerlukan intervensi berbagai pemangku kepentingan sebagai berikut : Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal; Pemerintah Kabupaten; Perusahaan Swasta; Kelompok Masyarakat penerima manfaat. vane wo Ss 5 Zz Kontribusi yang diharapkan dari masing-masing pemangku kepentingan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal: Penyediaan dan pengadaan Bibit, sarana produksi dan alsintan; Penyediaan energi listrik; Pelatihan dan Pendampingan kewirausahaan; Fasilitasi dan koordinasi penyediaan infrastruktur. ; Fasilitasi dan koordinasi penyediaan mesin pengolahan; Fasilitasi dan koordinasi pemasaran dan pengembangan sistem informasi harga; reap sp g. Penyiapan PDF (Prukab Development Facility / Fasilitas Pengembangan PRUKAB); h. Memfasilitasi pengusaha PRUKAB untuk mendapatkan penyertaan modal/ pinjaman dari Pusat Investasi Pemerintah pada Kementerian Keuangan. Pemerintah Kabupaten. a, Pembukaan dan Penyediaan Lahan seluas 1. 000 Ha dengan 500 KK; b. Menetapkan regulasi dan kemudahan investasi serta menjamin adanya iklim yang kondusif bagi investasi; c. Menyusun master plan dan business plan pengembangan PRUKAB; d. Pelatihan fasilitator tenaga pendamping; e. Sesuai dengan kewenangan dan kemampuan Kabupaten, menyediakan sarana dan prasarana pendukung (transportasi jalan, jaringan irigasi, pasar, jaringan listrik dll); BUMN. a. Menyediakan dana yang bersumber dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (Komponen Kemitraan dari PKBL) untuk membiayai usaha Prukab di tingkat kelompok masyarakat; b. Menyediakan hibah yang bersumber dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk membiayai pengembangan SDM (pendidikan dan Kesehatan) serta pelatihan ketrampilan teknis dan budidaya; Perusahaan Swasta. Penyediaan Sarana Produksi; Pembangunan industri Pengolahan; Pengembangan grading system dan sistem informasi harga; Promosi dan Pemasaran Has ‘Transfer Teknologi; Pendidikan dan pelatihan serta pendampingan; Kerjasama melalui pola Kemitraan; ‘Menjadi penjamin kelompok masyarakat dalam lembaga keuangan. Kelompok Masyarakat. Propane ge a. Menjamin ketersediaan bahan baku yang diperlukan oleh industri dengan pola kemitraan; b. Mengikuti seluruh program dan aktivitas seperti pelatihan kewirausahaan, teknik budidaya, panen dan pasca panen dan system grading; c. Berpartisipasi dalam transfer teknologi. LAMPIRAN IV : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN2011 TANGGAL + 99 Apri 200 SKEMA PEMBIAYAAN A. Sumber Pembiayaan Pembiayaan PRUKAB bersumber dari : th ween B. Pemerintah : a. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal melalui DIPA; b. Kementerian Keuangan melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP); ¢. Kementerian/Lembaga teknis terkait yang dikoordinasikan oleh KPDT; Pemerintah Provinsi/Kabupaten melalui APBD; BUMN melalui PKBL; Perusahaan swasta nasional dan swasta asing melalui progran CSR; Perusahaan swasta peserta program melalui investasi langsung. Kemitraan Pemerintah Kabupaten -Kelompok Masyarakat- Swasta dalam PRUKAB. Setiap pihak dalam kemitraan menyediakan biaya sesuai dengan kontribusi masing-masing pihak sebagaimana diatur dalam Bab II D. Khusus untuk kemitraan antara kelompok masyarakat yang tergabung dalam koperasi dengan perusahaan swasta, serta pemerintah dalam pengembangan produk Prukab dari hulu ke hilir membentuk sinergi kemitraan bersenyawa yang diatur diatur dalam perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama ini diketahui oleh Pemkab. Lingkup perjanjian inj diantaranya mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak dan pembagian/distribusi resiko yang muncul sebagai akibat perubahan harga pasar, perubahan suku bunga, perubahan kebijakan pemerintah dan force major. LAMPIRAN V : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL, NOMOR 3 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 29 Aprit 200 PELAKSANAAN Tahapan pelaksanaan Program PRUKAB secara garis besar terdiri dari tiga tahapan diantaranya yaitu : 1. Fasilitasi Optimalisasi_ potensi PRUKAB yang dilaksanakan di kabupaten tertinggal dilaksanakan melalui : a. Identifikasi potensi dan daya dukung sumberdaya yang tersedia; b. pemanfaatan sumberdaya untuk usaha PRUKAB dan teknostruktur; ¢. pendampingan usaha; 4. kemitraan dengan sumber permodalan; 2. Pengembangan Program PRUKAB pada satu kawasan simpul pertumbuhan dengan cara meningkatan kemampuan sumberdaya manusia dilaksanakan melalui; a. koordinasi dengan pemangku kepentingan PRUKAB; © workshop dan sosialisasi; * pelatihan Pendamping PRUKAB; © pelatihan kelompok masyarakat. b. penguatan Kapasitas kelembagaan PRUKAB dilaksanakan dengan pengembangan kelembagaan ekonomi, pengembangan jaringan usaha, fasilitasi pengembangan manajemen usaha, fasilitasi terhadap akses produksi, distribusi dan pemasaran; * penguatan modal dan pengembangan usaha; * penyaluran dana bantuan sosial; * kemitraan penyertaan modal swasta, 3. Menjamin berlangsungnya perluasan skala (scaling up) Program PRUKAB ke semua wilayah Jingkup kabupaten dengan a. pengembangan Master Plan, Business Plan, dan Outline Business Case (OBC) setiap Kabupaten untuk dibuat Green Book Invesment Prukab; Penyediaan PDF (Prukab Development Facility); Penyelenggaraan Prukab Investment Day; promosi PCPP (Public Community Private Partnership); ‘menjamin lingkungan investasi yang kondusif. pees LAMPIRAN VI: PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 29 Aprit son ORGANISASI PELAKSANA. Pelaksanaan Program Fasilitasi PRUKAB di Daerah Tertinggal harus disinergikan dengan kegiatan- kegiatan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) lainnya di Kementerian PDT, sektor dan stakeholders terkait untuk mendorong peningkatan ekonomi lokal dan keberdayaan masyarakat di daerah tertinggal Untuk mencapai tujuan dan sasaran Program Fasilitasi PRUKAB di Daerah Tertinggal perlu dilaksanakan beberapa aktivitas oleh masing-masing level di pemerintahan dan kelompok masyarakat sebagai pelaksana. Untuk itu dibentuk organisasi pengelola dengan fungsi dan tugas yang saling terkait. Pengelola Program Fasilitasi PRUKAB di Daerah Tertinggal di tingkat Pusat (Kementerian PDT) dibentuk Tim Koordinasi Pusat yang berfungsi sebagai koordinator dan pengendali, di Kabupaten dibentuk Tim Koordinasi dan Pelaksana, serta di tingkat masyarakat terdapat kelompok penerima manfaat dari Program PRUKAB yang disebut Kelompok Usaha Masyarakat Produk Unggulan (KUM-PU). A. Tingkat Pusat Instansi_ pelaksana PRUKAB adalah Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). ‘Struktur organisasi pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut : 1) Komite Pengarah (Steering Committee) Komite Pengarah diketuai oleh Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dengan anggota terdiri dari Eselon 1 Kementerian PDT, Unsur Kementerian PDT, unsur Kementerian Pekerjaan Umum, unsur KUKM, unsur Keminfo, unsur KKP, unsur Kemendag dan unsur BKPM, unsur Kementerian/Lembaga Terkait, perwakilan dari asosiasi pemerintah daerah dan Perwakilan dari sektor lembaga pembiayaan swasta. Tugas Komite Pengarah adalah sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi pemantauan dan pengawasan atas hasil-hasil pelaksanaan PRUKAB khususnya target dan sasaran yang telah ditetapkan; b. Melakukan pertemuan berkala untuk melakukan evaluasi dan memberikan pengarahan atas pelaksanaan kegiatan dalam komponen program loan dan project loan berdasarkan laporan dari Tim Pelaksana; ¢. Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan dan pencapaian PRUKAB kepada Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. 2) ‘ktur Proyek (Project Director) Asisten Deputi Urusan Pengembangan Produk Unggulan, Kedeputian Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha, Kementerian PDT akan bertindak sebagai direktur proyek yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan sehari-hari PRUKAB. 3) Project Management Unit (PMU). PMU bertanggung jawab atas kegiatan manajemen proyek termasuk manajemen program, pendanaan, proses pengadaan, administrasi serta pemantavan dan evaluasi kegiatan, Tugas PMU adalah sebagai berikut Memberikan data dan informasi kepada Panitia Pengarah dalam penyusunan kebijakan; Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek; Menyusun laporan monitoring kemajuan proyek dari aspek administrasi dan keuangan; Mengembangkan pusat database dan sistim pengolahan data; Menyusun alokasi pendanaan yang akan diserahkan pengelolaannya ke daerah; Memberikan informasi mengenai proyek PRUKAB kepada masyarakat; Melakukan penilaian Kelayakan proyek atas proposal proyek yang diusulkan oleh Pemerintah daerah; h, Memberikan rekomendasi persetujuan atas proposal proyek yang diusulkan oleh Pemerintah daerah. mmeaoge B. Tingkat Daerah Pada tingkat kabupaten yang usulan program PRUKAB yang telah disetujui, PMU akan meminta pemerintah daerah yang bersangkutan untuk membentuk Tim Koordinasi dan Pelaksana PRUKAB Kabupaten yang akan melakukan Perencanaan, persiapan, pembinaan, pelaksanaan, pengendalian dan monitoring program PRUKAB. Tim Tim Koordinasi dan Pelaksana PRUKAB Kabupaten dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati. Seluruh biaya yang diperlukan untuk operasionalisasi Tim Koordinasi dan Pelaksana PRUKAB Kabupaten akan dibebankan kepada APBN dan sharing APBD Kabupaten. C. — Pengelola Tingkat Masyarakat Tujuan utama dari Program Fasilitasi PRUKAB di Daerah Tertinggal adalah selain berdayanya kelompok-kelompok usaha masyarakat yang telah tarkait dengan rantai pasokan produk unggulan di Kabupaten tertinggal yang selama ini mengalami kesulitan dalam usahanya baik dalam hal pendapatan maupun dalam hal kualitas hidup dapat lebih meningkat, Oleh karenanya, maka pelaku ‘ulama dari Program Fasilitasi PRUKAB di Daerah Tertinggal adalah kelompok usaha yang dinilai ‘mampu mengembangkan usahanya secara kreatif, inovatif dan mandiri. LAMPIRAN VII: PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL + 29 Apr 2oir PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pembinaan dalam rangka pelaksanaan bantuan sosial menjadi hal penting mengingat bahwa bantuan sosial utamanya adalah proses transfer dan/uang ataupun barang/jasa kepada kelompok sasaran, Pembinaan khususnya diarahkan pada aspek administratif maupun aspek pelaksanaan teknis di Japangan mengingat bahwa dana yang digunakan merupakan dana pemerintah yang mutlak harus ada pertanggungjawabannya. Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan dilakukan pengendalian oleh Kementerian PDT beserta stakeholder terkait sebagai penanggung jawab program dan Tim Koordinasi, Sementera Tim Koordinasi PRUKAB Kabupaten juga melakukan pengendalian Kabupaten yang diatur lebih lanjut, dilakukan dalam bentuk kegiatan monitoring, supervisi, bimbingan teknis dan pendampingan. Pengendalian terhadap kegiatan dan anggaran merupakan kegiatan yang cukup penting mengingat banyaknya kendala dan permasalahan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian tethadap beberapa aspek dalam program yaitu antara lain : 1. Pembinaan terhadap administrasi dan teknis pelaksanaan kegiatan usaha. 2. Koordinasi dengan instansi terkait untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program. 3. Komunikasi antar SKPD, pendampingan dan Kelompok usaha bersangkutan. LAMPIRAN VIII : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 99 Apri go) PELAPORAN Dalam upaya mendukung terselenggaranya program pemberdayaan dan pengembangan produk/komoditas unggulan diperlukan instrumen untuk penyampaian keberhasilan dan atau kegagalan serta masalalvkendala yang ditemui. Instumen yang digunakan adalah melalui media pelaporan yang sekaligus merupakan pertanggung-jawaban pengelolaan dan pemanfaatan dana oleh kelompok usaha. Laporan kegiatan menyangkut perkembangan fasilitasi pengembangan produk yang telah mendapat bantuan dibuat secara berjenjang, teratur/sesuai format, secara berkala maupun insidentil. Materi pelaporan yang dibuat mencakup aspek administrasi, operasional/teknis pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan hambatan yang dihadapi berikut pemecahan masalahnya. Laporan kegiatan yang dibuat menjelaskan tentang perkembangan realisasi fisik kegiatan maupun aspek keuangan. Laporan pelaksanaan fasilitasi pengembangan komoditas/produk unggulan dibuat 2 kali sesuai tahapan pemberian dana, laporan pertama disebut laporan antara yang diserahkan pada saat pengajuan dana tahap kedua, sedangkan laporan kedua merupakan laporan akhir yang diserahkan setelah selesainya kegiatan. Laporan pelaksanaan mencakup informasi tentang rencana pengadaan sarana, prasarana usaha dan pemanfaatan modal kerja serta nilainya, Disamping itu laporan ini juga berisikan realisasi pelaksanaan fisik dan keuangan. Laporan ini disampaikan oleh Kelompok usaha kepada Tim Koordinasi dan Pelaksana PRUKAB Kabupaten, Tim Koordinasi dan Fasilitasi Provinsi dan Tim Koordinasi PRUKAB Pusat. LAMPIRANIX : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN DI DAERAH TERTINGGAL NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : DAprn rou PENUTUP Pedoman Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten (PRUKAB) di Deaerah Tertinggal merupakan petunjuk yang memuat hal yang bersifat umum sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Mengingat bahwa keberhasilan pelaksanaan program ini juga sangat tergantung pada komitmen berbagai pihak dalam mengelola kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka Pedoman Umum ini juga dimaksudkan untuk memotivasi pibak-pihak terkait lainnya, Dukungan dari pemerintah daerah, kementerian/lembaga terkait lainnya maupun dunia usaha dan kelompok masyarakat sangat menentukan keberhasilan pengembangan komoditas/produk unggulan i daerah tertinggal. Oleh Karena itu, semangat yang sama dan kerjasama sangat menentukan tingkat sinergi dalam pengembangan dan pembinaan di masa yang akan datang. ‘Semoga dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan program PRUKAB. Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur dalam petunjuk pelaksanaan. Ir. H. A. HELMY FAISHAL ZAINI

You might also like