You are on page 1of 5

Nama : Muhammad Rusydi Aziz

NIM : 166020310111022

KAJIAN PUSTAKA
BAB IV AKUNTAN FORENSIK

Menurut Tuanakota (2016), akuntansi forensik adalah penrapan disiplin


akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk
penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun
privat. Sedangkan akuntan forensik adah seseorang yang melakukan akuntansi
forensik. Akuntan forensik ini memiliki ciri-ciri seorang akuntan dan auditor.
Akuntan forensik ini memiliki ranah kerja tidak hanya di sektor publikm namun
juga sektor privat. Ada beberapa pembahasan mengenai akuntan forensik, yaitu:
1. Knowledge
Seorang akuntan forensik perlu berbekal berbagai pengetahuan yang bisa
menyokong pekerjaannya sebagai akuntan forensik. Menurut ACFE ada berbagai
pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi akuntan forensik, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.

Kejahatan Kerah Putih


Pencucian Uang
Klaim Asuransi
Pelanggaran GAAP atau GAAS
Kecuranngan Telemarketing
Cek Kiting
Penipuan Kontrak dan Pengadaan
Penyalahgunaan Aset
Penipuan Sekuritas
Kecurangan Laporan Keuangan
Penipuan Kebangkrutan
Penipuan Kartu Kredit
Penggelapan
Analisis Data Keuangan
Analisis Bukti Integritas
Desain Aplikasi Komputer
Penilaian Kerusakan
Penelusuran Dana Haram
Mencari Lokasi Aset Tersembunyi
Pemeriksaan Ketekunan Pembayaran Utang
Pengumpulan intelijen Forensik
Prosedur Akuntansi
Sistem dan Prosedur Hukum
Analisis Regresi
Aplikasi Komputer

2. Skills
Sebagai seorang akuntan forensik, tentunya juga harus memiliki berbagai
macam skill/kemampuan agar dapat bisa melaksakan pekerjaan sebagai akuntan
forensik. Bologna dan Lindquist (1995) dalam Tuanakota (2016) memaparkan
hasil penelitiannya bahwa kualitas atau kemampuan yang harus dimiliki oleh
akuntan forensik adalah:
a. Kreatif
Kreatif disini adalah kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain
menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi
lain, yakni bahwa itu tidak perlu merupakan situasi bisnis yang normal.
Maksudnya seorang akuntan forensik harus bisa berpikir di luar pemikiran
biasa yang mana jika orang lain menyatakan kondisi normal/aman tidak ada
kecurangan, maka akuntan forensik harus bisa berpikir terdapat kemungkinan
kecurangan dan mana saja yang bisa menjadi celah dalam melakukan
kecurangan. Disini timbullah sifat skeptis atau tidak mudah percaya pada
akuntan forensik.
b. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah keinginan untuk menemukan pa yang sesunguhnya
terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi. Maksudnya akuntan forensik
perlu dibekali rasa ingin tahu yang tinggi sehingga auditor akan selalu
mengembangkan baik pengetahuannya maupun kemampuannya.
c. Tak menyerah
Tak menyerah berarti kemampuan untuk maju terus pantang mundur
walaupun fakta (seolah-olah tak mendukung, dan ketika dokumen atau
informasi sulit diperoleh. Dalam menghadapi pelaku fraud yang kuat,
kemampuan tak menyerah sangat diperlukan karena pelaku fraud yang handal
sangat berhati-hati dan sangat sulit dideteksi sehingga membutuhkan usaha
yang lebih untuk mengungkap kecurangan.
d. Akal sehat
Akal sehat disini adalah kemampuan untuk mempertahankan perspektif
dunia nyata. Ada yang menyebutnya, perspektif anak jalanan yang mengerti
betul kerasnya kehidupan.
e. Business Sense
Business Sense merupakan kemampuan untuk memahami bagaimana
bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana
transaksi dicatat. Kemampuan ini seringkali didapatkan ketika seseorang
sudah menjalani sebuah bisnis sehingga mengerti seluk beluk proses bisnis
suatu perusahaan atau organisasi lainnya.
f. Percaya diri
Percara diri adalah kemampuan untuk memercayai diri dan temuan kita
sehingga kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang
dari jaksa penuntut umum dan pembela).
3. Atribut
Atribut berarti sifat yang menjadi ciri khas. Sedangkan atribut akuntan
forensik berarti sifat yang menjadi ciri khas akuntan forensik itu sendiri. Davia

(2000) dalam Tuanakota (2016) memeberikan lima nasehat kepada seorang


auditor pemula dalam melakukan investigasi terhadap fraud, yaitu:
a. Dari awal upayakan menduga siapa pelaku. Dalam pengembangan
investigasinya, daftar pelaku yang diduga, dapat diperpanjang atau
diperpendek, sesuai dengan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan.
b. Fokus pada pengumpulan bukti dan barang bukti untuk proses pengadilan.
c. Kreatif dalam menerapkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat,
jangan dapat ditebak.
d. Kalau sistem pengendalian intern sudah baik, fraud hanya bisa terjadi karena
persekongkolan. Investigator harus memiliki indra atau intuisi yang tajam
untuk merumuskan teori mengenai persekongkolan; ini adalah sebagai
bagian dari teori mengenai fraud
e. Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator menerapkan teknik audit
investigatif yang ampuh.
4. Kode Etik Akuntan Forensik
Setiap pekerjaan pasti berhubungan dengan kode etik tidak terlepas para
akuntan dan praktisi hukum karena kode etik sendiri merupakan bagian dari
kehidupan berprofesi. Kode etik ini berisi nilai-nilai luhur yang penting bagi
eksistensi profesi. Profesi ini dapat eksis karena ada integritas/jujur, rasa hormat,
dan nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan pihak
lainnya.
Kode etik yang berlaku pada akuntan forensik berbeda-beda tergantung
pada organisasi mana akuntan forensik tersebut masuk. Misalnya di Indonesia
terdapat KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK memiliki kode etik
tersendiri yang masuk dalam BAB IV KODE ETIK. Ciri-ciri kode etik KPK ini
adalah dimulai dari kode etik untuk pemimpin. Dalam kode etik untuk pemimpin
KPK tersebut tertera apa saja yang harus untuk dilakukan, apa saja yang tidak
boleh dilakukan, dan lain sebagainya.

5. Standar Audit Investigatif


Akuntan publik memiliki Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang
mana SPAP ini memuat standar-standar audit, atestasi, pengendalian mutu, dan
lain sebagainya. Namun sayangnya, SPAP ini tidak memiliki peraturan secara
khusus mengenai audit investigatif atau fraud audit. Standar sendiri secara
sederhana adalah ukuran mutu yang mana dalam pekerjaan audit, tidak hanya
auditor yang ingin menegaskan adanya standar tersebut, namun juga para
investigator dan akuntan forensik. Spencer dan Pickett (2002) dalam Tuanakota
(2016) merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap
fraud, yaitu:
a. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
b. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti-bukti
tadi dapat diterima di pengadilan

c. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungan dan


diindeks, dan jejak audit tersedia
d. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pengawai dan
senantiasa menghormatinya
e. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan
kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik
dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana
f. Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat
kritis ditinjau dari segi waktu
g. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan
pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak
ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara
atau protokol dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau
melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

Sumber:
ACFE.
Tanpa
Tahun.
Career
Path
Forensic
Accountant.
http://www.acfe.com/career-path-forensic-accountant.aspx, diakses 13 Oktober
2016
Tuanakota, Theodorus M. 2016. Akuntansi Forensi & Audit Investigatif. Edisi 2.
Salemba Empat: Jakarta

PERTANYAAN
1. Adakah sanksi/hukuman bagi akuntan forensik yang menjadi pembela
sampai akhir dari tersangka yang sudah terbukti bersalah di pengadilan?
2. Jika ada kesalahan pada bukti-bukti serta temuan pada pengadilan dari
akuntan forensik, apakah ada sanksi yang menjerat pihak akuntan forensik
atas kesalahan tersebut?
3. Apakah kode etik akuntan forensik bisa dirubah sewaktu-waktu? Siapa
yang berwenang untuk mengubah jika kode etik tersebut (misal KPK)
melibatkan juga kode etik pemimpin?

You might also like