You are on page 1of 11

Ketika Qadha Allah pun datang : Sabar dan Syukur

Iis Siti Aisah -

LULUS SNMPTN!! Itulah harapan setiap pelajar yang ingin


melangkah ke jenjang perkuliahan. Namun tak akan semuanya
tercapai. Jika ada yang lolos begitupun ada yang gagal. Ketika
yang lolos tentulah bahagia rasanya, ucapan syukur pastilah ada.
Salah satu persembahan kebahagiaan pula untuk orang tua. Jika
yang gagal. Inilah dilema, kenapa? Karena bisa jadi semua orang
bisa

bersyukur

seminimal-minimalnya

orang

berucap

Alhamdulillah, masih ada Allah dalam ucapnya sebagai tanda


syukur atas karunia-Nya. Namun tak semua orang bisa bersabar.
Ditambah lagi kebingungan akan kemana diri ini lanjutkan
sekolah. Ditambah lagi dan lagi tentulah orang tua yang kita ikut
kecewakan. Karena tentulah sikap sabar hanya akan dirasakan
oleh orang-orang yang merasakan nikmatnya iman.
Begitupun aku, seorang gadis SMA yang baru lulus sekolah,
sudah

luluspun

aku

teramat

bahagianya.

Tapi

rasanya

kebahagiaanku belum lengkap jika tak lulus snmptn. Aku tak mau
bersusah payah lagi untuk belajar persiapan sbmptn jikalau nanti
aku tak lolos seleksi.
Hari ini tepat pengumuman akan berkumandang. Tulisan
lulus dan tidak berderet di atas monitor computer. Andai kata aku
tak lolos entahlah mungkin aku tak tahu harus kemana lagi arah
ini berjalan.
DEG!

Jantung ini serasa berdegup lebih kencang, aliran darah ini


pun seperti mengalir lebih cepat dari biasanya, wuiih kayak lagu
aja ya ini. Tapi entahlah semakin dekat waktu pengumumannya
semakin aku gusar memikirkannya.
H-15 menit, ah semakin dekat saja waktu ini, iya 15 menit
lagi pengumumannya akan muncul. Aku menunggu dengan
gelisahnya di depan laptop. Tak ku kira waktu seperti berlalu
dengan lambatnya. Menunggu dari menit ke menit dari detik ke
detik, dan TARAAAAAAA
Begitu waktu telah menujukkan pukul 12.00 WIB aku segera
membuka website resmi dimana pengumuman snmptn akan
dipampang. Ah aku mungkin terlalu berharap tinggi jika disana
berdiri sederetan kata yang menyatakan aku LULUS ditambah lagi
pilihanku ini merupakan salah satu pilihan yang berat untuk dapat
memasukinya.
Aku telah sampai di halaman website tersebut. Disana
tertulis aku harus memasukkan nomor dan passwordnya. Aku
yang tadi begitu penasaran dengan hasilnya. Kuputuskan untuk
tak melihatnya dulu. Aku lebih memilih menunaikan shalat
terlebih dahulu, kudengar Adzan telah berkumadang. Sekalian
aku berdoa terlebih dahulu sebelum aku melihat hasilnya.
Aku

memantapkan

hati,

mulai

kutulis

nomor

dan

passwordnya. Jari lentikku inipun mengklik tombol untuk melihat


hasilnya. Dan akhirnyaa
DUG!!

Inikah mimpi, atau gurauan semata. List merah terdapat


disana menyatakan bahwa aku tak lolos dalam seleksinya. Aku
bingung dan mulai menangis seketika. Entah aku lebay atau apa.
Tapi inilah satu-satunya harapan yang ku impikan yaitu bisa lolos
di Universitas Negeri. Tapi apalah daya, hasilnya telah keluar.
BRAKK!!!
Aku langsung menutup laptopku, tak kusangka aku tak lolos
dalam seleksi ini, aku semakin tenggelam dalam kesedihan ketika
kedua orang tua ku muncul tepat dihadapanku. Mereka mungkin
bertanya-tanya ada apa dengan sikapku. Akupun hanya bisa
memeluk ibu dan ayahku. Aku tahu dan aku sadar bahwa aku
telah mengecewakan mereka. Kecewa mutlak. Ditambah lagi
ketika banyak dari teman yang bertanya lolos tidaknya diri ini,
jelas seperti menelan duri ketika aku harus tetap tersenyum dan
menjawab kata tidak
Ibu dan Ayahku pun mencoba menghiburku dengan kata
taka apa-apa nak, mungkin ini belum rezeki mu begitulah
mereka menenangkanku
Setelah hati ini mulai merasa sedikit tenang. Aku pun mulai
berkumpul dengan temanku. Mencoba untuk saling menghibur.
Ada yang lulus, aku pun turut bahagia karenanya, ada juga yang
gagal aku turut bersedih bersamanya. Namun berbeda dengan
teman aku Anita. Rasanya dia kalem kalem aja, ketika dia ditanya
lolos tidaknya. Dan dengan santai dan senyumannya dia bilang,
hehe, aku ngga lolos nih. Aku tak mengerti apa yang dipikirkan
dia untuk masa depannya. Namun, aku yakin di dalam hatinya dia

punya perasaan sedih yang mendalam. Namun mungkin dia coba


mengubur hal itu semua.
Aku pun berpapasan dengannya dan sempat aku bercakapcakap bersama. Selain saling bercerita akan kegagalan, kami pun
saling memotivasi.
Aku pun memulai pembicaraan Nit, gimana perasaannya?
Aku liat kamu woles-woles saja
Nita pun menjawab ya gitulah, perasaan sedih pasti
tetaplah ada, tapi jangan sampai kita terlarut dalam kesedihan,
ini kan sudah Qadha nya Allah, pastilah dibalik ini Allah
mempunyai sejuta cerita indah untuk kita, tak perlu merasa
cemas namun tetaplah berusaha dan doa
tapi wajar kan kalo sedih? Aku bingung, aku marah tapi aku
bingung kalopun aku marah tapi marah sama siapa, aku stress
nit, rasanya aku pengen jalan-jalan kemana ke, atau shopping
atau

karokean

ke,

sebagai

pelepas

stress

iya

ga?

aku

menimpalinya
ya kalo sedih wajar, itu sih sudah menjadi naluri. Kalo
bahasa kerennya mah fitrahnya gitu. Yang namanya tertimpa
musibah, siapa yang pengen coba, perasaan kecewa pastilah ada,
tapi ya itu jangan berlebih-lebihan. Wong bisa jadi kan musibah
itu justru menghasilkan kebaikan nanti bagi kita, misalnya saja,
kita nanti tak menyia-nyiakan waktu belajar karena kita tahu akan
artinya perjuangan, betul toh? jelas Anita dengan jelinya
Aku yang mendengarkan nasihat Anita hanya menganggukngangguk saja.

Eitts, tapi kalo menghilangkan stress dengan foya-foya, ya


jelas tidak jawabannya, wong Allah nya juga nyuruh kita itu
Bersyukur bila mendapat kebaikan dan Bersabar ketika tertimpa
musibah, jelas ga boleh yang namanya foya-foya. Masa baru
dikasih cobaan segini aja ko langsung larinya ke yang begituan,
nehi-nehi lah, seharusnya justru kita semakin mendekatkan diri
pada Allah, meminta yang terbaik untuk diri kita dan meminta
untuk menjadikan kita agar ridha terhadap qadha tambah Anita
menjelaskan
Iya juga sih, tapi andai sajaa waktu itu aku lebih tepat
memilih jurusan akupun bergumam
Belum sempat aku melanjutkan pembicaraanku, Anita pun
memotong Hussh, jangan berandai-andai, karena itu salah satu
perbuatan dari syaitan
Ya beginilah cerita dari Allah, tak ada yang mampu
menebak, kadang manusia terlalu agkuh atas usahanya sampaisampai Ia melupakan Sang Maha Kuasa atas tindakannya,
Sungguh nikmat seorang yang beriman itu, apabila ia mendapat
kebaikan maka ia mampu bersyukur dan apabila ia mendapat
musibah maka ia mampu bersabar. Semuanya adalah milik Allah,
maka Allah lah yang berhak mengaturnya, kita sebagai manusia
hanya bisa tawakal dan usaha semaksimal mungkin, inilah yang
menjadi nilai di mata Allah. Percuma kan kalo kita nilainya plus
dimata manusia tapi minus dimata Allah lanjut Anita
Aku

dan

Anita

tenggelam

dalam

percakapan,

entah

mengapa aku merasa lebih tenang dari sebelumnya, untaian

katanya mampu menyihirku untuk berfikir lebih dewasa. Anita


pun pamit untuk pulang ke rumahnya lebih dulu, sambil berjalan
mundur ke belakang dengan senyum cerianya ia berkata Ingat
kuncinya tetaplah beryukur dan bersabar

Ya Tuhan, Aku jatuh cinta.....


Sebuah tulisan yang tak mesti ku rasa...
Hanya goresan asa yang menjuntai bagi setiap
pemiliknya
Proses pemagaran hati, mata dan seluruh organ
tubuh titipan-Nya
Sebuah definisi cinta dari berbagai kisah beredisi
Disaat kau merasa kikuk seketika, bibir kelu
tanpa kata, hanya rasa yang bicara, tanpa ekspresi
yang menandainya. Sontak rongga hati ini bak
tersetrum oleh arus listrik ribuan milivolt. Asa yang
kurasa meluluhlantahkan syaraf yang bekerja. Ya
Tuhan, asa ini telah merajai hati, iblis telah
berperan pada hati dan pandanganku. Menyelimuti
organ
indra
yang
terus
terpaut
pada
perawakannya.
Maaf dek, bisa geser sedikit mas mau lewat
satu kalimat ampuh yang mampu menggetarkan
hati. Satu kalimat ampuh yang langka ku jumpai.
Engkau menjaga tubuhmu supaya tak bersentuhan
dengan yang bukan halal bagimu. Engkau menjaga
matamu agar tak memandang yang bukan hakmu.
Entahlah rasa kagum ini semakin menjulang ke
atas langit. Menjulang tinggi menembus awan

bahkan sampai tak terlihat lagi. Sebuah perasaan


yang masih membatin, refleks aku menjauhkan
kursi dari tubuh seakan aku mempersilahkan
engkau lewat dalam pandanganku. Ya Tuhan, dia
begitu menjaga dirinya, menjaga pandangannya.
Namun, aku tak sepantasnya berharap, kau
layaknya serpihan awan dilangit. sedangkan aku?
Hanya sebuah rerumputan berlapiskan bumi. Tapi
kau tau dunia ini begitu kecil dihadapan Sang
Pemiliknya. Bahkan awan dan rumputpun suatu
kala bisa bertemu layaknya pensil dan buku. Jika Ia
berkehendak, Ia kan turunkan hujan itulah waktu
saatnya pertemuan berlalu.
Cinta, sebuah pengorbanan yang melibatkan
segalanya. Sampai pada syaraf dan rongga hati
yang ikut bicara. Kalimat ampuhmu tadi telah
meluluhlantahkan semua. Aku terdiam tanpa kata.
Rasa kagum yang menyelimuti diri tak pantas ku
ekspresikan. Namun iblis terus saja menusuk
otakku sampai mata ini tetap berada pada
peraduannya yakni pada wajahmu. Wajah yang tak
semestinya tak ku pandang. Wajah yang haram ku
pandang dengan nafsu syaitan. Iblis begitu cerdik
sampai hilanglah pengendalian mataku untuk
menunduk.
Mata dan hati sebuah makna titipan-Nya
Ya Tuhan, aku tahu aku harus menjaganya....
tapi maafkan aku ketika hati dan mata ini mulai
lalai dari aturan-Mu. Tuhan bimbing aku ketika
mata dan hati ini mulai berpaling dan bercabang

untuk makhluk-Mu. Aku tahu dan aku yakin kelak di


persidangan-Mu akan dmintalah pertanggung
jawaban atas seluruh aktivitasku dari seluruh
organ-organ yang melekat dan menggumpal
membentukku.
Cinta sebuah kata tanpa makna yang tak
terdefinisikan secara biasa. Namun telah yakin
setiap insan pernah merasakannya. Cinta begitu
menggoda bagi pemiliknya. Cinta bisa membuat
buta kala insan merasakannya. Bahkan iblis dan
syaitan ikut terlibat didalam-Nya. Sebuah rasa
yang berkecamuk antara kita tetap berada pada
jalur-Nya atau justru mengingkari aturan-Nya. Cinta
pun begitu indahnya. Indah jika Tuhan pun kita
libatkan di dalamnya. Jika memang diri telah siap
maka penuhilah sunnah yang kelak diridhoi-Nya.
Namun jika belum biarlah cinta itu dalam diam mu.
Butiran doa yang terus mengalir pada-Nya. Untuk
aku dan dirimu yang menjaga hati dan pandangan.
Tak usah gusar siapakah yang Ia ciptakan sebagai
pelengkap kehidupanmu. Siapapun Ia, tetap
yakinlah ia adalah pangeran terbaik yang telah
Tuhan yakni Allah ciptakan sebagai penyempurna
agamamu.
Jika
dipersimpangan
jalan
kau
merasakan getaran hati ini. Tak usah gusar pula,
yakinlah hati ini kini dan saat ini dan kelak nanti
tetaplah milik-Nya. Maka jagalah hati ini untukNya. Yakinlah Allah pun sedang mempersiapkan ia
untukmu kelak. Jika tak di dunia semoga kelak di
Jannah-Nya.

Apa yang dipandang mata itulah yang dirasai hati


Tetap Jaga pandangan yaa sebagai pagar diri
Ya Tuhan, Aku jatuh cinta.....
Sebuah tulisan yang tak mesti ku rasa...
Hanya goresan asa yang menjuntai bagi setiap
pemiliknya
Proses pemagaran hati, mata dan seluruh organ
tubuh titipan-Nya
Sebuah definisi cinta dari berbagai kisah beredisi
Disaat kau merasa kikuk seketika, bibir kelu
tanpa kata, hanya rasa yang bicara, tanpa ekspresi
yang menandainya. Sontak rongga hati ini bak
tersetrum oleh arus listrik ribuan milivolt. Asa yang
kurasa meluluhlantahkan syaraf yang bekerja. Ya
Tuhan, asa ini telah merajai hati, iblis telah
berperan pada hati dan pandanganku. Menyelimuti
organ
indra
yang
terus
terpaut
pada
perawakannya.
Maaf dek, bisa geser sedikit mas mau lewat
satu kalimat ampuh yang mampu menggetarkan
hati. Satu kalimat ampuh yang langka ku jumpai.
Engkau menjaga tubuhmu supaya tak bersentuhan
dengan yang bukan halal bagimu. Engkau menjaga
matamu agar tak memandang yang bukan hakmu.
Entahlah rasa kagum ini semakin menjulang ke
atas langit. Menjulang tinggi menembus awan
bahkan sampai tak terlihat lagi. Sebuah perasaan
yang masih membatin, refleks aku menjauhkan
kursi dari tubuh seakan aku mempersilahkan

engkau lewat dalam pandanganku. Ya Tuhan, dia


begitu menjaga dirinya, menjaga pandangannya.
Namun, aku tak sepantasnya berharap, kau
layaknya serpihan awan dilangit. sedangkan aku?
Hanya sebuah rerumputan berlapiskan bumi. Tapi
kau tau dunia ini begitu kecil dihadapan Sang
Pemiliknya. Bahkan awan dan rumputpun suatu
kala bisa bertemu layaknya pensil dan buku. Jika Ia
berkehendak, Ia kan turunkan hujan itulah waktu
saatnya pertemuan berlalu.
Cinta, sebuah pengorbanan yang melibatkan
segalanya. Sampai pada syaraf dan rongga hati
yang ikut bicara. Kalimat ampuhmu tadi telah
meluluhlantahkan semua. Aku terdiam tanpa kata.
Rasa kagum yang menyelimuti diri tak pantas ku
ekspresikan. Namun iblis terus saja menusuk
otakku sampai mata ini tetap berada pada
peraduannya yakni pada wajahmu. Wajah yang tak
semestinya tak ku pandang. Wajah yang haram ku
pandang dengan nafsu syaitan. Iblis begitu cerdik
sampai hilanglah pengendalian mataku untuk
menunduk.
Mata dan hati sebuah makna titipan-Nya
Ya Tuhan, aku tahu aku harus menjaganya....
tapi maafkan aku ketika hati dan mata ini mulai
lalai dari aturan-Mu. Tuhan bimbing aku ketika
mata dan hati ini mulai berpaling dan bercabang
untuk makhluk-Mu. Aku tahu dan aku yakin kelak di
persidangan-Mu akan dmintalah pertanggung
jawaban atas seluruh aktivitasku dari seluruh

organ-organ yang melekat dan menggumpal


membentukku.
Cinta sebuah kata tanpa makna yang tak
terdefinisikan secara biasa. Namun telah yakin
setiap insan pernah merasakannya. Cinta begitu
menggoda bagi pemiliknya. Cinta bisa membuat
buta kala insan merasakannya. Bahkan iblis dan
syaitan ikut terlibat didalam-Nya. Sebuah rasa
yang berkecamuk antara kita tetap berada pada
jalur-Nya atau justru mengingkari aturan-Nya. Cinta
pun begitu indahnya. Indah jika Tuhan pun kita
libatkan di dalamnya. Jika memang diri telah siap
maka penuhilah sunnah yang kelak diridhoi-Nya.
Namun jika belum biarlah cinta itu dalam diam mu.
Butiran doa yang terus mengalir pada-Nya. Untuk
aku dan dirimu yang menjaga hati dan pandangan.
Tak usah gusar siapakah yang Ia ciptakan sebagai
pelengkap kehidupanmu. Siapapun Ia, tetap
yakinlah ia adalah pangeran terbaik yang telah
Tuhan yakni Allah ciptakan sebagai penyempurna
agamamu.
Jika
dipersimpangan
jalan
kau
merasakan getaran hati ini. Tak usah gusar pula,
yakinlah hati ini kini dan saat ini dan kelak nanti
tetaplah milik-Nya. Maka jagalah hati ini untukNya. Yakinlah Allah pun sedang mempersiapkan ia
untukmu kelak. Jika tak di dunia semoga kelak di
Jannah-Nya.
Apa yang dipandang mata itulah yang dirasai hati
Tetap Jaga pandangan yaa sebagai pagar diri

You might also like