BABII
‘TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Kedelai
Kacang kedelai (Cilycine max (J) Merril) adalah sebagai salah satu hasil
pertanian yang sangat penting artinya scbagai bahan makanan, katena jumlah dan
mutu protein yang dikandungnya sangat tinggi bila dibandingkan dengan kacang-
kacangan lainnya (Winaro, 1980)
Kedelai merupakan bahan makanan penting sebagai sumber protein nabati
yang dikonsumsi dalam bentuk olahan dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi
secara langsung. Menurut Winarno (1982), dari hasil mutu yang dihasilkan petani
hanya sekitar 1% yang dikonsumsi secara langsung (tanpa diproses) dan banyak yang,
disajikan dalam bentuk rebus dan goreng,
Kacang kedelai mempunyai nilai protein nabati yang tinggi karena proteinnya
mempunyai asam amino lengkap yang hampir sama dengan pola susunain asam amino
yang berasal dari hewan atau protein hewani, Oleh karena itu banyak abli
menganjurkan agar penduduk di negara-negara berkembang menambah kacang-
kacangan dalam makanan sehari-hari (Kasyanto, 1987).
Nilai protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan memiliki mutu yang
lebih baik daripada jenis kacang-kacangan lain. Kedelai merupakan salah satu
leguminosa (kacang-kacangan) yang mengandung semua jenis asam amino esensial
yang sangat diperlukan oleh tubuh, Asam amino (ersebut tidak dapat disintesis oleh
tubuh, jndi harus dikonsumsi dari tuar, Namun perlu juga diakui bahwa kedelaimemiliki kekurangan yaitu hanya mengandung sedikit asam amino. metionin
(Winarno, 1993).
Selain dapat dijadikan sebagai sumber protein bagi kebutuhan tubuh, kedelai
juga dapat digunakan sebagai sumber lemak, serat dan vitamin
Berikut ini tabel mengenai komposisi zat gizi yang terkandung di dalam
kacang kedelai.
Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Kedelai per 100 gram Bahan
Komponen | Komposisi |
Kalori (Kal) 331,00 |
| Protein (gr) 34,90
Lemak (gr) 18,10 |
Karbohidrat (gr) 34,80 |
Serat (gr) |
Kalsium (mg)
| Fosfor (mg)
| Besi (mg) |
Vitamin A (S1) |
Vitamin By (mg) |
Air (gr) j
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1996
2.2. Tempe
Tempe merupakan salah satu makanan hasil fermentasi kacang kedelai,
berbentuk padatan kompak, dan berwarna putih karena diliputi oleh miselium kapang
secara merata pada permukaannya, Sclama fermentasi berlangsung, sangat banyak
kapang yang ikut berperan, tetapi kapang dari genus Rhizopus merupakan kapang
yang paling dominan dibanding kapang lainnya. Di Indonesia tempe biasanya dibuat
dengan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus.Tempe mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari kedelai. Hal ini disebabkan
oleh kapang yang tumbuh pada tempe dapat menghidrolisis sebagian selulosa menjadi
bentuk yang mudah dic
oleh tubuh, Protein dihidrolisis menjadi bentuk yang
lebih sederhana yaitu dipeptida, peptida, dan asam-asam amino, Sedangkan lemak
dapat dipecah oleh enzim lipase menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol serta
terjadi peningkatan kadar vitamin By: (Susanto, 1994),
Tempe merupakan sumber protein potensial bagi penduduk, khususnya di
Indonesia, Hal ini disebabkan kedelai sebagai bahan baku tempe telah banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya yang murah dan nilai gizinya seimbang,
dengan sumber protein hewani
Dari semua jenis fermentasi makanan, tempe memiliki kelebihan dengan cita
rasa yang khas, nilai gizi yang tinggi dan biaya pemprosesan yang murah, karena
dapat dibuat dengan mengandalkan teknologi tradisional yang sederhana. Kandungan
zat gizi tempe dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Komposisi Zat Gizi Tempe Kedelai per 100 gram Bahan
‘Komponen ] Komposisi
Kalori (Kal) 149,00
Protein (gr) 18,30
‘Lemak (gr) 4,00
Karbohidrat (gr) 12,70
Kalsium (mg) 129,00
Fosfor (mg) 154,00
Resi (mp) 10.00
Vitamin A (S1) 50,00
Vitamin By (mg) 0,17
[Air(gn) a 64,00 |
Sumber :
irektors
Giai Departemen Keschatan Rl2.3. Tahapan Proses Fermentasi Tempe
1, Penghilangan Kotoran, Sortasi dan Penghilangan Kulit
Biji kedelai haus bersih, bebas dari campuran batu kerikil, atau biji-
bijian lain, tidak rusak dan bentuknya seragam. Kulit biji kedelai harus
dihilangkan untuk memudahkan pertumbuhan jamur. Penghilangan kulit biji
dapat dilakukan secara kering atau basah, Cara kering lebih efisien, yaitu
dengan dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 104 °C selama 10 menit atau
dengan dikeringkan di sinar matahari selama 1 - 2 jam, Biji kedelai tanpa
kulit dalam keadaan kering dapat disimpan lebih lama, Sedangkan
penghilangan biji secara basah dapat dilakukan setelah biji mengalami
hidrasi yaitu setelah perebusan atau perendaman, Biji yang telah mengalami
hidrasi lebih mudah dipisahkan dari bagian kulitnya, tctapi dengan cara
bbasah ini tiduk dapat disimpan lebih lama (Kasmidjo, 1989),
2. Perendaman atau Pra-fermentasi
Selama pros
perendaman, biji mengalami: proses hidrasi, sehingga
kadae air biji nnik kien-kira dun kali kadar air semula, yait: mencapai 62-65
%. Proses perendaman memberikan kesempatan pertumbuhan bakteri-
bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan pH dalam biji menjadi 4,5 -
5.3, Penurunan pl biji kedelai: menghambat pertumbuhan baktericb
kontaminan yang bersifat pembusuk. Proses fermentasi selama perendaman
yang dilakukan, bakteri mempunyai arti penting ditinjau dari aspek gizi,
apabila asam yang dibentuk dari gula stakiosa dan rafinosa. Keuntungan lainkondisi asam dalam biji adalah menghambat kenaikan pH diatas 7,0 karena
adanya aktivitas proteolitik jamur dapat membcbaskan amonia, schingga
dapat menaikkan pH dalam biji, Pada pH diatas 7,0 dapat menyebabkan
penghambatan pertumbuhan atau kematian jamur tempe. Proses hidrasi
terjadi selama perendaman dan perebusan biji, Makin tinggi suhu yang
digunakan semakin cepat proses hidrasinya, tetapi bila perendaman
dilakukan pada suhu tinggi dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan
bakteri schingga tidak terbentuk asam (Kasmidjo, 1989).
3. Proses Perebusan
Proses pemanasan atau perebusan biji setclah perendaman bertujuan
untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan, menonaktifkan senyawa tripsin
inhibitor, membantu membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang
dipertukan untuk pertumbuhan jamur (Kasmidjo, 1989)
4, Penirisan dan Pendinginan
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan ait dalam biji,
mengeringkan permukaan biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai
dengan kondisi pertumbuhan jamur. Air yang berlebihan dalam biji dapat
menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menstimulasikan
pertumbuhan bakteri-bakteri_Kontaminan, —sehingga_menyebabkan
pembusukan (Kasmidjo, 1989),10
5. Inokulasi
Inokulum tempe disebut sebagai starter tempe dan banyak pula yang
menyebutnya dengan nama ragi tempe. Starter tempe adalah bahan yang
mengandung biakan jamur tempe, digunakan sebagai agensia pengubah
kedelai rebus menjadi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe yang merubah
sifat karakteristik kedelai menjadi tempe (Kasmidjo, 1989).
Untuk mendapatkan vitamin Bj2 selama proses fermentasi, perlu
diinokulasi dengan bakteri Klebsiella pneumoniae nama terdahulu adalah
Aerobacter aerogenes, Bakteri tersebut tidak menyebabkan pembusukan
pada tempe, tumbuh baik pada suhu 15 - 45° C dengan suhu optimum untuk
menghasilkan vitamin Bj pada 37° C dapat tumbuh bersama-sama dengan
jamur tempe yaitu Rhizopus oligosporus dan dapat tumbuh sampai pH 3,5
(Kasmidjo, 1989).
6, Pengemasan
Kemasan yang digunakan untuk fermentasi tempe secara tradisional
yaitu daun pisang, jati, waru atau bambu, selanjutnya dikembangkan
penggunaan kemasan plastik yang diberi lubang. Dan secara laboratorium,
kemasan dipergunakan nampan stainless sie! dengan berbagai ukuran yang,
dilengkapi dengan lubang-lubang (Kasmidjo, 1989).
7, Inkubasi dan Fermentasi
Inkubasi dilakukan pada suhu 25 - 37° C selama 36-48 jam. Selama
inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat yang digunakan untuk
inkubasi tempe adalah kelembaban, kebutuhan Oz dan suhu yang sesuai
dengan pertumbuhan jamur.
Proses fermentasi dapat dibedakan atas 3 fase yaitu
Ht
pertumbuhan cepat (0 - 30 jam fermentasi) terjadi kenaikan jumlah
asam lemak bebas, kenaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, dengan
terlihat terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin lebat,
sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak
2) Fase transisi (30 — 60 jam fermentasi) merupakan fase optimum fermentasi
tempe dan siap untuk dipasarkan, Pada fase ini terjadi penurunan suhu,
jumlah asam lemak yang dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap
atau bertambah sedikit, flavor spesifik tempe optimal dan tekstur lebih
5 kompak.
3) Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (60 ~ 90 jam fermentasi) terjadi
kenaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan
jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi protein lanjut
sehingga terbentuk amonia (Kasmidjo, 1989).
2.4, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Tempe
1. Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang
{erlalu cepat menycbabkan proses metabolisme akan berjalan cepat schingga
dihasitkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu,12
apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya, maka
sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang
yang satu dengan yang lainnya sekitar 2 cm (Suliantari, 1990).
2. Uap Air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal
ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai ay (water activity)
optimum untuk pertumbuhannya, yaitu < 0,95-0,99 (Suliantari, 1990).
3. Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan ke dalam mikroba yang bersifat
mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang 25 - 27° C. Oleh karena
itu pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perl
diperhatikan (Suliantari, 1990)
4. Keaktifan Laru
Dalam pembuatan laru tempe (inokulum) digunakan kapang dari jenis
Rhizopus, dimana kapang dari jenis ini merupakan organisme terpenting
dalam fermentasi. Spesies yang digunakan dalam pembuatan tempe antara
Jain adalah Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus (Rahman, 1992).
Lau yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang
keaktifannya, Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan larw
yang belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak
mengalami kegagalan (Suliantari, 1990)3
5, Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman dalam pembuatan tempe itu perlu diperhatikan.
Kapang tempe pada umumnya tumbuh dalam suasana asam, oleh karena itu
dalam perendaman kacang kedelai dengan larutan asam asetat atau asam
laktat dengan pH 4,3 - 4,5. Dengan terdapatnya asam yang tinggi, maka
pertumbuhan bakteri lain dapat dicegah ('arigan, (988),
2.5. Tepung Berpati Sebagai Bahan Campuran
‘Tepung merupaka:. bahan makanan yang berbentuk bubuk (tepung) yang
diolah dari biji-bijian, umbi-umbian dan bagian isi dari batang tanaman. Tepung yang
dapat menjadi bahan makanan diantaranya adalah tepung jagung (maizena), tepung
beras, tepung terigu, tepung tapioka, tepung hunkwee dan tepung aren atau sagu.
Pati (CoHiqOs)n merupakan homopolimer glukosa dan ikatan a-glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom C-nya,
serta apakah terus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang
dapat dipisahkan dalam air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut
disebut amilopektin (Winarno, 1982),
Amilosa merupakan suatu polisakarida berantai lurus, terdiri dari molekul
glukosida dengan melepaskan molckul air. Pati dengan kadar amilosa yang lebih
banyak dapat menyerap air pada proses pemasakan tetapi lebih cepat mengering
Kembali dan menjadi cepat keras
Pemilihan dan penggunaan bahan campuran dilakukan berdasarkan beberapa
kriteria agar dihasilkan tempe yang bermutu, yaitu :4
1. Tepung harus mempunyai daya serap yang baik terhadap air
2. Mempunyai rasa yang enak
3. Member
‘an warna yang baik
4. Harga relatif murah, maksudnya adalah meskipun pengrajin tempe
menambahkan tepung pada pembuatan tempe namun harga jual tempe tidak
naik atau tetap.
2.5.1. Tepung Beras
Beras rerupakan salah satu sumber protein yang penting di wilayah Asia, dan
menyumbang sckitar 30 ~ 80% dari kebutuhan akan protein, Dilihat dari traksi
kelarutannya, protein beras terdiri dari 5% albumin (protein larut air), 10% globulin
(protein larut garam), kurang dari 5% prolamin (protein larut alkohol) dan lebih dari
8 % glutelin (protein larut dalam basa). Selain itu beras kaya akan vitamin B, sedikit
Jemak dan mineral (Inglett, 1980).
Sclain digunakan sebagai makanan pokok, beras dapat dimanfiathan
keperluan Iain dengan
1 diniling menjadi tepung beras, Menurut Muchtadi (1986),
tepung beras sangat luas penggunaannya, yaitu sebagai tepung bergizi campuran
(composite flour), bihun dan mie, berbagai jenis makanan kecil, jajanan dan
merupakan komponen penting dari inakanan bayi dan anak sapihan, Komposisi zat
i tepung beras dapat dilihat pada tabel berikut15
Tabel 2.3. Komposisi Zat Gizi Tepung Beras per 100 gram Bahan
Komponen Komposisi |
Kalori (Kal) 364,00
Protein (gr) 7,00
Lemak (gr) 0,50
Karbohidrat (gr) 80,00
Kalsium (mg) 5,00
Fosfor (mg) 140,00
Besi (mg) | 0,80
| Vitamin By (mg) 0,12
12,00
| Air(gr)
Sumber : Direktorat
1596
2.8.2. Tepung Terigu
Tepung terigu diperoleh dari hasil penggilingan gandum dan banyak
dipergunakan dalam industri pangan, Komponen terbanyak dalam tepung terigu
adalah pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin, Untuk mengetahui
Komponen
Kalori(Kal) ~ 365.00
Protein (gr) | 8,90
Lemak (gr) | 130
Karbohidrat (gr) 77.0
| Kalsium (mg) 16,00 |
| Fosfor (mg) 106,00 |
Besi (mg) 1,20 |
Vitamin B, (mg) | 0,12
12,00
Departemen Kesehatan RI, 1996
‘Tepung ubi kayu disebut juga tepung tapioka yang merupakan granula dari
karbohidrat, berwarna putih, tidak mempunyai rasa manis dan tidak berbau. Tapioka16
diperoleh dari hasil ekstrasi umbi ketela pohon (Manihot utilisima) yang umumnya
terdiri dari tahap pengupasan, pencucian, pemarutan, pemerasan, penyaringan,
pengendapan, pengeringan dan penggilingan.
Kandungan pati pada tepung tapioka sekitar 85%. Amilosa pada tepung
tapioka sekitar 30% dengan subu gelatinisasi 52 - 64° C (Belitz, 1987). Komposisi
kimia dari tepung tapioka per 100 gram bahan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6. Komposisi Kimia Tepung Tapioka per 100 gram Bahan
Protein (gr)
Lemak (gr)
Pati (gr)
Air (gr)
—eeEe—E—eE EE
‘Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1996
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
- Tepung beras
- Tepung terigu
~ Tepung tapioka
Komposis
362,00
0,50
0,10
88,01
11,30
Kedelai
Jt
Tempe
Mutu :
- Kadar protein
- Kadar air
- Tekstur/kepadatan
- Penampakan/warna
- Aroma/bau_
- Rasa
Bagan di atas menjelaskan bahwa mutu tempe kedelai yang dibuat dengan
penambahan tepung beras, terigu dan tapioka dapat diketahui dengan melakukan ji
terhadap
- Kadar protein
- Kadar air7
Tekstur
‘Warna
Aroma
Rasa
2.7. Hipotesis penelitian
‘Ada pengaruh penambahan tepung beras, terigu dan tapioka pada pembuatan
tempe kedelai tethadap kadar protein tempe.
‘Ada pengaruh penambahan tepung beras, terigu dan tapioka pada pembuatan
tempe kedelai tethadap kadar air tempe.
‘Ada pengaruh penambahan tepung beras, terigu dan tapioka pada pembuatan
tempe kedelai terhadap tekstur (kepadatan) tempe.
Ada pengaruh penambahan tepung beras, terigu dan tapioka pada pembuatan
tempe kedelai terhadap warna tempe.
‘Ada pengaruh penambahan tepung beras, terigu dan tapioka pada pembuatan
tempe kedelai terhadap aroma tempe.
‘Ada pengaruh penambahan tepung beras, terigu dan tapioka pada pembuatan
tempe kedelai terhadap rasa tempe.