You are on page 1of 78

PENGARUH PERENDAMAN BIJI DALAM KALIUM NITRAT

(KNO3) DAN LUMPUR SAWAH TERHADAP PERKECAMBAHAN


PINANG SIRIH (Areca catechu)

Oleh :
OKTRIA SYAFIDA
NIM 04410552
Program Studi Biologi

.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2008

Judul skripsi

: Pengaruh Perendaman Biji Dalam Kalium Nitrat


(KNO3)

Dan

Lumpur

Sawah

Terhadap

Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)


Nama mahasiswa

: Oktria Syafida

Nim

: 04410552

Jurusan

: Biologi

Program Studi

: Biologi

Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi,

Drs. Nusyirwan, M.Si


NIP. 131772615

Mengetahui :
FMIPA UNIMED
Dekan

Jurusan Biologi
Ketua,

Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D

Drs. Tri Harsono, M.Si

NIP. 131572430

NIP. 131909349

Tanggal Lulus

: 09 Juli 2008

RIWAYAT HIDUP
Oktria Syafida dilahirkan di Rantau Prapat, pada tanggal 01 Oktober 1986. Ayah
bernama Syafruddin R. dan Ibu bernama Idawaty, dan merupakan anak ke tiga
dari empat bersaudara. Pada tahun 1992, penulis masuk SD Negeri No. 112145
Rantau Prapat, dan lulus pada tahun 1998. pada tahun 1998, penulis melanjutkan
sekolah di SLTP Negeri 3 Rantau Prapat, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun
2001, penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 2 Rantau Prapat, dan lulus
pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis mengikuti test SPMB di Medan
dan di terima di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.

Pengaruh Perendaman Biji Dalam Kalium Nitrat (KNO3) Dan Lumpur


Sawah Terhadap Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)
Oktria Syafida (NIM 04410552)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman biji
dalam Kalium Nitrat (KNO3) dan lumpur sawah terhadap perkecambahan Pinang
sirih (Areca catechu). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari April
2008 di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Unimed dan dilanjutkan di Rumah
Kaca Jurusan Biologi FMIPA Unimed.
Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 2 faktor, faktor pertama
adalah konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) (A) yang terdiri dari 4 taraf konsentrasi
yaitu 0 gr/L, 1 gr/L, 2 gr/L, 3 gr/L dan faktor kedua adalah kedalaman lumpur
sawah (B) yang terdiri dari 4 taraf kedalaman yaitu 0 cm, 10 cm, 20 cm dan 30
cm. Faktor interaksi merupakan campuran antara KNO3 dan Lumpur sawah.
Jumlah ulangan 3 jumlah kombinasi perlakuan 16 dan jumlah seluruh percobaan
48 unit percobaan.
Parameter yang diamati yaitu persentase benih yang berkecambah,
persentase kecambah benih normal, persentase kecambah benih abnormal, laju
perkecambahan benih, panjang akar, dan tinggi kecambah. Data yang telah
diperoleh kemudian dianalisis dengan Analisis Varians (ANAVA) dan dilanjutkan
dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman biji dalam larutan
Kalium Nitrat (KNO3) dan lumpur sawah berpengaruh sangat nyata terhadap laju
perkecambahan benih, panjang akar dan tinggi kecambah. Sedangkan perendaman
biji dalam larutan Kalium Nitrat (KNO 3) dan lumpur sawah berpengaruh tidak
nyata terhadap persentase benih yang berkecambah, persentase kecambah benih
normal dan persentase kecambah benih abnormal.

Soaking Influence of Seed In Potassium nitrate ( KNO3) And Rice Field Mud
To Germination of Areca Sirih ( Areca catechu)
Oktria Syafida ( NIM 04410552)
ABSTRACT
This research aim to know soaking influence of seed in Potassium nitrate
(KNO3) and rice field mud to germination of Areca sirih ( Areca catechu). This
research executed in Februari April 2008 in Laboratorium Jurusan Biologi
FMIPA Unimed and continued in Biology Majors Glasshouse FMIPA UNIMED.
This research applies factorial experiment compiled in Completely
randomized design (RAL). Treatment consisted of 2 factor, first factor is
concentration of Potassium nitrate (KNO3) (A) what consisted of 4 level
concentration of that is 0 gr/L, 1 gr/L, 2 gr/L, 3 gr/L and second factor is depth of
rice field mud ( B) what consisted of 4 depth level that is 0 cm, 10 cm, 20 cm and
30 cm. Interaction factor is mixture between KNO 3 and Lumpur rice field.
Number of restatings 3 number of treatment combinations of 16 and number of all
attempts of 48 attempt units.
Parameter observed that is germinating seed percentage, normal seed
sprout percentage, abnormal seed sprout percentage, seed germination rate, root
length, and sprout height. Data which has been obtained then is analysed with
Analisis Varians (ANAVA) and continued with Least significant difference test
(BNT).
Result of research indicates that soaking of seed in condensation of
Potassium nitrate (KNO3) and rice field mud influential very real to seed
germination rate, root length and sprout height. While soaking of seed in
condensation of Potassium nitrate ( KNO 3) and rice field mud influential not real
to germinating seed percentage, normal seed sprout percentage and abnormal seed
sprout percentage.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan hidayah Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul pengaruh perendaman biji dalan kalium nitrat (KNO3)
dan lumpur sawah terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu)
merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Rumah Kaca Jurusan
Biologi FMIPA Unimed.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Mulai dari pengajuan
proposal pelaksanaan penelitian sampai penyususnan skripsi, antara lain Kepada
Bapak Drs. Nusyirwan, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah
banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis selama melaksanakan
penelitian sehingga penulisan skripsi ini selesai. Ibu DR. Fauziyah, M.Si , Bapak
DR. Syahmi Edi, M.Si , Bapak Drs. Lazuardi, M.Si selaku dosen penguji yang
telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. M. Yusuf Nasution, M.Si
sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan dorongan
dan motivasi dari awalkuliah sampai selesainya skripsi ini.
Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda Syafruddin R dan Ibunda
Idawaty yang telah mendidik dan membesarkan penulis, memberikan dorongan
dari segi material, spiritual, nasehat dan doa yang tidak pernah putus, serta cinta
kasih yang tulus kepada penulis. Kepada Kakanda Wina Syafida, Erni Syafida
dan Adinda M. Rizky Pamungkas tersayang yang telah memberikan doa dan
semangat kepada penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bang Muslim yang selalu memberikan dukungan, perhatian, waktu serta
kasih sayang kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat penulis dalam
suka dan duka yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi. Juga kepada pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
namun penulis berharap skripsi ini masih bisa bermanfaat bagi kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan memberikan Inspirasi bagi pembaca baik hanya sebagai bahan
bacaan ataupun yang ingin melakukan penelitian lanjutan.

Medan, Juli 2008


Penulis

Oktria Syafida
Nim. 04410552

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

Halaman
i
ii
iii
v
vii
ix
x
xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian

1
2
3
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Pinang


2.2. Lingkungan Tumbuh
2.3. Kegunaan Tanaman Pinang Sirih (Areca catechu)
2.4. Dormansi Benih
2.5. Pematahan Dormansi Benih
2.6. Viabilitas Biji
2.7. Metabolisme Perkembangan Biji
2.8. Kriteria Perkecambahan
2.9. Metabolisme Mikroba Pada Tanah Sawah
2.10. Hipotesis Penelitian

4
5
5
8
8
10
10
11
12
13

BAB III. METODE PENELITIAN

15

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Rancangan dan Metode Penelitian
3.5. Pelaksanaan Penelitian
3.6. Tekhnik Analisis Data

15
15
15
16
18
20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

24

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Pengaruh Kalium Nitrat Terhadap Tiap Parameter
4.1.2. Pengaruh Lumpur sawah Terhadap Tiap Parameter
4.1.3. Pengaruh Interaksi Kalium Nitrat (KNO3) dan
Lumpur Sawah Terhadap Tiap Parameter

24
24
27
30

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Perendaman Kalium nitrat (KNO3)
Terhadap Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)
4.2.2. Pengaruh Perendaman Lumpur Sawah Terhadap
Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)
4.2.3. Pengaruh interaksi KNO3 dan lumpur sawah terhadap
Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)

30

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

36

5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

36
36

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

39

30
32
34

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3
Terhadap Rataan Laju Perkecambahan Benih

25

Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3


Terhadap Rataan Panjang Akar

26

Gambar 4.3. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi KNO3


Terhadap Rataan Tinggi Kecambah

27

Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Perlakuan Kedalaman Lumpur Sawah


Terhadap Rataan Laju Perkecambahan Benih

28

Gambar 4.5. Grafik Pengaruh Perlakuan Kedalaman Lumpur Sawah


Terhadap Rataan Tinggi Kecambah

29

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Kalium Nitrat (KNO3)
Dan Lumpur Sawah

16

Tabel 3.2. Analisis Varians

21

Tabel 4.1. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Laju Perkecambahan
Benih Pada Perlakuan Konsentrasi KNO3

24

Tabel 4.2. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Panjang Akar
Pada Perlakuan Konsentrasi KNO3

25

Tabel 4.3. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Tinggi Kecambah
Pada Perlakuan Konsentrasi KNO3

26

Tabel 4.4. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Laju Perkecambahan
Benih Pada Perlakuan Lumpur Sawah

28

Tabel 4.5. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Tinggi Kecambah
Pada Perlakuan Lumpur Sawah

29

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
39

Lampiran 1. Bagan Penelitian


Lampiran 2. Data Laju Perkecambahan Benih (hari)

40

Lampiran 3. Hasil Analisis Varians Laju Perkecambahan Benih

40

Lampiran 4. Rataan Laju Perkecambahan Benih (hari)

41

Lampiran 5. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

41

Lampiran 6. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

41

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Laju Perkecambahan Benih

42

Lampiran 8. Data Panjang Akar (cm)

46

Lampiran 9. Hasil Analisis Varians Panjang Akar

46

Lampiran 10. Rataan Panjang Akar (cm)

47

Lampiran 11. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

47

Lampiran 12. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

47

Lampiran 13. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 6 MST

48

Lampiran 14. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X + 0,5

48

Lampiran 15. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 6 MST

49

Lampiran 16. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 6 MST

49

Lampiran 17. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

49

Lampiran 18. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

49

Lampiran 19. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 7 MST

50

Lampiran 20. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X + 0,5

50

Lampiran 21. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 7 MST

51

Lampiran 22. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 7 MST

51

Lampiran 23. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

51

Lampiran 24. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

51

Lampiran 25. Data Tinggi Kecambah (cm) 8 MST

52

Lampiran 26. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X + 0,5

52

Lampiran 27. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 8 MST

53

Lampiran 28. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 8 MST


Lampiran 29. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

53
53

Lampiran 30. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

53

Lampiran 31. Data Tinggi Kecambah (cm) 9 MST

54

Lampiran 32. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X + 0,5

54

Lampiran 33. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 9 MST

55

Lampiran 34. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 9 MST

55

Lampiran 35. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

55

Lampiran 36. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

55

Lampiran 37. Data Tinggi Kecambah (cm) 10 MST

56

Lampiran 38. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X + 0,5

56

Lampiran 39. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 10 MST

57

Lampiran 40. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 10 MST

57

Lampiran 41. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

57

Lampiran 42. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

57

Lampiran 43. Data Tinggi Kecambah (cm) 11MST

58

Lampiran 44. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 11 MST

58

Lampiran 45. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 11 MST

59

Lampiran 46. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

59

Lampiran 47. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

59

Lampiran 48. Data Tinggi Kecambah (cm) 12 MST

60

Lampiran 49. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 12 MST

60

Lampiran 50. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 12 MST

61

Lampiran 51. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3

61

Lampiran 52. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah

61

Lampiran 53. Daftar nilai baku f pada taraf kritis 5 dan 1 %


untuk anlisis ragam (ANAVA)
Lampiran 54. Nilai-nilai t Untuk Uji BNT
Lampiran 55. Foto-foto Dokumentasi
64

62
63

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pinang sirih merupakan salah satu keluarga palem-paleman yang jenisnya
cukup banyak. Sebagian anggota kerabatnya berpotensi sebagai tanaman hias.
Pinang sirih adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dikenal masyarakat dan tergolong pula sebagai komoditi yang mempunyai
prospek baik untuk terus dilaksanakan upaya pembudidayaannya dalam skala
komersial. Permintaan pinang sirih Indonesia dari konsumen luar negeri, terutama
bijinya yang telah dikeringkan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan
yang cukup besar (Lutony, 1993).
Selain prospektif untuk mata dagangan ekspor, pinang sirih juga dapat
dikategorikan sebagai tanaman perkebunan serbaguna. Bukan hanya bijinya yang
bermanfaat dan dibutuhkan, namun bagian lain dari tanaman pinang sirih dapat
memberikan manfaat tersendiri antara lain sebagai bahan bangunan, bahan
ramuan obat tradisional, bahan baku industri, dan tanaman hias (Lutony, 1993).
Perbanyakan pinang sirih dilakukan dengan biji dari buah yang benarbenar sudah tua. Sejauh ini, usaha dalam perbanyakan pinang sirih untuk
mempercepat proses perkecambahan cukup dilakukan dengan perlakuan
perendaman buah dalam air bersih selama tiga hari tiga malam. Dan jika proses
pembibitan dilakukan dengan cara yang benar, maka dalam waktu 6 minggu biji
baru akan mulai berkecambah dan pada umur 3 bulan tunasnya baru akan muncul.
Biji pinang sirih mengalami masa dormansi yang menyebabkan lamanya
proses perkecambahan. Dormansi yang penyebabnya terletak pada kulit benih
lazim disebut dormansi struktural, salah satu penyebabnya adalah kedapnya kulit
benih terhadap air dan O2, ini dikarenakan kulit benih tersebut terlalu keras,
meliputi gabus atau lilin (Kartasapoetra, 1992).
Dormansi dapat dipecahkan atau sekurang-kurangnya lama dormansi biji
dapat dipersingkat dengan melakukan berbagai perlakuan, salah satu diantaranya
perlakuan perendaman dengan menggunakan bahan kimia misalnya KNO3.

perlakuan perendaman dalam larutan kimia dapat menjadikan kulit biji lebih
mudah dimasuki oleh air pada waktu proses Imbibisi (Sutopo, 2002).
Larutan KNO3 yang dipakai pada penelitian ini dikarenakan telah
diketahui peran KNO3 pada proses perkecambahan yaitu dapat mengaktifkan
enzim-enzim yang berperan dalam pertumbuhan terutama dalam proses awal
perkecambahan.
Dari hasil penelitian Sujarwati dan Santosa (2004), bahwa perlakuan
perendaman biji dalam lumpur dapat meningkatkan persentase perkecambahan
serta pertumbuhan palem jepang. Perendaman biji dalam lumpur dengan
kedalaman 20 cm dan 15 cm memberikan persentase perkecambahan yang lebih
tinggi dibandingkan biji yang direndam pada kedalaman 5 dan 10 cm. Hal ini
menunjukkan kecenderungan bahwa semakin dalam biji direndam maka
persentase perkecambahannya semakin besar.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian tentang
pengaruh perendaman biji dalam KNO3 dan lumpur

sawah terhadap

perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu).


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
adalah:
1. Bagaimana pengaruh perendaman biji dalam larutan kalium nitrat (KNO3)
pada berbagai konsentrasi terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca
catechu)?
2. Bagaimana pengaruh kedalaman perendaman biji dalam lumpur sawah
terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu)?
3. Bagaimana pengaruh interaksi perendaman biji dalam KNO3 dan lumpur
sawah terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu)?
4. Berapa kedalaman optimum dalam perendaman biji dalam lumpur sawah
terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu)?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan antara lain :
1. Mengamati pengaruh perendaman biji dalam larutan kalium nitrat (KNO3)
pada berbagai konsentrasi terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca
catechu).
2. Mengamati pengaruh kedalaman perendaman biji dalam lumpur sawah
terhadap perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu).
3. Mengamati pengaruh interaksi perendaman biji dalam KNO 3 dan lumpur
sawah terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu).
4. Mengetahui kedalaman optimum perendaman dalam lumpur sawah
terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu)
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi kepada petani pinang sirih untuk dapat
mengetahui pengaruh perendaman biji dalam KNO3 dan lumpur sawah
terhadap perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu).
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian
dengan tema yang sama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Pinang Sirih (Areca catechu)
1. Botani
Pinang Sirih termasuk suku Arecaceae (palmae) yang merupakan jenis
tumbuhan monokotil. Tanaman Pinang Sirih ini berasal dari kawasan Asia
Tenggara, yakni dari Filipina. Tetapi sekarang, selain dapat dijumpai dikawasan
Asia Tenggara, sudah menyebar secara luas dari pantai timur sampai kepulauan
Fiji (Lutony, 1993).
Kedudukan tanaman Pinang Sirih dalam sistematika tumbuhan termasuk
kedalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Monokotiledoneae

Ordo

: Arecales

Family

: Arecaceae (Palmae)

Genus

: Areca

Spesies

: Areca catechu

(Anonim, 2006).
2. Morfologi
a) Akar
Pinang sirih mempunyai akar serabut.
b) Batang
Tanaman pinang sirih ini berbatang lurus agak licin dengan tinggi pohon
dapat mencapai 25 meter. Garis tengah batangnya rata-rata 15 cm, tetapi dapat
juga lebih tergantung pada umur serta kesuburan pertumbuhannya.
c) Daun
Bentuk daun dari pinang sirih ini bersirip agak melengkung. Pelepah daun
berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek; helaian daun

panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 kali 5 cm, dengan ujung sobek dan
bergerigi.
d) Bunga
Bunga pinang sirih tersusun dalam suatu bulir berupa tongkol, biasa
muncul dibawah daun yang panjangnya lebih kurang 75 cm. Bunga betina
berwarna hijau, terletak pada bagian pangkal sekitar 15 mm. sebagian besar dari
bunga jantan berwarna ke kuning-kuningan, terdapat pada bagian ujung, panjang
lebih kurang 4 mm. Karena bunga betina terletak dibagian pangkal, maka buahnya
juga hanya dapat dijumpai pada pangkalnya saja.
e) Buah dan Biji
Buah pinang sirih berbentuk telur, berukuran 3,5-7 cm, berwarna hijau
ketika masih muda dan berubah menjadi jingga atau merah kekuning-kuningan
setelah masak. Buah pinang sirih berbiji satu dan mempunyai kulit buah yang
banyak sekali mengandung serat (Lutony, 1993).
2.2 Lingkungan Tumbuh
Tanaman pinang sirih dapat tumbuh di segala jenis tanah pada ketinggian
antar 0-1.400 meter di atas permukaan laut. Tetapi ketinggian idealnya berkisar
antara 0-750 meter di atas permukaan laut. Meskipun pinang sirih dapat tumbuh
pada berbagai jenis tanah, namun supaya pertumbuhannya baik memerlukan tanah
yang banyak mengandung unsur hara serta tidak berbatu atau berkapur.
2.3 Kegunaan Tanaman Pinang Sirih (Areca catechu)
Tanaman

pinang

sirih

(Areca

catechu)

berpotensi

untuk

terus

dikembangkan. Karena kecuali diakui sebagai tanaman obat, pinang sirih juga
mempunyai potensi atau manfaat yang lain dalam berbagai bidang, sehingga
sangat pantas kalau tanaman ini mendapat julukan tanaman serbaguna.
1. Daun
Melalui proses penyulingan, seperti penyulingan dalam pengambilan
minyak atsiri, dari daun pinang sirih akan diperoleh minyak daun pinang sirih.

Minyak ini merupakan obat yang mujarab untuk menyembuhkan gangguan


radang tenggorokan, pangkal tenggorokan dan pembuluh broncial.
Pucuk daun pinang sirih yang masih muda dan rasanya pahit, manjur
untuk mengobati rasa nyeri. Daun pinang sirih juga dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk hijau untuk menyuburkan lahan.
Pelepah daun pinang sirih atau disebut upih yang berwarna putih oleh
masyarakat Jawa Barat (Sunda) biasanya dipakai sebagai bahan pembungkus
makanan ringan seperti wajik (Lutony, 1993).
2. Batang
Batang pinang sirih yang lurus dan panjang baik sekali untuk bahan
bangunan, jembatan dan saluran air. Masyarakat diberbagai daerah sering
memakai batang atau pohon pinang sirih sebagai tiang panjat untuk permainan
rebutan dalam memeriahkan pesta tertentu. Tanaman pinang sirih didaerah
pedesaan umumnya ditanam dipematang sawah atau lereng bukit untuk mencegah
tanah longsor atau berguna sebagai tanda batas pemilikan tanah (Lutony, 1993).
3. Buah dan Biji
Buah atau biji pinang sirih sebagai penyusun ramuan obat telah masuk
dalam daftar prioritas WHO (Word Health Organization) atau Organisasi
Kesehatan Dunia yang bernaung dibawah Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).
Buah atau biji pinang sirih ternyata banyak sekali dipakai untuk ramuan obatobatan di dunia.
Buah atau biji pinang sirih mengandung Arecoline, yaitu suatu senyawa
ester metil-tetrahidrometil nikotinat yang bersifat cholinergic (mampu melepaskan
senyawa asetilcholine yang beredar dalam tubuh sebagai penghubung ujung uraturat syaraf). Arecoline, yang berujud minyak basa keras bersifat racun bagi cacing
pita, apalagi bagi cacing lain yang lebih lembek (Agrina, 2005).
Di India dan Bangladesh, biji pinang sirih selain bisa dipakai untuk
menyirih juga banyak digunakan sebagai makanan suguhan sehari-hari. Di India

para industriawan kecil memanfaatkan sari biji pinang sirih untuk membentuk
warna merah anggur pada kain katun yang biasa dipakai masyarakat.
Kecuali untuk keperluan ramuan obat-obatan, dalam bidang industri pun
buah atau biji pinang sirih mempunyai potensi yang tinggi, antara lain: untuk
ramuan pembuatan sabun, penyamak kulit, pasta gigi, pewarna, kosmetik dan
pembuatan cat atau pernis. Serat kulit buah pinang yang membungkus biji juga
dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan kuas gambar dan kuas alis
(Lutony, 1993).
4. Tanaman hias
Sama halnya dengan tanaman dari family Palmae atau palem-paleman
lainnya, pinang sirih pun mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman hias.
Perawakan pinang sirih sangat bagus untuk dijadikan sebagai bahan
penghias jalan, sebagai tanaman penghijauan, sebagai penghias taman. Pohon
pinang sirih yang tinggi setelah berumur dewasa akan semakin memikat perhatian
karena tanaman ini dapat menambah semaraknya taman.
5. Komoditi ekspor tanaman Pinang Sirih (Areca catechu)
Pinang sirih kini sudah termasuk deretan komoditi non migas yang
diekspor dan telah banyak pula perusahaan atau eksportir yang menekuninya
dengan sungguh-sungguh.
Hal ini terbukti bahwa pasaran komoditi Pinang Sirih ini telah melanglang
buana ke berbagai negara. Saat ini buah pinang sudah menjadi komoditi
perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia selatan
seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang
utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar (Anonim,
2006).

Buah Pinang yang diperdagangkan terutama adalah buah pinang yang


telah dikupas sabuknya, dibelah dan dikeringkan. Di negara-negara importir
tersebut buah pinang diolah menjadi semacam permen sebagai makanan kecil.
Yang dianggap nilai ekonominya sangat komersial dari tanaman pinang sirih
adalah bijinya.
2.4 Dormansi Benih
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada
benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa
tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : Impermeabel
kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap
pengaruh mekanis, embrio yang rudimenter after ripening, dormansi sekunder,
dan bahan-bahan penghambat perkecambahan (Sutopo, 2002).
Dormansi yang penyebabnya terletak pada kulit benih lazim disebut
dormansi struktural, dapat disebabkan oleh :
1.

Kedapnya kulit benih terhadap air atau O2

2.

Adanya zat penghambat

3.

Adanya resistensi mekanis


Kedapnya kulit benih terhadap air atau O2 karena kulit benih tersebut

terlalu keras, meliputi gabus atau lilin. Tentang zat penghambat, dapat berada
disekitar kulit serta dibagian-bagian dalam benih itu, atau menempel pada kulit
(semula zat ini berada dalam daging buah) kerasnya kulit benih menyebabkan
resistensi mekanis, dan ini menyebabkan embrio yang memiliki daya untuk
berkecambah tidak dapat menyobek kulit yang berarti pula tidak dapat keluar
untuk tumbuh sebagaimana mestinya (Kartasapoetra , 1992).
2.5 Pematahan Dormansi Benih

Dipandang dari segi ekonomis terdapatnya keadaan dormansi pada benih


dianggap tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan cara-cara agar
dormansi dapat dipecahkan atau sekurang-kurangnya lama dormansinya dapat
dipersingkat. Salah satu cara yaitu perlakuan dengan menggunakan bahan kimia.
Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada
waktu proses Imbibisi (Sutopo, 2002).
Perendaman /perlakuan dalam larutan KNO3 (Kalium Nitrat) dapat
mempermudah respirasi benih dan akhirnya dapat mempercepat proses
perkecambahan.
Dormansi dapat diatasi kalau kita melakukan berbagai perlakuan
misalnya :I. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi) yaitu dengan cara
menghaluskan kulit benih ataupun menggoreskan kulit benih agar dapat dialalui
air dan udara. II. Melemaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan
demikian terjadi lubang-lubang untuk memudahkan air dan udara melakukan
aliran-aliran yang mendorong perkecambahan. Cara ini diperoleh kalau benih
sebelum ditanam dilakukan perendaman terlebih dahulu secara periodic atau benih
ditempatkan dalam air yang mengalir (Kartasapoetra , 1992).
Faktor lain yang dapat menyebabkan hilangnya dormansi pada benih
tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu :
karena temperatur yang sangat rendah dimusim dingin, hilangnya kemampuan
untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari
mikroorganisme (Sutopo, 2002).
Penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan benih dengan
bahan, misalnya :
-

KNO3 sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat
penerimaan benih akan O2

Selain untuk mengatasi dormansi, juga untuk memulihkan kembali vigor


benih yang telah menurun, digunakan GA

Pengguanaan Cytokinine serta 2,4 D adalah juga dalam mengatasi


masalah dormansi benih

(Kartasapoetra , 1992).

Menurut Saleh (2002), pada penelitian Perlakuan fisik dan Kalium Nitrat
(KNO3) untuk mempercepat perkecambahan benih aren dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan kecambah, bahwa perlakuan fisik dengan penggoresan kulit biji
dapat mempercepat perkecambahan, dan perendaman biji aren dalam larutan
Kalium Nitrat pada konsentrasi 0,5% selama 24 jam memberikan persentase
perkecambahan yang lebih tinggi dibandingkan biji yang direndam pada
konsentrasi 0,3% dan 0,1%.
2.6 Viabilitas Biji
Menurut Sadjad (1980), viabilitas biji adalah daya hidup biji yang
ditunjukkan oleh fenomena pertumbuhan biji atau gejala metabolismenya, dapat
pula ditunjukkan oleh keadaan organel sitoplasma sel atau kromosom. Gejala
pertumbuhan biji yang dimaksud adalah persentase jumlah kecambah normal dari
seluruh biji yang ditanam.
Faktor genetika yang berpengaruh disamping ditentukan oleh susunan
kimia benih yang berhubungan pula dengan jangka waktu benih dapat tahan
hidup. Termasuk sifat genetik adalah sifat ketahanan hidup yang berhubungan
dengan kadar air benih, kegiatan enzim dalam benih dan sifat-sifat fisik maupun
dari kulit benih.
2.7 Metabolisme Perkecambahan Biji
Proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Tahap pertama perkecambahan
dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji, melunaknya kulit biji dan hidrasi
dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzimenzim serta naiknya tingkat respirasi biji. Tahap ketiga adalah assimilasi dari
bahan-bahan yang melarut dan ditranslokasikan ketitik-titik tumbuh. Tahap
keempat adalah assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi didaerah
meristematik

menghasilkan

energi

bagi

kegiatan-kegiatan

pembentukan

komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari
kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada
titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk

fotosintesis maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan


makanan yang ada pada biji (Sutopo, 2002).
Panjang pendeknya akar dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan juga
faktor-faktor luar seperti keras lunaknya tanah, banyak sedikitnya air, jauh
dekatnya air tanah, dan lain sebagainya. Peresapan elemen-elemen oleh ujungujung akar dipengaruhi oleh pelbagai faktor luar seperti temperatur, kabasahan
tanah, ventilasi tanah dan lain-lainnya lagi. Elemen-elemen yang diserap akar itu
tidak dalam bentuk molekul-molekul garam, akan tetapi mereka itu diserap akar
didalam bentuk kation dan anion. Kalau ada kation masuk kedalam akar karena
tarikan oleh suatu anion, maka ada kemungkinan juga suatu anion didalam akar
tertarik keluar oleh suatu anion yang terdapat didalam tanah (Dwidjoseputro,
1983). Misalnya, K+ ion dari garam KNO3 dapat masuk kedalam sel dengan tidak
ditemani oleh NO32-. Masuknya K+ ion kedalam sel dapat disebabkan oleh tarikan
dari OH-, sedang ion-ion H+ yang bersisa kemudian tertarik keluar dan berikatan
dengan NO32- hingga tersusun HNO3 yang kemudian mengakibatkan keasaman
tanah (Sugiyanto, 2008).
2.8 Kriteria Perkecambahan
Menurut Sutopo (2002), kriteria kecambah dikelompokkan menjadi 3
(tiga), yaitu:
1. Kecambah normal
a. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang
baik.
b. Pertumbuhan hipokotil yang baik dan sempurna dengan daun hijau
dan tumbuh baik.
c. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun dan tumbuh
baik.
d. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua
bagi dikotil.
2. Kecambah abnormal

a. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan


akar primer yang pendek.
b. Kecambah yang bentuknya cacat, perkembangan yang kurang
seimbang dari bagian-bagian yang penting.
c. Kecambah yang tidak membentuk klorofil.
d. Kecambah yang lunak.
3. Kecambah mati
Kriteria kecambah ini ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum
berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan,
tetapi bukan dalam keadaan dorman.

2.9 Metabolisme Mikroba Pada Tanah Sawah


Aktivitas mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi
senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi keasaman
dan potensial redoks tanah. Hal ini tergantung pada besarnya nisbah tanah : air
dalam tanah sawah, dapat ditemukannya mikroba obligat aerob (dapat hidup
hanya bila cukup oksigen) obligat anaerob (dapat hidup hanya bila tanpa oksigen),
dan fakultatif anaerob (dapat hidup tanpa atau dengan oksigen) dengan jumlah
yang berbeda.
Rezim air dalam tanah sawah mempengaruhi fungsi metabolisme mikroba
dalam tanah, yang selanjutnya mempengaruhi kesuburan dan proses-proses lain
dalam tanah. Penggenangan pada tanah sawah menghasilkan lingkungan yang
baik untuk mikroba anaerob.
Bila tanah digenangi, mula-mula oksigen diambil oleh organisme aerob
sampai habis sehingga yang dapat berkembang kemudian yakni bakteri anaerob.
Respirasi anaerob menghasilkan energi dan reaksi oksidasi reduksi ketika
senyawa organik kecuali oksigen, bertindak sebagai penerima elektron. Bakteri
anaerobik fakultatif mereduksi nitrat, oksida mangan, oksida ferri, sulfat,
karbonat, dan lain-lain menjadi N2, senyawa Mn2+, Fe2+, sulfida, metana, dan
senyawa-senyawa hasil reduksi lainnya (Hardjowigeno, 2005).

Menurut Sujarwati dan Santosa (2004), dormansi kulit biji yang keras
dapat dipatahkan melalui perusakan kulit biji oleh mikroorganisme yang terdapat
didalam tanah. Pada tanah tergenang (termasuk lumpur) ruang antar partikel jenuh
dengan air, konsentrat oksigen dalam tanah berkurang sehingga hanya
mikroorganisme

anaerob

yang

dapat

tumbuh.

Kondisi

anaerob

sangat

menghambat produksi etilen, karena konversi dari 1-aminocyclopropan 1-carboxil


acid (ACC) menjadi etilen membutuhkan oksigen. Akibatnya akan terjadi
akumulasi ACC selama biji dikenakan pada kondisi anaerob. Pada saat biji
dikembalikan pada kondisi aerob, ACC yang terakumulasi akan dikonversi
menjadi etilen. Peningkatan produksi etilen akan memacu perkecambahan.
2.10 Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis nihil (Ho)

Tidak ada pengaruh perendaman KNO3 terhadap perkecambahan


pinang sirih (Areca catechu).

Tidak ada pengaruh perendaman Lumpur sawah pada kedalaman


tertentu terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu).

Tidak ada pengaruh interaksi perendaman KNO3 dan lumpur sawah


terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu).
b. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada pengaruh perendaman KNO3 terhadap perkecambahan pinang


sirih (Areca catechu).

Ada pengaruh perendaman Lumpur sawah pada kedalaman tertentu


terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu).

Ada pengaruh interaksi perendaman KNO3 dan lumpur sawah


terhadap perkecambahan pinang sirih (Areca catechu).
c. Hipotesis Statistik
Ho : P1= P2= P3= = Pi= 0

H1 : paling sedikit ada sepasang Pi yang tidak sama, atau


Ho : 1= 2= 3= = j
H1 : paling sedikit ada sepasang j yang tidak sama
Ket:

Ho : Hipotesis nihil
H1 : Hipotesis alternatif
Pi : Pengaruh perlakuan ke-i
j : Nilai tengah umum

BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Jurusan Biologi FMIPA
Unimed yang dilanjutkan di Rumah Kaca Jurusan Biologi FMIPA. Dan waktu
penelitian ini diperkirakan akan dimulai bulan Desember 2007 sampai bulan
Maret 2008.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan bibit pinang sirih (Areca
catechu) yang ditanam dengan perlakuan perendaman KNO3 dan perendaman
dalam lumpur sawah
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan bibit
pinang sirih (Areca catechu) yang tumbuh dengan 16 perlakuan dan 3 ulangan,
sehingga keseluruhan sampel berjumlah 48 unit penelitian.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, cangkul, tali
plastik, beaker glass, handsprayer, timbangan, pisau, sarung tangan, penggaris,
benang dan alat lainnya yanng mendukung penelitian ini.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji pinang sirih
(Areca catechu), Kalium Nitrat (KNO3), lumpur sawah, campuran tanah top soil
dan pupuk kandang serta pasir dengan perbandingan 1:1:1, Fungisida Dithane M45, Insektisida Sevin 85 SP, air, dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Rancangan dan Metode Penelitian


15
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 2 faktor. Dan dengan tidak perlakuan sebagai kontrol.
Faktor I :Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) pada perendaman biji pinang
sirih (Areca catechu). Dengan 4 taraf perlakuan yaitu:
A0 = tanpa perendaman
A1 = KNO3 0,1%
A2 = KNO3 0,2%
A3 = KNO3 0,3%
Faktor II :Kedalaman perendaman biji Pinang Sirih (Areca catechu) dalam
lumpur sawah. Dengan 4 taraf perlakuan yaitu:
B0 = 0 cm
B1 = 10 cm
B2 = 20 cm
B3 = 30 cm
Jumlah kombinasi perlakuan = 4x4 = 16 kombinasi
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Kalium Nitrat dan Lumpur Sawah
Konsentrasi
Kedalaman perendaman dalam lumpur sawah (cm)
KNO3 (%)
B0
B1
B2
B3
A0
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Untuk menentukan banyaknya ulangan digunakan rumus :
(t - 1) (n - 1) 15
(16 - 1) (n - 1) 15
15 (n - 1) 15
15n 15 15
15n 15 + 15
15n 30
n2

dimana : t = perlakuan ; n = jumlah ulangan


Jadi untuk memperoleh ketelitian dilakukan ulangan sebanyak 3 kali
sehingga diperoleh 48 unit percobaan.
Adapun Lay-out percobaan adalah :
A2B1

A0B3

A3B3

A1B0

A2B0

A2B1

A3B0

A3B1

A3B3

A3B1

A1B2

A2B2

A2B3

A0B2

A0B0

A1B1

A1B3

A3B2

A0B1

A1B1

A2B2

A2B3

A3B1

A0B2

A1B1

A0B2

A0B2

A2B3

A1B3

A3B2

A0B1

A3B3

A2B0

A0B0

A3B0

A2B1

A0B1

A2B2

A1B0

A0B3

A1B0

A2B0

A1B3

A1B2

A0B0

A3B0

A1B2

A3B2

Keterangan :
A0B0

Tanpa perendaman (normal)

A1B0

Perendaman dalam KNO3 0,1% selama 24 jam

A2B0

Perendaman dalam KNO3 0,2% selama 24 jam

A3B0

Perendaman dalam KNO3 0,3% selama 24 jam

A0B1

Perendaman dalam lumpur sawah dengan kedalaman 10cm

A0B2

Perendaman dalam lumpur sawah dengan kedalaman 20cm

A0B3

Perendaman dalam lumpur sawah dengan kedalaman 30cm

A1B1

Kombinasi A1B0 dengan A0B1

A1B2

Kombinasi A1B0 dengan A0B2

A1B3

Kombinasi A1B0 dengan A0B3

A2B1

Kombinasi A2B0 dengan A0B1

A2B2

Kombinasi A2B0 dengan A0B2

A2B3

Kombinasi A2B0 dengan A0B3

A3B1

Kombinasi A3B0 dengan A0B1

A3B2

Kombinasi A3B0 dengan A0B2

A3B3

Kombinasi A3B0 dengan A0B3

Pelaksanaan Penelitian
1. Penyediaan Biji
-

Buah Pinang Sirih diambil dari pohon yang sudah dewasa dimana buah
yang diambil harus sudah matang yakni yang kulitnya berwarna jingga
atau merah kekuning-kuningan.

Setelah itu, buah direndam didalam air tanpa dikupas kulitnya terlebih
dahulu.

Biji Pinang Sirih tersebut kemudian ditiriskan dan dijemur sampai kering
selama 2 (dua) hari.

Setelah selesai pengeringan kemudian dilakukan perendaman terhadap biji


Pinang Sirih dalam larutan KNO3 (Kalium Nitrat) selama 24 jam dengan
konsentrasi yang sesuai dengan perlakuan.

Biji yang telah selesai direndam kemudian dibilas dengan air selama
beberapa menit untuk menghilangkan larutan Kalium Nitrat (KNO 3) pada
kulit biji dan kulit biji tersebut dikeringkan sebentar.

Setelah pengeringan kemudian dilanjutkan dengan perendaman biji dalam


lumpur sawah dengan kedalaman yang sesuai dengan masing-masing
perlakuan yang telah ditentukan. Perendaman biji dalam lumpur sawah
dilakukan selama 4 (empat) hari.

Setelah perendaman selesai, kemudian dilakukan uji perkecambahan.

2. Penyiapan media perkecambahan


-

Polibag dengan ukuran 5 kg yang telah tersedia

diisi media

perkecambahan yaitu tanah top soil, pupuk kandang dan pasir dengan
perbandingan 1:1:1 sebanyak sepertiga dari ukuran polibag.
-

Sebelum biji atau benih disemaikan kedalam media pekecambahan, media


tersebut terlebih dahulu disiram dengan air sampai basah merata, sehingga
tidak ada genangan air dalam polibag.

Selanjutnya media tersebut disemprot dengan Insektisida Sevin 85 SP dan


Fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 0,1% - 0,2%.

3. Penyemaian biji
-

Biji satu per satu disemaikan kedalam polibag yang sudah berisi media
tanah top soil dengan campuran pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1:1.

4. Pemeliharaan
-

Biji yang dikecambahkan harus dijaga agar tidak mengalami kekeringan


dengan melakukan penyiraman sebanyak 2 (dua) kali sehari pada pagi dan
sore hari.

Penempatan polibag disimpan ditempat yang teduh.

5. Parameter yang diamati


a. Persentase benih yang berkecambah (%)
Persentase benih ini dihitung dari benih yang berkecambah dan dihitung
disetiap perlakuan. Perhitungan persentase benih yang berkecambah dihitung
dengan menggunakan rumus :
% Benih Yang Berkecambah =

Jlh Benih yang berkecambah


x100%
jlh Benih yang diuji

b. Persentase Kecambah Benih yang Normal (%)


Persentase benih ini dihitung dari kecambah normal pada setiap perlakuan.
Perhitungan persentase perkecambahan benih yang normal dihitung dengan
menggunakan rumus :
Jlh Kecambah Normal

% Kecambah Benih Yang Normal = Jlh Benih Yang Diuji x100%

c. Persentase Kecambah Benih Abnormal (%)


Persentase benih ini dihitung dari kecambah abnormal pada setiap
perlakuan. Perhitungan parameter ini dengan menggunakan rumus :
Jlh Benih Abnormal

% kecambah Abnormal = Jlh Benih yang Diuji x100%

d. Laju perkecambahan benih (hari)


Laju perkecambahan merupakan jumlah hari yang dibutuhkan benih untuk
munculnya radikel atau plumae. Perhitungan laju perkecambahan benih ini
dengan menggunakan rumus :
N1 x T1 N n x Tn
Jlh Benih yang Berkecambah

Laju Perkecambahan Benih =


Dimana :

N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu (hari tertentu)


T = Jumlah waktu antara awal dan akhir penelitian dari interval pengamatan
e. Panjang akar (cm)
Pengukuran panjang akar dilakukan setelah tanaman dibongkar atau pada
akhir penelitian. Dan diukur panjang akar primer dari pangkal akar sampai ujung
akar. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan bantuan benang untuk
mendapatkan ukuran yang tepat.
f. Tinggi Kecambah (cm)
Pengukuran tinggi kecambah dilakukan setiap minggu. Dan diukur tinggi
kecambah dari permukaan tanah sampai ujung daun yang paling tinggi dengan
menggunakan alat ukur.
Tekhnik Analisis Data
Penelitian menggunakan RAL faktorial dengan model linier sebagai berikut :
Yij

= + i + j + ()ij + ijk

Dimana :
Yij

= hasil pengamatan pada satuan percobaan yang direndam KNO3 ke-I


dan lumpur sawah ke-j pada ulangan ke-k.

= nilai tengah umum.

= pengaruh perendaman KNO3 pada taraf ke-i

= pengaruh kedalaman perendaman lumpur sawah pada taraf ke-j

()ij

= pengaruh interaksi pada satuan percobaan yang direndam KNO3


konsentrasi ke-i dan lumpur sawah kedalaman ke-j pada ulangan ke-k.

ijk

= pengaruh galat pada satuan percobaan yang direndam KNO3 dengan


konsentrasi ke-i dan lumpur sawah kedalaman ke-j pada ulangan ke-k.

(Yitnosumarto, 1993).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan Analisis
Varians (ANAVA) dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2. Analisis Varians
Sumber
keragaman

Derajat
bebas

Jumlah
kuadrat

Kuadrat tengah

Perlakuan

(t-1)

JK P

Faktor
KNO3 (A)

(a-1)

JK A

JKP
(t 1)
JK A
2
S1
g 1

Faktor
Lumpur
sawah (B)
Faktor AB

(b-1)

JK B

(a-1)(b-1)

JK AB

S2
2

S3

JK B
b 1

F
hitung

F0 , 05 F0 , 01

S1
S2
2
S2
S2

2
JK AB
S3
( a 1)(b 1) 2

Galat

ab(n-1)

Total

JK Galat

JK Galat
S2
ab( n 1)

JKT

Untuk perhitungan analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai


berikut :
1. Faktor Koreksi (FK)
FK =

Yijk 2
abn

2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

a b n

JKT =

Yijk 2 FK

i l j l k l

3. Jumlah Kuadrad Perlakuan (JKP)

Y FK
JKP
2
ij

4. Jumlah Kuadrat KNO3 (A)

Yijk 2
JKA =
FK
i l
bn
a

5. Jumlah Kuadrad Lumpur sawah (B)

Yijk 2
JKB =
FK
j l
an
b

6. Jumlah Kuadrat Interaksi AB


JKAB = JK Perlakuan JK KNO3 JK Lumpur sawah
7. Jumlah Kuadrad Galat
JKG = JK Total JK Perlakuan
8. Derajat Bebas (db)
db KNO3

= a-1

db Lumpur sawah

= b-1

db KNO3 dan Lumpur sawah = (a-1) (b-1)


db Galat

= ab (n-1)

9. Kuadrad Tengah (KT)


KT KNO3

JKA
a 1

KT Lumpur Sawah

JKB
b 1

KT AB

JK AB
a 1 b 1

KT Galat

= ab n 1

JK G

10. f hitung :
KT A

f hitung A

= KT G

f hitung B

= KT G

KT B

f hitung AB

KT AB

= KT G

Jika dari pengujian hipotesis terdapat F hitung lebih besar dari pada Ftabel,
maka beda nyata dapat dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
= 5% dengan cara menghitung kesalahan standard dari masing-masing rataan
perlakuan dengan rumus :
BNT = ta (db galat) x

2S 2
ulangan

Dimana :
S2 = Kuadrad Tengah Galat (KTG)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
4.1.1. Pengaruh Kalium Nitrat Terhadap Tiap Parameter
1. Laju Perkecambahan Benih
Dari hasil pengamatan rata-rata laju perkecambahan benih apat dilihat
pada lampiran 2 dan analisis varians terdapat pada lampiran 3.
Dari hasil analisis varians diketahui bahwa perendaman biji dalam kalium
nitrat berpengaruh sangat nyata terhadap laju perkecambahan benih.
Dari hasil pengamatan diperoleh uji beda rataan pengaruh perendaman biji
dalam kalium nitrat terhadap laju perkecambahan benih yang tertera pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.1. Hasil Uji Beda Laju Perkecambahan Benih Pada Perlakuan Berbagai
Konsentrasi Kalium Nitrat
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
Total
Rataan

B0
154
154
175
154
637
159,25 a

B1
126
147
140
147
560
140,00 b

B2
126
119
133
154
532
133,00 c

B3
105
133
133
133
504
126,00 d

Total
511
553
581
588
2233
558,25

Rataan
127,75 c
138,25 b
145,25 a
147,00 a
558,25
139,56

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05.

24

Untuk melihat secara jelas pengaruh kalium nitrat pada parameter


laju perkecambahan benih dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Kalium Nitrat Terhadap Parameter Laju


Perkecambahan Benih
2. Panjang Akar (cm)
Dari hasil pengamatan rata-rata panjang akar dapat dilihat pada lampiran 8
dan analisis varians terdapat pada lampiran 9.
Dari hasil analisis varians diketahui bahwa perendaman biji dalam kalium
nitrat berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar.
Dari hasil pengamatan diperoleh uji beda rataan pengaruh perendaman biji
dalam kalium nitrat terhadap panjang akar yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Hasil Uji Beda Panjang Akar Pada Perlakuan Berbagai Konsentrasi
Kalium Nitrat
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
Total
Rataan

B0
51,8
39,4
40,9
43,3
175,4
43,85 a

B1
50,3
45,2
51,1
42,8
189,4
47,35 a

B2
48,5
47,4
48,7
45,6
190,2
47,55 a

B3
61,7
48,0
43,0
42,1
194,8
48,70 b

Total
212,3
180,0
183,7
173,8
749,8
187,45

Rataan
53,08 a
45,00 b
45,93 b
43,45 c
187,45
46,86

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05.

Untuk melihat secara jelas pengaruh kalium nitrat pada parameter panjang
akar dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Kalium Nitrat Terhadap Parameter


Panjang Akar
3. Tinggi Kecambah (cm)
Dari hasil pengamatan rata-rata tinggi kecambah dapat dilihat pada
lampiran 48 dan analisis varians terdapat pada lampiran 49.
Dari hasil analisis varians diketahui bahwa perendaman biji dalam kalium
nitrat berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi kecambah.
Dari hasil pengamatan diperoleh uji beda rataan pengaruh perendaman biji
dalam kalium nitrat terhadap tinggi kecambah yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Hasil Uji Beda Tinggi Kecambah Pada Perlakuan Berbagai
Konsentrasi Kalium Nitrat
Perlakuan
A0
A1
A2
A3
Total
Rataan

B0
80,5
53,5
38,4
50,2
222,60
55,65 a

B1
76,6
62,6
79,7
69,0
287,90
71,98 b

B2
77,2
81,9
72,9
53,6
285,60
71,40 b

B3
117,7
73,6
79,1
74,3
344,70
86,18 c

Total
352,0
271,6
270,1
247,1
1140,80
285,20

Rataan
88,00 a
67,90 b
67,53 b
61,78 c
285,20
71,30

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05.

Untuk melihat secara jelas pengaruh kalium nitrat pada parameter tinggi
kecambah 12 MST dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.3. Grafik Pengaruh Kalium Nitrat Terhadap Parameter


Tinggi Kecambah Umur 12 MST

4.1.1. Pengaruh Lumpur sawah Terhadap Tiap Parameter


1. Laju Perkecambahan Benih
Dari hasil pengamatan rata-rata laju perkecambahan benih dapat dilihat
pada lampiran 2 dan analisis varians terdapat pada lampiran 3.
Dari hasil analisis varians diketahui bahwa perendaman biji dalam Lumpur
sawah berpengaruh sangat nyata terhadap laju perkecambahan benih.
Dari hasil pengamatan diperoleh uji beda rataan pengaruh perendaman biji
dalam Lumpur sawah terhadap laju perkecambahan benih yang tertera pada tabel
dibawah ini.

Tabel 4.4. Hasil Uji Beda Laju Perkecambahan Benih Pada Perlakuan Berbagai
Kedalaman Lumpur Sawah
Perlakuan
B0
B1
B2
B3
Total
Rataan

A0
154
126
126
105
511
127,75 c

A1
154
147
119
133
553
138,25 b

A2
175
140
133
133
581
145,25 a

A3
154
147
154
133
588
147,00 a

Total
637
560
532
504
2233
558,25

Rataan
159,25 a
140,00 b
133,00 c
126,00 d
558,25
139,56

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05.

Untuk melihat secara jelas pengaruh Lumpur sawah pada parameter laju
perkecambahan benih dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Lumpur Sawah Terhadap Parameter Laju


Perkecambahan Benih
2. Tinggi Kecambah (cm)
Dari hasil pengamatan rata-rata tinggi kecambah dapat dilihat pada
lampiran 48 dan analisis varians terdapat pada lampiran 49.
Dari hasil analisis varians diketahui bahwa perendaman biji dalam Lumpur
sawah berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi kecambah.
Dari hasil pengamatan diperoleh uji beda rataan pengaruh perendaman biji
dalam Lumpur sawah terhadap tinggi kecambah yang tertera pada tabel dibawah
ini.

Tabel 4.5. Hasil Uji Beda Tinggi Kecambah Pada Perlakuan Berbagai Kedalaman
Lumpur Sawah.
Perlakuan
B0
B1
B2
B3
Total
Rataan

A0
80,52
76,60
77,20
117,70
352,00
88,00 a

A1
53,50
62,60
81,90
73,60
271,60
67,90 b

A2
38,40
79,70
72,90
79,10
270,10
67,53 b

A3
50,20
69,00
53,60
74,30
247,10
61,78 c

Total
222,60
287,90
285,60
344,70
1140,80
285,20

Rataan
55,65 c
71,98 b
71,40 b
86,18 a
285,20
71,30

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05.

Untuk melihat secara jelas pengaruh Lumpur sawah pada parameter tinggi
kecambah 12 MST dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.5. Grafik Pengaruh Lumpur Sawah Terhadap Parameter


Tinggi Kecambah Umur 12 MST

4.1.3. Pengaruh Interaksi Kalium Nitrat (KNO3) dan Lumpur Sawah


Terhadap Tiap Parameter
Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi antara Kalium Nitrat (KNO3)
dan lumpur sawah memberi pengaruh yang tidak nyata pada setiap parameter
pengamatan.

4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman biji Pinang Sirih (Areca
catechu) dalam larutan Kalium Nitrat (KNO3) dengan berbagai konsentrasi
berbeda dan perendaman dalam lumpur sawah dengan kedalaman tertentu
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap parameter laju
perkecambahan benih, tinggi kecambah dan panjang akar. Sedangkan untuk
parameter persentase benih yang berkecambah, persentase kecambah benih
normal dan persentase kecambah benih abnormal berpengaruh tidak nyata.
4.2.1. Pengaruh Perendaman Larutan Kalium Nitrat (KNO3) Terhadap
Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu).
Hasil analisis menunjukkan bahwa perendaman biji dalam larutan Kalium
Nitrat (KNO3) berpengaruh sangat nyata terhadap parameter laju perkecambahan
benih (lampiran 2), panjang akar (lampiran 8), tinggi kecambah (lampiran 48).
Dari uji rataan, perendaman dalam larutan Kalium nitrat (KNO3) pada
konsentrasi A0 (0 gr/L) sampai konsentrasi A3 (3 gr/L) berpengaruh sangat nyata
terhadap laju perkecambahan benih. Pada konsentrasi KNO3 2 gr/L benih lebih
cepat berkecambah, hal ini dikarenakan fungsi Kalium pada kalium nitrat yang
dapat mengaktifkan enzim dalam perkecambahan, juga dapat memudahkan
penyerapan O2 dalam proses respirasi benih. Pada laju perkecambahan, angka laju
perkecambahan besar apabila jumlah hari yang diperlukan untuk berkecambah
juga besar. Sebaliknya angka laju perkecambahan kecil apabila sedikit jumlah hari
yang diperlukan untuk berkecambah (Kamil, 1982). Dalam arti lain, semakin
cepat laju perkecambahan benih maka semakin sedikit jumlah hari yang

dibutuhkan untuk munculnya

perkecambahan. Dan semakin lama laju

perkecambahan benih maka semakin banyak jumlah hari yang dibutuhkan benih
untuk berkecambah.
Dari uji rataan, perendaman dalam larutan Kalium Nitrat (KNO 3) pada
konsentrasi A0 (0 gr/L) sampai konsentrasi A3 (3 gr/L) berpengaruh sangat nyata
terhadap panjang akar. Pada konsentrasi A1 (1 gr/L) mengalami penurunan pada
panjang akar. Hal ini diduga karena perendaman biji pada konsentrasi KNO 3 2
gr/L sudah mampu merangsang proses perkecambahan yang dimulai dari
pembentukan akar, dan penurunan konsentrasi akan berpengaruh terhadap
penurunan parameter panjang akar tersebut. Dimana menurut Saleh (2002), bahwa
perendaman biji dalam larutan Kalium Nitrat dapat memberikan persentase
perkecambahan yang tinggi terhadap biji aren. Panjang akar dipengaruhi oleh laju
perkecambahan benih dimana laju perkecambahan benih merupakan jumlah hari
yang dibutuhkan untuk munculnya akar. Hal ini berarti semakin kecil laju
perkecambahan benih terjadi maka akan semakin cepat pula munculnya akar dan
dengan demikian perkembangan akar akan lebih cepat dan akan dihasilkan
panjang akar yang tinggi (Kamil, 1992).
Dari uji rataan, perendaman dalam larutan Kalium nitrat (KNO3) pada
konsentrasi A0 (0 gr/L) sampai konsentrasi A3 (3 gr/L) berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi kecambah. Ini dapat dilihat dari fungsi unsur kalium bagi tanaman
yaitu membantu didalam proses kimia tanaman seperti proses pengeluaran enzimenzim yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dengan subur. Tampaknya
tinggi kecambah ada korelasinya dengan pengamatan panjang akar. Setelah akar
terbentuk maka akar akan mensuplai unsur-unsur dari tanah, yang kemudian akan
digunakan untuk pembentukan organ-organ baru seperti batang dan daun.
Semakin cepat munculnya akar dan semakin baik pertumbuhannya maka akan
semakin cepat pula perkembangan batang dan juga daun

tersebut. Pada

perkembangan batang akan semakin cepat pertambahan ukuran dan tingginya.


Perendaman dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering dilakukan
untuk memecahkan dormansi pada biji yang bertujuan melunakkan kulit biji agar
biji lebih mudah menyerap air (Kartasapoetra, 1992). Seperti juga menurut Sutopo

(2002), bahwa dormansi dapat dipecahkan dengan berbagai perlakuan, salah satu
diantaranya perlakuan perendaman dengan bahan kimia misalnya KNO3 (2 gr/L),
karena dapat mempermudah proses Imbibisi. Selain itu menurut Rismunandar
(1984), bahwa air merupakan faktor lingkungan yang sangat diperlukan dalam
perkecambahan. Kehadiran air sangat dibutuhkan bagi biji yang sedang
berkecambah. Fungsi air ini dapat mengaktifkan seluruh proses metabolisme
didalam biji, seperti respirasi dan aktivitas enzim.
Unsur K dari KNO3 sangat berperan aktif dalam mempercepat proses
respirasi. K+ ion dari garam KNO3 dapat masuk kedalam sel dengan tidak
ditemani oleh NO32-. Masuknya K+ ion kedalam sel dapat disebabkan oleh tarikan
dari OH-, sedang ion-ion H+ yang bersisa kemudian tertarik keluar dan berikatan
dengan NO32- hingga tersusun HNO3 yang mengakibatkan kondisi menjadi asam,
hai ini menyebabkan O2 dapat dengan mudah masuk melalui kulit benih
(Sugiyanto, 2008).
4.2.2. Pengaruh Perendaman Lumpur Sawah Terhadap Perkecambahan
Pinang Sirih (Areca catechu)
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perendaman biji
dalam lumpur sawah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter laju
perkecambahan benih (tabel 4.2) dan parameter tinggi kecambah (tabel 4.8).
Dari uji rataan, perendaman dalam lumpur sawah pada kedalaman B0
(0cm) sampai kedalaman B3 (30 cm) berpengaruh sangat nyata terhadap laju
perkecambahan benih. Pada kedalaman B0 (0 cm) menunjukkan laju
perkecambahan yang cukup besar dan pada kedalaman B3 (30 cm) angka laju
perkecambahan cukup kecil. Pada kedalaman lumpur 30 cm dapat mempercepat
perkecambahan, hal ini disebabkan karena perendaman biji dalam lumpur sawah
pada kedalaman 30cm menyebabkan biji menjadi lebih mudah menyerap air.
Seperti yang dikatakan Sujarwati dan Santosa (2004), bahwa kondisi anaerob
yang

dialami

biji

selama

proses

perendaman

dapat

memicu

proses

perkecambahan. Hal ini memperkuat asumsi bahwa semakin dalam perendaman


biji dalam lumpur maka semakin cepat terjadi perkecambahan, sehingga faktor

yang lebih berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan adalah kedalaman


perendaman.
Dari uji rataan, perendaman dalam lumpur sawah pada kedalaman B0
(0cm) sampai kedalaman B3 (30 cm) berpengaruh sangat nyata terhadap
parameter tinggi kecambah. Pada kedalaman 30 cm menunjukkan tinggi
kecambah dengan nilai tertinggi. Dapat dilihat bahwa semakin dalam perendaman
biji dalam lumpur maka semakin cepat terjadi perkecambahan dan semakin
meningkat pertambahan tinggi kecambahnya.
Perendaman biji dalam lumpur sawah memberikan pengaruh yang positif
terhadap perkecambahan pinang sirih. Hal ini terlihat dengan meningkatnya
kecepatan perkecambahan benih.
Biji pinang sirih mengalami masa dormansi yang menyebabkan lamanya
proses perkecambahan. Dimana penyebab dormansi tersebut terletak pada kulit
benih yang keras menyebabkan kedapnya kulit benih terhadap air dan O 2. Menurut
Sujarwati dan Santosa (2004), dormansi kulit biji yang keras dapat dipatahkan
melalui perusakan kulit biji oleh mikroorganisme yang terdapat didalam tanah.
Pada tanah tergenang (termasuk lumpur) ruang antar partikel jenuh dengan air,
konsentrat oksigen dalam tanah berkurang

sehingga hanya mikroorganisme

anaerob yang dapat tumbuh. Kondisi anaerob sangat menghambat produksi etilen,
karena konversi dari 1-aminocyclopropan 1-carboxil acid (ACC) menjadi etilen
membutuhkan oksigen. Akibatnya akan terjadi akumulasi ACC selama biji
dikenakan pada kondisi anaerob. Pada saat biji dikembalikan pada kondisi aerob,
ACC yang terakumulasi akan di konversi menjadi etilen. Peningkatan produksi
etilen akan memacu proses perkecambahan. Etilen dihasilkan oleh bakteri
pembentuk spora dalam keadaan anaerobic yaitu Azotobacter yang merupakan
pengatur kegiatan mikroba dalam tanah berkaitan dengan transformasi bahan
organik dan ketersediaan hara tanaman (Hardjowigeno, 2005). Azotobacter
diketahui pula mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif dapat
meningkatkan

perkecambahan

(Wedhastri, 2002).

biji,

tegakan

dan

pertumbuhan

tanaman

Pada perendaman dengan lumpur sawah menunjukkan kecenderungan


bahwa semakin dalam biji direndam maka persentase perkecambahannya semakin
besar. Perbedaan kedalaman berakibat pada ketersediaan oksigen. Semakin dalam
perendaman, kondisi semakin anaerob dan kondisi ini yang nantinya akan dapat
memacu perkecambahan.
4.2.3. Pengaruh Interaksi Kalium Nitrat (KNO3) dan Lumpur Sawah
Terhadap Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)
Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi antara Kalium Nitrat (KNO3)
dan lumpur sawah memberi pengaruh yang tidak nyata pada setiap parameter
pengamatan. Hal ini disebabkan karena Kalium nitrat (KNO3) dan lumpur sawah
memiliki sifat dan fungsi yang berbeda pada fisiologi tanaman. Kalium nitrat
(KNO3) merupakan sumber alami mineral dimana unsur Kalium yang terdapat
didalamnya sangat berperan aktif sebagai hormon yang dapat merangsang
pertumbuhan karena dapat mengaktifkan enzim-enzim yan diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman (http://www.tanindo.com). Sedangkan lumpur sawah
merupakan zat organik kompleks yang sangat baik digunakan dalam proses
mempercepat perkecambahan. Menurut Sujarwati dan Santosa (2004), diduga
mikroorganisme yang terdapat didalam lumpur turut berperan dalam pematahan
dormansi biji palem.
KNO3 dan lumpur sawah merupakan komponen yang berbeda, oleh sebab
itu jika keduanya dikombinasikan maka tidak akan menghasilkan interaksi yang
positif pada tanaman.
Perlakuan perendaman dalam larutan Kalium Nitrat (KNO3) dan lumpur
sawah berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih berkecambah, dimana
nilai persentase benih berkecambah tertinggi dan terendah tidak diperoleh dalam
penelitian ini. Karena seluruh benih yang diuji mempunyai potensi untuk
berkecambah. Berkecambah dan tidaknya suatu benih yang diuji berpengaruh
pada benih yang dipakai. Dimana benih yang dipakai tersebut telah lulus uji mutu
benih berkecambah. Uji mutu benih dapat dilakukan dengan memperhatikan
morfologi luar dari pada benih tersebut, yakni : sudah cukup tua dan dari pohon

yang sudah tua, ukurannya seragam, bentuk tidak cacat, warna kuning kemerahan.
Karena sudah melewati uji mutu benih maka dapat dipastikan daya hidup benih
cukup besar oleh sebab itu dalam hal ini tidak akan berpengaruh pada parameter
yang diamati.
Perlakuan perendaman dalam Kalium Nitrat (KNO3) dan lumpur sawah
berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah benih normal dan
persentase kecambah benih abnormal. Hal ini juga dipengaruhi oleh kualitas
benih yang di pakai sudah melewati uji mutu benih. Dan dalam penelitian ini
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dilakukan di Rumah
Kaca, dimana kondisi lingkungan tumbuh, temperatur, intensitas cahaya,
kelembaban, dan lain-lain menjadi terkontrol. Dalam penelitian ini perawatan
yang intensif juga telah dilakukan seperti penyemprotan hama, pemberian
fungisida dan insektisida. Seperti yang dikatakan Sutopo (2002), bahwa kecambah
abnormal ini dapat terjadi akibat adanya serangan dari patogen ataupun
mikroorganisme. Sehingga dari perawatan yang dilakukan dengan begitu peluang
benih untuk tumbuh secara normal cukup besar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan Pengaruh Perendaman Biji Dalam Larutan Kalium
Nitrat (KNO3) dan Lumpur Sawah Terhadap Perkecambahan Pinang Sirih (Areca
catechu) yaitu:
1. Perlakuan perendaman biji dalam larutan Kalium nitrat (KNO 3) pada
berbagai konsentrasi berpengaruh sangat nyata terhadap parameter laju
perkecambahan benih, panjang akar, tinggi kecambah.
2. Perlakuan perendaman biji dalam lumpur sawah berpengaruh sangat nyata
terhadap parameter laju perkecambahan benih dan tinggi kecambah.
3. Interaksi antara perendaman biji dalam Kalium nitrat (KNO 3) dan lumpur
sawah menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada setiap parameter
pengamatan.
4. Kedalaman optimum perendaman dalam lumpur sawah terhadap
perkecambahan pinang sirih (Areca catechu) yaitu 30 cm.
5.2. Saran
1.

Perlu

dilakukan

penelitian

lanjutan

untuk

mendapatkan hasil perendaman biji pinang sirih (Areca catechu) dengan


larutan Kalium Nitrat (KNO3) dan lumpur sawah yang lebih baik lagi.
2. Agar peneliti selanjutnya dianjurkan meningkatkan konsentrasi Kalium
Nitrat (KNO3) pada perlakuan perendaman biji.

36

DAFTAR PUSTAKA
Agrina, (2005), Pinang Luar Biasa Khasiatnya, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Anonim, (2006), Pokok Pinang (Areca catechu L.), http://www.wikipedia.go.id
(Di askses 11 Oktober 2007)
Anonim, (2008), Pengaruh Unsur Esensial Terhadap Pertumbuhan Tanaman,
http://www.tanindo.com (Di akses 12 Mei 2008)
Dwidjoseputro, D., (1983), Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta
Hardjowigeno, S., dan Rayes, L., (2005), Tanah Sawah, Bayumedia, Bogor
Justice, O. L., dan Bass, L. N., (2002), Prinsip & Praktek Penyimpanan Benih,
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kamil, J., (1982), Teknologi Benih 1, PT Angkasa Raya, Padang
Kartasapoeta, A. G., (1992), Teknologi Benih, Rineka Cipta, jakarta
Lutony, T, L., (1993), Pinang Sirih, Kanisius, Yogyakarta
Mahdalena, M., (2007), Respon Perkecambahan Biji Aren (Arenga pinnata)
Terhadap Lama Perendaman Dengan Asam Nitrat, Skripsi, Fakultas MIPA
UNIMED, Medan
Rismunandar, (1984), Fungsi Air dan Kegunaannya Bagi Pertanian, Sinar Baru,
Bandung
Sadjad, S., (1980), Proses Metabolisme Perkecambahan Benih, Capita Selekta.
Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian IPB, Bogor
Saleh, M.S., (2002), Perlakuan Fisik dan Kalium Nitrat untuk Mempercepat
Perkecambahan Benih Aren dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan
Kecambah, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Sastrosupadi, A., (2000), Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian,
Kanisius, Yogyakarta
Sugiyanto,
E.,
(2008),
Penyerapan
Unsur
Hara
http://ediskoe.blogspot.com (Di akses 27 April 2008)

Oleh

Akar,

Sujarwati dan Santosa, (2004), Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Jepang


(Actinophleous macarthurii Becc.) Akibat Perendaman Biji Dalam Lumpur,
Fakultas Biologi Univeritas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sutopo, L., (2002), Teknologi Benih, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Wedhastri, S., (2002), Isolasi Dan Seleksi Azotobacter spp Penghasil Faktor
Tumbuh Dan Penambat Nitrogen Dari Tanah Asam, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yitnosumarto, S., (1993), Percobaan, Perancangan,
Interprestasinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Analisis

dan

Lampiran 1. Bagan Penelitian


A2B1

A3B3

A1B3

A0B3

A3B1

A3B2

A3B3

A1B2

A0B1

A1B0

A2B2

A1B1

A2B0

A2B3

A2B2

A2B3

A0B2

A2B3

A3B0

A0B0

A3B1

A3B1

A1B1

A0B2

A0B1

A1B0

A2B0

A2B2

A2B0

A0B0

A1B2

A1B3

A3B0

A0B2

A2B1

A2B1

A3B2

A3B0

A3B3

A1B3

A0B1

A0B3

A0B0

A3B2

A1B0

A1B1

A0B3

A1B2

Lampiran 2. Data Laju Perkecambahan Benih (hari)


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

Ulangan
I
II
49
56
42
42
35
42
35
35
49
56
49
49
42
42
42
42
70
56
49
42
49
42
42
49
49
49
49
49
56
49
49
42
756
742
47,25
46,38

III
49
42
49
35
49
49
35
49
49
49
42
42
56
49
49
42
735
45,94

Total

Rataan

154
126
126
105
154
147
119
133
175
140
133
133
154
147
154
133
2233
139,56

51,33
42
42
35
51,33
49
39,67
44,33
58,33
46,66
44,33
44,33
51,33
49
51,33
44,33
744,33
46,52

Lampiran 3. Hasil Analisis Varians Laju Perkecambahan Benih (hari)


Sumber Keragaman

Derajat
Jumlah
Bebas
Kuadrat
Perlakuan
15
1452,65
Faktor KNO3 (A)
3
305,23
Faktor Lumpur (B)
3
819,73
Faktor KNO3 dan 9
327,69
Lumpur (AB)
Galat
32
653,33
Total
47
2105,98
Keterangan: ** = Sangat Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata

Kuadrat
Tengah
96,84
101,74
273,24
36,41
20,42

F hitung

F0,05

F0,01

4,74 **
4,98 **
13,38 **
1,78 tn

3,435
3,04
3,04
3,35

4,595
4,06
4,06
4,45

Lampiran 4. Rataan Laju Perkecambahan Benih


Faktor
A
Level
A0
A1
A2
B0
154
154
175
B1
126
147
140
B
B2
126
119
133
B3
105
133
133
Total
511
553
581
Rataan 127,75 138,25 145,25

A3
154
147
154
133
588
147,00

Lampiran 5. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)


Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A3
A2
A1
A3
147,00
A2
145,25
1,75 tn
*
A1
138,25
8,75
7,00 *
A0
127,75
19,25 *
17,50 *
10,5 *

Total
637
560
532
504
2233
558,25

A0

Rataan
159,25
140
133
126
558,25
139,56

Notasi

a
a
b
c
BNT (0,05) = 3,767

Lampiran 6. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)


Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B0
B1
B2
B3
B0
159,25
a
B1
140,00
19,25
b
B2
133,00
26,25
7,00
c
B3
126,00
33,25
14,00
7,00
d
BNT (0,05) = 3,767

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Laju Perkecambahan Benih


1. Factor Koreksi (FK)
FK =
=

Yij2
axbxn
2233 2
4 x4 x4

4986289
48

= 103881,02

2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)


a

JKT =

Y
i l

j l k l

2
ijk

FK

= (492 + 562 ++422) - FK


= 105987 103881,02
= 2105,98
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP =
=
=

Y FK
2
ij

154

316001
103881,02
3

= 1452,65
4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JK Total JK Perlakuan
= 2105,98 1452,65
= 653,33

126 2 ... 133 2


103881,02
3

5. Jumlah Kuadrat KNO3 (JK A)


JK A =

Yijk2

bxn FK
i l

5112 553 2 5812 588 2


103881,02
4 x3

1250235
103881,02
12

= 104186,25 103881,02
= 305,23
6. Jumlah Kuadrat Lumpur Sawah (JK B)
JK B =

Yijk2

a x n FK
j l

637 2 560 2 532 2 504 2


103881,02
4 x3

1256409
103881,02
12

= 104700,75 103881,02
= 819,73
7. Jumlah Kuadrat KNO3 dan Lumpur Sawah (JK AB)
JK AB = JK Perlakuan JK KNO3 JK Lumpur Sawah
= 1452,65 305,23 819,73
= 327,69
8. Derajat Bebas (db)
db KNO3

=a1
=41

=3

db Lumpur Sawah = b 1
=41

=3

db KNO3 dan Lumpur Sawah = (a-1) (b-1)


= (4-1) (4-1) = 9
db Galat

= ab (n-1)
= 4 x 4 (3-1) = 32

9. Kuadrat Tengah (KT)


KT KNO3

JK A

= a 1
=

305,23
4 1

= 101,74

JK B

KT Lumpur Sawah = b 1
=

819,73
4 1

= 273,24

KT KNO3 dan Lumpur Sawah =


=
KT Galat

JK AB
a 1 b 1

327,69
4 1 4 1 = 36,41

JK G

= ab n 1
=

140,09
15,62

= 20,42

10. f hitung
KT A

f hitung A = KT G
KT B

f hitung B = KT G
KT AB

f hitung AB= KT G

101,74

= 20,42

273, 24

= 20,42
36,41

= 20,42

= 4,98
= 13,38
= 1,78

11. Beda Nyata Terkecil (BNT)


BNT ()

=t

db Galat x
2

2 KTG
n

Beda Nyata Terkecil (BNT) Faktor KNO3 (A) :

= t 2 db Galat x

BNT ()

= t (0,05) (32) x

2 KTG
n xb

2 20,42
3x4

= 2,042 x 1,845
= 3,767
Beda Nyata Terkecil (BNT) Faktor Lumpur Sawah (B) :

= t 2 db Galat x

BNT ()

= t (0,05) (32) x

2 KTG
n xa

2 20,42
3x4

= 2,042 x 1,845
= 3,767
12. Koefisien Keragaman (KK)
KK =
=

KT G
Y

x 100%

20,42
x 100%
139,56

= 3,22 %

(Perhitungan Teliti)

Lampiran 8. Data Panjang Akar (cm)


Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
18,7
16,9
18,2
20,5
11,8
11,5
14,8
16,7
12,2
17,8
16
15,5
14
13,2
14,6
15,6
248
15,5

II
14,7
17,1
16,8
19
13,8
17,5
19
17,1
12,5
18
17,1
15
14,5
12,8
16,1
13,1
254,1
15,88

III
18,4
16,3
13,5
22,2
13,8
16,2
13,6
14,2
16,2
15,3
15,6
12,5
14,8
16,8
14,9
13,4
247,7
15,48

51,8
50,3
48,5
61,7
39,4
45,2
47,4
48
40,9
51,1
48,7
43
43,3
42,8
45,6
42,1
749,8
46,86

17,27
16,77
16,17
20,57
13,13
15,07
15,8
16
13,63
17,03
16,23
14,33
14,43
14,27
15,2
14,03
249,93
15,62

Lampiran 9. Hasil Analisis Varians Panjang Akar


Derajat
Jumlah
Bebas
Kuadrat
Perlakuan
15
148,11
Faktor KNO3 (A)
3
72,78
Faktor Lumpur (B)
3
17,55
Faktor KNO3 dan 9
57,78
Lumpur (AB)
Galat
32
106,51
Total
47
245,62
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata
Sumber Keragaman

* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata

Kuadrat
Tengah
9,87
24,26
5,85
6,42
3,33

F hitung
2,97 tn
7,29 **
1,76 tn
1,93 tn

F0,05

F0,01

3,435
3,04
3,04
3,35

4,595
4,06
4,06
4,45

Lampiran 10. Rataan Panjang Akar (cm)


Faktor
Level
A0
A1
B0
51,8
39,4
B1
50,3
45,2
B
B2
48,5
47,4
B3
61,7
48,0
Total
212,3 180,0
Rataan 53,08 45,00

A
A2
40,9
51,1
48,7
43,0
183,7
45,93

A3
43,3
42,8
45,6
42,1
173,8
43,45

Lampiran 11. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)


Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A2
A1
A0
53,08
A2
45,93
7,15*
*
A1
45,00
8,08
0,93tn
*
*
A3
43,45
9,63
2,48
1,55*

Total
175,4
189,4
190,2
194,8
749,8
187,45

A3

Rataan
43,85
47,35
47,55
48,70
187,45
46,86

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 1,521

Lampiran 12. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B2
B1
B0
B3
48,70
a
tn
B2
47,55
1,15
a
B1
47,35
1,35 tn
0,20 tn
a
*
*
*
B0
43,85
4,85
3,70
3,50
b
BNT (0,05) = 1,521

Lampiran 13. Data Tinggi Kecambah (cm) umur 6 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
0.00
0.00
0.30
1.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.40
0.087

Ulangan
II
0.00
0.00
0.00
0.20
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.20
0.012

III
0.00
0.00
0.00
1.30
0.00
0.00
0.80
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.10
0.13

Total

Rataan

0.00
0.00
0.30
2.60
0.00
0.00
0.80
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.70
0.23

0.00
0.00
0.10
0.87
0.00
0.00
0.27
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.23
0.077

Lampiran 14. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X+0,5


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
0.71
0.71
0.89
1.26
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
12.09
0.76

Ulangan
II
0.71
0.71
0.71
0.84
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
11.49
0.72

III
0.71
0.71
0.71
1.34
0.71
0.71
1.14
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
12.42
0.78

Total

Rataan

2.13
2.13
2.31
3.44
2.13
2.13
2.56
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
36,00
2.25

0.71
0.71
0.77
1.15
0.71
0.71
0.85
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
0.71
12,00
0.75

Lampiran 15. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah Umur 6 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Bebas
15
3

Jumlah
Kuadrat
0,57
0,12

Kuadrat
Tengah
0,04
0,04

F hitung

0,10

0,03

3 tn

3,04

4,06

0,35

0,04

4*

3,35

4,45

0,29
0,86

0,01

Perlakuan
Faktor KNO3 (A)
Faktor Lumpur
3
Sawah (B)
Faktor KNO3 dan
9
Lumpur Sawah (AB)
Galat
32
Total
47
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata

3,8 *
4 **

F0,05

F0,01

3,435 4,595
3,04 4,06

* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 4,44 %
Lampiran 16. Rataan Tinggi Kecambah (cm) UMUR 6 MST
Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
Total
B0
2,13
2,13
2,13
2,13
8,52
B1
2,13
2,13
2,13
2,13
8,52
B
B2
2,31
2,56
2,13
2,13
9,13
B3
3,44
2,13
2,13
2,13
9,83
Total
10,01 8,95
8,52
8,52
36,00
Rataan 2,503 2,24
2,13
2,13
9,00
Lampiran 17. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A2
A1
A0
2,50
A2
2,24
0,26 *
*
A1
2,13
0,37
0,11 *
*
*
A3
2,13
0,37
0,11
0 tn

A3

Rataan
2,13
2,13
2,28
2,46
9,00
2,25

Notasi

a
b
c
c
BNT (0,05) = 0,083

Lampiran 18. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B2
B1
B0
B3
9,83
a
B2
9,13
0,7 *
b
B1
8,52
1,31 *
0,61 *
c
*
B0
8,52
1,31
0,61 *
0 tn
c
BNT (0,05) = 0,083

Lampiran 19. Data Tinggi Kecambah (cm) umur 7 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
0.00
1.90
5.70
8.00
0.00
0.00
1.90
0.40
0.00
0.00
0.00
0.80
0.00
0.00
0.00
0.00
18.70
1.17

Ulangan
II
1.10
1.30
0.20
4.20
0.00
0.00
0.90
1.60
0.00
0.80
0.40
0.00
0.00
0.00
0.00
00.40
10.90
1.68

III
0.00
0.70
0.00
8.20
0.00
0.00
4.80
0.00
0.00
0.00
0.60
1.20
0.00
0.00
0.00
0.80
16.30
1.20

Total

Rataan

1.10
3.90
5.90
20.40
0.00
0.00
7.60
2.00
0.00
0.80
1.00
2.00
0.00
0.00
0.00
1.20
45.90
2.87

0.37
1.30
1.97
6.80
0.00
0.00
2.53
0.67
0.00
0.27
0.33
0.67
0.00
0.00
0.00
0.40
15.30
0.96

Lampiran 20. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X+0,5


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
0.71
1.55
2.49
2.92
0.71
0.71
1.55
0.95
0.71
0.71
0.71
1.14
0.71
0.71
0.71
0.71
17.70
1.11

Ulangan
II
1.26
1.34
0.84
2.17
0.71
0.71
1.18
1.45
0.71
1.14
0.95
0.71
0.71
0.71
0.71
0.95
16.52
1.02

III
0.71
1.10
0.71
2.95
0.71
0.71
2.30
0.71
0.71
0.71
1.05
1.30
0.71
0.71
0.71
1.14
16.94
1.06

Total

Rataan

2.68
3.99
4.04
8.04
2.13
2.13
5.03
3.11
2.13
2.56
2.71
3.15
2.13
2.13
2.13
2.80
50.89
3.18

0.89
1.33
1.35
2.68
0.71
0.71
1.68
1.04
0.71
0.85
0.90
1.05
0.71
0.71
0.71
0.93
16.96
1.06

Lampiran 21. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah Umur 7 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Bebas
15
3

Jumlah
Kuadrat
12,02
4,47

Perlakuan
Faktor KNO3 (A)
Faktor Lumpur
3
3,13
Sawah (B)
Faktor KNO3 dan
9
4,42
Lumpur Sawah (AB)
Galat
32
4,07
Total
47
16,09
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata

Kuadrat
Tengah
0,80
1,49

6,16 **
11,46 **

1,04

8 **

3,04

4,06

0,49

3,77 *

3,35

4,45

F hitung

F0,05

F0,01

3,435 4,595
3,04 4,06

0,13

* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 11,34 %
Lampiran 22. Rataan Tinggi Kecambah (cm) Umur 7 MST
Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
B0
2,68
2,13
2,13
2,13
B1
3,99
2,13
2,56
2,13
B
B2
4,04
5,03
2,71
2,13
B3
8,04
3,11
3,15
2,80
Total
18,75 12,4
10,55
9,19
Rataan 4,69
3,1
2,64
2,30
Lampiran 23. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A1
A2
A0
4,69
A1
3,11
1,59 *
*
A2
2,64
2,05
0,46 *
*
*
A3
2,30
2,39
0,80
0,34 *

Total
9,07
10,81
13,91
17,10
50,89
12,72

A3

Rataan
2,27
2,70
3,48
4,28
12,69
3,18

Notasi

BNT (0,05) = 0,30

a
b
c
d

Lampiran 24. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B2
B1
B0
B3
4,28
a
B2
3,48
0,80 *
b
B1
2,70
1,58 *
0,78 *
c
*
B0
2,27
2,01
1,21 *
0,43 *
d
BNT (0,05) = 0,30

Lampiran 25. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 8 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
0.60
7.80
11.20
15.10
0.50
0.50
5.70
3.50
0.00
1.80
1.00
6.30
0.90
0.70
0.00
0.80
56.40
3.53

Ulangan
II
7.10
5.40
4.40
10.20
0.00
0.40
5.60
6.80
0.00
6.70
5.00
1.70
1.90
1.40
0.30
3.40
60.30
3.77

III
1.30
4.90
1.80
15.20
1.90
0.30
10.30
0.60
1.80
1.10
3.90
6.60
0.00
1.50
1.20
5.80
58.20
3.64

Total

Rataan

9.00
18.10
17.40
40.50
2.40
1.20
21.60
10.90
1.80
99.60
9.90
14.60
2.80
3.60
1.50
10.00
174.90
10.93

3.00
6.03
5.80
13.50
0.80
0.40
7.20
3.63
0.60
3.20
3.30
4.87
0.93
1.20
0.50
3.33
58.30
3.64

Lampiran 26. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X+0,5


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
1.05
2.88
3.42
3.95
1.00
1.00
2.49
2.00
0.71
1.52
1.22
2.61
1.18
1.10
0.71
1.14
27.98
1.75

Ulangan
II
2.76
2.43
2.21
3.27
0.71
0.95
2.47
2.70
0.71
2.68
2.35
1.48
1.55
1.38
0.89
1.97
30.51
1.91

III
1.34
2.32
1.52
3.96
1.55
0.89
3.29
1.05
1.52
1.26
2.10
2.66
0.71
1.41
1.30
2.51
29.38
1.84

Total

Rataan

5.15
7.63
7.15
11.18
3.26
2.84
8.25
5.75
2.94
5.46
5.67
6.75
3.44
3.89
2.90
5.62
87.88
5.49

1.72
2.54
2.38
3.73
1.09
0.95
2.75
1.92
0.98
1.82
1.89
2.25
1.15
1.30
0.97
1.87
29.29
1.83

Lampiran 27. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah Umur 8 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Bebas
15
3

Jumlah
Kuadrat
27,04
10,49

Kuadrat
Tengah
1,80
3,50

5,30*
10,29 **

9,50

3,17

9,32 **

3,04

4,06

7,05

0,78

2,29tn

3,35

4,45

10,92
37,97

0,34

Perlakuan
Faktor KNO3 (A)
Faktor Lumpur Sawah
3
(B)
Faktor KNO3 dan
9
Lumpur Sawah (AB)
Galat
32
Total
47
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata

F hitung

F0,05

F0,01

3,435 4,595
3,04 4,06

* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 10,62 %
Lampiran 28. Rataan Tinggi Kecambah (cm) Umur 8 MST
Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
B0
5,15
3,26
2,94
3,44
B1
7,63
2,84
5,46
3,89
B
B2
7,15
8,25
5,67
2,90
B3
11,18
5,75
6,75
5,62
Total
31,11
20,10
20,82
15,85
Rataan 7,78
5,03
5,21
3,96
Lampiran 29. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A2
A1
A0
7,78
A2
5,21
2,57 *
*
A1
5,03
2,75
0,18 tn
*
*
A3
3,96
3,82
1,25
1,07 *

Total
14,79
19,82
23,97
29,30
87,88
21,97

A3

Rataan
3,70
4,96
5,99
7,33
21,97
5,49

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 0,486

Lampiran 30. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B2
B1
B0
B3
7,33
a
B2
5,99
1,34 *
b
B1
4,96
2,37 *
1,03 *
c
*
B0
3,70
3,63
2,29 *
1,26 *
d
BNT (0,05) = 0,486

Lampiran 31. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 9 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
6.90
13.70
17.80
22.40
4.60
4.60
10.10
7.60
0.00
7.30
4.40
11.60
5.00
7.40
1.20
6.20
130.80
8.18

Ulangan
II
13.40
9.80
9.50
16.60
1.80
6.90
10.80
12.00
1.30
12.10
10.70
6.80
5.50
7.20
4.70
7.60
136.70
8.54

III
7.10
9.20
5.50
22.60
7.60
4.10
16.20
5.80
7.00
8.00
8.80
12.10
1.30
6.60
4.70
11.20
137.80
8.61

Total

Rataan

27.40
32.70
32.80
61.60
14.00
15.60
37.10
25.40
8.30
27.40
23.90
30.50
11.80
21.20
10.60
25.00
405.30
25.33

9.13
10.90
10.93
20.53
4.67
5.20
12.37
8.47
2.77
9.13
7.97
10.17
3.93
7.07
3.53
8.33
135.10
8.44

Lampiran 32. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X+0,5


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
2.72
3.77
4.28
4.79
2.26
2.26
3.26
2.85
0.71
2.79
2.21
3.48
2.35
2.81
1.30
2.59
44.43
2.78

Ulangan
II
3.73
3.21
3.16
4.14
1.52
2.72
3.36
3.54
1.34
3.55
3.35
2.70
2.45
2.77
2.28
2.85
46.67
2.92

III
2.76
3.11
2.45
4.81
2.85
2.14
4.09
2.51
2.74
2.92
3.05
3.55
1.34
2.66
2.28
3.42
46.68
2.92

Total

Rataan

9.21
10.09
9.89
13.74
6.63
7.12
10.71
8.90
4.79
9.26
8.61
9.73
6.14
8.24
5.86
8.86
137.78
8.61

3.07
3.36
3.30
4.58
2.21
2.37
3.57
2.97
1.60
3.09
2.87
3.24
2.05
2.75
1.95
2.95
45.93
2.87

Lampiran 33. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah Umur 9 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Bebas
15
3

Jumlah
Kuadrat
23,75
8,83

Perlakuan
Faktor KNO3 (A)
Faktor Lumpur
3
8,78
Sawah (B)
Faktor KNO3 dan
9
6,14
Lumpur Sawah (AB)
Galat
32
10,34
Total
47
34,09
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata

Kuadrat
Tengah
1,58
2,94

4,95 **
9,19 **

3,435 4,595
3,04 4,06

2,93

9,16 **

3,04

4,06

0,68

2,13 tn

3,35

4,45

F hitung

F0,05

F0,01

0,32

* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 6,57 %
Lampiran 34. Rataan Tinggi Kecambah (cm) Umur 9 MST
Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
B0
9,21
6,63
4,79
6,14
B1
10,09 7,12
9,26
8,24
B
B2
9,89
10,71
8,61
5,86
B3
13,74 8,90
9,73
8,86
Total
42,93 33,36
32,39
29,10
Rataan 10,73 8,34
8,10
7,28
Lampiran 35. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A2
A1
A0
10,73
A2
8,34
2,39 *
*
A1
8,10
2,63
0,24 tn
*
*
A3
7,28
3,45
1,06
0,82 *

Total
26,77
34,71
35,07
41,23
137,78
34,45

A3

Rataan
6,69
8,68
8,77
10,31
34,45
8,61

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 0,472

Lampiran 36. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B2
B1
B0
B3
10,31
a
B2
8,77
1,54 *
b
B1
8,68
1,63 *
0,09 tn
b
*
B0
6,69
3,62
2,08 *
1,99 *
c
BNT (0,05) = 0,472

Lampiran 37. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 10 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
12.80
19.40
23.40
30.30
8.50
8.40
13.50
11.20
0.00
12.10
7.90
17.20
9.20
13.00
6.60
10.20
203.70
12.73

Ulangan
II
19.30
14.50
14.40
23.50
4.50
12.70
16.60
16.10
4.40
19.30
16.60
11.50
8.20
12.30
9.20
12.60
215.70
13.48

III
11.60
12.50
9.00
30.30
12.10
7.70
22.60
9.00
10.80
14.80
13.90
18.30
4.50
11.60
7.80
16.80
213.30
13.33

Total

Rataan

43.70
46.60
46.80
84.10
25.10
28.80
52.70
36.30
15.20
46.20
38.40
47.00
21.90
36.90
23.60
39.60
632.70
39.54

14.57
15.47
15.60
28.03
8.37
9.60
17.57
12.10
5.07
15.40
12.80
15.67
7.30
12.30
7.87
13.20
210.90
13.18

Lampiran 38. Data Transformasi Tinggi Kecambah Dengan X+0,5


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
3.65
4.46
4.89
5.55
3.00
2.98
3.74
3.42
0.71
3.55
2.90
4.21
3.11
3.67
2.66
3.27
55.77
3.49

Ulangan
II
4.45
3.87
3.86
4.90
2.24
3.63
4.14
4.07
2.21
4.45
4.14
3.46
2.95
3.58
3.11
3.62
58.68
3.67

III
3.48
3.61
3.08
5.55
3.55
2.86
4.81
3.08
3.36
3.91
3.79
4.34
2.24
3.48
2.88
4.16
58.18
3.64

Total

Rataan

11.58
11.94
11.83
16.00
8.79
9.47
12.69
10.57
6.28
11.91
10.83
12.01
8.30
10.73
8.65
11.05
172.63
10.79

3.86
3.98
3.94
5.33
2.93
3.16
4.23
3.52
2.09
3.97
3.61
4.00
2.77
3.58
2.88
3.68
57.54
3.60

Lampiran 39. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah Umur 10 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Bebas
15
3

Jumlah
Kuadrat
24,50
4,76

Perlakuan
Faktor KNO3 (A)
Faktor Lumpur
3
9,23
Sawah (B)
Faktor KNO3 dan
9
10,51
Lumpur Sawah (AB)
Galat
32
11,31
Total
47
35,81
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata

Kuadrat
Tengah
1,63
1,59

4,67 *
4,54 *

3,435 4,595
3,04 4,06

3,08

8,80 **

3,04

4,06

1,17

3,34 tn

3,35

4,45

F hitung

F0,05

F0,01

0,35

* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 5,48 %
Lampiran 40. Rataan Tinggi Kecambah (cm) Umur 10 MST
Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
Total
B0
11,53
8,79
6,28
8,30
34,90
B1
11,94
9,47
11,91
10,73
44,05
B
B2
11,83
12,69
10,83
8,65
44,00
B3
16,00 10,57
12,01
11,05
49,63
Total
51,30 41,52
41,03
38,73
172,58
Rataan 12,83 10,38
10,26
9,68
43,15
Lampiran 41. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A1
A2
A0
12,83
A1
10,38
2,45 *
*
A2
10,26
2,57
0,12 tn
*
*
A3
9,68
3,15
0,70
0,58 *

A3

Rataan
8,73
11,01
11,00
12,41
43,15
10,79

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 0,493

Lampiran 42. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B1
B2
B0
B3
12,41
a
B1
11,01
1,40 *
b
B2
11,00
1,41 *
0,01 tn
b
*
B0
8,73
3,68
2,28 *
2,27 *
c
BNT (0,05) = 0,493

Lampiran 43. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 11 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
18.40
25.60
29.00
36.70
12.80
13.60
15.80
17.60
1.10
17.30
12.10
23.40
12.60
18.50
11.90
15.70
282.10
17.63

Ulangan
II
24.80
19.00
19.80
29.50
7.80
18.10
23.00
22.10
8.00
25.90
23.50
16.60
13.10
18.10
14.90
17.90
302.10
18.88

III
17.50
16.90
13.20
38.30
16.60
14.00
28.90
14.30
14.90
21.40
19.10
23.70
7.80
16.80
11.60
22.50
297.50
18.59

Total

Rataan

60.70
61.70
62.00
104.50
37.20
45.70
67.70
54.00
24.00
64.60
54.70
63.70
33.50
53.40
38.40
56.10
881.70
55.10

20.23
20.50
20.67
34.83
12.40
15.23
22.57
18.00
8.00
21.53
18.23
21.23
11.17
17.80
12.80
18.70
293.90
18.37

Lampiran 44. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah Umur 11 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Bebas
15
3

Jumlah
Kuadrat
1669,98
551,26

Perlakuan
Faktor KNO3 (A)
Faktor Lumpur
3
633,85
Sawah (B)
Faktor KNO3 dan
9
484,88
Lumpur Sawah (AB)
Galat
32
690,94
Total
47
2360,92
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata
* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 8,43 %

Kuadrat
Tengah
111,33
183,75

5,16 **
8,51 **

3,435 4,595
3,04 4,06

211,28

9,79 **

3,04

4,06

53,88

2,50 tn

3,35

4,45

21,59

F hitung

F0,05

F0,01

Lampiran 45. Rataan Tinggi Kecambah (cm) Umur 11 MST


Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
Total
B0
60,70 37,20
24,00
33,50
155,40
B1
61,70 45,70
64,60
53,40
225,40
B
B2
62,00 67,70
54,70
38,40
222,80
B3
104,50 54,00
63,70
56,10
278,30
Total
288,90 204,60 207,00 181,4
881,90
Rataan 72,23 51,15
51,75
45,35
220,48
Lampiran 46. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A2
A1
A0
72,23
A2
51,75
20,28 *
*
A1
51,15
21,08
0,6 tn
A3
45,35
26,88 *
6,4 *
5,8 *

A3

Rataan
38,85
56,35
55,70
69,58
220,48
55,12

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 3,874

Lampiran 47. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Perlakuan
B3
B1
B2
B0

Rataan
69,58
56,35
55,70
38,85

B3
13,23 *
13,88 *
30,73 *

Beda Rata-rata
B1
B2
0,65 tn
17,5 *

16,85 *

B0

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 3,874

Lampiran 48. Data Tinggi Kecambah (cm) Umur 12 MST


Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3
A1B0
A1B1
A1B2
A1B3
A2B0
A2B1
A2B2
A2B3
A3B0
A3B1
A3B2
A3B3
Total
Rataan

I
24,5
29,7
34,2
40,4
17,5
18,6
19,5
24,8
4,4
22,5
17,8
28,2
18,2
24,1
17
21,6
363
22,69

Ulangan
II
31,3
24,9
25,1
34
13,4
23,6
28,6
29,2
13,2
31,7
30,5
21,6
18,5
23,6
19,9
24
393,1
24,57

III
24,7
22
17,9
43,3
22,6
20,4
33,8
19,6
20,8
25,5
24,6
29,3
13,5
21,3
16,7
28,7
348,7
24,04

Total

Rataan

80,5
76,6
77,2
117,7
53,5
62,6
81,9
73,6
38,4
79,7
72,9
79,1
50,2
69
53,6
74,3
1140,8
71,3

26,83
25,53
25,73
39,23
17,83
20,87
27,3
24,53
12,8
26,57
24,3
26,37
16,73
23
17,87
24,77
380,27
23,77

Lampiran 49. Hasil Analisis Varians Tinggi Kecambah 12 MST


Sumber Keragaman

Derajat
Jumlah
Bebas
Kuadrat
Perlakuan
15
1599,95
Faktor KNO3 (A)
3
527,24
Faktor Lumpur (B)
3
622,21
Faktor KNO3 dan 9
450,51
Lumpur (AB)
Galat
32
791,94
Total
47
2391,89
Keterangan: ** = Beda Sangat Nyata
* = Beda Nyata
tn = Beda Tidak Nyata
KK = 6,98 %

Kuadrat
Tengah
106,63
175,75
207,40
50,06
24,75

F hitung

F0,05

F0,01

4,31 *
7,10 **
8,38 **
2,023 tn

3,435
3,04
3,04
3,35

4,595
4,06
4,06
4,45

Lampiran 50. Rataan Tinggi Kecambah (cm) Umur 12 MST


Faktor
A
Level
A0
A1
A2
A3
Total
B0
80,52 53,50
38,40
50,20
222,60
B1
76,60 62,60
79,70
69,00
287,90
B
B2
77,20 81,90
72,90
53,60
285,60
B3
117,70 73,60
79,10
74,30
344,70
Total
352,00 271,60 270,10 247,10 1140,80
Rataan 88,00 67,90
67,53
61,78
285,20
Lampiran 51. Tabel Data Uji BNT Faktor KNO3 (A)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
A0
A1
A2
A0
88,00
A1
67,90
20,10 *
*
A2
67,53
20,47
0,57 tn
A3
61,78
26,22 *
6,12 *
5,75 *

A3

Rataan
55,65
71,98
71,40
86,18
285,20
71,30

Notasi

a
b
b
c
BNT (0,05) = 4,147

Lampiran 52. Tabel Data Uji BNT Faktor Lumpur Sawah (B)
Beda Rata-rata
Perlakuan Rataan
Notasi
B3
B1
B2
B0
B3
86,18
a
*
B1
71,98
14,20
b
*
tn
B2
71,40
14,78
0,58
b
B0
55,65
30,53 *
16,33 *
15,25 *
c
BNT (0,05) = 4,147

Lampiran 55. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Biji Pinang Sirih (Areca catechu)

Gambar 2. Peneliti Sedang Melakukan Penyiraman

Gambar 3. Peneliti Sedang Melakukan Pengukuran Tinggi Kecambah


Secara Bertahap.

Gambar 4. Peneliti Sedang Melakukan Pembongkaran Tertahap


Perkecambahan Pinang Sirih (Areca catechu)

Gambar 5. Peneliti Sedang Melakukan Pengukuran Panjang Akar

Gambar 6. Perkecambahan Pinang Sirih Pengamatan 12 MST

You might also like